A. Latar Belakang
konstitusi manusia merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang akan turut
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Untuk mencapai hal
kesehatan yang semaksimal mungkin bagi rakyat adalah tugas dari pemerintah
Sistem Kesehatan Nasional 2009 merupakan pedoman bagi semua pihak dalam
suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan
1
Safitri Hariyani, Sengketa Medik Alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter Dengan
Klien. Diadit Media. Jakarta. 2005 Hlm.1
1
2
Undang Dasar 1945. Sesuai dengan pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN),
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
kesehatan secara mandiri, baik tata nilai maupun pemikiran terutama mengenai upaya
oleh masyarakat.3
usaha yang sangat luas dan menyeluruh, usaha tersebut meliputi peningkatan
2
Wulan Mayasari, Sofwan Dahlan dan Yovita Indrayati, Perlindungan Hukum Terhadap Masalah
Tertularnya Hiv/Aids Dan Hepatitis B Dalam Pemberian Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta
Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) Di Bandung, Soepra Hukum Kesehatan Vol. 1 No.2.
Magister Hukum Kesehatan Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, 2015, Hlm. 248
3
Rusman Tumanggor, “Masalah-masalah sosial budaya dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia”, Jurnal Masyarakat dan Budaya Jakarta, Vol 12 No.2. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan. 2010. Hlm.223
3
lingkup dan jangkauannya sangat luas dan kompleks.4 Menurut Undang Undang No.
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 1 Ayat (1) “ Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Dalam Pasal 5 ayat (2)
yang aman, bermutu, dan terjangkau”.5 Dengan demikian setiap orang mendapat
Tahun 1945 Amandemen Kedua menyebutkan bahwa: “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Selanjutnya, Pasal 34
ayat (3) UUD 1945 menyebutkan “Negara bertanggung jawab atas fasilitas kesehatan
right.7
4
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Rineka Cipta. Jakarta.
2005. Hlm.1
5
UU Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Hlm.5
6
Yusuf Shofie. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Citra Aditya
Bhakti, Cetakan ke 3 Bandung. 2009. Hlm.134.
7
Tedi Sudrajat dan Agus Mardianto, Hak Atas Pelayanan dan Perlindungan Kesehatan Ibu
dan Anak (Implementasi Kebijakan Di Kabupaten Banyumas). Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No.2,Mei 2012. Hlm.262
4
terbukti dengan adanya laporan kasus AIDS di 27 provinsi dan infeksi HIV dari 29
sekitar 26.400 pengidap AIDS dan 66.600 pengidap HIV positif, lebih dari 70 persen
generasi muda usia produktif 20-39 tahun. Proporsi tertinggi usia 20-29 tahun (47,2
persen), 30-39 (31,3 persen) dan 40-49 (9,5 persen). cara penularan melalui
heteroseksual (53,1 persen), jarum suntik (37,9 persen), hubungan sejenis (3,0
Data kementerian kesehatan (2011) menunjukkan dari 21.103 ibu hamil yang
menjalani tes HIV, 534 (2,5%) diantaranya positif terinfeksi HIV. Hasil pemodelan
prevalensi HIV pada populasi usia 15 – 49 tahun dan prevalensi HIV dan AIDS
diperkirakan akan meningkat dari 591.823 (2012) menjadi 785.821 (2016), dengan
jumlah infeksi baru HIV yang meningkat dari 71.879 (2012) menjadi 90.915 (2016).
