Anda di halaman 1dari 22

TUGAS dr. Vicky , Sp.

THT-KL
Kelompok periode 27 Maret – 23 April 2017
Nama :
Rahman Mukti Aji
Ana Khurnia R
Faisal Ravif
Clarissa Maharani P
Haidarratul Milla
M. Fadli Fajriansyah

1. Gangguan Pendengaran
A. UNILATERAL
Penyakit Definisi Gejala klinis PF Khas Diagnosis Penatalaksanaan
Otomikosis Infeksi jamur di Rasa gatal dan rasa Otoskopi : hifa (+) Anamnesis dan PF Pembersihan liang telinga
liang telinga penuh di liang Pemeriksaan KOH (+) Larutan asam asetat 2% dalam
telinga alkohol, larutan iodium povidon
5% atau tetes telinga yang
mengandung campuran antibiotik
dan steroid
Obat anti jamur topikal : nistatin,
klotrimazol
Serumen Gumpalan Rasa tertekan Tuli konduktif Anamnesis dan pf Serumen lembek  kapas yang
prop serumen yang (serumen dililitkan pada pelilit kapas.
menumpuk di mengembang) Serumen keras  pengait/ kuret,
liang telinga Gg. Pendengaran jika tidak bisa dilunakkan dulu dgn
tetes karbolgliserin 10%  irigasi
air hangat.
Kolesteato suatu kista Otore dan nyeri Membran timpani Anamnesis dan pf Bila kolesteatoma masih kecil dan
ma eksterna epitelial yang tumpul menahun normal terbatas  tindakan konservatif :
berisi Gangguan Kolesteatoma eksterna kolesteatoma dan jaringan nekrotik
deskuamasi pendengaran ringan pada 1 telinga diangkat sampai bersih dan
epitel( k e r a t i n atau tidak ada Erosi tulang terlokalisir pemberian antibiotik topikal secara
). di daerah posteroinferior berkala
Kulit telinga ulserasi Obat tetes telinga dari campuran
Terdapat osteonekrosis alkohol atau gliserin dalamH2o3%
3 kali/minggu
Operasi agar kolesteatoma dan
tulang yang nektrotik bisa diangkat
semua

