Anda di halaman 1dari 10

Contoh Kasus di Indonesia menggambarkan neglected, kelalaian, malpraktik

Definisi Trend dan Issue


1. Definisi Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga dapat di
definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang teriadi pada saat ini yang biasanya
sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh
banyak orang sat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
Setelah tahun 2000, dunia khususya bangs Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun
2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan
mask ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola
kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi
masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek
kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,
pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk.
Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga
menimbulkan masala kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit
degeneratif.
2. Definisi Issue
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu
adalah sesuatu yang sedang di bicarakan olen banyak namun belum jelas faktannya atau
buktinya
3. Definisi Trend dan issue promosi kesehatan
Trend dan Issu promosi kesehatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai promosi kesehatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend
dan issu promosi kesehatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis promotor
kesehatab.
Saat ini trend dan issu promosi kesehatan yang sedang banyak dibicarakan orang adalah
Balita meninggal usai disuntik, hampir hilang organ vital akibat sunat laser, kesalahan
mengenai persalinan dan kebutuhan pasca operasi usus buntu, tentunya semua issu tersebut
menyangkut keterkaitan dengan aspek legal dan etis dalam promosi kesehatan.
1. Infeksi Pasca Operasi Caesar
Kasus malpraktik di Indonesia ini berlokasi di Bintan Utara. Seorang perempuan
berusia 30 tahun mengalami infeksi pasca operasi caesar. Alhasil, perutnya bahkan
berlubang dan mengeluarkan bau busuk. Diketahui perempuan tersebut menjalani
rawat inap selama 3 hari pasca operasi caesar. Selama 3 hari itu pula, rupanya pihak
rumah sakit tak memeriksa luka bekas operasi, bahkan tak mengganti perbannya.
Setelah itu, ia mengeluh sakit di bagian perut. Saat dilihat, ternyata dinding perut
istrinya sudah basah dan menimbulkan bau bahkan berlubang.
2. Kesalahan Menangani Persalinan

kasus malpraktik di Indonesia ini terjadi di Palembang, Sumatera Selatan. Sepasang


suami istri harus menerima kenyataan pahit jika bayi mereka ternyata tewas usai
dilahirkan dengan kondisi leher patah dan kulit terkelupas. Kondisi ini diduga terjadi
karena kesalahan bidan dalam menangani proses persalinan sang istri. Menurut
keterangan, rupanya ini bukan kali pertama ada kasus bayi meninggal di tangan bidan
tersebut. Pihak keluarga pun akhirnya melaporkan hal ini ke pihak berwajib.

3. Kebutaan Pasca Operasi Usus Buntu

Kali ini nasib tragis dialami seorang anak berusia 14 tahun asal Nusa Tenggara Timur.
Merasakan sakit perut dan dinyatakan usus buntu, ia harus menjadi korban salah satu
kasus malpraktik di Indonesia. Setelah menjalani operasi usus buntu, mata kanannya
malah mengalami kebutaan. Padahal, sebelumnya kedua matanya baik-baik saja.

4. Hampir Hilangnya Organ Vital Akibat Sunat Laser

bocah laki-laki berusia 11 tahun yang terancam cacat seumur hidupnya karena
kelaminnya terpotong hampir seluruhnya. Hal ini ia alami saat  disunat dengan
menggunakan laser oleh seorang mantri di Jambi. Kasus tersebut disebabkan tindakan
ceroboh sang mantri yang membuat alat kelamin Dendi hampir terpotong semua.
Dandy pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit dan meminta pertanggung jawaban
penuh dari pihak mantri tersebut. Meski tidak sampai benar-benar putus, jaringan saraf
kelamin Dandy mengalami kerusakan.

