Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ETIKA BISNIS DALAM PELAKSANAAN EKONOMI ASEAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“ETIKA BISNIS”

Disusun oleh :

ARIS RISNANDAR 2101229

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LATIFAH MUBAROKIYAH
SURYALAYA-TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR.WB
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dalam Pelaksanaan Ekonomi ASEAN.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen Pengampu yang telah
memberikan Tugas Makalah ini, sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan baik bagi penyusun maupun bagi pembaca terkait Etika Bisnis Dalam
Pelaksanaan Ekonomi ASEAN.
Kami menyadari bahwa dalam Makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik akan kami nantikan agar dalam
penyusunan Makalah ke depannya menjadi lebih baik.
Wassalamualaikum WR.WB

Tasikmalaya, 22 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
BAB I ................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................... 3
PEMBAHASAN................................................................................................ 3
A. Masyarakat Ekonomi ASEAN .............................................................. 3
B. Pasar Bebas .......................................................................................... 4
C. Etika Dalam Sistem Pasar Bebas .......................................................... 6
D. Kaitan MEA dengan Pasar Bebas ....................................................... 12
BAB III ........................................................................................................... 14
PENUTUP ....................................................................................................... 14
A. KESIMPULAN .................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intinya etika adalah semua norma atau “aturan” umum yang harus diperhatikan
dalam berbisnis yang merupakan sumber dari nilai-nilai yang luhur dan perbuatan
yang baik. Etika berbeda dengan hukum, aturan, maupun regulasi dimana hukum
dan regulasi jelas aturan main dan sanksinya atau dengan kata lain hukum atau
regulasi adalah etika yang sudah diformalkan seperti Undang-undang, dan lain-lain.
Etika tidak memiliki sanksi yang jelas, selain barangkali sanksi moral atau sanksi
dari Yang Maha Kuasa. Jadi, jika bersandar kepada definisi hukum maka
melanggar etika belum tentu berarti melanggar hukum dan peraturan yang ada. Jika
melanggar hukum, sanksinya jelas berupa pidana atau perdata sedangkan
melanggar etika sanksinya tidak jelas atau hanya sanksi moral semata. Sehingga
pada kenyataannya sering etika tidak begitu diperhatikan.
Masyarakat Ekonomi ASEAN / MEA merupakan proses realisasi integrasi dari agenda
utama ASEAN 2020, namun dipercepat menjadi tahun 2015. Visi dari ASEAN tersebut
adalah aliran barang bebas ( free flow of goods ) dimana pada tahun 2015 perdagangan
barang dilakukan secara bebas tanpa ada hambatan, baik tarif maupun non-tarif. Selain itu
juga menciptakan kawasan Asia Tenggara dalam membangun kawasan perekonomian
yang merata, juga mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi.
Pasar bebas adalah pasar ideal, di mana adanya perlakuan yang sama dan fair bagi semua
pelaku bisnis dengan aturan yang fair, transparan, konsekuen & objektif, memberi peluang
yang optimal bagi persaingan bebas yang sehat dalam pemerataan ekonomi. Pasar bebas
diadvokasikan oleh pengusul ekonomi liberalisme.
Dalam realisasi program MEA tersebut, pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN sangat
berhungan erat dengan Etika Pasar Bebas. Kebebasan perdagangan juga memiliki etika
yang seharusnya dijalankan. Bebas tidak berarti “bebas‟ tanpa batasan dan aturan, dan
masuknya pesaing asing dari luar tidak berarti mereka bebas bertindak tanpa mengikuti
aturan serta budaya yang berlaku di Indonesia. Maka dari itulah, Etika Pasar Bebas harus
diperhatikan dalam pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

B. Rumusan Masalah
1
a. Apa itu Masyarakat Ekonomi ASEAN ?
b. Apa yang dimaksud dari pasar bebas ?
c. Bagaimana etika dalam sistem pasar bebas ?
d. Bagaimana kaitan MEA dengan etika pasar bebas ?

C. Tujuan Masalah

a. Mengetahui apa yang dimaksud dari Masyarakat Ekonomi ASEAN


b. Mengetahui sistem ekonomi pasar bebas
c. Mengetahui etika dalam sistem ekonomi pasar bebas
d. Mengetahui kaitan antara MEA dengan etika pasar bebas

2
BAB II

PEMBAHASAN

a. Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 (bahasa Inggris: ASEAN Economic


Community (AEC)) adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi
perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN. Seluruh negara anggota ASEAN telah
menyepakati perjanjian ini. MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN
2020.