Sementara itu, jumlah kematian terkait AIDS pada populasi 15 – 49 tahun akan
Penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya juga cenderung
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan HIV positif yang tertular
baik dari pasangan maupun akibat perilaku yang beresiko. Meskipun angka
prevalensi dan penularan HIV dari ibu ke bayi masih terbatas, jumlah ibu hamil yang
8
Fadlansyah, Pengidap HIV/AIDS Butuh Perlindungan Hukum, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, 2012, Hlm. 1
9
Kementerian Kesehatan RI, Situasi dan Analisis HIV/AIDS, Pusat Data dan Informasi, Jakarta,
2016, Hlm. 1-3
5
terinfeksi HIV cenderung meningkat. Prevalensi HIV pada ibu hamil diproyeksikan
meningkat dari 0,38% (2012) menjadi 0,49% (2016), dan jumlah ibu hamil HIV
positif yang memerlukan layanan PPIA juga akan meningkat dari 13.189 orang pada
tahun 2012 menjadi 16.191 orang pada tahun 2016. Demikian pula jumlah anak
berusia di bawah 15 tahun yang tertular HIV dari ibunya pada saat dilahirkan ataupun
saat menyusui akan meningkat dari 4.361 (2012) menjadi 5.565 (2016), yang berarti
Per Desember 2016 Jabar peringkat keempat kasus HIV positif terbanyak setelah
DKI Jakarta, Jatim dan Papua. Sedangkan untuk AIDS Jabar di peringkat keenam
terbanyak setelah Jatim, Papua, DKI Jakarta, Bali dan Jateng. Pola penularan HIV di
Jabar semula berasal dari kelompok Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) dan pengguna
Narkoba suntik. Kemudian pola penularannya bergeser pada seks Lelaki Beresiko
Tinggi (LBT) dan Wanita Penjaja Seks (WPS) yang berdampak pada ibu rumah
Kumulatif kasus AIDS dari tahun 1989-2016 pada kelompok ibu rumah tangga
melebihi jumlah kasus pada wanita penjaja seks dengan jumlah kasus sebanyak 1.012
kasus sedangakan WPS sebanyak 382 kasus. Kasus HIV positif baru pada anak usia
pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk. Kota Cimahi menjadi salah satu
pilihan kota wisata dikarenakan letaknya yang bersebelahan dengan Kota Bandung.
Tak jarang wisatawan dari luar kota melewati Kota Cimahi sebagai tempat
Kota Cimahi juga terkenal sebagai kota militer dan kota industri, maka dari itu
banyak warga dari luar kota bahkan luar pulau datang untuk mencari lahan pekerjaan.
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cimahi mencatat, Pada 2014 jumlah
penderita HIV mencapai 39 kasus meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 15
kasus. Untuk itu, pihaknya perlu tegaskan kembali komitmen untuk mengendalikan
kasus HIV/AIDS yang mayoritas berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah
dan berada dalam usia produktif antara 15 – 42 tahun. Diantara data diatas, saat ini
HIV/AIDS sudah menyerang ibu rumah tangga yang sedang hamil. Kondisi tersebut
sangat berpotensi untuk tertular pada anaknya ketika lahir. Saat ini yang ditularkan
dari ibu ke anak jumlahnya secara total sudah 18 anak yang terkena HIV/AIDS.12
waktu lalu diketahui penderita yang memeriksakan dirinya ke RSUD Cibabat, tercatat
11
http://www.cimahikota.go.id/page/detail/1
12
Laporan Dinas Kesehatan Kota Cimahi Tahun 2016 diakses di
http://www.cimahikota.go.id/news/detail/1511 tanggal 9 Juni 2017 jam 12.30
7
sebanyak 55 orang. Berdasarkan data tersebut, KPA Kota Cimahi mengajak kepada
itu.
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Penderita HIV / AIDS sudah barang tentu memerlukan pertolongan dari petugas
meringankan gejala yang diderita oleh penderita HIV / AIDS ini. Kemahiran ini
tujuan untuk meringankan penderitaan yang diderita oleh penderita HIV / AIDS ini.
Petugas kesehatan yang menangani penyakit HIV / AIDS terdiri dari tenaga
medis dan tenaga paramedis. Bidan adalah salah satu tenaga paramedis yang beresiko
tertular HIV / AIDS. Sesuai dengan PERMENKES RI NO. 28 Tahun 2017 Tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, bahwa bidan berperan dalam kesehatan
reproduksi dan penanggulangan IMS termasuk HIV /AIDS. Pelayanan yang diberikan
13
Sistem Kesehatan Nasional, Depkes RI, 2009, Hlm. 1
8
Hubungan antara tenaga kesehatan (bidan) dengan klien dalam melakukan upaya
kesehatan adalah suatu hubungan yang saling timbal balik. Hubungan ini asalnya
terjadi pergeseran hubungan antara bidan dengan klien, hubungan bidan dengan
kliennya beralih pada hubungan yang lebih egalitarian (partnership), yakni bersifat
dipahami sebagai hubungan hukum antara dokter dengan kliennya dalam pelayanan
medis secara profesional berdasarkan kompetensi yang sesuai dengan keahlian dan
Pasal 152 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
perlindungan hukum yang cukup jelas dan kuat bagi petugas kesehatan. Pekerjaan
petugas kesehatan ini yang selalu berhubungan dengan penyakit dan nyawa manusia,
14
Christian, R, Aspek Hukum Kesehatan Dalam Upaya Medis Transplantasi Organ Tubuh,
Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 2003, Hal.7
15
Veronica Komalawati, Hukum Dan Etika Dalam Praktik Dokter, Sinar Harapan, Jakarta, 1989,
Hal. 40.
