Anda di halaman 1dari 12

https://doi.org/10.22435/blb.v15i2.

1581

Pemberantasan Rabies di Indonesia sebagai Upaya Mewujudkan Right to Life, Right to Health

The Eradication of Rabies in Indonesia as Achieving the Right to Life and the Right
to Health

Risqa Novita*
Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI
Jalan Percetakan Negara 23 Jakarta, Indonesia
*E_mail: rn_smile01@yahoo.com

Received date: 25-03-2019, Revised date: 29-07-2019, Accepted date: 11-10-2019

ABSTRAK
Rabies termasuk salah satu penyakit menular dari hewan ke manusia yang mendapat perhatian serius oleh
Pemerintah berkaitan dengan angka kematian yang cukup tinggi pada manusia. Sebanyak 26 provinsi di
Indonesia belum bebas dari rabies hingga tahun 2017. Tujuan penulisan sistematik review ini untuk mengetahui
pengaruh hukum kesehatan masyarakat di Indonesia terhadap pelaksanaan pemberantasan rabies di Indonesia,
dan untuk mewujudkan right to life and right to health dalam menyatukan berbagai aspek yang berpengaruh
terhadap pemberantasan rabies di Indonesia agar tujuan Indonesia untuk bebas dari rabies pada tahun 2030
dapat tercapai. Perundang-undangan di Indonesia yang ada saat ini sudah cukup lengkap sebagai aspek legal,
payung hukum terhadap pelaksanaan pemberantasan rabies. Namun, implementasi peraturan-peraturan tersebut
belum dilakukan sepenuhnya karena peraturan tersebut pada umumnya dibuat oleh Pemerintah Pusat,
sedangkan pelaksanaan berada di Pemerintah Daerah yang belum semua daerah memiliki Peraturan Daerah
(Perda) yang mengatur pelaksanaan pemberantasan rabies, sehingga perlu adanya Perda sebagai payung
pelaksanaan pemberantasan rabies di daerah. Hukum kesehatan masyarakat berpengaruh terhadap pelaksanaan
pemberantasan rabies di Indonesia, dan untuk mewujudkan right to life and right to health dalam menyatukan
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap pemberantasan rabies di Indonesia agar tujuan Indonesia untuk
bebas dari rabies pada tahun 2030 dapat tercapai.

Kata kunci: rabies, Indonesia, hak untuk hidup, hak untuk sehat, zoonosis

ABSTRACT
Rabies is one of infectious diseases from animals to man which gets serious attention from the government due
to its high mortality in human.Until 2017, as many as 26 provinces in Indonesia has not been free from Rabies
yet. The purposes of this writing are to uncover the influence of health law of the people in Indonesia on the
implementation of rabies eradication in Indonesia. Beside, this could be used by the policy makers to unity
programs to realize people’s right to life, right to health toward Indonesia being free from rabies in 2030. The
current legislations are considered sufficient ,but not their implementations. The regulations are mostly made
by the central government , while the local government are the implementor. Local regultaions, therefore, are
needed as umbrella for the eradication program in the areas. To conclude, public health and other laws have
influenced the eradication efforts of the disease. Public health law influences the implementation of eradication
of rabies in Indonesia, and to realize right to life and right to health in bringing together various aspects that
influence the eradication of rabies in Indonesia so that the goal of Indonesia to be free from rabies in 2030 can
be achieved.

Keywords: rabies, Indonesia, right to life, right to health, zoonoses

151
BALABA Vol. 15 No. 2, Desember 2019: 151-162

PENDAHULUAN merupakan bagian integral dari kesejahteraan,


Tiap-tiap manusia memiliki hak untuk diperlukan dukungan hukum bagi
hidup sejak dari kandungan karena manusia penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang
sudah memiliki tujuan penciptaan. Hak untuk kesehatan. Hukum kesehatan masyarakat
hidup merupakan hak dasar bagi tiap manusia mengatur tentang kesehatan masyarakat
yang mendorong terbentuknya hak dasar misalnya tentang tindakan preventif, wabah
manusia lainnya.1 maupun karantina.2
Deklarasi Universal Tahun 1944 Saat ini kasus penularan penyakit dari
tentang Hak-hak Asasi Manusia menyebutkan hewan ke manusia masih merupakan ancaman
bahwa tiap orang mempunyai hak untuk hidup yang serius terhadap kesehatan masyarakat.
pada standar yang layak untuk kesehatan dan Salah satu penyakit asal hewan yang masih
kesejahteraan mereka serta keluarga mereka, berbahaya bagi manusia adalah rabies. Kira-
termasuk hak untuk mendapat makanan, kira sebanyak 55.000 manusia meninggal tiap
perumahan dan pelayanan kesehatan. Hak tahunnya di dunia akibat Rabies, dan 45%
manusia merupakan bagian dari hukum berasal dari Asia Tenggara.4
internasional, yakni tiap-tiap manusia memiliki Rabies di Indonesia telah menyebar di
hak dasar, tanpa memandang diskriminasi ras, 25 provinsi sampai dengan tahun 2017.
warna kulit, agama, status ekonomi, bahasa, Berdasarkan data dari Ditjen Pencegahan dan
kebangsaan, gender, etnis dan lain-lain.1,2 Pengendalian Penyakit (P2P) Direktorat
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 Pengendalian Penyakit Tular Vektor Zoonotik,
menyatakan bahwa setiap manusia memiliki pada tahun 2017 kasus kematian akibat Rabies
hak untuk hidup dan mempertahankan hidup (Lyssa virus) mengalami penurunan sekitar
dan kehidupannya serta disebutkan hak-hak 27,12%. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
asasi manusia lainnya, antara lain hak untuk (GHPR) di tahun 2016 hanya turun sekitar
melanjutkan keturunan, bebas dari kekerasan 19,44% menjadi 64.774 laporan.5
dan diskriminasi, mendapatkan pendidikan Jumlah provinsi bebas rabies sampai
yang layak, mendapatkan jaminan dan dengan 2017 sebanyak 9 provinsi, yaitu 5
perlindungan hukum, mendapatkan provinsi bebas historis (Papua, Papua Barat,
kesempatan yang sama dalam pemerintahan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan Nusa
beragama, berkomunikasi, hidup sejahtera Tenggara Barat) dan 4 provinsi dibebaskan
lahir dan batin, bertempat tinggal dan (Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta,
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan Jawa Timur, dan DKI Jakarta).5 Kondisi ini
sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan, memerlukan perencanaan strategis yang lebih
dan setiap orang wajib menghormati hak asasi matang terhadap 26 provinsi di Indonesia yang
manusia lain dalam tertib kehidupan masih endemis.
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.3
Rabies ada di Indonesia sejak abad ke
Hukum kesehatan terbagi atas dua
18. Penyebab virus rabies di Indonesia berasal
bagian yaitu Hukum Kesehatan Masyarakat
dari kasus rabies yang ada di pulau Jawa yaitu
dan Hukum Kedokteran. Hukum kesehatan
di daerah Cirebon. Virus tersebut dapat
masyarakat lebih menitikberatkan pada
menyebar ke seluruh wilayah Indonesia
pelayanan kesehatan masyarakat atau
melalui perpindahan HPR yang ada di Jawa.
mencakup pelayananan kesehatan rumah
Kasus rabies di Nias berasal dari virus rabies
sakit, sedangkan untuk hukum kedokteran
di Sumatera, sedangkan kasus rabies di Bali
lebih memilih atau mengatur tentang
berasal dari virus rabies di Kalimantan. Hal
pelayanan kesehatan individual tetapi
ini berarti bahwa HPR di Bali tertular dari
menyangkut tentang pelayanan kesehatan.2
HPR yang datang dari Kalimantan.6,7
Untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi setiap orang, yang

