Anda di halaman 1dari 29

• KD 3.

9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel


Identitas novel

• Judul : Ronggeng Dukuh Paruk


• Bagian :III ( Jantera Bianglala )
• Pengarang : Ahmad Tohari
• Penerbit : Gramedia
• Tahun Terbit : 2003
• Halaman : 397 halaman (total)
HASIL ANALISIS
Menelaah unsur Instrinsik sinopsis “Jentera Bianglala”
1. TEMA
Dalam novel “Jentera Bianglala” pengarang Ahmad Tohari mengangkat
cerita yang bertemakan tentang politik, sosial dan ekonomi. Cerita ini
dibuat saat terjadinya Gerakan 30 September Tahun 1965, dimana pengarang
menjadi saksi hidup dan tersadar atas kejahatan yang dilakukan oleh PKI
pada saat itu. Oleh karena itu, Ahmad Tohari sering kali memuat tentang
nasib manusia (rakyat) yang menderita, dan secara garis besar cerita dalam
novel ini mengiisah tentang penderitaan, keterpinggiran atau kenelangsaan
masyarakat bawah.
• 2. ALUR
Alur atau jalannya cerita dalam sinopsis “Jentera Bianglala” menggunakan
alur maju yang disertai dengan “flash back” atau kembali ( mundur ) kemasa lalu,
baik yang dialami oleh tokoh utama atau pemeran lainya. Dalam cerita ini yakni
ditengah-tengah cerita pengarang menceritakan kembali masa lalu yang sempat
dialami oleh pemeran cerita. Seperti menceritakan kembali terjadinya peristiwa
tempe bongrek sebelas tahun yang lalu atau semasa bayinya Srintil.
3. AMANAT
• Jangan mudah percaya dengan orang
• Sebuah kesabaran yang diiringi dengan kerja keras akan dibuahi
hasil yang memuaskan.
KAIDAH KEBAHASAAN
NOVEL JENTERA BIANGLALA

• Gaya bahasa dalam novel Jantera Bianglala yaitu banyak


perpaduan atau campuran. Pengarang banyak menggunakan
bahasa Jawa ditengah- tengah bahasa Indonesia. Ini sesuai
kenyataan kehidupan sehari-hari pengarang maupun msyarakat
Jawa umumnya.
Gaya bahasa

Gaya Bahasa yang terlihat dalam novel ini kadang membingungkan, karena
terdapat bahasa jawa dan mantra-mantra jawa.
Misalnya :
Uluk-uluk perkutut manggung
Teka saka negndi,
Teka saba tanah sabrang
Pakanmu apa
Pakanku madu tawon
Manis madu tawon,
Ora manis kaya putuku, Srintil
Majas hiperbola
1. Waktu itu Bajus berterus terang masih bujangan,sambil tersenyum dan mata bercahaya.
2. Jangan lagi ada tatapan yang mengiris hati,jangan lagi ada cibiran yang meremukkan jiwa
3. Oh tetapi disana ada seseorang yang melihatnya dengan mata yang lunak
4. Sehingga Srintil merasakan sebagai runcingnya ranting bambu yang menghujam dada
5. Obornya membuat suara gemuruh
6. Dan kelelakian itu,ketelanjangannya sudah dikenal Srintil melalui kedirian Rasus yang liar
dan kenyal seperti anak kambing,
7. Semuanya tersungging dan matanya berkilat
8. Tamir membuat pengakuan yang segar.
9. Ketika motor sudah berjalan tubuh Srintil menjadi bagian yang terpisah dari sesuatu yang
bergerak
11/12/2018
10. Pelepah-pelepah yang merah terbakar sudah luruh diganti pelepah baru yang hijau dan
segar.
Majas hiperbola dan personifikasi
• Meskipun Dukuh Paruk selalu paling terbelakang namun dulu dia mandiri. Dia
menyatu dengan ketenaran irama calung dan ronggeng

caesar daffa 12a3 11/12/2018


MAJAS PERSONIFIKASI
• (1) Dukuh Paruk masih diam membisu meskipun beberapa jenis
• satwanya sudah terjaga
• (2) Tetes-tetes embun jatuh menimbulkan suara desahan desahan musik
• yang serempak
• (3) Dalam kerimbunan daun-daunnya sedang dipagelarkan merdunya
• harmoni alam yang melantumkan kesyahduan.
caesar daffa 12a3 11/12/2018
MAJAS METAFORA
• Di Pelataran yang membantu di bawah pohon nangka. Ketika angin
• tenggara bertiup dingin menyapu harum bunga kopi yang selalu
• mekar di musim kemarau.
• (2) Mereka pantas berkejaran, bermain dan bertembang. Mereka
• sebaiknya tahu masa kanak- kanak adalah surga yang hanya sekali
• datang.
caesar daffa 12a3 11/12/2018
MAJAS METONIMIA
• (1) Pelita kecil dalam kamar itu melengkapi citra punahnya
• kemanusiaan pada diri bekas mahkota Dukuh Paruk itu
• (2) Di sana di dalam kurung klambu yang tampak dari tempatku berdiri,
• akan terjadi pemusnahan mustika yang selama ini amat kuhargai