MEA akan mulai membentuk ASEAN menjadi pasar dan basis dari produksi tunggal
yang dapat membuat ASEAN terlihat dinamis dan dapat bersaing dengan adanya
mekanisme dan langkah-langkah dalam memperkuat pelaksanaan baru yang berinisiatif
ekonomi; mempercepat perpaduan regional yang ada disektor-sektor prioritas;
memberikan fasilitas terhadap gerakan bisnis, tenaga kerja memiliki bakat dan terampil;
dapat memperkuat kelembagaan mekanisme di ASEAn. Menjadi langkah awal dalam
mewujudkan MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Di saat yang sama, MEA akan dapat mengatasi kesenjangan pada pembangunan dan
melakukan percepatan integrasi kepada negara Laos, Myanmar, VIetnam dan Kamboja
lewat Initiative for ASEAN integration dan inisiatif dari regional yang lainnya.

Adapun bentuk kerjasamanya ialah :

– Pengembangan pada sumber daya manusia dan adanya peningkatan kapasitas


– Pengakuan terkait kualifikasi profesional
– Konsultasi yang lebih dekat terhadap kebijakan makro keuangan dan ekonomi.
– Memilik langkah-langkah dalam pembiayaan perdagangan.
– Meningkatkan infrastruktur.
– Melakukan pengembangan pada transaksi elektronik lewat e-ASEAN.
– Memperpadukan segala industri yang ada diseluruh wilayah untuk dapat
mempromosikan sumber daerah.

3
– Meningkatkan peran dari sektor swasta untuk dapat membangun MEA atau
Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Pentingnya digalakkannya perdagangan eksternal kepada ASEAN dan keperluan dalam


komunitas ASEAN yang secara keseluruhan untuk tetap dapat menatap kedepan.

Adapun ciri-ciri utama MEA :

– Kawasan ekonomi yang sangat kompetitif.


– Memiliki wilayah pembangunan ekonomi yang merata.
– Daerah-daerah akan terintegrasi secara penuh dalam ekonomi global
– Basis dan pasar produksi tunggal.

Ciri-ciri ini akan sangat saling berkaitan dengan kuat. Dengan memasukkan pada
unsur-unsur yang paling dibutuhkan dari setiap masing-masing ciri-ciri dan mesti dapat
memastikan untuk konsisten dan adanya keterpaduan dari unsur-unsur dan
pelaksanaannya yang tepat dan bisa saling mengkoordinasi antara para pemangku
kekuasaan atau kepentingan yang punya relevansi.

b. Pengertian Pasar Bebas

Pasar bebas adalah pasar ideal, di mana seluruh keputusan ekonomi dan aksi oleh
individu yang berhubungan dengan uang, barang, dan jasa adalah sukarela. Pasar bebas
diadvokasikan oleh pengusul ekonomi liberalisme.

Pasar bebas merupakan suatu pasar dimana harga barang-barang dan jasa disusun
secara lengkap oleh ketidak saling memaksa yang disetujui oleh para penjual dan
pembeli, ditetapkan pada umumnya oleh hukum penawaran dan permintaan dengan
tanpa campur tangan pemerintah dalam regulasi harga, penawaran dan permintaan.
Dalam etika pasar islami, ekuiblirium diartikan sebagai titik pertemuan persamaan hak
antara pembeli dan penjual.

Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu penjualan produk
antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.

Peran pemerintah dalam mengatasi pasar bebas adalah melakukan kebijakkan fiskal dan
moneter, secara langsung melakukan kegiatan ekonomi (mendirikan perusahaan)
dengan produksi barang publik, mengawasi agar kegiatan ekonomi yang merugikan

4
dapat dihindari dan mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama perusahaan
yang besar yang dapat mempengaruhi pasar.

Ciri – ciri sistem ekonomi pasar bebas ialah :

1. Alat dan sumber produksi dapat dimiliki dan diatur oleh perseorangan, masyarakat,
atau perusahaan.
2. Terdapat pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kelas pekerja atau buruh dan
kelas pemilik modal.
3. Terjadi persaingan diantara para pengusaha untuk memperoleh laba atau
keuntungan sebesar-besarnya (profit motive).

Pemerintah tidak melakukan campur tangan dalam pasar. Campur tangan negara
dibatasi hanya pada hal-hal yang tidak dapat diusahakan oleh swasta tetapi menjadi
syarat terselenggaranya pasar bebas, misalnya keamanan negara.