152
Pemberantasan Rabies…..(Novita)

Terdapat beberapa indikator yang METODE


digunakan dalam memantau upaya Penelusuran kepustakaan dilakukan
pengendalian rabies yaitu: kasus Gigitan melalui internet dengan memakai peramban
Hewan Pembawa Rabies (GHPR), kasus yang Google dan PubMed. Penelusuran
diberi vaksinasi post exposure treatment menggunakan kata kunci rabies di Indonesia.
dengan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan kasus Kepustakaan diambil dari unduhan jurnal
yang meninggal karena Rabies (Lyssa) dan gratis dan laman situs kesehatan internasional
spesimen positif pada hewan. Penentuan suatu seperti World Health Organization (WHO).
daerah dikatakan tertular rabies berdasarkan Kriteria inklusi rujukan adalah semua
hasil pemeriksaan laboratorium hewan, dan artikel dan teks mengenai rabies di Indonesia
kewenangan ini ditentukan oleh Kementerian secara umum dengan total referensi sebanyak
Pertanian.5,6 50 buah. Pemilahan kepustakaan lalu
Penyebaran virus rabies di dalam difokuskan pada produk hukum pemberantasan
tubuh hospes sulit dihentikan karena kecepatan rabies di Indonesia. Setelah melalui
penyebarannya tiga milimeter per jam. Terkait penelusuran melalui sistematika di atas,
dengan hal itu, masa inkubasi rabies dapat terpilih referensi yang diambil sebagai acuan
mencapai 1 tahun tergantung dari lokasi penulisan ini yang mencakup artikel produk
gigitan. Makin jauh lokasi gigitan dari kepala, hukum, artikel tinjauan pustaka dan 3 laman
maka masa inkubasi rabies akan semakin lama, berisi artikel ilmiah dengan jumlah
begitupula dengan sebaliknya. Rabies keseluruhan pustaka yang didapatkan sejumlah
disebabkan oleh Lyssa Virus, yang termasuk 35.
dalam Famili Rhabdoviridae. Penularan rabies
melalui gigitan hewan berdarah panas seperti PEMBAHASAN
anjing, kucing, serta monyet, dan melalui Pada umumnya tiap bangsa di dunia
kontaminasi membran mukosa, mata, udara mengalami tiga tahap pembangunan, yaitu
dan transplantasi organ.7-10 unification, industrialization dan social
Upaya penanggulangan rabies yang welfare. Hukum, institusi hukum dan sarjana
efektif saat ini terbatas pada vaksinasi rabies hukum memiliki peranan penting untuk
pada reservoir atau Hewan Pembawa Rabies membawa perubahan kepada sistem norma dan
(HPR). Upaya lainnya adalah pembatasan nilai baru di tiap-tiap tahap pembangunan itu.
populasi reservoir atau HPR, yaitu dengan Oleh karena itu sangat diperlukan legalitas
mengurangi jumlah anjing liar yang hukum yang berupa peraturan perundang-
berkeliaran di lingkungan.9 undangan agar usaha pemberantasan rabies di
Mengingat besarnya masalah rabies Indonesia dapat berjalan efektif dan efisien.1,2
dengan tingkat kematian yang tinggi rabies Pemerintah telah memiliki program
dapat diprioritaskan kedua untuk diberantas nasional yaitu Indonesia bebas rabies pada
setelah Avian Influenza.5 Tujuan penulisan ini Tahun 2030 , namun hingga Tahun 2018,
adalah untuk mengetahui pengaruh hukum hanya 9 provinsi di Indonesia yang bebas dari
kesehatan masyarakat terhadap pelaksanaan rabies, sedangkan pada Tahun 2019 ini,
pemberantasan rabies di Indonesia, dan untuk provinsi bebas rabies berkurang menjadi 8
mewujudkan right to life and right to health provinsi, ketika Nusa Tenggara Barat terjadi
dalam menyatukan berbagai aspek yang kasus rabies pada bulan Januari-Maret 2019,
berpengaruh terhadap pemberantasan rabies di yang menyebabkan kematian manusia sebesar
Indonesia. 14 orang.11
Kementerian Kesehatan yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan
manusia, memiliki sepuluh langkah strategis