Otitis Radang liang Otitis eksterna Otitis eksterna Anamnesis dan pf Otitis eksterna sirkumskripta : Bila
eksterna telinga akut sirkumskripta : rasa sirkumskripta: Terdapat sudah menjadi abses, diaspirasi
maupun kronik nyeri yang hebat, furunkel atau bisul pada secara steril, lokal diberikan
yang disebabkan tidak sesuai dengan kulit di sepertiga luar antibiotik salep (polymixin B atau
infeksi bakteri, besar bisul. Rasa liang telinga, dapat bacitracin) atau antiseptik (asam
jamur dan virus nyeri dapat timbul menjadi abses asetat 2-5% dalam alkohol).
sponyan pada waktu Nyeri tekan tragus (+) Kalau dinding furunkel tebal,
membuka mulut. Otitis eksterna difus dilakukan insisi, kemudian
Gangguan Nyeri tekan tragus (+). dipasang salir (drain) untuk
pendengaran bila Nyeri saat liang telinga mengalirkan nanah
furunkel besar dan ditarik ke Pengobatan sistemik: antibiotik
menyumbat liang superoposterior, liang tidak perlu diberikan, hanya
telinga. telinga sangat sempit, simptomatik : analgetik dan obat
Otitis eksterna difus: kadang KGB regional penenang
nyeri pada telinga membesar dan nyeri Otitis eksterna difus:
dan KGB regional tekan, sekret berbau (+) Membersihkan liang telinga,
yang membesar, memasukkan tampon yang
terdapat sekret dan tidak mengandung mengandung antibiotik ke liang
berbau lendir (musin) telinga, kadang diperlukan obat
antibiotik sistemik.
Otitis media Peradangan Pada anak: Rasa Stadium oklusi Anamnesis dan pf (otoskopi dan Stadium oklusi
akut sebagian atau nyeri di dalam Membran timpani penala : tuli konduktif) Obat tetes hidung, HCL Efedrin
seluruh mukosa telinga retraksi, kadang tampak 0,5% dalam larutan fisiologik
telinga tengah, Keluhan lain : suhu normal (tidak ada (anak <12tahun) atau HCL efedrin
tuba eustachius, tubuh tinggi, kelainan), atau 1% dalam lauran fisiologi anak
antrum mastoid biasanya terdapat berwarna keruh pucat, >12 tahun dan orang dewasa
dan sel-sel riwayat batuk pilek Stadium hiperemis Antibiotik jika penyebab penyakit
mastoid, dengan sebelumnya membran timpani adalah bakteri (bukan virus atau
keluarnya sekret Dewasa : nyeri pada tampak hiperemis serta alergi)
kurang dari 3 telinga, gangguan edem Stadium hiperemis
minggu pendengaran berupa Stadium supurasi Antibiotik : penisilin atau
rasa penuh di telinga Membran timpani ampisilin, terapi awal penisilin IM.
atau rasa kurang menonjol (bulging) ke Obat tetes hidung
dengar. arah telinga luar analgetik
Bayi dan anak kecil : Stadium perforasi Stadium supurasi
suhu tinggi dapat Membran timpani Antibiotika dan miringotomi
mencapai 39,5C ruptur Stadium perforasi
(pada stadium Stadium resolusi Obat cuci telinga h2o2 3% sekama
supurasi), anak Sekret berkurang dan 3-5 hari dan antibiotika
gelisah dan sukar kering
tidur, menjerit tiba-
tiba, diare, kejang,
memegang telinga
yang sakit, bila
ruptur membran,
sekret mengalir dan
suhu tubuh turun dan
anak dapat tidur
tenang
Otitis media Infeksi kronis di OMSK tipe aman OMSK tipe aman Gejala klinik: sekret telinga keluar OMSK tipe aman
supuratif telinga tengah Omsk tipe bahaya Peradangan terbatas terus menerus Obat pencuci telinga H2O2 3%
kronik dengan perforasi pada muosa, perforasi Otoskopi: Membran timpani selama 3-5 hari, setelah sekret
membran timpani sentral, kolesteatoma (-) perforasi berkurang  obat tetes telinga
dan sekret yang Omsk tipe bahaya Penala : Tuli konduktif antibiotik dan kortikosteroid
keluar dari Perforasi marginal atau Audiometri nada murni, (jangan lebih dari 1-2 minggu).
telinga tengah atik, kolesteatoma (+) audimoetri tutur, BERA Antibiotik oral : ampisilin,
terus menerus Foto rontgen mastoid serta kultur eritromsin
atau hilang dan uji resistensi kuman dari sekret Sekret telah keringm perforasi
timbul lebih dari telinga masih ada setelah diobservasi
dua bulan selama 2 bulan  miringoplasti
atau timpanoplasti
Omsk tipe bahaya
Mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti, bila terdapat abses
subperiosteal retroaurikler insisi
abses sebelum mastoidektomi

Otitis media Keadaan terdapat Otitis media serosa Otitis media serosa akut Anamnesis : gangguan Otitis media serosa akut
efusi sekret yang akut Otoskopi : membran pendengaran Vasokonstriktor lokal (tetes
nonpurulen di Pendengaran timpani retraksi, kadang Otoskopi : membran timpani utuh, hidung), antihistamin  setelah 1-
telinga tengah, berkurang, rasa tampak gelembung retraksi 2 minggu gelaja masih menetap 
sedangkan tersumbat pada udara atau permukaan miringotomi  belum sembuh 
membran timpani telinga atau suara cairan dalam kavum pemasangan pipa ventilasi
utuh sendiri terdengar timpani (Grommet)
lebih nyaring atau Tes penala : Rinne (-), Omsk tipe bahaya
berbeda, pada lateralisasi ke telinga Miringotomi dan pemasangan pipa
telinga yang sakit sakit, schwabach ventilasi (Grommet)
(diplacusis memanjang  tuli Sebagian ahli menganjurkan terapi
binauralis), terasa kondukif medikamentosa (dekongestan tetes
seperti ada cairan hidung, kombinasi anti histamin –
yang bergerak dalam Otitis media serosa dekongestan per oral ) selama 3
telinga pada osisi kronik bulan, bila tidak berhasil dilakukan
kepala berubah, rasa Otoskopi : membran tindakan operasi
sedikit nyeri pada timpani utuh, retraksi,
saat awal tuba suram, kuning
terganggu kemerahan atau keabu-
Otitis media serosa abuan
kronik
Rasa nyeri (-),
merasa tuli

