PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
MEA atau singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah system perdagangan bebas
atau free trade yang dilakukan oleh Negara Negara ASEAN. Para anggota ASEAN termasuk
Indonesia telah menyetujui perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN tersebut.
Kehadiran perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara diyakini akan memberikan peluang
sekaligus tantangan bagi perekonomian Indonesia, tak terkecuali bagi industri keuangan syariah.
Memang, tidak mudah mengembangkan keuangan syariah Indonesia untuk dapat bersaing dan
beroperasi di lintas negara ASEAN mengingat industri keuangan syariah Indonesia merupakan
pendatang baru jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia yang sudah lebih
dulu mengembangkan keuangan syariah. Apalagi, keuangan syariah di negeri ini masih
menghadapi berbagai kendala yang bisa menjadi penghambat pengembangan keuangan syariah
di masa mendatang.
B. Rumusan Masalah
1. Penjelasan Tentang Lembaga Keuangan Syariah
2. Penjelasan Tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN
3. Pembahasan Tentang Apa Saja Peluang Dan Tantangan LKS Dalam Menghadapi
MEA
BAB II
PEMBAHASAN
1
1 Ahmad Rodoni (dkk), Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta Timur: Bestari Buana Murni, 2008, 6-7
2Ibid hal.8
2
Adanya bank atau lembaga keuangan syariah merupakan bentuk perjuangan umat Islam
Indonesia dalam pemikiran ekonomi yang menginginkan adanya lembaga keuangan yang
beroperasi sesuai dengan syariah Islam. Lembaga Keuangan Syariah sebagai bagian dari Sistem
Ekonomi Syariah, dalam menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari saringan
Syariah. Oleh karena itu, Lembaga Keuangan Syariah tidak akan mungkin membiayai usahausaha yang di dalamnya terkandung hal-hal yang diharamkan, proyek yang menimbulkan
kemudharatan bagi masyarakat luas, berkaitan dengan perbuatan asusila, perjudian, peredaran
narkoba, senjata illegal, serta proyek-proyek yang dapat merugikan syiar Islam. Untuk itu dalam
struktur organisasi Lembaga Keuangan Syariah harus terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS)
yang bertugas mengawasi produk dan operasional lembaga tersebut.
Prinsip Operasional Lembaga Keuangan Syraiah
Dalam operasionalnya, Lembaga Keuangan Syariah berada dalam koridor prinsip-prinsip:
Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan resiko
terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya.
Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Peranan LKS Dalam Proses Intermediasi
Sebagai lembaga intermediasi, lembaga keuangan syariah memiliki peran yang sangat strategis,
antar lain:
Pengalihan aset (aset transmutation). Bank syariah dan lembaga keuangan syariah
bukan bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam
jangka tertentu yang telah disepakati. Pengalihan aset dapat juga terjadi jika bank
syariah dan lembaga keuangan syariah bukan bank menerbitkan sekuritas sekunder yang
diterbitkan oleh unit defisit.
dibutuhkan.
Relokasi, pendapatan banyak individu menyisihkan dan merealokasikan pendapatannya
3 http://pengertian.website/pengertian-mea-dan-ciri-ciri-masyarakat-ekonomi-asean/
pilar yang tidak bisa terpisahkan dari komunitas ASEA. Seluruh pihak diharapkan agar dapat
bekerja sama secara kuat didalam membangun komunitas ASEAN di tahun 2020.
Ciri Ciri Dan Unsur Masyarakat Ekonomi ASEAN
ASEAN Economic Community (AEC) merupakan realisasi tujuan akhir dari integrasi
ekonomi yang tertuang dalam Visi 2020, dan didasarkan pada konvergensi kepentingan negara
anggota ASEAN untuk memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada. Komunitas ini
akan membentuk ASEAN sebagai pasar global dan basis produksi tunggal membuat kawasan
ASEAN lebih dinamis dengan mekanisme serta upaya untuk memperkuat pelaksanaan baru yang
ada inisiatif ekonomi, memfasilitasi pergerakan bisnis, melakukan percepatan integrasi regional
di sektor-sektor prioritas, tenaga kerja terampil dan bakat dan memperkuat kelembagaan
mekanisme ASEAN.
Adapun bentuk kerjasamanya ialah
sumber daerah.
meningkatkan peran dari sektor swasta untuk dapat membangun MEA atau Masyarakat
Ekonomi ASEAN.
Ciri-ciri ini akan sangat saling berkaitan dengan kuat. Dengan memasukkan pada unsur-unsur
yang paling dibutuhkan dari setiap masing-masing ciri-ciri dan mesti dapat memastikan untuk
konsisten dan adanya keterpaduan dari unsur-unsur dan pelaksanaannya yang tepat dan bisa
saling mengkoordinasi antara para pemangku kekuasaan atau kepentingan yang punya relevansi.