153
BALABA Vol. 15 No. 2, Desember 2019: 151-162

untuk menuju Indonesia bebas rabies, yaitu : di negara Asia terbanyak ditemukan di India
(a) sosialisasi; (b) penguatan regulasi; (c) (20.000-30.000 kasus per tahun), Vietnam
komunikasi risiko; (d) pengembangan atau (rata-rata 9.000 kasus per tahun), China (rata-
peningkatan kapasitas; (e) vaksinasi massal rata 2.500 kasus per tahun), Filipina (200-300
pada HPR; (f) manajemen populasi HPR; (g) kasus per tahun) dan Indonesia (rata-rata 125
profilaksis pra/ paska gigitan HPR (PEP); (h) kasus pertahun).5,9
surveilans dan respon terpadu; (i) penelitian Kasus rabies di Indonesia sebagian
operasional dan (j) kemitraan.5 Selain besar disebabkan oleh gigitan anjing sebanyak
termasuk di dalam langkah strategis tersebut, 98% dan sebagian kecil disebabkan oleh
regulasi juga termasuk di dalam empat gigitan monyet dan kucing yaitu 2%. Kasus
pendekatan untuk pengendalian rabies yang gigitan akibat hewan penular rabies (HPR) di
disepakati oleh semua negara ASEAN yaitu seluruh Indonesia sampai saat ini telah
poin pendekatan legislatif.5,11 mencapai lebih dari 12.000 kasus gigitan
Aspek legislatif dituangkan dalam (GHPR).5
bentuk regulasi sebagai upaya untuk Data dari Kementerian Kesehatan
melaksanakan pembangunan kesehatan, karena hingga tahun 2017 menunjukkan rabies telah
pemberantasan rabies secara optimal dapat menyebar di 25 provinsi, sedangkan pada awal
diwujudkan dengan melaksanakan tahun 2019, telah menyebar di 26 provinsi.
pembangunan kesehatan lintas sektoral. Dua puluh lima provinsi yang terdapat kasus
Pembangunan kesehatan sangat penting untuk rabies yaitu Nanggroe Aceh Darussalam,
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
yang setingi-tingginya, ditandai dengan umur Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
harapan hidup tiap warga negara yang Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Bali,
panjang.5,8 Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara,
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Right to Life and Right to Health Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,
Hak untuk hidup sehat, secara khusus Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
ada di dalam Deklarasi Universal tentang Hak- Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan
Hak Asasi Manusia yang menyebutkan bahwa Tengah. Rabies sering menimbulkan kejadian
tiap orang mempunyai hak untuk hidup pada luar biasa (KLB). Tahun 2005 KLB terjadi di
standar yang layak untuk kesehatan dan provinsi Maluku, Maluku Utara dan
kesejahteraan mereka, dan keluarga mereka, Kalimantan Barat. Akhir Tahun 2007, KLB
termasuk hak untuk mendapat makanan, terjadi di Banten. Pada November 2008 KLB
perumahan, dan pelayanan kesehatan.1 terjadi di Kab.Badung, Bali.5,9,12-16
Dalam memenuhi hak untuk hidup dan Kasus GHPR di Pulau Nias, Sumatera
hak untuk sehat, diperlukan payung hukum Utara sampai dengan Juli 2010 terjadi 857
agar dapat terlaksana. Di dalam kasus kasus GHPR. Sekitar 815 orang diberi vaksin
penularan penyakit dari hewan ke manusia, anti rabies atau VAR, sedangkan 42 orang
atau biasa disebut zoonosis memerlukan suatu tidak mendapat VAR. Dari 857 kasus GHPR
hukum kesehatan. Hukum kesehatan tersebut, 23 orang diantaranya meninggal
merupakan ketentuan yang mengatur mengenai dunia.17
kesehatan manusia, di dalamnya terdapat Kasus rabies menyebar tahun 2008 di
hukum kedokteran, hukum kesehatan Bali, yaitu di Kabupaten Badung. Hingga
masyarakat, hukum kesehatan lingkungan, dan bulan Agustus 2010 terdapat 53.418 kasus
hukum kesehatan lainnya.2 GPHR, 83 orang di antaranya meninggal (4
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) orang tahun 2008, 26 orang tahun 2009, dan 53
menunjukkan rata-rata di Asia ada 50.000 orang tahun 2010). Kasus rabies di Bali
kasus kematian akibat rabies per tahun. Kasus ditemukan pertama kali pada 18 November

154
Pemberantasan Rabies…..(Novita)

2008 dengan korban meninggal dunia setelah kegiatan promotif.20


digigit anjing.6,7,9 3. Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1991
tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Produk Hukum Terkait Pemberantasan Menular
Rabies Di dalam pasal 10 dicantumkan bahwa
Hukum kesehatan yang pada saat ini
upaya penanggulangan wabah meliputi
sebenarnya terbagi atas dua bagian yaitu
penyelidikan epidemiologis, pemeriksaan,
diantaranya Hukum Kesehatan Masyarakat dan
pengobatan, perawatan dan isolasi
Hukum Kedokteran.2 Untuk mewujudkan 21
penderita.
masyarakat Indonesia yang sehat maka perlu
adanya pengaturan tentang pelayanan 4. Undang-Undang Republik Indonesia No 16
kesehatan dan demi menjamin hak dari setiap Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan
orang yaitu hak untuk hidup yang merupakan dan Tumbuhan
salah satu hak asasi yang dipegang oleh Undang-undang ini tercantum perlunya
manusia.2,11,18 Beberapa produk hukum yang karantina hewan sebelum memasuki
mengatur tentang kesehatan masyarakat, antara wilayah Indonesia untuk diketahui status
lain: kesehatannya. Lalu lintas hewan antar
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 daerah juga diatur oleh Undang-Undang
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan ini, sehingga seyogyanya perpindahan
di dalam Undang-Undang Peternakan dan hewan dari daerah endemis rabies ke
Kesehatan Hewan tahun 2009 sebagaimana daerah bebas rabies di Indonesia,
diubah dalam UU No 41 Tahun 2014 seyogyanya tidak terjadi.22
dicantumkan mengenai kesehatan hewan, Di dalam buku petunjuk pelaksanaan dan
yaitu bagaimana cara untuk mengatasi penatalaksanaan kasus gigitan hewan
penyakit hewan menular dan juga dibahas tersangka rabies di Indonesia, disebutkan
mengenai kesehatan masyarakat veteriner bahwa rabies merupakan penyakit zoonosis
yang mengatur usaha-usaha kesehatan yang terpenting karena sering
hewan dan produk asal hewan untuk menimbulkan kematian bagi manusia,
mewujudkan kesehatan masyarakat. sehingga tidak cukup upaya pencegahan
Penanganan kasus rabies juga dibahas dan pemberantasan, tetapi harus
karena berpengaruh terhadap kesehatan diupayakan pemberantasan wilayah
manusia.19 terhadap rabies. 23

2. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Pembebasan rabies bukan hanya


Kesehatan tanggungjawab Kementerian Kesehatan,
Dicantumkan bahwa kesehatan adalah Kementerian Pertanian dan Kementerian
keadaan sehat baik secara fisik, mental, Dalam Negeri saja, namun Kementerian
spiritual maupun sosial yang Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta
memungkinkan setiap orang untuk hidup Kementerian Koordinator Pembangunan
produktif secara sosial dan ekonomis. Manusia dan Kebudayaan Republik
Menurut pasal 152 pasal (1) disebutkan Indonesia juga memiliki peran.
bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan masyarakat bertanggungjawab atas Program Pembebasan Rabies dan Produk
pencegahan, dan pemberantasan penyakit Hukumnya
menular serta akibat yang ditimbulkannya. Rabies merupakan penyakit dari virus
Dalam hal ini rabies merupakan salah satu yang sangat mematikan bagi manusia dan
penyakit menular. Pada ayat (3) Upaya hewan. Pada akhir tahun 2008 Provinsi Bali
pencegahan, pemberantasan penyakit yang semula bebas sudah menjadi daerah
menular dapat dilaksanakan melalui tertular rabies. Kasus rabies mengalami

155
BALABA Vol. 15 No. 2, Desember 2019: 151-162

peningkatan di Bali, Nias dan Maluku kegiatan dengan pendekatan promotif,


Tenggara Barat sebanyak 165 kasus. Kasus preventif, kuratif dan rehabilitatif
terbanyak terdapat di Bali yaitu 119 kasus, dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh
disusul Nias 26 kasus dan Pulau Lara Maluku dan berkesinambungan. Untuk
Tenggara Barat 20 kasus. Oleh adanya menjalankan upaya kesehatan ini
peningkatan kasus dan kematian, maka ketiga diperlukan kerjasama antara pemerintah,
wilayah tersebut dinyatakan terjadi Kejadian pemerintah daerah dan masyarakat.20
Luar Biasa (KLB) rabies. Sepanjang tahun 2. Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan
2010 secara nasional telah terjadi 74.858 kasus Hewan No 18 tahun 2009 sebagaimana
GHPR, 195 kasus di antaranya berakhir pada diubah dalam UU No 41 tahun 2014
kematian.5,6,10,24 Di dalam Undang-Undang ini dibahas
Mengingat bahaya rabies terhadap mengenai Upaya-Upaya Kesehatan Hewan
kesehatan dan ketentraman masyarakat dan Kegiatan Surveilans Penyakit
19
memiliki dampak buruk yaitu selalu diakhiri Zoonosis.
kematian, serta dapat mempengaruhi 3. Peraturan Menteri Kesehatan No 1116
perekonomian khususnya bagi pengembangan Tahun 2003 Tentang Pedoman
daerah-daerah pariwisata di Indonesia yang Penyelenggaraan Sistem Surveilans
tertular rabies, maka rabies dapat mengancam Epidemiologi Kesehatan
right to life and right to health masyarakat Di dalam Peraturan ini dicantumkan
Indonesia. Oleh karena itu, telah dilaksanakan mengenai metode surveilans untuk
program pembebasan rabies yang merupakan menanggulangi penyakit menular dan
kesepakatan nasional dan merupakan kejadian luar biasa.25
kerjasama kegiatan tiga Kementerian, yaitu 4. Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1991
Kementerian Pertanian (Ditjen Peternakan dan Tentang Penanggulangan Wabah Menular
Kesehatan Hewan), Kementerian Dalam Disebutkan bahwa penanggulangan wabah
Negeri (Ditjen PUM) dan Kementerian penyakit menular merupakan bagian dari
Kesehatan (Ditjen PP dan PL) sejak awal pembangunan kesehatan.26
Pelita V tahun 1989.5,10 Dalam menanggulangi rabies
Untuk mewujudkan masyarakat Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan
Indonesia yang sehat maka adanya pengaturan WHO mengeluarkan beberapa kebijakan
tentang pelayanan kesehatan dan untuk sebagai berikut :
menjamin hak dari setiap orang yaitu hak 1. Pemberantasan rabies di daerah tertular
hidup sehat yang merupakan salah satu hak dengan menyediakan vaksin anti rabies
asasi yang dimiliki oleh manusia. Untuk (VAR) untuk manusia, menyediakan media
mewujudkan hal ini diperlukan beberapa penyuluhan, meningkatkan pengetahuan dan
produk hukum, antara lain: ketrampilan petugas kesehatan melalui
1. Undang-Undang Republik Indonesia No 36 pelatihan dokter/paramedis Puskesmas dan
tahun 2009 Tentang Kesehatan klinik swasta di 6 Kabupaten/Kota serta
Di dalam Undang-Undang ini dibahas membantu kebutuhan VAR untuk hewan
banyak mengenai kesehatan. Rabies sebanyak 120.000 dosis.
disinggung dalam Bab VI mengenai Upaya 2. Melakukan surveillans aktif
Kesehatan, pasal 46-51, disebutkan bahwa 3. Mendirikan ”Rabies Center” di daerah
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang tertular yaitu Puskesmas atau Rumah Sakit
setinggi-tingginya bagi masyarakat, yang ditunjuk Dinas Kesehatan setempat
diselenggarakan upaya kesehatan yang sebagai pusat informasi dan penanganan
terpadu dan menyeluruh dalam bentuk kasus gigitan hewan penular rabies.5,6,18,19,27-
31
upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat dalam bentuk

