NA Raperda TTG Eliminasi Malaria-Pakai
NA Raperda TTG Eliminasi Malaria-Pakai
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1945 (UUD Negara RI Tahun 1945) dan Batang Tubuh UUD Negara RI
Tahun 1945.
1
merupakan salah satu tonggak utama dalam kemajuan
merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia (HAM), yaitu
physical mental, and social, well being and not merely the absence
1
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan, Pertanggungjawaban Dokter, Jakarta, Rieneka Cipta, 2005, hlm.1
2
Kabupaten Mamberamo Raya sebagai bagian dari sistem
247 juta kasus malaria pada tahun 2021, meningkat dari 245 juta di
3
Afrika menyumbangkan sekitar 234 juta (95%) kasus tahun 2021.
23 juta (76%) ditahun 2000 menjadi 5 juta kasus pada tahun 2021.
356.889 atau 90% dari kasus nasional, (Kemenkes RI, 2022). Dalam
Indonesia harus mencapai API < 1 per 1000 penduduk sebesar 500
4
malaria. Untuk daerah tersebut harus memenuhi tiga kriteria utama
yaitu API kurang dari 1 per 1000 penduduk, Positivity Rate (PR)
lainnya. Status API < 1 per 1000 penduduk diperoleh dari jumlah
status Endemis Tinggi (API > 5%) sebanyak 3.600.391 (1%) penduduk
pada tahun 2022 yang angka API < 1 per 1000 penduduk terdapat di
5
kinerjanya yaitu 94,8%. Berdasarkan data nasional bahwa ada 89%
penduduk adalah Provinsi Papua 17% dan Papua Barat 23%, untuk
kasus postif malaria tahun 2022 yaitu 393801 kasus dan tahun 2023
Juni tahun 2023 yaitu 86% dari target nasional 95%. Secara nasional
juga total screening malaria pada ibu hamil tahun 2022 meningkat
6
Berdasarkan hadil survey Habitat Perindukan (Breeding Site)
An. punctulatus group yaitu An. farauti, An. koliensis dan An.
lainnya.
7
yaitu Kabupaten Mimika terkonfirmasi 543,7%, kemudian diikuti oleh
kasus (20,6%) pada tahun 2022. Tipe habitat yang di survey adalah
(15.924 kasus dari 415.140 total kasus nasional) atau 4,04% dari
8
penduduk yang tidak memberikan gejala dan tanda klinis malaria.
Km2, terletak pada 10 28’ dan 30 50’ Lintang Selatan serta 1370 46’
jiwa yang terdiri atas 19.148 jiwa penduduk laki-laki dan 17.335 jiwa
pada beberapa kampung yang masih sulit dan juga keterbatasan tenaga
9
kesehatan serta dukungan pembiayaan dalam program malaria yang
sangat terbatas, peran serta masyarakat asli yang sangat rendah dalam
10
mewujudkan implementasi program penanggulangan dan eliminasi
warga negara yang aman dan sentosa. Tujuan negara tidak lain ialah
dibentuk/didirikannya negara.
amandemen (perubahan).
2
I Gde Pantja Astawa dan Suprin Na’a, 2009, Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara, Refika Aditama,
Bandung, hlm. 45
3
Hassan Suryono, 2005, Ilmu Negara(Suatu Pengantar ke Dalam Politik Hukum Kenegaraan), Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press), Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, hlm. 27
11
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
undang-undang.
12
Pemerintah Mengenai Kewenangan Khusus Provinsi dan
perundang-undangan.
Papua.
13
untuk ditangani oleh Pemerintah Daerah. Otonomi Khusus Papua
B. Identifikasi Masalah
4
H. Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 7
14
menjelaskan bahwa desentralisasi adalah penyerahan (devolution)
5
Syarif Hidayat, Too Munch Too Soon – Local State Elite’s Perspective On and The Puzzle, Of Contemporary Indonesia
Regional Autonomy Policy:Too Much Too Soon (edisi bahasa Indonesia), PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 234
15
a. Tata letak geografis dibeberapa tempat khusunya
masyarakat
tidak berbahaya
malaria
kabupaten ini.
16
prasarana pendukung untuk melakukannya. Pembentukan
Malaria adalah:
berkesinambungan.
17
diterima dan diyakini rasionalitasnya. Dalam kaitan dengan
sebagai berikut:
1) Landasan Filosofis.
