Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM DALAM MASYARAKAT


ISLAM
“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis”

Disusn Oleh:
Kelompok 9

Prayoga Rahayu (21.40.068)


Asriful Munajah ()

INSTITUT AGAMA ISLAM AN NADWAH KUALA TUNGKAL


KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT karena telah memberikan kesempatan


rahmat dan hidayah- NYA sehingga penulis diberi waktu dan kesempatan untuk
menyelesaaikan makalah yang berjudul “implementasi etika bisnis islam dalam
masyarakat islam”. Disusunnya makalah ini juga diintegrasikan dengan
pemikiran pemikiran dari ahli dan konsep-konsep yang baru berkembang.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
ini. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan sangat membantu penulis demi
tercapainya kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini dibuat. Semoga
dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin Terimakasih.

Penulis

Prayoga Rahayu

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
A. Peran Negara...................................................................................................................
B. Institusi Hibah.................................................................................................................
C. Kontrol Masyarakat.........................................................................................................
D. Ketakwaan Individu........................................................................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Latar belakang implementasi etika bisnis Islam dalam masyarakat Islam
menjadi sangat penting mengingat perkembangan pesat dunia bisnis yang semakin
kompleks dan global. Dalam era globalisasi ini, nilai-nilai moral dan etika
seringkali terabaikan demi pencapaian tujuan bisnis yang semata-mata bersifat
materi. Di tengah kondisi ini, masyarakat Islam sebagai pemegang nilai-nilai
keagamaan dan moral yang kaya, merasa perlunya penerapan etika bisnis Islam
sebagai landasan dalam beraktivitas ekonomi.
Penerapan etika bisnis Islam menjadi relevan mengingat bahwa prinsip-
prinsip ekonomi Islam mendorong adanya keadilan, keberlanjutan, dan
keseimbangan dalam setiap transaksi bisnis. Nilai-nilai seperti transparansi,
kejujuran, dan tanggung jawab sosial merupakan poin utama dalam etika bisnis
Islam. Dalam konteks ini, implementasi etika bisnis Islam dapat menjadi pilar
utama dalam menciptakan lingkungan bisnis yang adil, berkelanjutan, dan
bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Selain itu, adanya tantangan global seperti ketidakstabilan ekonomi,
perubahan iklim, dan kemiskinan memerlukan suatu paradigma bisnis yang
berfokus pada keberlanjutan dan keadilan sosial. Etika bisnis Islam menawarkan
pendekatan holistik yang mencakup keadilan distributif, keberlanjutan
lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, implementasi etika
bisnis Islam bukan hanya sebagai kewajiban keagamaan, tetapi juga sebagai
strategi untuk mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Dengan demikian, makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang
konsep-konsep etika bisnis Islam dan dampak positifnya terhadap masyarakat
Islam, serta bagaimana penerapannya dapat menjadi solusi bagi tantangan
ekonomi dan sosial yang dihadapi oleh dunia bisnis kontemporer.

iv
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep-konsep etika bisnis Islam tercermin dalam praktik bisnis di
masyarakat Islam?
2. Apa saja tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam implementasi etika
bisnis Islam dalam kegiatan ekonomi masyarakat Islam?
3. Bagaimana dampak implementasi etika bisnis Islam terhadap pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Islam?

C. TUJUAN
1. Menganalisis konsep-konsep etika bisnis Islam dan memahami bagaimana
nilai-nilai tersebut dapat diaplikasikan dalam praktik bisnis sehari-hari di
masyarakat Islam.
2. Menjelaskan tantangan dan hambatan yang mungkin muncul dalam upaya
mengimplementasikan etika bisnis Islam, serta menyajikan solusi untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut.
3. Mengidentifikasi dampak positif dari implementasi etika bisnis Islam terhadap
aspek-aspek ekonomi, sosial, dan kesejahteraan masyarakat Islam.