Menurut J Gremillion, seorang ekonom yang sangat mendukung pasar bebas, bahwa
salah satu ukuran kemajuan suatu bangsa dan keberhasilan suatu pemerintahan di era
pasar bebas adalah tingkat kemampuannya untuk menguasai teknologi ekonomi.

Perdagangan Internasional sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan
yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada barang
impor. Secara teori, semuha hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh perdagangan
bebas. Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan yang didukung
oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan hambatan baru
kepada terciptanya pasar bebas. Perjanjian-perjanjian tersebut sering dikritik karena
melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar.

Kelebihan sistem ekonomi pasar bebas adalah sebagai berikut:

1. Setiap individu bebas memiliki kekayaan dan sumber daya produksi.


2. Inisiatif dan kreatifitas masyarakat dapat dikembangkan.
3. Terjadi persaingan antar produsen untuk menghasilkan barang yang bermutu.
4. Efisiensi dan efektifitas tinggi karena tindakannya selalu didasarkan pada prinsip
ekonomi.

Kelemahan sistem ekonomi pasar bebas adalah sebagai berikut:

5
1. Adanya eksploitasi terhadap masyarakat ekonomi lemah oleh pihak yang kuat
ekonominya.
2. Menimbulkan terjadinya monopoli sehingga merugikan masyarakat.
3. Munculnya kesenjangan ekonomi antara golongan ekonomi kuat dengan golongan
ekonomi lemah.
4. Perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil.

c. Pengertian Etika Pasar Bebas


Etika pasar bebas diatur berdasarkan dasar pemikiran UU no. 5 tahun 1999 tentang
monopoli dan persaingan tidak sehat. Inti sari dari UU Nomor 5 Tahun 1999 ( Undang-
Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ) ini
mengandung 6 (enam) bagian pengaturan yang terdiri dari :
1. Perjanjian yang dilarang
2. Kegiatan yang dilarang
3. Komisi Pengawas Persaingan Usaha
4. Penegakan hukum
5. Ketentuan lain-lain.
Dasar pemikiran UU No.5 Tahun 1999 adalah bahwa persaingan itu baik, sehingga
perlu dilaksanakan secara efektif. Bagi pelaku usaha, terbuka peluang untuk berusaha
dalam iklim persaingan usaha yang sehat, yaitu berkompetisi berdasarkan prestasi,
bukan dengan strategi untuk mematikan pesaing yang lain. Pelaku usaha dilindungi dari
kompetisi yangtidak sehat oleh pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha dominan.

1. Perjanjian Yang Dilarang

a) Oligopoli
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain secara
bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang
dan jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
b) Penetapan harga
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
untuk menetapkan harga suatu barang atau jasa yang harus dibayar oleh

6
konsumen, kecuali bila perjanjian itu dibuat dalam suatu usaha patungan atau
usaha memenuhi ketentuan UU.
c) Perbedaan harga
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembeli
yang satu harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus
dibayar pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang sama.
d) Pembagian Pasar
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau lokasi pasar terhadap
barang dan atau jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinya larangan
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
e) Pemboikotan
Pelaku usaha secara bersama-sama melakukan penolakan untuk melakukan
transaksi dengan pelaku usaha lainnya, penolakan itu dilakukan secara
terencana dan sengaja.
f) Kartel
Kartel adalah kelompok pelaku usaha yang merupakan pesaing mengadakan
perjanjian yang bertujuan mempengaruhi harga dengan cara mengatur
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa.
g) Trust
Hampir sama dengan kartel, namun dilakukan dengan pelaku usaha lain yang
bukan pesaingnya.
h) Integrasi vertikal
Jika pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lainnya dengan
tujuan untuk menguasai produksi sejumlah barang dan atau jasa tertentu
baik langsung maupun tidak langsung. Produk mana merupakan sebuah
rangkaian produksi.
i) Posisi Dominan
Adalah suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang
berarti dipasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang
dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya
di pasar yang bersangkutan.