18
hidup manusia dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah.
2) Landasan Sosiologis.
19
2) Penanganan malaria di kabupaten Mambaeramo Raya
Mamberamo Raya.
3) Landasan Yuridis.
(UU Kesehatan).
20
Dalam ketentuan Pasal 48 ayat (1) huruf c dan d
pemulihan kesehatan.
3. Pasal 152
21
(3). Upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan
penyakit menular sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif bagi individu atau
masyarakat.
(4). Pengendalian sumber penyakit menular
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
terhadap lingkungan dan/atau orang dan sumber
penularan lainnya.
(5). Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan harus berbasis wilayah.
(6). Pelaksanaan upaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan melalui lintas sektor.
(7). Dalam melaksanakan upaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dapat
melakukan kerja sama dengan negara lain.
(8). Upaya pencegahan pengendalian, dan
pemberantasan penyakit menular sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Daerah.
22
subyek utama yang diberikan tugas, wewenang dan
Malaria yaitu:
c. Pengorganisasian;
d. Kelembagaan;
g. Pembiayaan;dan
h. Sanksi.
23
kebijakan di daerah untuk penanganan penyakit malaria yang
dan
24
2. menjadi arah bagi perumusan norma dalam Rancangan Peraturan
dan
D. Metode
Guna memperoleh materi muatan yang kelak menjadi
25
Selain itu, juga dilakukan kajian terhadap Peraturan Pemerintah
26
BAB II
A. Kajian Teoretis
kesehatan.
27
Gordon dan La Richt berpendapat bahwa :
28
antara ketiga komponen tersebut digambarkan seperti tuas pada
tanaman di sekitarnya.
29
perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetika
30
ksehatan masyarakat khsusnya untuk pada penyakit malaria,
genetika atau keturan akan tetapi transmisi penulaan dari ibu kea
1. Pengertian Malaria
diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area
31
Di Indonesia terdapat empat spesies plasmodium, yaitu:
2. Etiologi
32
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium.
33
tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut
3. Gejala Malaria
34
Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium
dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti
ini:
2) Kejang.
35
5) Pendarahan dihidung, gusi atau saluran pencernaan.
8) Kelemahan umum.
9) Nafas pendek.
4. Diagnosis Malaria
a. Wawancara (anamnesis)
tranfusi darah.
b. Pemeriksaan fisik
36
400C, serta anemia yang dibuktikan dengan konjungtiva
c. Pemerikasaan laboratorium
d. Pemeriksaan penunjang
5. Pencegahan Malaria
37
a. Menghindari gigitan nyamuk malaria
1) Penyemprotan rumah
2) Larvaciding
38
3) Biological control
meliputi:
39
keempat kehamilan untuk daerah di mana
Sunarno yaitu:
6
H. Siswanto Sunarno, Op Cit, hlm. 7
40
d. mempercepat bidang pelayanan umum pemerintahan kepada
masyarakat7.
Secara Etimologi istilah desentralisasi berasal dari bahasa Latin
berbentuk,pelimpahan,pemudaran,pemberian,penyerahan,pembagi
lainnya.
7
H. Siswanto Sunarno, Op. Cit, hlm. 12
41
a. Mengurangi bertumpuk-tumpuknya pekerjan di pusat
pemerintahan.
keadaan-keadaan daerah.
Daerah tertentu saja dan oleh karena itu dapat lebih mudah
ditiadakan.
42
Dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 UU Otsus Perubahan
Norma
8
Yusak Elisa Reba, Kewenangan Otonomi Khusus Provinsi Papua Dalam Perspektif Sistem Negara Kesatuan (Disertasi),
Program Pascasarjana Univesitas Hasanuddin Makassar, 2015, hlm. 118.
9
Ibid, hlm. 119
43
digunakan dalam penyusuan Rancangan Peraturan Daerah
44
Maksudnya bahwa setiap Pembentukan Peraturan
masyarakat.
45
Salah satu fungsi hukum yakni kemanfatan. Pembentukan
bernegara.
oleh masyarakat.
berupa :
46
1. terpenuhinya hak memperoleh kehidupan yang sehat dan
berkualitas dengan terbebas dari ancaman penyakit
malaria;dan
2. peningkatan angka harapan hidup masyarakat pada
bidang kesehatan melalui penetapan kebijakan eliminasi
Malaria sebagai kenijakan yang penting dan urgen untuk
segera dilakukan dengan berlandaskan pada pengaturan
dalam Peraturan Daerah.