caesar daffa 12a3 11/12/2018


MAJAS SIMILE
• Malam hari berlatar langit kemarau, langit seperti akan menelan
• segalanya kecuali apa-apa yang bercahaya

caesar daffa 12a3 11/12/2018


MAJAS HIPERBOLA
• (1) Ini cukup untuk kukatakan bahwa yang terjadi pada dirinya seribu
• kali lebih hebat daripada kematian karena kematian itu sendiri
• adalah anak Kandung kehidupan manusia.
• (2) Aku bisa mendengar semua bisik hati yang paling lirih sekalipun
• (3) Aku dapat melihat mutiara- mutiara jiwa dalam lubuk yang paling
• pingit
• (4) Kedua unggas kecil itu telah melayang beratus - ratus bahkan
• beribu- ribu kilometer mencari genangan air
• (4) Dalam pemukiman yang sempit, hitam, gelap, gulita, pekat,
• terpencil itu lengang sekali, amat sangat lengang
• (5) Aku membiarkan Dukuh Paruk tetap cabul, kere, bodoh, dungu
• dan sumpah serapah
caesar daffa 12a3 11/12/2018
MAJAS LITOTES
• (1) Aku sadar betul diriku terlalu kecil bagi alam
• (2) Aku terkejut menyadari semua orang di tanah airku yang kecil
• ini memenuhi segala keinginanku
• (3) Kita ini memang buruk rupa tapi punya suami dan anak anak

caesar daffa 12a3 11/12/2018


IDIOM DAN PRIBAHASA

1. Meniti nasib
2. Hatinya diamuk nelangsa
3. Si mata keropos
4. Mengundang kerinduan
5. “kucing saja tidak pernah lupa dimana dia dilahirkan”
6. Hati yang terbelah
7. “Seperti letupan polong orok-orok kering menyebar biji, begitu mendadak
sehingga sulit diterka waktunya secara tepat
8. Ada puting beliung berkisar kisar dalam dada serintil
9. Ada denyut keras menyetak jantungku
10. Bulan tua sudah berada di tengah belahan langit barat
Tokoh dan penokohan

• 1. SRINTIL
Srintil adalah gadis yang rapuh, setelah berbagai ujian hidup yang
dihadapinya. Ia senang dapat bertemu kembali dengan keluarganya di
Dukuh Paruk. Ia berubah menjadi gadis biasa yang tidak berusaha
mengundang perhatian para lelaki. Ia sangat kecewa saat Nyai Kartareja
memintanya untuk kembali seperti dulu. Ia sangat penuh kasih sayang
terhadap Gober. Ia tidak menyukai sikap Marsusi dan sikapnya yang
semena-mena. Srintil juga emiliki rasa takut yang berlebih erhadap laki-
laki setelah berbagai peristiwa yang menimpanya selama ia di penjara.
Srintil merasa malu pada Rasus, namun masih memiliki harapan bahwa
Rasus mau menerimanya lagi dalam kehidupannya.
Bukti
• “…"Jangan takut seperti itu, jenganten. Dengar. Aku dan Pak Bajus ini
akan berbicara dengan kamu. Beliau ini jauh-jauh datang dari Jakarta.
Mungkin saja, aku tidak tahu persis, beliau membutuhkan teman.
Begitu, Pak Bajus? Oh, aku hampir lupa. Ini uang ganti rugi untuk tanah
si Goder. Atas nasihat Pak Bajus uangmu tak dipotong apa pun.“…” (Pak
Lurah berusaha menenangkan Srintil)

• “…Tetapi entah mengapa kemudian penonton bubar kocar-kacir.


