Anda di halaman 1dari 5

MACAM JENIS PUBLIC SPEAKING

Public speaking termasuk komunikasi lisan, dengan elemen vokal, verbal, dan visual (3V).
Berikut ini berbagai jenis public speaking berdasarkan acara dan tujuannya.

1. Ceremonial Speaking
Apa yang dimaksud dengan pembicaraan seremonial? Pidato seremonial adalah pidato
yang berlangsung dalam acara resmi, seperti peresmian, peringatan hari besar, dan
pidato pernikahan.

2. Demonstrative Speaking
Apa itu berbicara demonstratif? Pidato demonstrasi adalah bentuk pidato dengan tujuan
menyampaikan informasi. Tujuan utama pembicara adalah untuk mengajarkan audiens
tentang suatu teknik, tips, atau cara menyelesaikan sesuatu, seperti guru atau dosen saat
mengajar di kelas.

3. Informative Speaking 
Apa itu berbicara informatif? Pembicaraan informatif umumnya berpusat pada
pembicaraan tentang orang, peristiwa, proses, tempat, atau benda.  Pembicara memberi
tahu audiens tentang salah satu subjek. Contohnya presentasi.

Dalam pidato informatif, pembicara menjabarkan topik tertentu didukung dengan fakta-
fakta. Beberapa jenis public speaking informatif adalah presentasi bisnis, sidang skripsi di
kuliah, dan presentasi materi di kelas.

4. Persuasif Speaking
Apa berbicara persuasif? Pidato persuasif adalah jenis pidato tertentu di mana pembicara
memiliki tujuan untuk memuaskan pendengarnya menerima sudut pandangnya.

Public speaker berusaha membujuk atau mengubah opini pendengar mengenai suatu ide
atau produk. Pidato persuasif biasanya dibawakan oleh orang-orang marketing untuk
menjual produk-produk mereka. Pidato-pidato terkait politik juga termasuk ke dalam
jenis ini.

Masih berdasarkan tujuannya, public speaking juga dibedakan menjadi 4 jenis berikut ini
sebagaimana dikutip Katalisnet dari Live Speech.

1. Informative Speaking

Speaking to Inform (berbicara untuk menyampaikan informasi). Ketika Anda memberikan


pidato di depan audiens untuk menyampaikan informasi tentang topik atau masalah
tertentu, itu dikatakan sebagai pidato informatif.
Presentasi bisnis, seminar di perguruan tinggi, presentasi kelas di sekolah adalah
beberapa contoh pidato informatif.

Seseorang yang mempersiapkan pidato informatif harus meneliti subjek atau topik
dengan sangat baik. Pidato harus singkat dan tepat karena pidato informatif yang
panjang (misalnya kuliah) dapat dengan mudah membuat audiens Anda bosan.

Keberhasilan pidato informatif akan tergantung pada seberapa banyak audiens dapat
memahami dari pidato tersebut, juga keakuratan isi pidato, dan kredibilitas Anda sebagai
pembawa pesan. Orang harus bisa mempercayai informasi yang mereka dapatkan dari
Anda.

2. Persuasive Speaking

Speaking to persuade (pidato untuk persuasi). Pidato persuasif adalah pemicaraan yang


mencoba mengubah cara audiens Anda memandang sebuah ide atau produk atau orang
dan sebagainya.

Pidato-pidato ini bertujuan untuk mempengaruhi dan mengubah pendapat mereka untuk
mendukung atau tidak menyukai subjek. Ini bisa menjadi tugas yang sulit, karena Anda
mungkin menghadapi sekelompok orang yang mungkin memiliki pandangan yang sangat
berbeda dari Anda sendiri.

Jika Anda ingin memengaruhi pandangan dan ide orang lain, hal terpenting yang perlu
diingat di sini adalah Anda harus menunjukkan antusiasme saat berbicara. Namun, Anda
harus ingat bahwa Anda tidak berada di sana untuk berperang sehingga Anda harus
berbicara tanpa menyakiti perasaan mereka.

Pidato persuasif sering diberikan oleh tenaga penjualan dan pemasaran untuk menarik
minat terhadap produk mereka. Mereka juga digunakan untuk mempengaruhi pandangan
politik dan agama.

3. Speaking to Actuate

Berbicara untuk menggerakkan adalah tingkat berbicara persuasif yang lebih tinggi. Di
sini, pembicara melangkah melampaui persuasi dan meyakinkan. Tujuannya adalah
untuk cukup memotivasi orang untuk mengambil langkah tertentu—bertindak.

