Anda di halaman 1dari 3

Nama : Cathrine Dianka N.

P (05)

Kelas : XII IPS 4

Tanggal : 2 Februrari 2021

Tugas Bahasa Indonesia

Untuk lebih memahami tentang kritik sastra, selesaikan tugas di bawah ini.

1. Berikan contoh satu kritik sastra lengkap, judul bebas!


2. Tuliskan sistematika kritik sastra dan jelaskan!
3. Tuliskan kaidah kebahasaan kritik sastra dan jelaskan!

Jawaban

1. Contoh kritik sastra


Mengupas Tuntas Siberut

Siberut, beserta orang-orang di dalamnya menyimpan sejarah perlawanan yang panjang terhadap
kekuasaan dan politik ekologi di Indonesia. Ia merupakan salah satu pulau paling besar di Kepulauan
Mentawai. Dari sanalah Darmanto dan Abidah Billah Setyowati bertemu dalam satu pembahasan.
Darmanto merupakan peneliti perladangan tradisional Mentawai, yang juga bekerja sama dengan
UNESCO (United Nation Educational Scientific and Cultrural Organization). Darmanto pertama kali
menjejakan kaki di Siberut tahun 2003. Sedangkan Abidah menyelesaikan tesis untuk Universitas
Hawaii. Pada awal pembuatan buku ini, sekitar tahun 2007, mereka menghabiskan tiga tahun untuk
menjabarkan perebutan kekuasaan yang kompleks di Hutan Siberut.

Mereka pun menyusun Berebut Hutan Siberut: Orang Mentawai, Kekuasaaan, dan Politik Ekologi
(2012). Buku ini terdiri dari sepuluh bab. Masing-masing bab memiliki satu pembahasan yang utuh
dan dapat dibaca secara terpisah. Namun penempatan urutan bab memudahkan pembaca mengenal
Siberut beserta kompleksitasnya secara sistematik dan lebih mendalam.

Pembaca akan mengenal sejarah panjang Siberut pada lima bab awal. Sedangkan pada lima bab
setelahnya, lebih banyak menceritakan Orang Siberut serta interaksinya terhadap kekuasaan lain.

Darmanto dan Abidah menjabarkan kondisi alam Siberut dengan proporsional. Sehingga pembaca
yang buta mengenai pulau ini bisa meraba suasana hutan lewat penjelasannya. Meski tidak terfokus
pada penelitian berbasis geologi maupun biologi, tetapi tidak serta merta melepaskan aspek
tersebut pada pembentukan keunikan Pulau Siberut. Ini menjadi nilai lebih karena tak banyak buku
yang menjelaskan sejarah Sisberut secara tuntas.

Di sisi lain, Orang Siberut digambarkan secara polos dan apa adanya. Penulis tidak melebih-lebihkan
atau menutupi kenyataan, bahwa Orang Siberut tidak memiliki tujuan mulia untuk melestarikan
hutan. Mereka hidup dengan adat dan roh-roh yang selama ini mereka percayai. Mereka memiliki
penguasaan hutan yang dikelola secara tradisional.

Semua hubungan tersebut tercampur baur dalam politik ekologi. Di mana hutan tidak akan pernah
lepas dari kehidupan manusia, begitu juga sebaliknya. Namun yang harus diperhatikan adalah
bagaimana manusia memperlakukan hutan tersebut. Apa yang terjadi dengan Siberut tentu masih
sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Di mana kekuasaan memegang peran besar dalam
kendali terhadap hutan maupun lahan.
Orang Siberut, pemerintah, maupun perusahaan memiliki kepentingan tersendiri terhadap hutan.
Mana yang harus dibela? Buku ini tidak mengungkapkannya. Ia hanya memaparkan kondisi
sebenarnya sehingga pembaca dapat menyimpulkan sendiri.

Buku ini baik dalam mengungkapkan seluk-beluk suatu wilayah secara gamblang. Ia mengungkapan
suatu hubungan antara hutan dan kekuasaan yang membayanginya. Baik itu kekuasaan oleh
penduduk asli, pemerintah, perusahaan, atau lainnya. Namun, masih terdapat beberapa narasi yang
kering. Mungkin itu karena ada beberapa kutipan panjang yang ditampilkan dalam satu paragraf,
tanpa narasi yang lebih detail. Kurang lebih bentuknya sama seperti tesis. Tentu hal ini tidak
mengurangi kecukupan informasi pembaca mengenai Siberut. Namun, untuk ukuran buku, narasi
yang menarik tentu akan sangat membantu.

Apa yang Darmanto dan Abidah suguhkan dalam buku ini sangat berguna bagi mereka yang
bergelut dalam gerakan masyarakat, reforma agraria, serta ketegangan antar kekuasaan bekerja.
Pembacaan yang gamblang pada suatu perebutan hutan, menjadi pelajaran penting untuk
menentukan keberpihakan.