16
Pasal 152 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
9
adalah pekerjaan yang penuh dengan resiko, karena seringan apapun tindakan
Bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak
memiliki posisi penting dan strategis dalam penurunan AKI dan AKB, salah satunya
bersalin dan nifas, kemudian memberikan Pendidikan kesehatan. Salah satu penyebab
kematian ibu dan bayi adalah persalinan dengan HIV/AIDS. Profesi sebagai bidan
berpotensi tertular virus HIV/AIDS pada saat melakukan pertolongan pada kelahiran
bayi dengan ibu yang sudah positif mengidap penyakit itu. Bidan adalah tenaga
kesehatan pertama yang melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil menjelang
persalinan, menjelaskan prosedur persalinan yang akan ditempuh oleh ibu, hingga
AIDS. Bidan melakukan tugas kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya jika
terdapat kelainan, sebagai contoh dalam kasus penderita HIV / AIDS, bidan
melakukan rujukan kepada dokter spesialis kandungan untuk penanganan lebih lanjut.
HIV/AIDS. Bidan Praktek Mandiri atau Bidan Desa dengan keterbatasan alat
17
Munir Fuady, Sumpah Hippocrates, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, Hlm. 15
10
pelayanan kesehatan primer maka dari itu bidan memerlukan perlindungan hukum
dalam menjalankan tugasnya memberikan pelayanan kesehatan dan jika terjadi hal
pada saat persalinan memang banyak terjadi. "Ibu dengan positiv HIV/AIDS yang
ibu terjangkit HIV/AIDS sangat mudah karena antara si penderita dengan penolong
melakukan kontak langsung. Terlebih lagi, katanya, ibu yang telah mengetahui bahwa
dirinya terjangkit HIV/AIDS tidak mau terbuka pada bidan maupun dokter yang
menangani. Hal itu yang dapat menjadikan bidan itu sangat mudah terjangkit karena
tersebut juga banyak yang belum mengetahui bahwa dirinya terjangkit penyakit
terutama yang berada di zona mudah terjangkit HIV / AIDS. "Masyarakat harus mau
terbuka dan mau memeriksakan dirinya," katanya. Sementara itu, Direktur Akademi
18
Sugi Purwanti, Dyah Fajarsari, Rohmi Handayani, “Determinan Perilaku Bidan Dalam
Pencegahan Infeksi Hiv Aids Pada Pertolongan Persalinan Di Kabupaten Banyumas”, Jurnal
Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 2 Edisi Desember 2014, Hlm. 110
11
bahwa, penularan HIV/AIDS ke bidan memang sangat rentan. Transmisi antara masa
persalinan yang dilakukan bidan menjadi salah satu media yang mudah menularkan
HIV / AIDS.19
Walaupun penularan HIV / AIDS tidak semudah dan secepat penyakit lainnya,
karena penularan HIV ini melalui cairan tubuh seperti darah, sperma, cairan vagina
dan air susu ibu, tetapi tetap harus waspada karena petugas kesehatan yang
melaksanakan tugas ini mempunyai risiko yang cukup tinggi untuk tertularnya
penyakit ini bahkan dapat mengancam jiwa petugas yang bersangkutan jika ternyata
petugasnya sendiri HIV positif (+) akibat tertular dari pasien yang ditanganinya,
bagaimana bila petugas kesehatan yang melakukan kegiatan untuk pencegahan dan
penanggulangan HIV / AIDS ini, bila tidak dilindungi oleh hukum. Sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 57 Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan, salah satu hak tenaga kesehatan dalam memberikan
tugas sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur
Operasional
Oleh karena itu saat ini sangat dibutuhkan peraturan perundang–undangan yang
undangan dalam penanggulangan HIV / AIDS belum cukup tegas untuk melindungi
petugas kesehatan, terutama bagi kegiatan di lapangan yang mengandung risiko yang
19
Diakses di http://jambi.tribunnews.com/2011/06/21/waspada-bidan-rentan-tertular-hivaids pada
tanggal 07/08/2017 jam 18.00
12
sangat tinggi, karena bila petugas kesehatan sampai tertular akan berdampak pada
kerugian secara ekonomis dimana petugas tersebut tidak dapat lagi melaksanakan
fungsinya dengan baik, sehingga tidak dapat membiayai kehidupan keluarganya dan
dirinya sendiri.