C. PELUANG DAN TANTANGAN LKS TERHADAP MEA
Peluang LKS
MEA dapat memberikan peluang untuk mengembangkan pasar bagi industri keuangan syariah,
sehingga industri keuangan syariah bisa beroperasi lintas negara Asean. Dalam menghadapi
MEA 2015, LKS juga menerapkan kebijakan dan regulasi yang mendukung industri keuangan
syariah Indonesia.
langkah yang harus disiapkan oleh LKS dalam menghadapi MEA
adalah pertama,mengembangkan kerangka regulasi yang mendukung pengembangan pasar
modal dan Industri Keuangan Syariah syariah. Kedua, mengembangkan produk pasar modal dan
jasa keuangan syariah.
Selain dua strategi itu, OJK (Otoritas Jasa Keuangan) juga mengupayakan kesetaraan produk
keuangan syariah dengan produk konvensional, meningkatkan pengembangan sumber daya
manusia di Industri Keuangan syariah, serta mendorong peningkatan kualitas tata kelola
perusahaan yang baik.
Tantangan LKS
Kita telah ketahui bersama kalau MEA merupakan persetujuan dari semua anggota dari Negara
ASEAN dalam menjalani kegiatan ekonomi dalam bentuk Pasar Bebas. Sebagai Lembaga yang
kegiatannya di bidang keungan syariah yang menghimpun atau menyalurkan Dana dengan
4
prinsip syariah, LKS selain mempunyai peluang sudah pasti akan menuai tantangan dalam
menghadapi MEA.
4 http://albahjahonline.com/index.php/2016-02-12-00-08-35/keluarga/item/68-tantangan-industrikeuangan-syariah-menghadapi-mea
6
beberapa tantangan yang harus menjadi perhatian dalam pengembangan industri jasa keuangan
syariah Indonesia. Pertama, tingkat market share dan profitabilitas industri keuangan syariah kita
masih relatif rendah dibanding yang konvensional. Rata-rata ROA perbankan syariah kita dua
tahun terakhir baru mencapai 2,4 persen. Sedangkan perbankan konvensional mencapai 3,1
persen. Sementara itu, market share perbankan syariah dan IKNB syariah masing-masing baru
mencapai 5 persen dan 10 persen.
Tantangan berikutnya adalah masih rendahnya literasi keuangan masyarakat kita terhadap produk
dan jasa keuangan yang ditawarkan lembaga keuangan syariah. Selain itu, masih terbatasnya
ahli-ahli produk dan jasa keuangan syariah, terutama untuk mendukung inovasi produk/jasa
keuangan syariah dan mengevaluasi kelayakan pembiayaan proyek-proyek strategis. Tantangan
yang lain adalah masih belum optimalnya pembiayaan bagi proyek-proyek strategis seperti
proyek-proyek infrastruktur pemerintah, energi dan eksploitasi sumber daya alam, serta
transportasi dan komunikasi.
Oleh karena itu, untuk menjaga momentum pertumbuhan industri jasa keuangan syariah di
Indonesia, OJK dan seluruh stakeholder terkait akan terus melakukan berbagai upaya strategis
dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Pertama, OJK akan secara terus-menerus
melakukan edukasi dan capacity building bagi industri jasa keuangan syariah Indonesia. Kedua,
OJK harus mendorong terciptanya sinergi dan kerja sama di antara pelaku pasar di industri
keuangan syariah, yaitu pasar modal syariah, perbankan syariah, asuransi syariah, koperasi
syariah, dan lembaga keuangan mikrosyariah lainnya.
Ketiga, OJK akan mendorong penguatan infrastruktur manajemen risiko dan budaya risiko di industri untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya gejolak/volatilitas ekonomi di masa depan.
Keempat, OJK bakal secara kontinu menyiapkan kerangka regulasi serta pengaturan dan
pengawasan terhadap industri jasa keuangan syariah. Kelima, OJK akan terus meningkatkan
kerja sama dengan semua pihak, baik di level domestik maupun internasional, untuk senantiasa
mengikuti arah perkembangan kebijakan keuangan syariah di dunia internasional.
5http://www2.jawapos.com/baca/opinidetail/8786/industri-keuangan-syariah-menghadapi-meaenghadapi-mea
Saat ini OJK juga sedang menyusun masterplan pengembangan keuangan syariah. Dengan
begitu, pengembangan industri jasa keuangan syariah Indonesia ke depan dapat dilaksanakan
secara optimal. Khususnya dalam menyambut era MEA 2015 untuk IKNB syariah dan pasar
modal syariah serta MEA 2020 untuk perbankan syariah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Lembaga keuanagan syariah adalah lembaga yang berperan dalam bidang keuangan yang
menyalurkan dana dan menyimpan dana dengan berlandaskan prinsip syariah adapun MEA atau
singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah perdagangan bebas yang dilakukan oleh
para anggota Negara ASEAN.
Lembaga keuangan syariah dalam menghadapi MEA akan menuai Peluang dan tantangan dan
dari peluang dan tantangan tersebut, diharapkan LKS yang ada di Negara kita Indonesia bisa
lebih maju dan mampu bersaing dengan LKS dari Negara Negara lain , seperti Malaysia ,
Thailand , singapura dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman, Ekonisia:
Yogyakarta, 2006.
Iswardono, Uang Dan Bank, BPFE: Yogyakarta, 1999.
9
10