Rentetan tembakan. Srintil lari meninggalkan arena pentas. Dan sebuah
tangan besi mencekal tengkuknya. Dia ingin berteriak namun tangan
besi itu mencekik lehernya kuat-kuat. Srintil hanya bisa meronta-ronta.
Ketika terasa tangan besi itu mengendur ..” (Srintil dengan traumanya)
• 2. RASUS
Rasus adalah seorang pria asal dukuh paruk. Ia berprofesi sebagai seorang tentara. Pada
awalnya ia tidak peduli akan apa yang terjadi pada Dukuh Paruk, hingga kemudian geger
1965 mengubah sikapnya. Ia merindukan Dukuh Paruk dan berusaha untuk kembali
menemui neneknya. Ia adalah orang yang penuh kasih sayang. Ia menemani neneknya
saat ajal menjemputnya. Ia juga masih menganggap orang-orang Dukuh Paruk sebagai
saudara-saudaranya. Saat ia kembali ke Dukuh Paruk, ia menyempatkan diri untuk
nermain dengan anak-anak yang ada disana. Rasus masih menaruh Rasa pada Srintil dan
merasa terusik bila rumahnya dikunjungi oleh laki-laki lain. Ia bahkan memesankan pada
Kartareja untuk menjauhkan Srintil dari tindakannya yang dulu dan menjauhi laki-laki
yang hendak mempermainkan dirinya. Ia juga berpesan supaya Kartareja mendukung bila
ada laki-lai baik yang hendak berhubungan dengan Srintil.
Bukti
“…Rasus berjalan goyang. Sikap tabah yang dipesankan oleh Sersan Pujo berhasil
menjaga tubuh Rasus tidak roboh. Tetapi Rasus tak berhasil menahan air mata ketika
dia sudah berdiri di samping tubuh neneknya. "Nek, aku datang. Aku Rasus, Nek." Dan
tubuh lusuh di bawah kain gombal itu tak kuasa memberi tanggapan apa pun. "Laa
ilaaha illallaah."..” (Rasus mengunjungi neneknya)
• 3. NENEK RASUS
• Nenek Rasus adalah salah seorang tetua di DUkuh Paruk. Ia memiliki cucu
bernama Rasus yang begitu ia sayangi dan rindukan. Ia begitu menantikan
kepulangan Rasus ke Dukuh Paruk, apalagi setelah musibah kebakaran yang
menimpa desa tersebut. Akhirnya ia dapat bertemu dengan cucuknya
menjelang ajalnya.
bukti
• “…Selagi masih mampu mengeluarkan suara maka Rasus-lah yang
selalu dipanggil-panggil. Dalam gerak mata yang samar Nenek
Rasus mengharap seseorang mau memanggil cucunya pulang…” (
Kerinduan Nenek Rasus)
• 4. SAKARYA DAN NYA’I SAKARYA
Keduanya adalah kakek dan nenek Srintil. Keduanya amat menyayangi dan menantikan
kepulangan Srintil ke Dukuh Paruk. Srintil memeluki neneknya saat ia kembali lke Dukuh Paruk.
Hal ini menunjukkan betapa Srintil sangat mempercayai dan menyayangi neneknya. Sakarya
adalah seorang kamitua di Dukuh Paruk. Ia cukup bijaksana dan menyayangi Srintil. Namun,
Sakarya kehilangan semangat hidupnya setelah jatuhnya Dukuh Paruk dan hilangnya peran
Kamitua. Tak lama setelah Srintil pulang, ia meninggal dunia.

Bukti
• “…Srintil yang lunglai digeluti oteh tiga orang perempuan sambil menangis. Dia kemudian dipapah karena tak
mampu lagi berjalan sendiri. Namun Srintil kembali menjerit ketika dari balik genangan air matanya dia melihat
Dukuh Paruk sudah sangat berubah. Dan tangisnya makin menjadi-jadi manakala Srintil membenamkan wajahnya
ke pangkuan neneknya, Nyai Sakarya….“ (Srintil saat kembali ke Dukuh Paruk)

• “…Musim hujan tiba. Sakarya menganjurkan orang-orang Dukuh Paruk melapisi atap-atap gubuk mereka dengan
ilalang buat mengedap air hujan…” (Sakarya dengan bijak memberikan anjuran pada warga Dukuh Paruk.)
• 5. GOBER DAN TAMPI
• Tampi adalah ibu Gober. Ia begitu menyayangi Srintil dan menggambarkan Srintil sebagai ibu
kedua Gober. Gober digambarkan oleh Srintil sebagai anak yang masih polos dan bersih.Srintil
sebagai ibu susunya amatlah menyayanginya. Menghabiskan waktu bersama Gober membuat
Srintil dapat melupakan kemalangan yang menimpa dirinya.
BUKTI
• “…Sekali lagi matanya yang bening menatap Srintil. Dua pasang mata, satu bening dan satu
letih serta kuyu saling tatap mencari makna. Dengan kebeningannya mata Goder menangkap
kesejatian, satu hal yang amat peka dalam jiwa seorang bocah…” (Srintil mengamati Gober)