B. Identifikasi Masalah
2. Bagaimana peran pemerintah terhadap hak perlindungan hukum bagi bidan dalam
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk memahami peran pemerintah terhadap hak perlindungan hukum bagi bidan
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
a. Pemerintah
Bagi pembuat peraturan dan kebijakan, diharapkan studi ini dapat dijadikan
b. Tenaga Kesehatan
c. Masyarakat
manusia.
15
E. Kerangka Pemikiran
yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat
agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan
kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan
oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran
maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.20
pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum
atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.21
20
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, Hlm. 74
21
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya,
1987, Hlm. 25
22
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia, Universitas Sebelas
Maret Surakarta, 2003, Hlm. 14
16
seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah
hukum dapat berlangsung normal, damai, dan tertib. Hukum yang telah dilanggar
karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tertib, aman dan damai.
adalah untuk manusia maka pelaksanaan hukum harus memberi manfaat, kegunaan
dalam masyarakat. Masyarakat yang mendapatkan perlakuan yang baik dan benar
akan mewujudkan keadaan yang tata tentrem raharja. Hukum dapat melindungi hak
perlindungan hukum yang kokoh akan terwujud tujuan hukum secara umum:
keadilan.
Aturan hukum baik berupa undang-undang maupun hukum tidak tertulis, dengan
demikian, berisi aturan-aturan yang bersifat umum yang menjadi pedoman bagi
17
individu bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan
individu. Adanya aturan semacam itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan
yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui
perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan dua, berupa keamanan
hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan
yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan
Hukum di dalam masyarakat, tidak hanya dapat diartikan sebagai sarana untuk
mengubah pola perilaku warga masyarakat dan perubahan kehidupan sosial warga
hukum akibat tujuan hukum tidak tercapai.24 Dikenal tiga aliran konvensional tentang
1. Aliran etis, pada asasnya tujuan hukum itu adalah semata – mata untuk mencapai
keadilan
23
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 157-158
24
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004. Hlm. 78
25
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Prenada Media Grup, Jakarta, 2009,
Hlm. 130
18
2. Aliran utilitis, pada dasarnya tujuan hukum adalah semata – mata untuk mencapai
keadilan
Hukum memiliki daya kerja yang baik bila dua fungsi hukum bentuk – bentuk
1. Fungsi yang pasif sarana social controle, hanya menjaga status quo
2. Fungsi yang aktif law is tool of social engineering, sebagai alat perekayasa sosial
Sehinga dengan adanya tujuan dan fungsi hukum ini dapat menata kehidupan
hukum administrasi dan hukum pidana. Ciri – ciri hukum kesehatan merupakan
Pasal 28 H UUD 1945 menyatakan bahwa, setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
Hak asasi (fundamental Untuk memahami hakikat Hak Asasi Manusia, terlebih
dahulu akan dijelaskan pengertian dasar tentang hak. Secara definitif “hak”
26
Rusly Effendy, Teori Hukum, Universitas Hasannudin Press, Ujung Pandang, 1991, Hlm. 80
27
CST Kansil, Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, Hlm. 5
28
Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28 H.
19
kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga
1. Pemilik hak;
Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian dasar tentang hak. Dengan
demikian hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan
yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak
merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Dalam kaitannya dengan pemerolehan hak
ada dua teori yaitu teori McCloskey dan teori Joel Feinberg. Menurut teori
McCloskey dinyatakan bahwa pemberian hak adalah untuk dilakukan, dimiliki, atau
sudah dilakukan. Sedangkan dalam teori Joel Feinberg dinyatakan bahwa pemberian
hak penuh merupakan kesatuan dari klaim yang absah (keuntungan yang didapat dari
dapat diperoleh dari pelaksanaan hak bila disertai dengan pelaksnaan kewajiban. Hal
itu berarti anatara hak dan kewajiban merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
29
Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta,
Prenada Media,2003, Hlm. 199.