47
diundangkan untuk diberlakukan dalam penyelenggaran
satu penyakit yang dipantau oleh kantor staf presiden (KSP) yaitu
48
Malaria menjadi salah satu dari 100 Program dan kegiatan
regional yaitu Regional Jawa dan Bali, Regional Sumatera, NTB dan
malaria dalam tiga tahun terakhir serta adanya sistem yang baik
49
Gambar : Timeline Eliminasi Malaria di Indonesia
eliminasi tingkat provinsi belum ada yang tercapai. Selain itu juga
50
adalah Provinsi NTT dan Provinsi Maluku Utara. Sedangkan
berat pada Ibu dan penurunan berat lahir janin. Malaria pada bayi
51
di Tahun 2014 dan 2017. Dan rencana tahun 2022 akan
– 34%.
melakukan pemeriksaan
3). Logistik
52
a. Hanya rerata 27,98% (154 fasilitas kesesehatan) yang
kebutuhan/kasus
ketenagaan di SISMAL.
5). Budget
53
b. Pergantian pejabat di lingkugan pemda kabupaten/kota
komplikasi)
3. Surveilans
54
diagnose, pengobatan dan pada hari ke 2- 3 telah dilakukan
Masyarakat
55
a. Interpersonal Komunikasi Perubahan perilaku
56
Pengembangan vaksin Malaria
Percepatan penurunan kasus dengan MDA atau mass drug
administration/mass dispensing atau pemberian obat
antimalaria ke seluruh populasi, sebuah intervensi yang telah
digunakan sebagai tindakan pengendalian malaria kurang lebih
dari 70 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk
menghilangkan, atau bahkan memberantas, malaria harus
dilakukan pemberian obat massal di daerah
dengan endemisitas malaria yang sangat tinggi (Brian Greenwood,
2004).
Skenario Kerangka Konsep Eliminasi Malaria Kabupaten
Mamberamo Raya Tahun 2024 -2030
Penetapan Aturan
Tahun 2024
Komitmen Pemda
Sertifikasi Eliminasi
Tahun 2030
Kab.Mambray
Stakeholder
NgO
Lintas Sektor
Lintas Program
Tokoh : Adat,
Agama,
Perempuan, OKP
Pemuda
57
D. Kajian Terhadap Implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur
keuangan negara.
Eliminasi Malaria.
target capaian yang terukur dan dapat dijadikan tolok ukur untuk
58
yang disusun untuk dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu
59
penyakit malaria di daerah, memberikan memberikan hasil
pemerintah daerah.
60
Penanggulangan penularan penyakit malaria, perlu
61
BAB III
adalah :
62
Tahun 2021, guna menghindari terjadinya tumpang tindih dan
berikut ini.
Penyakit Menular .
63
Sedangkan dasar konstitusional dari substansi yang diatur dalam
masyarakat.
(UU HAM)
64
pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang
secara layak”.
kesejahteraan.
65
untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit
menular.
(3). Upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit
menular sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
bagi individu atau masyarakat.
(4). Pengendalian sumber penyakit menular sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilakukan terhadap lingkungan dan/atau orang
dan sumber penularan lainnya.
(5). Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan harus berbasis wilayah.
(6). Pelaksanaan upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan melalui lintas sektor.
(7). Dalam melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan negara
lain.
(8). Upaya pencegahan pengendalian, dan pemberantasan penyakit
menular sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 4
66
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dalam rangka pelaksanaan Otonomi Khusus, Provinsi Papua
dan kabupaten/kota diberi kewenangan khusus berdasarkan
Undang-Undang ini.
huruf c meliputi:
67
tugas dan kewenangan pada urusan pemerintahan bidang
68
BAB IV
A. ARGUMENTASI FILOSOFIS
69
Dalam perspektif Otonomi Khusus Papua, pemerintah daerah
generasi yang produktif, unggul dan memilki daya saing tinggi karena
Mamberamo raya yang unggul dan memiliki daya saing tinggi karena
70
B. ARGUMENTASI SOSIOLOGIS
Salah satu cara agar masyarakat akan keluar dari masalah ancaman
Papua selama dua puluh tahun lalu (2001 s.d 2021) belum
71
malaria. Walau demikian, belum dapat menururnkan bahkan
C. ARGUMENTASI YURIDIS
berstatus sebagai hak warga negara, tetapi juga merupakan hak asasi
72
maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
Sebagai wujud penjabaran atas ketentuan Pasal 28I ayat (4) dan ayat
malaria.