Ini adalah tingkat berbicara yang kuat. Sangat sedikit orang yang telah mencapai tingkat
penguasaan seni persuasi ini di mana mereka bisa begitu meyakinkan orang untuk
bergerak ke dalam tindakan.

Jenis pidato ini berguna dalam situasi konflik seperti perang. Hal ini juga terlihat dalam
tindakan ketika seorang pembicara tidak hanya mencoba untuk mengumpulkan
dukungan untuk suatu tujuan atau advokasi tetapi juga ingin orang-orang yang dia ajak
bicara untuk bergabung dengannya dalam mengaktualisasikannya melalui tindakan
nyata.
Hal ini ditandai dengan pertunjukan karisma, kata-kata yang sangat jelas, daya tarik kuat
untuk pemicu emosional, dan tampilan keyakinan pribadi.

Pidato untuk bertindak biasanya tidak bergantung pada fakta dan angka, meskipun
mungkin ditawarkan. Tujuan pembicara adalah untuk membuat pendengarnya begitu
gelisah secara emosional sehingga mereka sepenuhnya mengadopsi idenya, prinsipnya,
alasannya, sebagai milik mereka, dan benar-benar memikul salib dan berbagi bebannya.

Kadang-kadang, pendengar mungkin begitu tergerak sehingga mereka menganggap


masalahnya lebih serius daripada orang yang mengundang mereka ke dalamnya! Ini
adalah puncak dari berbicara persuasif dan, memang, berbicara di depan umum.

4. Speaking to Entertain

Berbicara untuk Menghibur. Pidato seremonial adalah bentuk lain dari berbicara di depan
umum yang biasanya diberikan pada pernikahan, pemakaman, pesta kelulusan, pesta
pensiun, dll. Salah satu faktor yang sangat penting untuk membuat pidato ini efektif
adalah menambahkan sentuhan pribadi.

Anda mungkin akan memberikan pidato seremonial untuk orang yang Anda kenal. Jika itu
adalah upacara untuk menghormati seseorang, seperti pernikahan atau pesta ulang
tahun atau pesta perpisahan untuk rekan yang pensiun, akan berguna untuk membawa
cerita pribadi atau mengingat peristiwa tentang selebran.

Pidatonya bisa lucu atau emosional, sesuai dengan suasana acara. Anda harus berhati-
hati untuk tidak menyakiti perasaan dengan membuat komentar sinis pada kesempatan
ini. Ingat, audiens Anda berkumpul untuk bersenang-senang. Jangan merusak suasana.

ETIKA PUBLIC SPEAKING


Pembahasan etika ini saya dapatkan dari Hanifa Paramitha Siswanti yang disadur dari buku karya Stephen E
Lucas yang berjudul The Art of Public Speaking. Ada 6 hal yang perlu Anda perhatikan.

1. Tujuan Yang Baik


Sebelum tampil, tanamkanlah niat yang baik ketika akan berbicara.

2. Persiapan Yang Matang


Bangunlah persiapan yang matang.
Mulai dari persiapan mental, data, penampilan hingga latihan berulang.

3. Mengutamakan Kejujuran
Dalam komunikasi, kepercayaan menjadi poin utama yang membuat orang mau mendengarkan kita.
Membangun kepercayaan tidak mudah, perlu waktu. 
Salah satu cara untuk membuat orang percaya adalah dengan berkata jujur.

4. Bahasa dan Penyampaian Yang Santun


Sifat komunikasi itu tidak bisa ditarik lagi.
Maka, berbicaralah yang santun.

5. Menjauhi Sikap Egosentris


Audiens yang kita hadapi unik dan sangat beragam. Maka, hindari hal-hal yang berkaitan dengan SARA.
Bangun hal-hal positif yang membangun.

6. Menghindari Plagiarisme
Ketika Anda berbicara dan menggunakan sumber lain, maka cantumkan sumbernya sebagai bentuk apresiasi
dan menjaga kredibilitas tulisan.

Etika 1: Menjaga Konsistensi Materi

Banyak pembicara gagal menyampaikan mater kepada pendengar karena ketidakkonsistenannya. Maksudnya,
pembicara suka berbicara secara serampangan atau tidak terpola. Jadi, pembicara sekadar berbicara. Maka,
keasyikan berbicara itu berakibat kepada terjadinya penyimpangan materi. Etika ini terlalu sering terjadi. Dari
mana kita mengetahuinya? Cukup dari reaksi peserta atau pendengar. Jika para pendengar itu kurang bergairah
mengikuti pembicaraannya, pembicara harus cepat bersikap. Pembicara harus berintrospeksi secara spontan:
mengapa pendengar mengantuk dan tidak memperhatikanku? Jika pembicara tidak menanggapi kondisi ini,
pendengar pun akan mengasyikkan diri seraya melakukan aktivitas menyimpang dari materi.

Etika 2: Bersikap Jujur

Dalam sebuah kegiatan seminar atau diskusi, tentu akan diadakan forum atau session tanya jawab. Pada
kesempatan seperti ini, pembicara sering gagap atau kurang sip menerima pertanyaan dari peserta. Bagaimana
kita mengetahui bahwa pembicara bersikap demikian? Tentu dari cara menjawab pertanyaan yanq sering mbulet
atau berbelit-belit. Ini adalah sikap yang tidak baik. Pembicara harus bersikap jujur. Jika memang pertanyaan itu
dirasa berat dan mungkin kurang pas, pembicara sebaiknya menyiasatinya dengan menunda jawaban. Pembicara
dapat meminta nomor HP atau email penanya. Itu tentu lebih diapresiasi atau dihargai pendengar daripada
jawaban yang berbelit-belit tadi. Pendengar itu berasal dari tataran setting yang berbeda-beda: akademisi,
pengusaha, atau mungkin masyarakat awam. Jadi, pembicara tidak bole menyamaratakan kondisi jika peserta
memang bertanya.

Etika 3: Menjaga Kesantunan


Pembicara itu dapat dibaratkan sebagai penjual suara. Kalau suaranya berkualitas, tentu pendengar pun akan
membelinya. Pengertian kualitas tentu berdasarkan isi, teknik, dan kesan pendengar. Namun, kesan pendengar
harus mendapat prioritas pembicara. Mengapa? Karena pendengar memperhatikan semua tingkah dan sikap
serta kesantunan pembicara tersebut. Agar dapat meninggalkan kesan positif dan mendalam, sebaiknya
pembicara bersikap santun. Kesantunan dapat dimulai dari sikap ramah ketika berbicara Dapat pula dilakukan
ketika berpakaian. Dan dapat pula dilakukan ketika menjawab

pertanyaan. Banyak pembicara kurang memperhatikan etika. Maka, wajar-wajar saja pendengar
bersikap acuh dan tidak memperhatikannya.

Ketika mengawali pembicaraan, sebaiknya pembicara menyapa dengan salam, memperkenalkan diri,
dan hantarkan isi secara sistematis. Ketika berpakaian, hendaknya pembicara mengenakan baju yang
pantas dan santun. Ketika menjawab pertanyaan, pembicara perl menyampaikan ucapan terima kasih.
Setelah itu, pembicara menjawab pertanyaan itu secara logis dan proporsional.

jika pembicara sudah mampu menjaga ketiga etika di atas, tunggulah keajaibannya. Pendengar akan
memberikan beragam reaksi apresiasi: tepuk tangan, tertawa ramah, dan bertukar alamat. Ini adalah
awal dari terbukanya pintu rezeki lainnya Jadi, pembicara perlu memperhatikan ketiga di atas jika
memang berkeinginan agar rezeki terus mengalir kepada dirinya.

HUKUM
5 Hukum Komunikasi yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Effective Communication) yan dirangkum
dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH (Respect,
Empathy, Audible, Clarity, Humble), yang berarti merengkuh atau meraih, karena kita berkeyakinan
bahwa komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih,
minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.

1. Sikap hormat dan sikap menghargai terhadap khalayak atau hadirin  Harus memiliki sikap
(attitude) menghormati dan menghargai hadirin.  Harus ingat bahwa prinsipnya manusia ingin
dihargai dan dianggap penting.

2. Empati  Kemampuan kita untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh
orang lain.  Kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan
ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif.

3. Audible  Didengarkan atau dimengerti dengan baik.  Audible dalam hal ini berarti pesan yang
kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.

4.. Kejelasan dari pesan yang kita sampaikan  Pesan yang disampaikan hendaknya pesan yang
singkat padat dan jelas, tidak terlalu banyak uraian dan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti
dan diterima.
5.. Sikap rendah hati  Terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang
lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki.

Anda mungkin juga menyukai