156
Pemberantasan Rabies…..(Novita)

Produk hukum yang berupa tingkat daerah masih belum banyak daerah
perundang-undangan maupun peraturan yang mengakomodasi payung hukum tersebut
menteri sudah cukup baik, dalam arti dapat dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda).
menjadi acuan dan payung hukum dalam Padahal dalam proses desentralisasi ini,
pelaksanaan pemberantasan rabies, namun diharapkan tiap daerah dapat membuat model,
angka kematian manusia akibat rabies skenario, dan indikator pencapaian yang dapat
meningkat tiap tahun, dan Bali menjadi daerah disesuaikan dengan kondisi, tempat, waktu,
tertular padahal sebelumnya Bali merupakan dan latar belakang sosial. Namun di era
daerah bebas historis.5,32 otonomi daerah ini, peranan dinas yang
Belum berhasilnya program bertanggungjawab terhadap kesehatan hewan
pemberantasan rabies dapat disebabkan oleh juga mengalami penurunan. Hal ini karena
beberapa faktor penghambat, misalnya bersatunya berbagai dinas dalam satu kesatuan,
keterbatasan dana untuk program sehingga peranan masing-masing dinas
pemberantasannya. Hal ini dapat dimengerti menjadi mengecil.2,8,17
karena rabies merupakan penyakit yang Tiap-tiap daerah seharusnya sudah
terabaikan (neglected diseases), sehingga memiliki Perda tentang penanganan rabies,
anggaran yang dikeluarkan untuk pengendalian terutama provinsi-provinsi yang belum bebas
rabies terbatas, berbeda dengan dana rabies. Namun pada kenyataannya tidak seperti
pengendalian rabies yang disarankan oleh itu, sebagai contoh Kotamadya X hanya
WHO. Hal ini membutuhkan naskah akademis memiliki Peraturan daerah No 9 Tahun 2004
untuk penglegitimasian pengendalian rabies tentang pemeliharaan hewan ternak berkaki
sehingga membutuhkan dukungan dana untuk empat yang hanya membahas ketentuan
kegiatan tersebut..4,26,33 pemeliharaan hewan ternak berkaki empat
Kurangnya dana ini menyebabkan saja, tidak termasuk kewajiban vaksinasi rabies
kegiatan pemberantasan rabies menjadi untuk anjing, kucing dan kera.17,18 Hal tersebut
terhambat, karena biaya operasional rabies berakibat pemilik hewan tidak merasa
cukup besar dan melibatkan lintas sektoral memiliki kewajiban untuk memvaksinasi
antara Kementerian Kesehatan, Kementerian hewan peliharaannya karena tidak ada
Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan peraturan legal yang mewajibkan untuk
Kehutanan, Kementerian Koordinator memvaksinasi rabies hewan peliharaannya,
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta sehingga berakibat banyak anjing, kucing dan
Kementerian Dalam Negeri. monyet tidak divaksin rabies yang rentan.
Faktor penghambat lainnya adalah Daerah yang memiliki Perda untuk
adanya konsep sehat dalam masyarakat, yang pemberantasan adalah Bali, dituangkan dalam
menurut para pengambil keputusan dan Perda No. 15 Tahun 2009.19 Perda ini juga
masyarakat masih sebagai konsep sakit. memuat agar pemilik anjing untuk
Konsep sakit adalah apabila telah jatuh sakit, mengandangkan anjing atau mengikat anjing
baru memikirkan tentang sehat.8 agar tidak berkeliaran. Hal ini diperlukan agar
Penanggulangan rabies memerlukan anjing sebagai induk semang utama tidak dapat
proses desentralisasi, karena pemerintah menyebar virus rabies ke lingkungan, sehingga
daerah dan masyarakat memiliki penyebaran virus rabies akan terbatas.
25,34
tanggungjawab. Kelemahan di Indonesia, Pengandangan anjing juga diperlukan untuk
payung hukum untuk pemberantasan rabies mempermudah pemberian vaksin rabies ke
hanya berada di pusat, yang berupa Undang- anjing.20
Undang Kesehatan, Undang-Undang Kelemahan lainnya, seharusnya dibuat
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Peraturan peraturan daerah bersama yang membahas
Pemerintah, Keputusan Menteri Kesehatan dan mengenai konsep One Health di tingkat pusat
Keputusan Menteri Pertanian. Namun, di hingga daerah, dan tidak hanya melibatkan