5. Balita Meninggal Usai Disuntik

Kasus malpraktik di Indonesia ini sempat menyita perhatian masyarakat terjadi pada
akhir Oktober 2015. Saat itu, korban bernama Falya Raafan Blegur, anak kedua
pasangan Ibrahim Blegur dan Eri Kusrini meninggal akibat dugaan malpraktik.
Malpraktik ini diduga dilakukan oleh salah seorang dokter di Rumah Sakit Awal Bros,
Bekasi. Falya sempat dirawat di ruang ICU  sejak Kamis, 29 Oktober 2015, sebelum
akhirnya mengembuskan nafas terkahir pada Minggu 1 November 2015. Pihak
keluarga merasa ada sesuatu yang janggal, sehingga mereka tidak dapat menerima
pernyataan dokter bahwa anak kedua mereka telah tiada. Padahal, beberapa hari
sebelumnya, pihak rumah sakit mendiagnosa Falya  mengalami dehidrasi  ringan.
Menurut pengakuan Ibrahim, anak keduanya itu sudah mulai ceria dan mulai bermain
dengan kakaknya. Bahkan, ia sudah bisa berlarian. Namun naas, sebelum
diperbolehkan pulang, seorang dokter dilaporkan menyuntikkan cairan ke dalam
infusnya. Setelah disuntik, kondisi Falya mendadak kritis. Sekujur tubuhnya membiru,
muncul bintik-bintik, dan keluar busa dari mulutnya. Tak lama, Falya pun meninggal
dunia.

PEMBAHASAN

Sehat merupakan hak yang fundamental bagi seluruh warga negara di Indonesia. Strategi
Kementerian Kesehatan dalam pembangunan kesehatan adalah dengan berbasis preventif dan
promotif. (2010-2014). Hal tersebut disampaikan Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih,
MPH, Dr. PH dalam Seminar Nasional "Mewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat
Berbasis Preventif dan Promotif" yang diselenggrakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro pada hari Sabtu, 13 Maret 2010 di Semarang.
Pembangunan kesehatan mencakup preventif dan promotif untuk mewujudkan masyarakat
yang mandiri dan berkeadilan. Rencana pembangunan kesehatan Indonesia tahun 2005-2025
seperti yang terdapat dalam UU No. 17 tahun 2007 merupakan pembangunan nasional yang
diarahkan untuk mengedepankan SDM yang berkualitas dan berdaya saing. Pembangunan
kesehatan tersebut dilakukan dengan peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat untuk meningkatkan derajat kesehtan masyarakat setinggi-
tingginya.
Menkes mengatakan, SDM Indonesia harus tangguh, produktif dan mampu bersaing dengan
tantangan yang ada. Selain itu, pembangunan kesehatan tahun 2005- 2025 memberikan
perhatian yang khusus terhadap penduduk yang rentan yaitu ibu, bayi, anak, usia lanjut dan
penduduk miskin, dengan sasaran pembangunan kesehatan di akhir tahun 2014 adalah
peningkatan dasar kesehatan masyarakat melalui peningkatan derajat kesehatan yang terdapat
di MDG's. Meningkatanya derajat kesehatan masyarakat melalui percepatan pencapaian
MDG's antara lain:
1. Trend dan Issue dalam Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan atau perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
(Agustin, 2014). Pada saat ini telah diupayakan upaya promosi kesehatan baik dari
pemerintah maupun pelayanan kesehatan. Pesehatan yang dilakukan pada saat ini adalah:
a) Program Indonesia
Eliminasi Tuberkulosis pada tahun 2030 Indonesia masih tinggi angka kejadian TBC
nya, sehingga program ini dibuat agar Indonesia bebas dari penyakit TBC. Program
tersebut bertujuan untuk memperkuat kemandirian dan keberlanjutan eliminasi TB,
meliputi:
 Penerapan strategi keluar bantuan eksternal untuk eliminasi TB
 Melaksanakan skema jaminan kesehatan nasional dan perlindungan sosial
 Melakukan pendekatan kesehatan keluarga dan masyarakat
 Membangun strategi kolaborasi layanan publikswasta berbasis kabupaten/kota
 Menerapkan strategi penemuan aktif dan masif dengan pendekatan keluarga