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Negara
Peran negara merujuk pada fungsi dan tanggung jawab pemerintah dalam
mengelola, mengatur, dan mengawasi berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Definisi peran negara mencakup kebijakan pembangunan, keamanan,
kesejahteraan, serta regulasi dalam rangka menciptakan kondisi yang kondusif
bagi pembangunan nasional. Peran negara juga melibatkan penyediaan layanan
dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur guna memastikan
kesejahteraan masyarakat. Selain itu, negara memiliki tanggung jawab untuk
menciptakan dan menjaga aturan hukum yang adil, menjalankan kebijakan fiskal
dan moneter, serta memberikan perlindungan kepada warganya. Dalam konteks
ekonomi, peran negara melibatkan pembentukan kebijakan yang mengarah pada
distribusi kekayaan yang merata, melindungi hak-hak konsumen, dan
menciptakan lingkungan bisnis yang berkelanjutan. Dengan demikian, definisi
peran negara mencakup keterlibatan pemerintah dalam menyelenggarakan
pelayanan publik, menjaga stabilitas sosial dan ekonomi, serta menciptakan dasar
bagi pembangunan masyarakat secara menyeluruh.
Dalam konteks implementasi etika bisnis Islam dalam masyarakat Islam,
peran negara menjadi sangat signifikan. Negara memiliki tanggung jawab untuk
menciptakan kerangka regulasi yang mendukung dan mendorong praktik bisnis
yang sesuai dengan nilai-nilai etika Islam. Pertama-tama, pemerintah dapat
memainkan peran kunci dalam merumuskan kebijakan ekonomi yang sesuai
dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam, seperti keadilan distributif, transparansi,
dan larangan riba. Melalui regulasi ini, negara dapat memberikan pedoman yang
jelas bagi pelaku bisnis untuk beroperasi secara etis.
Selain itu, negara juga memiliki peran dalam melakukan pengawasan dan
penegakan hukum terhadap pelanggaran etika bisnis Islam. Mekanisme
pengawasan yang efektif dapat membantu mencegah praktik-praktik bisnis yang
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, seperti penipuan, manipulasi pasar, atau
eksploitasi. Dengan adanya penegakan hukum yang kuat, pelaku bisnis akan

vi
merasa terdorong untuk mengikuti norma-norma etika bisnis Islam guna
menghindari konsekuensi hukum yang mungkin timbul.
Selain itu, negara dapat berperan dalam memberikan insentif kepada
perusahaan yang secara aktif menerapkan etika bisnis Islam. Insentif ini dapat
berupa pembebasan pajak, bantuan keuangan, atau dukungan lainnya yang dapat
mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik bisnis yang lebih etis. Dengan
demikian, pemerintah tidak hanya menjadi pengawas, tetapi juga mitra aktif
dalam mempromosikan etika bisnis Islam sebagai bagian integral dari
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan adil dalam masyarakat Islam.
Pentingnya peran negara dalam konteks ini bukan hanya sebatas
menciptakan regulasi, tetapi juga sebagai fasilitator dan pembina masyarakat
dalam mewujudkan bisnis yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Dengan demikian,
negara memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung, mengawasi, dan mengembangkan praktik bisnis yang sesuai dengan
etika Islam.

B. Institusi Hibah
Institusi hibah, atau yang dikenal dalam konteks Islam sebagai wakaf,
merujuk pada entitas atau badan hukum yang didirikan untuk mengelola harta atau
aset yang diperuntukkan untuk kepentingan umum dan kesejahteraan masyarakat.
Prinsip dasar dari institusi hibah adalah memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat dengan cara memberdayakan ekonomi, mendukung pendidikan,
kesehatan, dan berbagai kegiatan amal lainnya. Hibah dalam konteks ini bukan
hanya sebatas sumbangan materi, melainkan berfungsi sebagai instrumen strategis
yang menciptakan nilai sosial dan ekonomi dalam jangka panjang. Institusi hibah
tidak hanya mengacu pada lembaga amal formal, tetapi juga mencakup berbagai
bentuk entitas, seperti yayasan dan lembaga nirlaba, yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial dan mempromosikan nilai-nilai etika bisnis
Islam melalui pengelolaan dan pemanfaatan harta atau aset yang diberikan secara
sukarela oleh individu atau perusahaan. Dengan demikian, institusi hibah