157
BALABA Vol. 15 No. 2, Desember 2019: 151-162

Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan, Perda pengganti. Usaha pemberantasan kasus
sehingga penanggulangan rabies dapat rabies harus dimasukkan di dalam
terintegrasi. Hal tersebut diharapkan agar pembangunan kesehatan manusia, sehingga
penanggulangan rabies tidak berjalan sendiri- untuk melegitimasikan itu diperlukan
sendiri seperti saat ini, yang berakibat substansi hukum, yaitu penguatan badan
penyelesaian kasus rabies belum komprehensif legislatif, yudikatif dan eksekutif harus
sehingga korban manusia akibat rabies terus dilakukan sehingga tercapai tujuan
mengalami peningkatan.19 pembangunan kesehatan.8 Usaha
Peraturan Daerah dapat menjadi acuan pemberantasan rabies yang hingga saat ini
teknis untuk pelaksanaan pengendalian rabies, masih dinilai efektif adalah melakukan
namun usia perda sebaiknya tidak terlalu lama vaksinasi pada HPR.21
agar dapat sesuai dengan kondisi terkini Suatu Undang-Undang atau Peraturan
sehingga acuan pelaksanaan akan mudah daerah yang diajukan oleh badan eksekutif
diimplementasikan. Hal ini melihat dari Perda maupun legislatif dapat mengakomodasi tujuan
Bali No 15 Tahun 2009 yang pada Tahun pembangunan kesehatan tersebut. Dalam
2018 dinilai sudah kurang relevan lagi, meluluskan suatu Perda, sebaiknya DPRD
sehingga dapat diusulkan perda pengganti yang memiliki tenaga ahli di berbagai bidang,
lebih relevan baik di tingkat kabupaten/kota terutama bidang zoonosis atau penyakit hewan
maupun tingkat provinsi, disesuaikan dengan menular ke manusia.17,19
perubahan peraturan perundangan di atasnya
yaitu mengacu pada UU No 41 Tahun 2014
Right to Life and Right to Health pada Usaha
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, UU
Pemberantasan Rabies
No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, PP No Inti makin meluasnya kasus rabies di
95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Indonesia adalah kurangnya kerjasama dari
Veteriner dan Kesejahteraan Hewan, dan PP masyarakat, terhambat oleh berbagai budaya
No 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan setempat dan kurangnya kerjasama lintas
Penanggulangan Penyakit Hewan.19 Aspek sektoral. Oleh karena itu perlu memasukkan
yang dinilai lebih relevan dapat dimasukkan di aspek hukum dan hak asasi manusia dalam
dalam Perda pengganti tersebut, misalnya upaya pemberantasan kasus rabies di Indonesia
menyangkut sosiokultural di tiap-tiap daerah agar terdapat efek jera bagi yang melanggar.1,2
yang berbeda. Misalnya di Bali, pemeliharaan Peranan masyarakat perlu dimasukkan
anjing tidak akan bisa efektif dilaksanakan di di dalam aspek legal, sehingga pengendalian
tengah masyarakat Bali yang secara turun rabies tidak hanya dilakukan oleh pihak
temurun terbiasa hidup berdampingan dengan pemerintah saja sehingga aspek legal berupa
anjing yang dipelihara secara dilepas liarkan, peraturan yang telah dibuat dapat lebih mudah
sehingga Pasal 5 ayat 1(e) dan (f) Perda Bali diimplementasikan. Peran masyarakat sangat
No 15 Tahun 2009 tentang pemeliharaan membantu pengendalian rabies, seperti terjadi
anjing secara dikandangkan atau diikat perlu di Kroasia. Masyarakat dilibatkan untuk
dikaji ulang, oleh karena Perda tersebut tidak membantu mengendalikan rabies, salah
efektif karena belum sesuai dengan sosio satunya dengan vaksinansi pada HPR melalui
budaya masyarakat di Bali, sehingga kasus oral. Masyarakat yang paham mengenai
rabies di Bali belum mengalami penurunan pentingnya rabies setelah diberi sosialisasi
secara signifikan. mengenai vaksinasi rabies, secara sadar dan
Pengendalian populasi anjing sebagai sukarela aktif membantu pelaksanaan
HPR sangat perlu dilakukan agar virus rabies vaksinasi rabies pada HPR. Pelaksanaan
tidak dapat bersirkulasi di dalam lingkungan. vaksinasi dilaksanakan rutin selama 32 bulan
Pengendalian populasi anjing melalui program dan membuat kroasia mendapatkan pengakuan
sterilisasi massal dapat dimasukkan di dalam