Tahun 2001 tentang otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (UU Otsus
73
Perubahan), merupakan pengakuan dan pemberian kewenangan yang
74
Mengacu pada ketentuan peraturan perunang-undangan yang
Mamberamo Raya.
75
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMBERAMO RAYA
TENTANG PENANGGULANGAN DAN PERCEATAN ELIMINASI MALARIA.
76
disusun secara periodik, sistimatik, dan berkelanjutan dengan
menggunakan pendekatan kewilayahan.
10. Advokasi adalah upaya persuasif yang sistimatik dan teroganisir
mencakup penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi
untuk melancarkan aksi dengan target terjadinya perubahan
kebijakan melalui penggalangan dari berbagai pihak.
11. Evaluasi adalah upaya untuk mengetahui hasil kegiatan eliminasi
malaria dalam jangka waktu tertentu setiap 3 (tiga) bulan sekali.
12. Kasus Indigeneous adalah kasus yang berasal dari penularan di
wilayah setempat
13. Kasus Impor adalah kasus yang berasal dari luar wilayah.
14. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah kondisi
yang ditandai dengan meningkatnya kejadian-kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemologis di suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang
dapat menjurus untuk terjadi wabah.
15. Kemitraan adalah suatu bentuk ikatan bersama antara dua pihak
atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara
berbagai kewenangan dan tanggung jawab dalam bidang kesehatan,
saling mempercayai berbagai pengelolaan, investasi dan sumber
daya untuk program kesehatan yang dilakukan.
16. Monitoring adalah upaya untuk memantau proses pelaksanaan
kegiatan eliminasi malaria yang dilakukan secara terus-menerus.
17. Efikasi adalah perubahan/efek maksimal yang dapat dihasilkan oleh
obat.
18. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asalusul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan
berada di daerah kabupaten/kota.
19. Pemerintah Kampung adalah penyelenggara urusan pemerintahan
oleh pemerintah kampung dan Badan Musyawarah Kampung dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasakan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
20. Ketua LMA adalah unsur penyelenggara pemerintah negeri yang
memiliki fungsi dibidang hukum adat dan pemerintahan.
21. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra
pemerintah Kampung dalam memberdayakan masyarakat
22. Pemberdayaan Masyarakat Kampung adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
77
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat
Kampung
23. Daerah Reseptif adalah daerah dengan kepadatan vcctor yang tinggi
dan atau terdapat faktor lingkungan untuk berkebang biaknya
vector.
24. Vulnerable adalah salah satu dari kcadaan berupa dekatnya dengan
wilayah yang masih terjadi penularan malaria atau akibat dari
sering masuknya penderita malaria (positif) secara
individu/kelompok dan atau vektor yang infektif (siap menularkan).
25. Sistem Kewaspadaan Dini yang selanjutnya disingkat SKD adalah
upaya untuk pencegahan terjadinya KLB Malaria melalui kegiatan
pengamatan penyakit (surveüans) dilakukan terus menerus untuk
memantau terjadinya kasus malaria.
26. Komunikasi Informasi dan Edukasi yang selanjutnya disingkat KIE
adalah proses pemberdayaan masyarakat dalam rangka
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
penanggulangan malaria.
27. Lembaga Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat LSM
adalah organisasi kemasyarakatan yang peduli dengan kegiatan
eliminasi malaria.
28. Lintas sektor adalah satuan kerja atau unit kerja di lingkup
Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya yang ruang lingkup, tugas,
fungsi dan kewenangannya berhubungan dan memberikan
kontribusi dalam penanggulangan malaria.
29. Kampung Endemis Malaria atau yang disebut dengan nama Iain
adalah Kampung pada suatu keadaan dimana penyakit malaria
atau agen infeksi penyebab malaria secara terus menerus selama 3
(tiga) tahun berturut-turut ditemukan.
30. Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama
masyarakat agar mereka dapat mendorong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai
dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan
31. Juru Malaria Kampung atau yang disebut dengan nama Iain yang
selanjutnya disingkat JMD atau sebutan Iain adalah tenaga yang
berasal dari Kampung untuk melakukan deteksi dini melalui
kunjungan rumah untuk penanganan malaria.
32. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
78
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative
yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
33. Tahap Pemberantasan adalah tahapan penanggulangan malaria
dalam suatu wilayah geografis tertentu dimana jumlah kasus
malaria yang ada sama dengan atau Iebih dari 5 per 1000 penduduk
yang diperiksa sediaan darahnya per tahun dalam suatu wilayah
geografis tertentu.
34. Tahap Pre-eliminasi adalah tahapan penanggulangan malaria dalam
suatu wilayah geografis tertentu yang telah mencapai tingkat
dimana jumlah kasus malaria yang ada kurang dari 5 per 1000
penduduk diperiksa sediaan darahnya per tahun namun belum
mencapai jumlah kasus malaria kurang dari 1 per 1000 penduduk
per tahun dalam suatu wilayah geografis tertentu.
35. Tahap Eliminasi adalah tahapan penanggulangan malaria dalam
suatu wilayah geografis tertentu yang telah mencapai tingkat rendah
dimana jumlah kasus malaria yang ada kurang dari 1 per 1000
penduduk per tahun namun masih terdapat penularan malaria yang
terjadi dalam wilayah geografis tertentu.
36. Tahap pemeliharaan adalah tahapan dimana tidak ditemukan lagi
adanya penularan kasus malaria dalam suatu wilayah geografis
tertentu selama tiga tahun berutut turut atau Iebih namun masih
terdapatnya potensi ancaman terjadinya penularan malaria karena
masih adanya nyamuk penular malaria dan kemungkinan adanya
kasus malaria yang tertular dari luar daerah geografis tersebut di
atas.
37. Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk
melakukan pencegahan terjadinya penularan atau timbulnya
penyakit.
38. Upaya promotif adalah upaya kesehatan dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan dan
tindakan Iainnya.
39. Upaya kuratif adalah upaya kesehatan dalam melakukan
penanganan atau pengobatan atau tata laksana kasus dari penyakit.
40. Upaya rehabilitatif adalah upaya kesehatan dalam memperbaiki
penderita agar bisa melakukan kegiatan dengan baik setelah
menderita suatu penyakit tertentu.
41. Mikroskopis malaria adalah tenaga yang melakukan pemeriksaan
sediaan darah untuk menentukan adanya parasit malaria melalui
pemeriksaaan dengan menggunakan mikroskop.
42. Pengendalian vektor adalah berbagai upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah bersama masyarakat untuk mengurangi tempat
79
perkembangbiakan nyamuk dan mengurangi populasi nyamuk
infektif.
43. Pengelolaan lingkungan adalah kegiatan dalam memodifikasi dan
atau memanipulasi lingkungan agar tidak menjadi tempat
berkembang biak nyamuk penular penyakit termasuk malaria.
44. Praktek perorangan adalah kegiatan anggota masyarakat dalam
memberikan pelayan pengobatan, pencegahan dan penyembuhan
penyakit kepada masyarakat secara perorangan seperti Dokter
Praktek dan Bidan Praktek.
45. Rencana Strategis adalah rencana kegiatan berjangka menengah
yang disusun sebagai penjabaran tujuan organisasi meliputi strategi
pokok dalam upaya pelaksanaan kegiatan.
46. Surveilans adalah upaya pengamatan yang dilakukan terus menerus
dan sistimatik dalam bentuk pengumpulan data, analisis data,
interpretasi data dan desiminasi informasi hasil interpretasi data.
47. Dunia Usaha adalah perusahaan kecil, menengah dan atas yang
ikut berperan dalam membangun sistem penanggulangan penyakit
malaria dengan melakukan pencegahan, dukungan dan perawatan
di tempatnya.
48. Kampung Siaga Aktif adalah Kampung yang penduduknya memiliki
kesiapan sumberdaya dan kemampuan serta kemauan untuk
mencegah masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat
daruratan secara mandiri.
49. Wilayah reseptif adalah daerah yang cepat terjadi penularan malaria
karena masih ditemukannya nyamuk Anopheles dalam jumlah besar
dan terdapatnya faktor-faktor ekologis dan iklim yang memudahkan
penularan.