vii
merupakan instrumen utama dalam mendukung praktik bisnis yang berlandaskan
etika Islam dan memiliki dampak positif pada perkembangan masyarakat.
Institusi hibah memegang peranan penting dalam konteks implementasi
etika bisnis Islam dalam masyarakat Islam. Dalam prinsip-prinsip ekonomi Islam,
hibah (wakaf) dianggap sebagai instrumen yang mampu menghasilkan dampak
positif dalam pembangunan ekonomi dan sosial. Institusi hibah, yang melibatkan
pemberian harta atau aset untuk kepentingan umum, dapat menjadi sarana untuk
mengurangi disparitas ekonomi, mendorong kesejahteraan sosial, dan
mempromosikan etika bisnis yang inklusif.
Dalam konteks bisnis Islam, institusi hibah dapat mendukung pelaksanaan
etika bisnis dengan menjadi sumber pendanaan untuk proyek-proyek yang
memiliki dampak positif pada masyarakat dan lingkungan. Hibah bisnis dapat
digunakan untuk mendukung inisiatif-inisiatif yang mempromosikan
keberlanjutan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Selain itu,
institusi hibah juga dapat membantu menciptakan lingkungan bisnis yang adil dan
berkelanjutan dengan mengalokasikan sebagian keuntungan bisnis untuk
kesejahteraan umum.
Dengan melibatkan institusi hibah dalam implementasi etika bisnis Islam,
perusahaan dapat menunjukkan tanggung jawab sosialnya dan berkontribusi pada
pembangunan masyarakat secara menyeluruh. Pemberian hibah tidak hanya
dianggap sebagai kewajiban keagamaan, tetapi juga sebagai strategi bisnis yang
berkelanjutan dan memperkuat ikatan antara bisnis dan masyarakat. Dengan
demikian, institusi hibah menjadi alat yang potensial untuk membentuk
pemandangan bisnis yang sesuai dengan prinsip-prinsip etika Islam dan
menciptakan dampak positif dalam perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat
Islam.

C. Kontrol Masyarakat
Kontrol masyarakat adalah suatu mekanisme pengawasan atau regulasi
yang dilakukan oleh masyarakat terhadap perilaku individu atau kelompok dalam
suatu komunitas. Ini mencakup norma-norma sosial, nilai-nilai, dan aturan-aturan

viii
yang dipegang oleh masyarakat untuk memastikan bahwa tingkah laku dan
kegiatan yang terjadi sesuai dengan standar yang dianggap dapat diterima oleh
masyarakat tersebut. Kontrol masyarakat melibatkan interaksi sosial dan
pembentukan opini kolektif yang memberikan tekanan atau insentif sosial kepada
individu atau kelompok agar berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku. Hal
ini dapat terjadi secara informal melalui penilaian sosial atau formal melalui
proses hukum dan regulasi yang diterapkan oleh lembaga-lembaga yang diakui
oleh masyarakat. Dengan demikian, kontrol masyarakat memainkan peran penting
dalam menjaga keseimbangan sosial, mempromosikan etika, dan memberikan
arah yang diharapkan dalam perkembangan suatu komunitas.
Kontrol masyarakat dalam konteks implementasi etika bisnis Islam dalam
masyarakat Islam mencerminkan peran kritis masyarakat sebagai pengawas dan
penegak nilai-nilai moral dalam lingkungan bisnis. Dalam prinsip etika bisnis
Islam, masyarakat memegang peran penting dalam menilai, memberikan
dukungan, atau bahkan memberikan sanksi terhadap perusahaan atau individu
yang terlibat dalam praktik bisnis yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
Norma-norma sosial, nilai-nilai agama, dan kesadaran kolektif dalam masyarakat
Islam menjadi instrumen kontrol yang mengarah pada penerapan etika bisnis yang
adil, transparan, dan berkelanjutan.
Ketika masyarakat memiliki pemahaman yang kuat terkait prinsip-prinsip
etika bisnis Islam, mereka dapat memberikan dorongan positif kepada perusahaan
yang menerapkan praktik bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan.
Sebaliknya, masyarakat juga dapat mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap
praktik bisnis yang tidak etis melalui penolakan pembelian produk atau jasa dari
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, kontrol masyarakat bukan hanya
menciptakan tekanan sosial terhadap pelaku bisnis untuk mengikuti norma etika
Islam, tetapi juga berperan sebagai penjaga moralitas kolektif yang dapat
membentuk dan memelihara lingkungan bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai
keagamaan.
Dalam hal ini, kontrol masyarakat menjadi instrumen yang mendukung
implementasi etika bisnis Islam dengan membentuk suatu iklim di mana

ix
perusahaan merasa berkewajiban untuk mengintegrasikan nilai-nilai moral dan
etika Islam dalam setiap aspek kegiatan bisnisnya. Kontrol masyarakat, baik
melalui respons positif maupun negatif terhadap praktik bisnis, berkontribusi pada
pembentukan budaya bisnis yang sejalan dengan prinsip-prinsip etika Islam.