Menurut Pasal :

7
a) Pasal 4 dan 17 Larangan perjanjian bersama dan (Oligopoli dan Monopoli)
kegiatan yang mengarah pada penguasaan pangsa pasar
b) Pasal 5 Larangan perjanjian bersama untuk menetapkan harga (Price
Fixing/penetapan harga)
c) Pasal 6 Larangan perjanjian yang mengakibatkan diskriminasi harga (Price
Discrimination/ (satu atau beberapa pembeli mendapatkan harga lebih rendah
diskriminasi harga) atau lebih tinggi dari lainnya).
d) Pasal 7 dan 20 Larangan perjanjian dan kegiatan penetapan harga di bawah
(Jual rugi/Predatory harga pasar (jual rugi), untuk menyingkirkan pesaing
Pricing)
e) Pasal 8 Larangan perjanjian harga secara vertikal (pemasok menetapkan
(Resale Price Maintenance harga jual dan dilarang menurunkan harga)
f) Pasal 9 Larangan perjanjian (horizontal) pembagian wilayah pasar
(Pembagian wilayah pasar) (contoh dulu: Asosiasi Semen)
g) Pasal 10 Larangan perjanjian melakukan boikot yang menghalangi (Boikot)
pelaku usaha lain masuk pasar.
h) Pasal 11 Larangan perjanjian (horizontal) untuk menetapkan/ (Kartel)
mempengaruhi harga, produksi dan pemasaran.
i) Pasal 12 Larangan perjanjian membentuk gabungan usaha (lebih besar)
(Trust) untuk memperkuat anggota pelaku perjanjian, mengontrol produksi
dan pemasaran.
j) Pasal 13 Larangan perjanjian (vertikal) untuk (Oligopsoni) menguasai
pembelian dengan mengendalikan harga dan kuantitas pembelian. (Contoh:
Indikasi awal terlihat dari kontrol pabrik rokok atas gudang-gudang
pembelian yang cenderung merugikan petani tembakau).
k) Pasal 14 Larangan integrasi vertikal penguasaan produksi berangkai/ sejenis.
(Contoh: impor gandum, pengolahan gandum, dst).
l) Pasal 15 Larangan perjanjian tertutup hanya menerima dan memasok
(Exclusive kepada pihak tertentu. dealing)
m) Pasal 16 Larangan perjanjian dengan pihak luar negeri yang mengakibatkan
praktik monopoli.
n) Pasal 23 Larangan persekongkolan tender.
2. Kegiatan Yang Dilarang
a) Monopoli

8
Pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran barang atau jasa
tertentu, sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum. Tindakan penguasaan dapat terjadi apabila
barang atau jasa tersebut belum ada subtitusinya , penguasaan tersebut
mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk kedalam persaingan usaha
barang atau jasa yang sama.
b) Monopsoni
Keadaan yang terjadi di suatu pasar, dimana hanya ada satu pembeli (yang
memiliki posisi dominan) bagi suatu produk tertentu. Pembeli dapat memaksa
penjual untuk menyetujui harga dan persyaratan2 yang ditetapkan oleh pembeli
tunggal tersebut.
c) Penguasaan Pasar
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri2
maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa :
- Menolak atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan usaha
yang sama pada pasar yang bersangkutan.
- Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku pesaingnya untuk melakukan
hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya.
- Membatasi peredaran dan penjualan barang dan jasa pada pasar yang
bersangkutan.
- Melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.
Ukuran penguasaan pasar tidak harus 100 %, penguasaan 50 % atau 75 % saja
sudah dapat dikatakan mempunyai market power.
d) Persekongkolan
Persekongkolan dapat dilakukan oleh sesama pihak intern suatu perusahaan atau
dapat pula dilakukan oleh suatu perusahaan dengan pihak perusahaan lainnya.
Secara yuridis, pengertian persekongkolan atau conspiracy ini diatur dalam
Pasal 1 angka 8 UU No. 5 Tahun 1999 yakni : “sebagai bentuk kerjasama yang
dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk
menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang
bersekongkol”. Terdapat 3 bentuk perjanjian yang dilarang berdasarkan pada
UU No. 5 Tahun 1999, yaitu :