30
Ibid
20
dalam perwujudannya. Karena itu ketika seseorang menuntut hak juga harus
melakukan kewajiban.31
John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Oleh karenanya,
tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Hak ini sifatnya
sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan kehidupan manusia dan merupakan
hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam kehidupan manusia.32
Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal
1 disebutkan bahwa : “Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati,
dijaga dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau negara. Dengan demikian
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan yaitu keseimbangan antara
31
Tim ICCE UIN Jakarta. Op., Cit., Hlm. 200
32
Masyhur Effendi. Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan
Internasional, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994, Hlm. 3.
33
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1
21
kepentingan umum.
kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah, bahkan negara.
Jadi dalam memenuhi dan menuntut hak tidak terlepas dari pemenuhan kewajiban
tidak boleh merusak kepentingan orang banyak (kepentingan umum). Karena itu
kewajiban asas manusia dan tanggung jawab asasi manusia dalam kehidupan pribadi,
Begitu pula hak tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan diatur
dalam Pasal 57 Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang
34
Tim ICCE UIN Jakarta . Op., cit., hal. 201
35
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Pasal 57
22
sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai
agama;
Tenaga kesehatan akan melakukan apa yang dikenal dengan upaya kesehatan dan
paramedik seperti perawat, bidan dan sebagainya. Pada pelayanan kesehatan terdapat
hubungan antara pasien, tenaga kesehatan dan saran kesehatan. Hubungan ini diatur
oleh kaidah – kaidah tentang kedokteran baik hukum maupun non hukum (moral,
Antara kesehatan dan hak asasi manusia terdapat hubungan yang sangat kompleks
yaitu:
1. Pelanggaran dan kurangnya perhatian pada hak asasi manusia dapat menimbulkan
3. Risiko dan dampak dari sakit – sehat dapat dikurangi dengan cara
menular atau penyakit yang dapat menimbulkan angka kesakitan dan angka kematian
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari Acquired Immune
Deficiency Syndrome. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan
tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem
kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih berat daripada biasanya.38
Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma,
cairan vagina, dan air susu ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh
manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh, sehingga
dan menghormati hak pasien, dan wajib untuk menolong termasuk menolong ODHA
37
Undang – Undang Nomor 23 Pasal 152 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
38
Suzana Murni, Hidup Dengan HIV/AIDS, Yayasan Spiritia, Jakarta, 2016, Hlm. 7
39
Dirjen P2MPL, Op.Cit, Hlm. 1
24
atau membantunya, harus mempunyai rasa empati, yaitu ikut merasakan penderitaan
sesama termasuk ODHA, kasih sayang dan kesediaan saling menolong, rasa
dan melawan ketidak adilan yang diakibatkan oleh HIV/AIDS. Tidak kalah
pentingnya juga rasa tanggung jawab, berarti bahwa setiap individu, masyarakat,
seberapa jauh mereka mendapatkan perlindungan hukum agar sejahtera secara fisik
dan moral.
biasa memeriksa wanita hamil atau memberikan pertolongan selama persalinan dan
pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan
bayi. Terutama bidan sebagai tenaga penolong persalinan utama kemungkinan besar
tertular HIV AIDS sangat besar meskipun belum ada laporan kejadian. Tindakan
sangat diperlukan melalui universal pre caution, salah satunya adalah alat
perlindungan diri saat menolong persalinan. Hal ini karena cara perpindahan HIV dari
25
pasien ke tenaga kesehatan melalui kontak langsung dengan cairan darah, ketuban
dari pasien yang terinfeksi. Bidan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan ibu dan
tetap harus berpegang pada penilaian yang positif, hindari sex bebas, penggunaan
napza, hal ini sangat bertentangan dengan kaidah – kaidah hukum islam, dasar agama
yang kuat adalah suatu fondasi kehidupan bagi setiap umat manusia. Perbuatan dan
tindakan serta sesuatu yang dihalalkan lebih diprioritaskan dari pada perbuatan atau
perbuatan terkutuk.