D. Ketakwaan Individu
Ketakwaan individu merujuk pada kesadaran dan ketaatan seseorang
terhadap ajaran-ajaran agama yang dianutnya. Lebih khusus lagi, dalam konteks
Islam, ketakwaan mencakup keterhubungan yang erat antara individu dan Tuhan,
diungkapkan melalui perilaku, amal ibadah, dan pematuhan terhadap nilai-nilai
moral dan etika yang diajarkan oleh agama Islam. Individu yang mencapai tingkat
ketakwaan tinggi diyakini memiliki kesadaran spiritual yang mendalam,
bertanggung jawab terhadap tindakan mereka, serta selalu berusaha menjalani
hidup sesuai dengan prinsip-prinsip agama.
Ketakwaan individu tidak hanya terbatas pada aspek ritual ibadah semata,
tetapi juga mencakup dimensi moral, sosial, dan etika dalam kehidupan sehari-
hari. Individu yang taqwa berusaha menjalani hidup dengan penuh kejujuran,
keadilan, dan kasih sayang terhadap sesama. Mereka memiliki kesadaran yang
kuat terhadap konsekuensi etis dari setiap tindakan dan keputusan yang mereka
ambil, serta senantiasa mengupayakan kebaikan dan kesejahteraan bersama.
Dengan demikian, ketakwaan individu tidak hanya menjadi bentuk
pengabdian kepada Tuhan, tetapi juga menjadi pedoman dalam menjalani
kehidupan yang berarti dan bermakna. Kesadaran akan kewajiban agama, nilai-
nilai moral, dan etika yang tercermin dalam perilaku sehari-hari adalah ciri khas
dari individu yang mencapai tingkat ketakwaan, yang pada gilirannya diharapkan
membawa dampak positif dalam membentuk karakter dan kontribusi positif
individu terhadap masyarakat.
Ketakwaan individu dalam konteks implementasi etika bisnis Islam dalam
masyarakat Islam memegang peran sentral sebagai pilar moral dan spiritual yang
mengarahkan perilaku pelaku bisnis. Individu yang mencapai tingkat ketakwaan
yang tinggi dalam ajaran Islam diyakini akan membawa dampak positif dalam

x
konteks bisnis. Ketakwaan mencakup kesadaran akan kewajiban moral dan etika
yang harus dijunjung tinggi dalam setiap transaksi bisnis.
Dalam konteks etika bisnis Islam, individu yang taqwa akan menghindari
praktik bisnis yang merugikan atau merugikan pihak lain, termasuk transaksi yang
melibatkan riba, kecurangan, atau eksploitasi. Ketakwaan membimbing pelaku
bisnis untuk memastikan bahwa praktik bisnisnya sejalan dengan prinsip-prinsip
keadilan, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan. Pemikiran ini tercermin
dalam kejujuran dalam setiap transaksi, perlakuan adil terhadap karyawan dan
mitra bisnis, serta perhatian terhadap dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan
bisnis.
Lebih lanjut, ketakwaan individu dalam konteks bisnis Islam tidak hanya
bersifat ritual, melainkan melibatkan komitmen untuk menjalankan bisnis dengan
mengikuti pedoman moral dan etika yang diberikan oleh ajaran Islam. Dengan
demikian, ketakwaan individu menjadi kekuatan penggerak untuk menciptakan
lingkungan bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai agama, menciptakan kepercayaan
masyarakat, dan memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan ekonomi
dan sosial masyarakat Islam secara keseluruhan.
Bertaqwa adalah senantiasa bermuamalah dengan muamalah yang Islami
atau berbisnis secara Islami. Adapun aktifitas dan etika bisnis Islam adalah
sebagai berikut:
1. Pebisnis harus jujur (shiddiq)
Shiddiq adalah berkata benar. Jujur terhadap diri sendri, makhluk lain dan
sang pencipta. Tanpa kejujuran semua hubungan termasuk hubungan bisnis
tidak akan berjalan lama. Kejujuran merupakan kualitas dasar kepribadian
moral. Tanpa kejujuran seseorang tidak dapat maju selangkahpun karena ia
belum berani menjadi dirinya sendiri. Orang yang tidak lurus tidak mengambil
dirinya sendiri sebagai titik tolak, tanpa kejujuran keutamaan moral lainnya
kehilangan nilai. Bersikap baik terhadap orang lain tanpa kejujuran adalah
kemunafikan. Islam mengajarkan kepada manusia kejujuran merupakan syarat
yang paling mendasar didalam melakukan kegiatan. Rasulullah SAW
menganjurkan kepada umatnya untuk melakukan kejujuran disegala bentuk

xi
aktifitas, selanjutnya seorang pebisnis harus berlaku jujur yang dilandasi
keinginan agar orang mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan sebagaimana
yang ia inginkan dengan cara menjelaskan kelemahan, kekurangan serta
kelebihan barang yang ia ketahui kepada orang atau mitranya, baik yang
terlihat maupun yang tidak terlihat oleh orang lain.