158
Pemberantasan Rabies…..(Novita)

bebas rabies dari Office Internationale des Naskah akademis adalah naskah yang dapat
Epizootica (OIE) atau organisasi kesehatan dipertanggungjawabkan secara ilmiah
hewan dunia.22 mengenai konsepsi yang berisi latar belakang,
Sosialisasi pada masyarakat sebaiknya tujuan penyusunan, sasaran yang ingin
dilakukan pada waktu yang ideal, merujuk diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek atau
kesuksesan pada kasus di Kroasia, dilakukan arah rancangan undang-undang.26
pada saat tidak ditemukan lagi kasus positif Naskah akademis memiliki kedudukan
rabies di lapangan dan juga membicarakan sebagai dasar secara ilmiah bahwasanya upaya
tentang keberhasilan penanggulangan rabies di pemberantasan rabies memang layak untuk
negara lain, dalam hal ini Kroasia mencontoh mendapatkan pengaturan. Jika naskah
pelaksaan penanggulangan rabies di negara akademis sudah terbentuk maka tahap
Baltik, yaitu memakai peran serta masyarakat selanjutnya dalam penyusunan Perda adalah
untuk membantu pelaksanaan vaksinasi rabies pembentukan Tim antar Satuan Kerja
pada reservoirnya.23 Perangkat Daerah (SKPD) dan pembahasan
Berbagai produk hukum telah dibuat Rancangan Peradaturan Daerah (Raperda)
oleh Pemerintah pusat terkait oleh fungsi dengan biro hukum, kemudian Raperda yang
pemerintah pusat yaitu bertanggungjawab telah dibahas harus mendapat paraf koordinasi
terhadap pengendalian penyakit menular Kepala biro Hukum dan pimpinan SKPD
strategis. Namun untuk mendukung terkait, selanjutnya pimpinan SKPD
tercapainya program pemberantasan rabies mengajukan Raperda yang telah mendapatkan
diperlukan suatu produk hukum yang bersifat paraf ke Kepala Daerah melalui sekretaris
lokal agar partisipasi masyarakat daerah dapat daerah dan langkah terakhir yaitu Kepala
dilakukan, hal ini perlu diperhatikan Daerah mengajukan Raperda tersebut ke
mengingat masyarakat Indonesia memiliki DPRD untuk dilakukan pembahasan.26-29
sosio budaya yang berbeda antar wilayah. Jika Perda sudah terbentuk maka
Misalnya di Bali, untuk pengendalian rabies fungsi otonomi daerah dapat berjalan optimal,
tidak cukup hanya dengan pengendalian di karena penanganan bidang kesehatan
HPR berupa vaksinasi dan pengandangan merupakan kewajiban daerah dalam rangka
HPR. Pemberian promosi kesehatan di otonomi daerah. Agar sistem hukum yang
masyarakat juga sangat diperlukan.24 tercipta dapat berjalan, kita memerlukan
Promosi kesehatan ini diharapkan budaya hukum. Budaya hukum adalah persepsi
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat masyarakat tentang hukum dan sistem
mengenai bahaya rabies terhadap hukum, pandangan, nilai, ide, dan penghargaan
kelangsungan hidup manusia, dan mengubah masyarakat terhadap hukum.2
perilaku masyarakat agar mengerti dan Jika sistem hukum telah berjalan
membantu program pemerintah untuk sesuai koridornya, maka usaha pemberantasan
mengendalikan rabies. Pelaksanaan program kasus rabies dapat dijalankan di segala lapisan
pengendalian rabies yang berupa produk masyarakat secara optimal, karena akan
hukum lokal harus dilakukan monitoring terdapat sanksi bagi mereka yang melanggar.
secara terus menerus oleh Pemerintah Daerah Hal ini akan membuat kesejahteraan sosial
agar efektif dan mencapai sasaran.25 akan meningkat.2 Budaya hukum tiap daerah
Produk hukum lokal tersebut dapat berbeda-beda dan hal inilah yang mendasari
berupa Peraturan Daerah (Perda). Bagi daerah kebijakan tiap daerah harus berbeda, meskipun
yang belum memiliki Perda tentang rabies memiliki tujuan yang sama yaitu pembebasan
dapat diusulkan untuk pembuatan Perda. rabies.2,30
Dalam pembuatan Perda diperlukan peranan Kasus rabies pada manusia sebagian
seorang perencana pembangunan kesehatan disebabkan oleh gigitan anjing, sehingga
dalam hal pembuatan naskah akademis. eliminasi rabies pada anjing merupakan suatu

159
BALABA Vol. 15 No. 2, Desember 2019: 151-162

langkah utama yang diprioritaskan.21 Negara di Penyehatan Lingkungan. Kementerian


dunia yang belum bebas rabies sebagian besar Kesehatan RI. 2011.
memilih vaksinasi rabies pada HPR sebagai 6. Dibia IN, Sumiarto B,Susetya H, Putra AAG,
upaya pengendalian strategis, namun vaksinasi Scott-Orr H, Mahardika GN. Phylogeography
rabies pada HPR ini bukan langkah tunggal of the current rabies viruses in Indonesia.
yang diprioritaskan. Sosio budaya masyarakat Journal of Veterinary Science.
2015;16(4):459-66. doi:
dan status ekonomi masyarakat adalah faktor 10.4142/jvs.2015.16.4.459.
lain yang juga harus diperhatikan dalam
pemberantasan rabies, sehingga produk hukum 7. Susetya H, Sugiyama M, Inagaki A, Ito
N, Mudiarto G, Minamoto N. Molecular
pengendalian rabies seyogyanya menjangkau
epidemiology of rabies in Indonesia. Virus
semua lini, mulai dari HPR, termasuk research. 2008;135(1):144-9.
vaksinasi dan pemeliharaan, hingga
masyarakat, termasuk sosio budaya dan tingkat 8. El Tholoth M, El-Beskawy M, Hamed MF.
Identification and genetic characterization of
perekonomian masyarakat di tiap-tiap daerah.31 rabies virus from Egyptian water buffaloes
(Bubalus bubalis) bitten by a fox. VirusDis.
KESIMPULAN 2015; 26(3):141-6. doi: 10.1007/s13337-015-
Hukum kesehatan masyarakat 0263-y.
berpengaruh terhadap pelaksanaan 9. Susilawathi N.M, Darwinata AE, Dwija IB,
pemberantasan rabies di Indonesia, dan untuk Budayanti NS, Wirasandhi GA, Subrata K, et
mewujudkan right to life and right to health al. Epidemiological and clinical features of
dalam menyatukan berbagai aspek yang human rabies cases in Bali 2008-2010. BMC
Infectious Diseases. 2012;12(81):1-9. doi:
berpengaruh terhadap pemberantasan rabies di 10.1186/1471-2334-12-81.
Indonesia agar tujuan Indonesia untuk bebas
dari rabies pada tahun 2030 dapat tercapai. 10. Laura B, Cobianchi M, Breda T, Favero L,
Ruocco L, Marangon S. Sylvatic rabies
epidemic in Italy: implementation of a data
DAFTAR PUSTAKA management system to assess the level of
1. Atkinson Jeff. APEC-Winner and Losser. application of preventive dog vaccination.
Australian Council for Overseas Aid Pathogens and Global Health.
(ACFOAC). 1995. 2013;107(7):354-60. doi:
10.1179/2047772413Z.000000000176.
2. Dewi, Alexandria I. Etika dan hukum
kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Publisher; 11. Kementerian Kesehatan RI. Kebijakan rabies.
2008. Jakarta: Direktorat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit. Kementerian Kesehatan
3. Sekretariat Jenderal DPR RI. Undang-Undang RI; 2019.
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Jakarta; 2016. Diunduh dari: 12. Hanlon CA. Rabies in terrestrial animals. In:
http://www.dpr.go.id/jdih/uu1945. Jackson AC, editor. Rabies — scientific basis
of the disease and its management. Boston
4. WHO. Strategic framework for elimination (MA): Academic Press; 2013. p. 179–213.
human rabies transmitted by dogs in South-
East Asia Region. New Delhi: World Health 13. Gyanendra G, E.Wright A. Human rabies in
Organization Regional Office for South-East the WHO Southeast Asia Region: forward
Asia; 2012. p. 1–50. steps for elimination. SAGE; 2011.15.
doi:10.4061/2011/383870.
5. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin: situasi
rabies di indonesia [Internet]. Jakarta: 14. Wartapedia. Rabies di Indonesia 125 kasus
Kementerian Kesehatan RI; 2017 [cited 2017 per tahun [Internet]. [cited 2011 Nov 7]
Des 21]. Available from: http:// Available from: http:// Rabies Prioritas Kedua
www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/downl Setelah Avian Influenza, Depkes RI. 2011.
oad/ pusdatin/infodatin/infodatin-Rabies-
2017.pdfDitjen P2PL. Bali, Nias dan Maluku 15. Anfasa MF. Pembangunan berkelanjutan
Tenggara terjadi KLB Rabies. Direktorat dalam peningkatan derajat kesehatan manusia.
Jenderal Pemberantasan Penyakit dan