2. Sistematika kritik sastra, kritik sastra masih berlandaskan struktur teks eksposisi.
a. Tesis
Adalah pendapat atau opini umum yang biasanya berupa pengenalan dan
deskripsi karya pada kritik atau pengenalan dan definisi umum isu pada esai.
b. Rangkaian argumen
Merupakan argumen atau pendapat-pendapat penulis sebagai penjelasan
khusus dari tesis umum yang telah dipaparkan. Pada teks kritik, bagian ini akan
banyak memuat data, fakta, atau teori yang teruji untuk mendukung argumennya.
Esai biasanya tidak terlalu banyak menggunakan fakta atau data karena sifatnya
biasanya masih memiliki hipotesis baru.
c. Penegasan ulang
Merupakan perumusan kembali secara ringkas mengenai tesis dan berbagai
argumen yang telah disampaikan. Hal ini untuk menyilangkan kembali antara tesis
awal dan rangkaian argumen menjadi kesatuan ide utuh yang dapat diserap dengan
baik oleh pembaca. Bagian ini dapat berisi penilaian akhir dan saran konkret dalam
teks kritik. Esai juga sebaiknya memuat solusi alternatif untuk menyelesaikan
permasalahan yang dibahas.
3. Kaidah kebahasaan kritik sastra
a. Menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif.
Contoh:
1) Oleh karena itu, berhadapan dengan novel model ini, kita (pembaca) mesti
memulainya tanpa prasangka dan menghindar dari jejalan pikiran yang
berpretensi pada sejumlah horison harapan. Bukankah banyak pula novel
kanon yang peristiwa-peristiwa awalnya dibangun melalui narasi yang
lambat?
2) Rangkaian kalimat panjang yang melelahkan itu, diolah dalam kemasan
yang lain sebagai alat untuk membangun peristiwa. Wujudlah rangkai
peristiwa dalam kalimat-kalimat yang tidak menjalar jauh berkepanjangan
ke sana ke mari, tetapi cukup dengan penghadiran dua sampai empat
peristiwa berikut berbagai macam latarnya.
b. Menggunakan pernyataan yang menyatakan fakta untuk mendukung atau
membuktikan kebenaran argumentasi penulis/penuturnya. Mungkin pula
diperkuat oleh pendapat ahli yang dikutipnya ataupun pernyataan-pernyataan
pendukung lainnya yang bersifat menguatkan. Dalam contoh di atas, kutipan tampak
pada ikrar Sumpah Pemuda.
c. Menggunakan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau mengomentari.
Pemanfaatan –atau lebih tepat eksplorasi–setiap kata dan kalimat tampak begitu
cermat dalam usahanya merangkai setiap peristiwa. Eka seperti hendak
menunjukkan dirinya sebagai ”eksperimental” yang sukses bukan lantaran faktor
kebetulan. Ada kesungguhan yang luar biasa dalam menata setiap peristiwa dan
kemudian mengelindankannya menjadi struktur cerita. Di balik itu, tampak pula
adanya semacam kekhawatiran untuk tidak melakukan kelalaian yang tidak perlu.
d. Menggunakan istilah teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya.
Topik contoh teks kritik adalah novel, dan istilah-istilah yang digunakan juga
berkaitan dengan novel, misalnya narator, antologi, eksplorasi, eksperimen, mitos,
biografi , dan alur. Topik pada teks esai adalah film, terutama fi lm ”Batman”. Istilah-
istilah fi lm yang digunakan antara lain orisinalitas, trilog Nolan, planetary, remote
control, alegori, dan candide. Dengan menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
baik cetak maupun versi daring, dan kamus istilah bidang fi lm, carilah arti istilah-
istilah tersebut.
e. Menggunakan kata kerja mental. Hal ini terkait dengan karakteristik teks eksposisi
yang bersifat argumentatif dan bertujuan mengemukakan sejumlah pendapat. Kata
kerja yang dimaksud, antara lain, memendam, mengandalkan, mengidentifi kasi,
mengingatkan, menegaskan, dan menentukan.
Contoh:
1) Sebuah novel yang juga masih memendam semangat eksperimen.
2) Dengan hanya mengandalkan sebuah alinea dan 21 kalimat, Eka bercerita
tentang sebuah tragedi pembantaian yang terjadi di negeri antah-berantah
(Halimunda).
3) Kadang kala muncul di sana-sini pola kalimat yang mengingatkan kita pada
style penulis Melayu Tionghoa.
4) Tiap kali kita memang bisa mengidentifi kasinya dari sebuah topeng
kelelawar yang itu-itu juga.
5) Sebab itu Batman bisa bercerita tentang asal mula, tapi asal mula dalam
posisinya yang bisa diabaikan: wujud yang pertama tak menentukansah atau
tidaknya wujud yang kedua dan terakhir.
6) Yang ada adalah simulacrum–yang masing-masing justru menegaskan yang–
beda dan yang–banyak dari dan ke dalam dirinya, dan tiap aktualisasi punya
harkat yang singular, tak bisa dibandingkan.

Anda mungkin juga menyukai