50. Reseptifitas adalah tingkat kemungkinan terjadinya penularan
malaria di suatu wilayah.
51. Vulnerabilitas adalah dekatnya suatu daerah dengan daerah malaria
atau kemungkinan masuknya penderita malaria/vektor yang telah
terinfeksi ke daerah tersebut, biasanya disebabkan oleh migrasi
penduduk / vektor dari daerah malaria maupun ke daerah malaria
yang cukup tinggi.
52. Daerah malaria adalah suatu wilayah dimana jumlah kasus malaria
yang ada lebih dari 5 per 1000 penduduk per tahun dan masih
terdapat penularan malaria yang terjadi dalam wilayah geografis
tersebut.
53. Larvasidasi adalah kegiatan pemberantasan jentik dengan
menaburkan bubuk/cairan/atau dalam bentuk padat larvasida ke
tempat-tempat perindukan nyamuk.
80
54. Kelambu Berinsektisida adalah kelambu yang telah dilapisi dengan
zat anti/ mematikan nyamuk yang efektif dan aman bagi manusia
dan lingkungan.
55. Pengobatan Profilaksis adalah pengobatan yang dimaksudkan untuk
mencegah masuknya parasit malaria ke dalam tubuh, biasanya
dikonsumsi sebelum berkunjung ke daerah malaria.
56. Surveilans Vektor adalah kegiatan pengamatan keberadaan vektor
penular malaria termasuk pengamatan jumlah, kepadatan,
penyebaran dan dinamika nyamuk Anopheles.
57. Efikasi Insektisida adalah respon maksimal atau kemampuan suatu
insektisida untuk membunuh nyamuk Anopheles.
58. Resistensi Vektor adalah kemampuan suatu vektor penular malaria
bertahan hidup terhadap dosis toksik insektisida yang mematikan
sebagian besar populasi.
59. Pengelolaan lingkungan adalah kegiatan dalam memodifikasi dan
atau memanipulasi lingkungan agar tidak menjadi tempat
berkembang biak nyamuk penular penyakit termasuk malaria.
60. Pengendalian vektor adalah berbagai upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah bersama masyarakat untuk mengurangi tempat
perkembangbiakan nyamuk dan mengurangi populasi nyamuk
infektif.
81
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Mengacu pada berbagai hal-hal yang telah diuraikan pada Bab terdahulu
berkaitan dengan pemenuhan hak atas kesehatan khususnya
penanggulangan dan percepatan eliminasi malaria di Kabupaten
Mamberamo Raya yang ditujukan bagi penduduk OAP dan Penduduk
bukan OAP dalam kerangka Otonomi Khusus Papua, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan otonomi daerah termasuk otonomi khusus
82
telah memberi kelulasaan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten
Papua pada dua puluh datum lalu. Hal ini dibebabkan oleh beberapa
hal: (1), pada masa pelaksanaan otonomi khusus dua puluh tahun
malaria.
83
Raya, dalam melakukan program dan kegiatan pencegahan dan
B.Saran
ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf c dan ayat (4) huruf a dna huruf b
Mamberamo Raya.
84
dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di kabupaten
Mamberamo Raya.
DAFTAR PUSTAKA
BPS 2021, Mamberamo Raya Regency in Figures 2021, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Mamberamo Raya Provinsi Papua.
I Gde Pantja Astawa dan Suprin Na’a, 2009, Memahami Ilmu Negara dan
Teori Negara, Refika Aditama, Bandung.
85
J Kaloh, 2007, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, : Suatu Solusi Dalam
menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global (Edisi Revisi),
Rineka Cipta, Jakarta.
Kemenkes RI, 2022, Rencana Aksi Kegiatan Revisi Tahun 2022 – 2024,
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2022.
Syarif Hidayat, 2007, Too Munch Too Soon – Local State Elite’s Perspective On
and The Puzzle, Of Contemporary Indonesia Regional Autonomy
Policy:Too Much Too Soon (edisi bahasa Indonesia), PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Soerdato, 2012, Penyakit Zoonosis Manusia Ditularkan Oleh Hewan.
Jakarta: Sagung Seto
WHO 2022, World Health Organization Global World Malaria Report 2022,
website for the most up-to-date version of all documents
(https://www.who.int/teams/global-malaria-programme).
Kamus:
Disertasi
Peraturan Perundang-undangan
86
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
87