2. Amanah
Islam mewajibkan pembisnis untuk mempunyai sikap amanah terhadap
dirinya sendiri dan orang lain, Sikap amanah nilai dasarnya terpercaya dan nilai
dalam berbisnisnya ialah adanya kepercayaan, bertanggung jawab, transparan
dan tepat waktu. Kejujuran dan amanah mempunyai hubungan yang sangat
erat, karena jika seseorang telah dapat berlaku jujur pastilah orang tersebut
amanah (terpercaya).
3. Adil
Tindakan memberikan keadilan terhadap keterlibatan semua pihak dalam
bisnis merupakan praktek keutamaan. Prinsip keadilan perlu dilakukan agar
setiap orang dalam kegiataan bisnis secara internal maupun eksternal
perusahaan diperlakukan sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing.
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang simbang antara hak dan
kewajiban. Keadilan juga dapat berarti suatu tindakan yang tidak berat sebelah
atau tidak memihak kesalah satu pihak, memberikan sesuatu kepada orang
sesuai dengan hak yang harus diperolehnya.
Bertindak secara adil berarti mengetahui hak dan kewajiban, mengerti
mana yang benar dan yang salah, bertindak jujur dan tepat menurut peraturan
dan hukum yang telah ditetapkan serta tidak bertindak sewenang-wenang.
Islam sangat menganjurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis dan melarang
berbuat curang. Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis
tersebut karena kunci keberhasilan bisnis adalah keadilan

xii
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara keseluruhan, implementasi etika bisnis Islam dalam masyarakat
Islam memiliki relevansi dan urgensi yang signifikan dalam menghadapi
dinamika bisnis global. Makalah ini menggarisbawahi bahwa etika bisnis Islam
bukan hanya sekadar seperangkat aturan, tetapi mencerminkan sebuah kerangka
nilai yang komprehensif yang mencakup aspek spiritual, moral, dan sosial. Praktik
bisnis yang berlandaskan etika Islam mendorong transparansi, keadilan, dan
keberlanjutan, menciptakan pondasi untuk pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan inklusif. Peran negara dalam menciptakan regulasi yang
mendukung, serta peran institusi hibah dan kontrol masyarakat dalam membentuk
budaya bisnis yang etis, menjadi faktor-faktor penentu keberhasilan implementasi
etika bisnis Islam. Sementara itu, ketakwaan individu menjadi kekuatan utama
dalam menjaga integritas bisnis dan menciptakan dampak positif pada
masyarakat. Oleh karena itu, keseluruhan upaya implementasi etika bisnis Islam
tidak hanya memberikan arah moral bagi pelaku bisnis, tetapi juga merupakan
kunci untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang adil, berkelanjutan, dan
bermakna dalam konteks masyarakat Islam.

xiii
DAFTAR PUSTAKA

Lihat Pasal 27 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Halifah, Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Komunikasi Pemasaran


Pada Butik Moshaict Surabaya, Jurnal Kajian Bisnis, Hlm. 21

Edi Harahap dan Messi, “Menanamkan Nilai-Nilai Kejujuran didalam Kegiatan


Madrasah Bebasrama (BOARDING SCHOOL)”, Vol. 1. No. 1. Juli 2017.
Erly Juliyani, “ Etika Bisnis dalam Persepektif Islam ”, Vol. 7 No. 1. Maret 2016.

Halifah. Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Komunikasi Pemasaran


Pada Butik Moshaict Surabaya Jurnal Kajian Bisnis.

Harahap Edi dan Messi. “Menanamkan Nilai-Nilai Kejujuran didalam Kegiatan


Madrasah Bebasrama (BOARDING SCHOOL)”. Vol. 1. No. 1. Juli 2017.

Juliyani Erly. “Etika Bisnis dalam Persepektif Islam”. Vol. 7 No. 1. Maret 2016.
UUD Negara Republik Indonesia Pasal 27 ayat (2) Tahun 1945.

xiv

Anda mungkin juga menyukai