160
Pemberantasan Rabies…..(Novita)

Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII. 25. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1116
Denpasar: Departemen Hukum dan Hak Tahun 2003 tentang Pedoman
Asasi manusia; 2014. Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Kesehatan. Diunduh dari:
16. Vallat B. The OIE’s commitment to fight http://pdk3mi.org/file/download/KMK%20No
rabies worldwide. Rabies: a priority for .%201116%20ttg%20Pedoman%20Penyeleng
humans and animals. Bull Off Int epizoot. garaan%20Sistem%20Surveilans%20Epidemi
2011; 3:1–2. ologi%20Kesehatan.pdf.

17. Eka S, Misriyah, Ma’ruf A, Setyanti T , 26. Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1991
Laporan penanggulangan KLB rabies di Pulau Tentang Penanggulangan Wabah Menular.
Nias Sumatera Utara. [Laporan]. Subdit Diunduh dari:
Zoonosis, Direktorat Jenderal Pemberantasan http://www.bphn.go.id/data/documents/91pp0
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan: 40.pdf.
Kementerian Kesehatan ; 2010.
27. Bedeković T, Jankovic IL, Simic I, Kresic N,
18. Yemi O, Olukonyisola. Human rights and Lojkic I, sucec I, et al. Control and
economic development in developing elimination of rabies in Croatia. PLoS
countries. The International Lawyer. ONE.2018; 13(9): e0204115. doi:
1994;28(3). 10.1371/journal.pone.0204115.

19. Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2009 28. Conan A, Kent A, Koman K, Konink S,
Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Knobel D. Evaluation of methods for short-
Diunduh dari: term marking of domestic dogs for rabies
http://ditjennak.pertanian.go.id/userfiles/regul control. Prev Vet Med. 2015; 121(1–2):179–
asi/85453cb4e07dc5422595300f5d9a890f.pdf 82. doi: 10.1016/j.prevetmed.2015.05.008.
Epub 2015 Jun 1.
20. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan. Diunduh dari: 29. Lupulovic D, Maksimovic Zoric J, Vaskovic
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2009/36 N, Bugarski D, Plavsic B,Ivanović N, et al.
TAHUN2009UU.htm. First report on the efficiency of oral
vaccination of foxes against rabies in Serbia.
21. Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1991 Zoonoses and Public Health.2015; 62(8):
Tentang Penanggulangan Wabah Penyakit 625–36. doi: 10.1111/zph.12196.
Menular. Diunduh dari:
http://www.bphn.go.id/data/documents/91pp0 30. Robardet E, Picard-Meyer E, Dobros ˇtana M,
40.pdf. Jaceviciene I, Mahar K, Muiz ˇniece Z, et al.
Rabies in the Baltic States: decoding a proces
22. Undang-Undang Republik Indonesia No 16 of control and elimanation. PLoSNegl Trop
Tahun 1992 Tentang Karantina Hewan, Ikan Dis.2016;10(2): e0004432. doi:
dan Tumbuhan. Diunduh dari: 10.1371/journal.pntd.0004432.
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen
/regulasi-hukum/undang-undang/undang- 31. Mortes M.K, S. Bharadwaja S, Whay HR,
undang-kelautan-dan-perikanan/finish/10- Cleaveland S, Damriyasa IMd, Wood JLN.
undang-undang-kelautan-dan-perikanan/95- Participatory methods for the assessment of
uu-no-16-tahun-1992-karantina-hewan-ikan- the ownership status of free roaming dogs in
dan-tumbuhan. Bali Indonesia, for diseases control and
animal welfare. Preventive Veterinary
23. Direktorat Jenderal PPM dan PL. Petunjuk Medicine.2014;116(1-2):2013-8. doi:
pelaksanaan dan penatalaksanaan kasus 10.1016/j.prevetmed.2014.04.012.
gigitan hewan tersangka rabies di Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 2000;Edisi ke VI. 32. Townsend SE, Sumarta IP, Pujiatmoko,
Bagus G.N, Brum E, Cleaveland S, et al.
24. Maya MN, Yovani N. Menuju Indonesia Designing program for eliminating canine
bebas rabies 2020: problem institusi dalam rabies from islands: Bali, Indonesia as a case
implementasi kebijakan kesehatan publik di study. Plos Negl Trop Dis. 2013;7(8):e2372.
Bali. Jurnal Kebijakan Kesehatan doi: 10.1371/journal.pntd.0002372.
Indonesia.2018;7(4):168-72.

33. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2005

161
BALABA Vol. 15 No. 2, Desember 2019: 151-162

tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan


Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undangundang,
Rancangan Peraturan Pemerintah, dan
Rancangan Peraturan Presiden. Diunduh dari:
http://jdih.kkp.go.id/peraturan/perpres-68-
2005.pdf.

34. Suryadjaja C. Elemen-elemen pokok


pembentukan peraturan daerah tentang
penanggulangan HIV/AIDS. USAID. 2008.

162

Anda mungkin juga menyukai