ِّ َواَل تَ ْق َربُوا
الزنَا ِإنَّهُ َكانَ فَا ِح َشةً َو َسا َء َسبِياًل
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isra: 32).
. ََولُوطًا ِإ ْذ قَا َل لِقَوْ ِم ِه َأتَْأتُونَ ْالفَا ِح َشةَ َما َسبَقَ ُك ْم بِهَا ِم ْن َأ َح ٍد ِمنَ ْال َعالَ ِمين
ْأ
ِ ِإنَّ ُك ْم لَتَ تُونَ ال ِّر َجا َل َشه َْوةً ِم ْن دُو ِن النِّ َسا ِء بَلْ َأ ْنتُ ْم قَوْ ٌم ُمس
َْرفُون
“Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia
berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang
40
Juhaya S Praja, Filsafat Hukum Islam, LPPM UNISBA, Bandung, 1995, Hlm. 128
26
belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya
kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada
wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.”(Q.S. al-A’raf: 80-81).
Islam sangat menghargai jiwa lebih-lebih jiwa manusia. Cukup banyak ayat Al-
Qur’an maupun Hadits yang mengharuskan kita untuk menghormati dan memelihara
Kajian tentang hukum islam yang menyangkut isu – isu kedokteran yang
bersentuhan langsung dengan manusia adalah sangat penting dan dapat menjadi
bagian penting dalam substansi hukum islam. 42 HIV/ AIDS termasuk salah satu
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
F. Metode Penelitian
mengembangkan ilmu pengetahuan baik dari segi teoritis maupun praktis. Suatu
1. Pendekatan Penelitian
normatif, karena penelitian ini dilakukan dengan cara menghubungkan antara kaidah-
dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pada umunya serta peraturan lainnya.
2. Spesifikasi Penelitian
yang jelas tentang keadaan yang terjadi pada saat penelitian berlangsung yang tertuju
pada analisa perkara perlindungan hukum bagi bidan dalam proses pertolongan
3. Jenis Data
43
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1987, Hlm. 3
28
Sebagai bahan dan pendukung penulisan ini, maka diperlukan data baik primer
maupun sekunder. Data primer berupa data yang langsung diperoleh dari narasumber
yang berkaitan dengan permasalahan dalam praktik yang nyata, yang diteliti dan
dipelajari sebagai sesuatu yang utuh, yang dihubungkan dengan keadaan atau norma
yang berupa peraturan dalam hukum perdata, hukum pidana, hukum administrasi
yang berkaitan dengan perkara perlindungan hukum bagi bidan dalam proses
Hasil penelitian dari data yang diperoleh tersebut, dipelajari serta dibahas sebagai
Data yang diperlukan untuk penulisan ini adalah melalui penelitian kepustakaan
relevan untuk dijadikan bahan penyusunan tesis ini, yang terdiri dari :
A. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang berlaku dan mengikat berupa :
Kesehatan
Kesehatan
44
Ibid, Hlm. 242.
29
besar permasalahan yang akan ditanyakan. 45 Dalam hal ini peneliti tidak
responden sendiri.
45
Lexy J Maelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000,
Hlm. 138-139
30
5. Lokasi Penelitian
Kota Cimahi dan bidan – bidan yang bekerja di wilayah Kota Cimahi.
Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah : bidan yang menolong persalinan
Analisis data yang dipakai adalah analisis data kualitatif dengan pendekatan
asas dalam ilmu hukum.47 Data yang diperoleh kemudian disusun secara kualitatif
untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas dengan tidak menggunakan rumus
46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV, PT Rineka
Cipta, Jakarta, 1998, Hlm. 155
47
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta 2009, Hlm. 24
31
8. Sistematika Penulisan
dalam 5 (lima) bab. Setiap bab terbagi dalam beberapa sub bab yang lebih kecil.
BAB I : PENDAHULUAN
dalam garis besarnya dan dituangkan kedalam 7 (tujuh) sub bab yaitu
Sistematika Penulisan.
PENDERITA HIV/AIDS
HIV/AIDS
Dalam bab III ini akan diuraikan mengenai perangkat hukum yang
BAB V : PENUTUP
Bab terakhir ini terdiri dari dua hal, pertama berisikan simpulan dari