9
- Persekongkolan Tender (Pasal 22)
Berdasarkan pada penjelasan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, tender
merupakan tawaran untuk mengajukan harga, memborong suatu pekerjaan,
untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa. Kegiatan
bersekongkol menentukan pemenang tender jelas merupakan perbuatan curang
karena pada dasarnya tender dan pemenangnya tidak diatur dan bersifat
rahasia. Ada 3 bentuk persekongkolan :
1. Persekongkolan horizontal Dilakukan oleh antar penawar tender.
2. Persekongkolan vertikal Dilakukan antara penawar dengan panitia
pelaksana tender.
3. Persekongkolan horizontal dan vertikal - Persekongkolan membocorkan
rahasia dagang perusahaan (Pasal 23)
- Persekongkolan menghambat perdagangan (Pasal 24)
Berdasarkan pada ketentuan Pasal 24 UU No. 5 Tahun 1999, pelaku usaha
dilarang bersekongkol untuk :
a. Menghambat pelaku usaha pesaing dalam memproduksi
b. Menghambat pemasaran, atau memproduksi dan memasarkan barang,
jasa atau barang dan jasa dengan maksud agar barang, jasa, atau barang dan
jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang
atau menurun kualitasnya
c. Bertujuan untuk memperlambat waktu proses produksi, pemasaran, atau
produksi dan pemasaran barang, jasa atau barang dan jasa yang sebelumnya
sudah dipersyaratkan, serta d. Kegiatan persekongkolan seperti itu dapat
menimbulkan praktik monopoli dan/ atau persaingan usaha tidak sehat.

3. Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen di


Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang no. 5 tahun 1999
tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

KPPU menjalankan tugas untuk mengawasi tiga hal pada UU tersebut:

10
a) Perjanjian yang dilarang, yaitu melakukan perjanjian dengan pihak lain untuk
secara bersama-sama mengontrol produksi dan/atau pemasaran barang
dan/atau jasa yang dapat menyebabkan praktik monopoli dan/atau persaingan
usaha tidak sehat seperti perjanjian penetapan harga, diskriminasi harga,
boikot, perjanjian tertutup, oligopoli, predatory pricing, pembagian wilayah,
kartel, trust (persekutuan), dan perjanjian dengan pihak luar negeri yang dapat
menyebabkan persaingan usaha tidak sehat.
b) Kegiatan yang dilarang, yaitu melakukan kontrol produksi dan/atau pemasaran
melalui pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang dapat menyebabkan
praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
c) Posisi dominan, pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi dominan yang
dimilikinya untuk membatasi pasar, menghalangi hak-hak konsumen, atau
menghambat bisnis pelaku usaha lain.

Dalam pembuktian, KPPU menggunakan unsur pembuktian per se illegal, yaitu


sekadar membuktikan ada tidaknya perbuatan, dan pembuktian rule of reason, yang
selain mempertanyakan eksistensi perbuatan juga melihat dampak yang ditimbulkan.

Keberadaan KPPU diharapkan menjamin hal-hal berikut di masyarakat:

a) Konsumen tidak lagi menjadi korban posisi produsen sebagai price taker
b) Keragaman produk dan harga dapat memudahkan konsumen menentukan
pilihan
c) Efisiensi alokasi sumber daya alam
d) Konsumen tidak lagi diperdaya dengan harga tinggi tetapi kualitas seadanya,
yang lazim ditemui pada pasar monopoli
e) Kebutuhan konsumen dapat dipenuhi karena produsen telah meningkatkan
kualitas dan layanannya
f) Menjadikan harga barang dan jasa ideal, secara kualitas maupun biaya
produksi
g) Membuka pasar sehingga kesempatan bagi pelaku usaha menjadi lebih banyak
h) Menciptakan inovasi dalam perusahaan

4. Penegakan Hukum

11
KPPU akan memberikan sanksi berupa sanksi administratif dan pidana pada
pelanggar.

d. Kaitan MEA dengan Pasar Bebas

Indonesia sebagai salah satu negara pertama yang memberlakukan hukum


persaingan telah berperan secara aktif menjadi centre of excellence dalam
pengembangan hukum persaingan ini di ASEAN melalui pembagian
pengalaman (sharing experience). Dalam perspektif kompetisi, konsekuensi
dari terbukanya pasar akibat kebebasan peredaran barang dan jasa (free
flow of goods and services) adalah munculnya persaingan baru, pasar
bersangkutan baru dan potensi ketersentuhan pelaku usaha Indonesia
dengan hukum persaingan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan
Singapura. Oleh karena itu Komisi Pengawas Persaingan Usaha yaitu
Komisi yang bertugas mengawasi Persaingan Usaha dengan Komisi VI
DPR RI memiliki komitmen untuk mengamandemen Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
sehat supaya KPPU lebih “bertaring” dalam menjalankan tugas menangani
perkara terkait persaingan usaha sehat.Secara garis besar peluang Indonesia
menyongsong MEA antara lain mendapatkan pangsa pasar potensial dunia,
sebagai negara tujuan investasi, peluang sebagai negara pengekspor, adanya
liberalisasi perdagangan barang ASEAN, bonus demografi yang besar,
sektor jasa yang terbuka, dan aliran modal yang lebih lancar dan kontinyu.
Sedangkantantangan yang akan dihadapi antara lain laju peningkatan ekspor
dan impor yang lebih kompetitif, peningkatan laju inflasi, dampak negatif
arus modal yang lebih luas, adanya kesamaan produk ekspor unggulan
sehingga harus lebih kreatif mencari dan mengelola produk unggulan dan
tingkat perkembangan ekonomi yang masih beragam yang harus dicarikan
solusinya.