 Melibatkan kebijakan inovatif dalam pengendalian TB. Pemerintah Indonesia
telah melaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional sejak 2014 yang juga
mencakup pelayanan kesehatan TB. Dengan target Universal Health Coverage
(UHC) pada 2019, hal tersebut bertujuan untuk mendukung lebih baik program
eliminasi TB. Pemerintah Indonesia juga mengembangkan kemitraan yang
melibatkan sektor swasta dalam mendukung, baik penemuan pasien TB
maupun pembiayaan filantropi untuk mendukung anggaran eliminasi TB.
Selain itu juga mendorong penyediaan anggaran Pemerintah Daerah untuk
mendukung program sesuai dengan implementasi Standar Pelayanan Minimal
(SPM). ( Kemenkes, 2019).
b) Program GERMAS
Perubahan gaya hidup masyarakat dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya satu
masalah kesehatan. Pada tahun 2015, penyakit tidak menular seperti Stroke, Penyakit
Jantung Koroner (PJK), Kanker dan Diabetes justru menduduki peringkat tertinggi.
penyakit tersebut juga banyak terjadi pada usia produktif manusia. Berdasarkan hal
tersebut, Kementerian Kesehatan RI secara khusus mengingatkan masyarakat untuk
menjaga kesehatan melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) guna
mewujudkan Indonesia sehat. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-
sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan
berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus
dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang
membentuk kepribadian. Kemenkes (2019) GERMAS berisi tentang:
 Melakukan Aktivitas Fisik
Gaya hidup pada saat ini menjadikan individu minim melakukan aktivitas
fisik, baik itu aktivitas fisik karena bekerja maupun berolah raga. Germas
aktivitas fisik merupakan salah satu gerakan yang diutamakan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan seseorang
 Budaya Konsumsi Buah dan Sayur
Makanan cepat saji dan praktis pada saat ini banyak di onsumsi oleh
masyaraka sehingga menyebabkan berkurangnya konsumsi sayur dan buah
yang sebenarnya jauh lebih sehat dan bermanfaat bagi kesehatan. Menambah
jumlah konsumsi buah dan sayur merupakan contoh GERMAS yang dapat
dilakukan oleh siapapun
 Tidak Merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi
kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup sehat
dan akan berdampak tidak pada diri perokok; tetapi juga bagi orang – orang di
sekitarnya. Upaya atau implementasi dapat dilakukan dengan berbagai strategi
untuk tidak merokok .
 Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan merokok baik
itu efek buruk bagi kesehatan hingga efek sosial pada orang – orang di
sekitarnya
 Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala
Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan tidak hanya
datang ke rumah sakit atau puskesmas ketika sakit saja. Langkah ini dapat
memudahkan mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan lebih dini.
 Menjaga Kebersihan Lingkungan
Meningkatkan kualitas lingkungan dengan cara menjaga kebersihan
lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dalam skala kecil seperti tingkat
rumah tangga dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah. Langkah lain yang
dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan guna mengurangi resiko kesehatan
seperti mencegah perkembangan vektor penyakit yang ada di lingkungan
sekitar
 Menggunakan Jamban
Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup sehat;
salah satunya dengan menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan
kotoran. Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat meningkatkan resiko
penularan berbagai jenis penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan

2. Kebijakan Promosi Kesehatan


Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep pendidikan kesehatan
yang yang terjadi seiring dengan perubahan paradigma kesehatan masyarakat. Perubahan
paradigma kesehatan masyarakat terjadi antara lain akibat berubahnya pola penyakit,
gaya hidup, kondisi kehidupan, lingkungan kehidupan, dan demografi. Promosi kesehatan
adalah proses mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan mereka mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan,
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
Piagam Ottawa merupakan piagam yang dihasilkan oleh Konferensi Internasional
Promosi Kesehatan. piagam tersebut menjadi acuan bagi penyelenggaraan promosi
kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Aktivitas utama promosi kesehatan menurut
Piagam Ottawa adalah Advokasi (Advocating), Pemberdayaan (Enabling) dan Mediasi
(Mediating). Selain itu. Piagam Ottawa merumuskan lima komponen utama promosi
kesehatan yaitu :
a) Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy public policy).
Artinya mengupayakan agar para penentu kebijakan di berbagai sektor dan tingkatan
administrasi mempertimbangkan dampak kesehatan dari setiap kebijakan yang
dibuatnya
b) Memberikan dukungan terhadap kegiatan masyarakat agar lebih berdaya dalam upaya
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
c) Mengembangkan keterampilan individu Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat
secara keseluruhan, ketrampilan individu mutlak diperlukan. Semakin banyak
individu yang terampil akan pelihara diri dalam bidang kesehatan, maka akan
memberikan cerminan bahwa dalam kelompok dan masyarakat tersebut semuanya
dalam keadaan yang sehat
d) Gerakan masyarakat ( Community action ) Gerakan dalam masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan perlu dilakukan. Untuk dapat menciptakan gerakan hidup
sehat, masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan. selain itu
masyarakat perlu diberdayakan agar mampu berperilaku hidup sehat. Kewajiban
dalam upaya meningkatkan kesehatan sebagai usaha untuk mewujudkan derajat
setinggi-tingginya. Hal ini sesuai yang tercantum dalam Pasal 9 , UU N0. 36 tahun
2009 Tentang kesehatan, yang berbunyi “Setiap orang berkewajiban ikut
mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya”
e) Reorientasi pelayanan kesehatan ( Reorient health service) Tanggung jawab
pelayanan kesehatan didalamnya termasuk pemberi pelayanan (health provider),
tetapi pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi
pelayanan kesehatan (health provider) dan pihak yang mendapatkan pelayanan. Bagi
pihak pemberi pelayanan diharapkan tidak hanya sekedar memberikan pelayanan
kesehatan saja, tetapi juga bisa membangkitkan peran serta aktif masyarakat untuk
berperan dalam pembangunan kesehatan. Bagi masyarakat yang mendapatkan
pelayanan kesehatan, dalam proses pelayanan dan pembangunan kesehatan harus
menyadari bahwa perannya sangatlah penting, tidak hanya sebagai subyek, tetapi
sebagai obyek. Sehingga peranserta masyarakat dalam pembangunan kesehatan
sangatlah diharapkan. Berdasarkan Piagam Ottawa tersebut dirumuskan strategi dasar
promosi kesehatan, yaitu:
 Enypowerment (Pemberdayaan Masyarakat) Pemberdayaan Masyarakat
ditujukan kepada masyarakat (khususnya individu, keluarga, atau kelompok),
agar berdaya dalam mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan.
 Social Support (Bina Suasana) Bina Suasana ditujukan kepada pembentuk
opini atau pihak-pihak yang mempengaruhi opini di masyarakat seperti tokoh
masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan organisasi non pemerintah.
 Advocacy (Advokasi). Advokasi ditujukan kepada pembuat keputusan dan
penentu kebijakan publik, serta pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders) lainnya, termasuk para penyandang dana.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2018 Tentang
Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit, menyatakan bahwa:

a) Rumah Sakit wajib menyelenggarakan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit)


b) PKRS diselenggarakan dengan prinsip paradigma sehat, kesetaraan, kemandirian,
keterpaduan, dan kesinambungan
c) Penyelenggaraan PKRS sebagaimana dimaksud pada ayat meliputi: pelaksanaan
manajemen PKRS dan pemenuhan standar PKRS Standar dalam pelaksanaan PKRS
meliputi:
 Rumah Sakit memiliki regulasi Promosi Kesehatan
 Rumah Sakit melaksanakan asesmen Promosi Kesehatan bagi Pasien,
Keluarga Pasien, SDM Rumah Sakit, Pengunjung Rumah Sakit, dan
Masyarakat Sekitar Rumah Sakit
 Rumah Sakit melaksanakan intervensi Promosi Kesehatan
 Rumah Sakit melaksanakan monitoring dan evaluasi Promosi Kesehatan
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
585/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksana Promosi Kesehatan di
Puskesmas dijelaskan bahwa promosi Kesehatan Puskesmas adalah upaya puskesmas
melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya secara mandiri
dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.
Strategi Promosi Kesehatan Di Puskesmas
Sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Surat
Keputusan menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang pedoman
Pelaksana Promosi Kesehatan di daerah, strategi dasar utama promosi kesehatan
antara lain pemerdayaan, bina suasana, advokasi, kemitraan.
3. Manajemen Kesehatan
Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan, Inkonsistensi antara
pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi salah satu
kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010, ketidak jelasanSistem Jaminan Sosial
Nasional, dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan buramnya prospek
kesehatan bangsa ini. Pada sisi lain, desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal
negatif. Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam
program pembangunan kesehatan, adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan tidak
tercapainya Visi Indonesia Sehat 20.
Secara sederhana, demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia. Dengan adanya
refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan bisa segera terwujud dan
harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang tinggi juga bisa terwujud. Dalam
empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari DEPKES pelaksanaannya
melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan jumlah, jenis, mutu dan distribusi
tenaga Kesehatan
1) Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan masyarakat
dan sebagainya. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status sosial yang dimiliki oleh
orang tersebut. Sehingga tiap individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
yang dijamin oleh pemerintah. Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan
yang mencakup seluruh rakyat miskin, seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah
dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan, lintas sektor, swasta
dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah agar ikut berperan
aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari DEPKES tersebut. Terjaminnya
hak setiap individu secara menyeluruh juga dapat diperoleh melalui program jaminan
kesehatan semesta dimana seluruh lapisan masyarakat memiliki hak untuk
mendapatkan jaminan kesehatan. Jamkesmas secara bertahap akan dikelola
menggunakan sistem asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan tersebut akan
menjangkau seluruh populasi, tidak hanya masyarakat miskin. Premi untuk
masyarakat miskin terhadap asurasi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah,
berbeda halnya dengan mereka yang bekerja, premi akan ditanggung oleh perusahaan
bagi mereka yang bekerja, sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka yang
mampu. Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap penyusunan
roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik.
2) Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan
pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi angka
kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya. Seperti yang telah
ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia bekerjasama dengan PBB untuk
menekan angka yang menyebabkan kemunduran suatu Negara diantaranya angka-
angka yang berkaitan dengan kesehatan. Dengan upaya yan demikian diharapkan
suatu Negara dalam perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu
sendiri. Angka kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor
demografi yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang menggambarkan
kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara. Pemerintah Indonesia melalui
Kabinet Indonesia Bersatu ke-2 telah menyusun suatu program atau upaya yang
terdapat dalam program 100 han DEPKES No. 2 dan 7. Upaya tersebut berguna
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan
penyediaan Buku KIA bagi ibu hamil baru, dll. Selain itu juga melakukan
peningkatan Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98% desa di 5 provinsi
Jawa (Jatim, Jabar, Banten dan DKI Jakarta.
3) Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di daerah
terpencil, kepulauan, perbatasan dan daerah tertinggal. Ini yang menjadi tinjauan
utama dalam pembuatan makalah ini. Penulis berpendapat bahwa wilayah terpencil,
kepulauan, perbatasan dan daerah tertinggal kurang diminati oleh tenaga kesehatan
karena berbagai hal. Hal ini yang akan diulas oleh penulis dalam makalah ini. Dalam
program no.11 disebutkan bahwa peningkatan sumber daya manusia (SDM)
kesehatan dalam jumlah, jenis dan mutu terutama di daerah terpencil, tertinggal,
perbatasan dan kepulauan (DTPK). Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga
kesehatan (perawat dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian
insentif bagi tenaga kesehatan strategis (dokter, perawat, bidan, SKM, sanitarian, ahli
gizi, asisten apoteker dan analisis), dan terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan
strategis ( perawat, bidan, sanitarian, gizi, analis kesehatan, asisten apoteker)
sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK.
4) Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan akibat
bencana. Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit dan virus yang
selalu berkembang dan merupakan penyakit menular, oleh karena itu perlu adanya
penanggulangan apabila gejala tersebut dap diidentifikasi, sehingga penanganannya
dapat dilakukan semenjak dini sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah
yang mematikan. Dan untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang
mengkaji berbagai pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi, sehingga apabila
terjadi bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir, sehingga kerugian atas
bencana tersebut dapat ditekan. Upaya yang dilakukan untuk menangani hal tersebut
telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No. 5, 6, 7 dan 10 yang
meliputi upaya penanggulangan HIV/AIDS, penanggulangan penyakit TB,
penanggulangan malaria, serta penanggulangan bencana.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TREND DAN ISSUE PROMOSI KESEHATAN
1.Faktor agama dan adat istiadat.
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat keputusan
etis. Setiap promotor kesehatan disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini
maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami in memang diperlukan proses.
Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih mengenal siapa
dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni ole penduduk dengan berbagai
agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk yang menjadi warga negara Indonesia
harus beragama/berkeyakinan. In sesai dengan sila pertama Pancasila : Ketuhanan Yang
Maha Esa, dimana di Indonesia menjadikan aspek ketuhanan sebagai dasar paling utama.
Setiap warga negara diberi kebebasan untuk memilih kepercayaan yang dianutnya.
2.Faktor sosial.
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara lain
meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan
perundang-undangan.
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengarh terhadap sistem kesehatan nasional.
Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi
pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.
3.Faktor ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara
prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal
dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami
kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-kemajuan in
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan etika.
4. Faktor legislasi dan keputusan juridis.
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau
legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut.
Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak
sesuai hukum dapat menimbulkan konflik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan
sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang
ilmu, dan perundang-undangan bar banyak disusun untuk menyempurnakan perundang-
undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
5.Faktor dana/keuangan.
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik.
Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan
mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.

https://www.orami.co.id/magazine/kasus-malpraktik-di-indonesia
https://www.scribd.com/embeds/359207760/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
https://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/698/1/MODUL%20AJAR%20PROMOSI
%20KESEHATAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai