Anda di halaman 1dari 4

3.

Dokter van arken

Angin kota langsung menerpa,membuat rambut panjangku berkibar-kibar.

“kau mau kemana?” ibu paruh baya bertanya setelah kami keluar dari pangkalan
gerobak.kami dikerubungi para kusir delman yang ramai menawarkan jasa untuk mengantar.

Aku menyebut nama dokter van,dokter belanda yang memilih tetap tinggal
diindonesia.dia dokter yang ramah,mengobati tanpa pandang bulu,orang
kaya,nongrat,miskin,orang kampung,orang kota semua diterimanya.Dokter van bias dibayar
dengan apa saja.rupiah galden,cincin,pisang,hasil bumi,termasuk ikan asap yang kubawa.

Mamak sudah bilang padaku sebelum berangkat tadi pagi,”nung kau temui dokter
van.van,bukan pan “aku mengangguk,”jangan takut padanya dia senantiasa ramah”jelas
mamak lagi sambil menulis di sabakku.rute menuju rumah dokter van dari pangkalan gerobak
,rumahnya tidak terlalu jah,bias ditempuh dengan berjalan kaki.

Hanya saja ketika mendengar tujuanku,ibu paruh baya punya cara lebih baik ke
tempat dokter van.”kau ikut aku saja arah kita sama”

Aku mengangguk tidak menampik tawarannya.kami lantas naik delman terdekat.saat


kusir delan menanyakan tujuan kami,ibu paruh jawa yang menjawab,dan begitu kusir menarik
tali kekang kuda,roda delman yang besar mulai bergerak naik delam memang lebih asik
dibanding gerobak kerbau,apalagi dijalanan kota yang lebih mulus.

Angin kota kembali berembus membuat rambutku berkibar.

Baru kali ini aku ke kota kabupaten seorang diri,dua tiga kalia sebelumnya aku selalu
bersama bapak dan mamak.dan disini,rumah rumahnya berbeda jauh dengan
dikampung,jarang terlihat rumah panggung dan rata rata rumahnya sudah tidak bertiang dan
tidak lagi berdinding kayu lebih mirip bangunan stasiun kereta dikampung kami.kokoh
bertembok semen dengan pintu dan jendela lebar-lebar.

“Berhenti,pak kusir” rasanya baru sebentar aku duduk ibu paruh baya sudah
menyuruh berhenti.dia menunjuk sebah rumah “kau sudah sampai,nak itu rumah dokter van
arken”.inu itu lalu menatapku “rumahku masih setenga pal lagi,beok kana didepan sana.kalau
lurus saja,itu arah kepasar kota.

Aku mengangguk mengucapkn terima kasih.segera turun dari delam.sesudahnya delam


meneruskan perjalanan.

Aku sedikit ragu ragu saat memasuki halaman rumah yang ditunjuk ibuk ini tadi,rumah
yang besar,bercat putih,dengan pintu dan jendela lebar lebar menyambutku.dibangun lebih
tinggi dibanding rumah rumah disekitarnya.rumah dokter van arken tampak gagah halamannya
luas dengan berbagau bunga ditata rapi.

Di terah rumah yang agak menjorok kedalam,berbentuk huruf U, terdapat tiga pintu
besar yang juga bercat putih,satu pintu berda tiuga persis ditengah,dua lagi kedua sis
teras,terdapat beberapa bangku panjang dari kayu jati,disusun berjejer menghadp pintu
samping sebelah kiri,satu buah meja lengkap dengan kursinya ditelakkan didekat pintu.pada
daun pintu samping sbelah kiri itu,dipatri pada petat kuningan tertulis besar-besar DOKTER VAN
ARKEN.

Tidakada siapa siapa diteras mungkin ini jam istirahat.aku memutuskan mengetuk
pintu ,menunggu sesaat tdak ada sahutan dari dalam.

“selamat sore….” Aku berseru lebih kencang,mengetuk daun pintu lebih keras.

Baru terdengar sahutan “ja…wachten” tak lama daun pintu dihadapanku


terbuka.satu sosok tinggi besar,berbaju dan celana panjang berwarna putoh,berdiri
didepanku.rambutnya tipis pirang,kulitnya kemerahan,dia tersenyum,gigi putih bersih berbaris
rapi terlihat,menjadikan senyumnya lebih menawan.

“pak dokter?” aku bertanya memastikan,dia mengangguk kembali menyunggingkan


senyum,”ja,ada apa?”

Aku hanya berdiri mematung,bingung menjelaskan posisiku.

Lagi lagi dokter van tersenyum,tanpa menunggu penjelasanku,dia


mempersilahkan,dia menyingkir dari pintu,memberi jalan agar aku bisa masuk,kemudian,dokter
berseru memanggil seseorang,”anne,kom hier” yang langsung dibalas dengan
sahutan”ja…schai”

Aku berada di ryang praktik dokter yang rapid an bersih,meja dan sepasang kursi ada
juga dirungan ini,dekat tempatku berdiri sekarsng,ada didepan kasur tipis bersprei
putih,diletakkan berseberangan dengan meja.melengkapi ruang praktik itu,satu lemari jati
besar diletakkan disisi ruangan yang lainnya.

“wat gebeurd er,schat?” perempuan yang baru bergabung langsung bertanya [ada
dokter van,rambut pirangnya tergerai usianya sepantaran dengan dokter van.

“anak baik ini sedang sakit kau tolong bantu dia,sehat” pinta dokter van,meunjuk
padaku yang berdiri disamping divan.

“ibu dokter?” aku menyapa perempuan yang dipanggil anne itu ketika dia
mendekatiku.
Anne menggeleng tertawa kecil “ bukan aku istri dokter merngkap asisten,siapa kau
punya nama schat?

“nurmas”

‘nama bagus sekarang boleh kau berbaring’

Anne memegang pundakku mungkin dia bermaksud membantuku menaiki dipan yang
cukup tiggi itu,tentu saja aku menolak “bukan aku yang sakit,melainkan bapakku”

“mijn god” dikursinya,dokter van berseru sambil menpuk keningnya,”aku kira kau
yang sakit” minta bapaknya masuk kemari.

Anne segera melangkah menuju pintu pasti ingin menemuk bapak yang disangka
mereka ikut bersamaku,cepat aku memegang tanga anne berjata “bapakku ada dikampung”

Kalia kedua dokter van menepuk keningnya ,berseru mijn god-mijn god.dia kemudian
memintaku duduk dihadapannya.

“kalau kau punya bapak yang sakit kenapa kau yang datang kemari scrhat?”

“bapakku tidak bias jalan dokter”

“dikmpungku tidak ada mobil dokter”

“mijn god,dengan apa kau kemari?”

“menumpang gerobak kerbau’

Dokter van mengangguk angguk “bias dia naik gerobak?”

Aku menggeleng,keluar kamar aja bapak susah payah apalagi melakukan perjalanan
lima belas pal.

Dokter van memandangiku,”lalu apa kau punya tujuan datang kemari?”tanyanya

“aku mau mintak obat buat bapak”

“dokter van menggeleng geleng “tidak bias begitu,schat” dokter van kemudian
memandang anne jelas jelas dia keheranan dengan maksudku.

“dokter tidak bias memberi kau obat,nurmas”,anne berusaha menjelaskan”dokter


harus tahu dulu macam apa sakit kau punya bapak”.
Aku menegakkan punggungku,kalau hanya mau tahu tentang sakit bapak,itu perkara
mudah.aku tahu betul sakit yang diderita bapak dan menejlaskannya secara rinci.

“bapakku demam,badannya panas”aku mulai menjelaskan.

Dokter van dihadapanku menangkupkan kedua telapak tangannya,”terus….” Dokter van


memintaku melanjutkan penjelasan tentang bapak.

“kadang juga badan bapa dingin seperti es,menggigil.”

“terus…..”

“bapak jugak batu batuk”

Bapak sangat menderita ketika angin bertiup kencang,saking kurusnya aku khawatir
bapak dobawak angina terbang.tolonglah,aku butuh obat untuk bapak.”bawa dia kemari,aku
akan mengobatinya dengan senang hati,tanpa dibayar sekalipun.”

Kutipan dari:tere liye,si anak cahaya, Jakarta,republika,2018

Keterangan:

Ja, wachten :ya,tunggu

Kom hier : ke sini

Ja,schat:ya,saying

Wat gebeurd er,schat : ada apa

Mijn god :ya tuhan

Anda mungkin juga menyukai