12
Berbagai upaya pemerintah dalam meng-hadapi MEA antara lain dengan
penerbitan Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2008 tentang Fokus
Program Ekonomi 2008-2009 yang intinya menginstruksikan agar
dilakukan upaya sungguh-sungguh dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi Nasional, kelestarian sumber daya alam, peningkatan ketahanan
energi dan kualitas lingkungan. Lalu Inpres Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Pemenuhan Komitmen Cetak Biru AEC Tahun 2015. Bentuk konkrit
komitmen Pemerintah ini juga akan ditopang secara kelembagaan dengan
akan dibentuknya Komite Nasional yang terdiri dari perwakilan pemerintah
pusat dan daerah, Menteri, Gubernur, dunia usaha, pengamat dan
masyarakat untuk mempersiapkan seluruh elemen bangsa dalam
menyambut Komunitas Ekonomi ASEAN 2015. Peningkatan daya saing ini
juga telah disadari sepenuhnya oleh pemerintah salah satunya di sektor
perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mempersiapkan
Rancangan Instruksi Presiden (Inpres) Peningkatan Daya Saing Nasional
Sektor Kelautan dan Perikanan yang disusun dibawah koordinasi Kemenko
Perekonomian yang saat ini dalam proses penandatanganan Presiden. Di
Kementerian Perdagangan sendiri upaya untuk menjawab tantangan
globalisasi bukan hanya MEA 2015 secara sempit dengan membentuk
Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen melalui
Peraturan Menteri Perdagangan No. 31 Tahun 2010 yang telah
disempurnakan dengan Peraturan Menteri Perdagangan No. 57 Tahun 2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan dengan misi
meningkatkan daya saing ekspor, meningkatkan pengawasan dan
perlindungan konsumen, serta berperan sebagai pengelola kebijakan
maupun pelaksanaan atas program pengembangan sekaligus pengamanan
perdagangan dalam negeri.Hal yang perlu mendapat prioritas untuk segera
direalisasikan yaitu agar pemerintah dan DPR segera mengamandemen
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak sehat untuk memberikan amunisi bagi KPPU
dalam menjalankan tugas menangani perkara terkait persaingan usaha
sehat dengan melibatkanberbagai stakeholder.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
MEA mempunyai tujuan untuk memajukan perekonomian bangsa-bangsa
asean. Dan tujuan MEA tersebut sesuai dengan tujuan pasar bebas. Peraturan-
peraturan dan etika-etika yang dianut MEA pun sudah sesuai dengan peraturan dan
etika pasar bebas, hal ini terlihat dari karakteristik-karakteristik MEA dan persetujuan
yang terjadi diantara bangsa-bangsa asean. Ditambah lagi dengan adanya KPPU yang
berfungsi untuk mengawasi ada tidaknya praktek-praktek monopoli dan sebagainya,
yang membuat perusahaan-perusahan tidak dapat seenaknya melakukan kecurangan.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://nandaagustika.blogspot.co.id/2014/12/etika-bisnis-pasar-bebas.html

http://pengertian.website/pengertian-mea-dan-ciri-ciri-masyarakat-ekonomi-asean/

http://agustya9.blogspot.co.id/2012/01/perjanjian-yang-dilarang-oleh-uu-no-

5.html http://kikigunadarma.blogspot.co.id/2011/12/intisari-dari-uu-anti-

monopoli-dan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pengawas_Persaingan_Usaha

http://roysanjaya.blogspot.co.id/2011/01/kegiatan-yang-dilarang-dalam-hukum.html

http://rechtsvinding.bphn.go.id/artikel/ART%202%20JRV%203%20NO%202%20PRO
TECT. pdf

15

Anda mungkin juga menyukai