• “…Dan mengapa orangorang tidak tahu bahwa tempat yang teduh itu hanya bisa dia temui
pada cahaya mata seorang anak yang tertawa riang. Hanya tawa riang Goder yang mampu
membuat Srintil lupa akan penggal sejarah amat getir yang baru dilaluinya…” (Pandangan
Srintil terhadap Gober)
• 6. MARSUSI
• Marsusi digambarkan seagai orng yang keras kepala dan tidak tahu malu. Ia tak
takut dicibir orang dengan menggoda Srintil yang bekas tahanan. Ia juga
memaksa Srintil untuk mengikuti keamuannya. Pada saat Srintil terjatuh, ia
bersikap baik, namun saat Srintil menjauh, ia menjadi penuh oleh nafsu.
BUKTI
• “Marsusi mengerti niat bermanis-manis dengan Srintil akan mengundang
risiko dari yang paling ringan berupa cibiran masyarakat sampai yang
paling berat berupa goyahnya status sebagai orang penting dalam dinas
perkebunan di Wanakeling. Soalnya, Marsusi sungguh rela dikatakan
seperti perjaka tanggung yang merasa amat sulit melupakan anak Dukuh
Paruk yang selalu berpacak gulu sambil melirik dan tersenyum dalam
angannya…” (Marsusi yang tidak tahu malu)
• 7. KARTAREJA DAN NYA’I KARTAREJA
• Kartareja menjadi salah seorang panutan dan tetua Dukuh Paruk setelah kepergian
Sakarya. Ia dan istrinya kini kembali menjadi bagian dari kehidupan Srintil. Nyai
Kartareja adalah orang yang senang membicarakan orang lain. Kabarkepulangan Srintil
cepat menyebr karena Nyai Kartareja. Nyai Kartareja diceritakan memiliki keinginan
untuk menumpang penghasilan pada Srintil dengan berusaha menyatukan Srintil dengan
Marsusi, yang ditolak Srintil mentah-mentah. Srintil sendiri berpendapat bahwa Nyai
Kartareja adalah orang yang bebal.
bukti
• “…Oh, Nyai Kartareja. Rupanya kamu tidak sedikitpun terusik oleh sekian
banyak pertanyaan itu. Kamu bebal. Atau kamu memang tidak peduli akan
keperihanku sehingga kamu tega mendatangkan perkara kelelakian telanjang ke
hadapanku? Nyai Kartareja, kamu kebangeten. Oalah, Gusti...” (Srintil
menyayangkan sikap Nyai Kartareja)
• 8. Bajus
• Bajus adalah orang yang ckup perhatian dan pengertian. Ia memerhatikan
ketika Srintil tampak sakit. Meskipun begitu, kebaikannya perlu
dipertanyakan. Ia dan anak buahnya senang memperhatikan gadis cantik.
Latar tempat dan waktu

DUKUH PARUK
Hampir keseluruhan cerita mengambil latar di Dukuh Paruk. Mulai dari
kepulangan Rasus, kembalinya Srintil, serta kesehariannya setelah kembali dari
penjara. Srintil juga sering berpergian ke Dawuan untuk berbelanja di pasar
Dawuan, menghadiri rapat soal tanah, serta melaporkan diri ke kepolisian
setempat.

“…Langit di atas pesawahan Dukuh Paruk dalam tatapan biasa adalah contoh
wujud kekosongan. Awang-uwung, hampa. Namun dengan tatapan yang sungguh
langit dalam kegelapan malam sama seperti keadaan siang hari, penuh
kehidupan…” (Gambaran Dukuh Paruk).
• TAHUN 1965
• Kejadian-kejadian dalam kisah ini berfokus pada tahun 1960-an, dimana
saat itu politik di Indonesia sedang kacau. Kemiskinan, kriminalitas, serta
perbuatan zalim terjadi dimana-mana. Kebodohan juga masih menjadi
masalah utama pada tahun-tahun tersebut.
SUDUT PANDANG

• Sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga serba tahu.


• Bukti orang ketiga adalah penggunaan kata dia, ia dan nama
orang.
• Serba tahu : 1. “ Ada sebuah titik keberanian muncul di hati
Srintil” halaman 57
• 2. “ kemudian Rasus merasakan sesuatu yang amat pahit masuk
lalu mengental di hatinya “ halaman 7
• 3. “ Yang menggelisahkan Bajus adalah kenyataan bagaimanapun
dia harus menghadapi Blengur “ halaman 104

Anda mungkin juga menyukai