Sudden Penurunan Tuli secara Pemeriksaan telinga : Anamnesis: tuli mendadak, disertai Tirah baring sempurna istirahat
deafness pendengaran mendadak atau tidak terdapat kelaianan tinitus, vertigo fisik dan mental selama 2 minggu
sensorineural 30 menahun secara Tes penala : Rinne (+), Pemeriksaan fisik : tekanan darah Vasodilatansia injeksi disertai
dB atau lebih, tidak jelas Weber lateralisasi ke meningkat tablet vasodilator oral tiap hari
paling sedikit Bersifat sementara telinga sehat, Otoskopi: tidak terdapat kelainan Prednison (kortikosteroid) 4 x 10
tiga frekuensi atau berulang dalam Schwabach memendek Penala : tuli sensorineural mg (tablet) tappering off tiap 3 hari
berturut-turut serangan, tetapi  kesan: tuli Audiometri nada murni : tuli (hari-hati pasien DM 
pada biasanya menetap. sensorineural sensorineural ringan sampai berat pemeriksaan GD rutin dan konsul
pemeriksaan Tuli sementara Tes SISI : rekrutmen (+)  khas ahli PD)
audiometri dan biasanya tidak berat tuli pada koklea Vitamin C 500 mg 1 x 1 tablet/hari,
berlangsung dan tidak Tes tono decay : refleks kelelahan Vitamin E 1 x 1 tablet
dalam waktu berlangsung lama. (-)  bukan tuli retrokoklea Neurobion 3 x 1 tablet/hari
kurang dari 3 hari Tuli dapat unilateral Audiometri tutur : Speech Diet rendah garam dan rendah
atau bilateral Discrimination Score < 100%  kolesterol
Tinitus tuli sensorineural Inhalasi oksigen 4 x 15 menit (2
Vertigo Audiometri impedans : liter / menit)
Pada infeksi virus, Timpanogram tipe A (Normal). Hiperbarik oksigen terapi (HB)
biasanya : unilateral, Refleks stapedius ipsilateral (+/-), Obat antivirus sesuai dengan virus
tinitus, vertigo, kontraletral (+)  tuli penyebab
gejala penyakit virus sensorineural koklea Evaluasi fungsi pendengaran setiap
minggu selama satu bulan
(parotis, varisela dan BERA : tuli sensorineural ringan – Gangguan pendengaran tidak
variola) berat sembuh dengan pengobatan diatas
Elektronistagmografi : terdapat  pemasangan alat bantu dengar
paresis kanal Pasien belum dapat berkomunikasi
CT Scan dan MRI : untuk secara adekuat  psikoterapi
menyingkirkan diagnosis banding Rehabilitasi pendengaran dan suata
seperti neuroma akustik dan
malformasi tulang temporal
Arteriografi : untuk kasus yang
diduga akibat trombosis
Pemeriksaan laboratorium:
kemungkinan infeksi virus,
bakteri, hiperlipidemia,
hiperfibrinogenm hipotiroid,
penyakit autoimun dan faal
hemostasis
Pemeriksaan faal hemostasi dan tes
penyaring embekuan daah

B. BILATERAL
Penyakit Definisi Gejala klinis PF Khas Diagnosis Penatalaksanaan
Prebiskusis Tuli sensorineural Pendengaran berkurang perlahan dan Otoskopik : Otoskopik : membran Alat bantu dengar
frekuensi tinggi, progresif, simetris kedua telinga membran timpani suram, mobilitas Latihan membaca
umumnya terjadi mulai Telinga berdenging (tinitus nada tinggi) timpani suram, berkurang ujaran (speech
usia 65 tahun, simetris Masih dapat mendengar suara percakapan, mobilitas Tes penala : tuli reading)
pada telinga kiri dan kanan tetapi sulit untuk memahami, terutama di berkurang sensorineural Latihan mendengar
tempat dengan latar belakang bising (cocktail Tes penala : (auditory training)
party deafness) tuli
Rasa nyeri di telinga bila intensitas suara sensorineural Audiometri nada murni:
ditinggiakan (karena faktor kelelahan saraf / (Rinne (+), tuli saraf nada tinggi,
recruitment) Weber bilateral dan simetris
lateralisasi ke Pada tahap awal terdapat
telinga sehat penurunan tajam
dan Schwabach (sloping) setelah
memendek) frekuensi 2000 Hz (khas
prebiskusis jenis sensori
dan neural)
Audiogram: ambang
dengar jenis metabolik
dan mekanik lebih
mendatar, kemudian
berangsur menurun
Pada tahap lanjut semua
jenis  terjadi
penurunan juga pada
frekuensi lebih rendah
Audiometri tutur:
gangguan diskriminasi
wicara (jelas terlihat pada
jenis neural dan koklear)
Noise Ganguan pendengaran Kurang pendengaran disertai tinitus Pemeriksaan Anamnesis : pernah Pindah dari tempat
induce yang disebabkan akibat (berdenging di telinga) atau tidak otoskopi : bekerja atau sedang kerja
hearing terpajan oleh bising yang Keluhan sukar menangkap percakapan tidak bekerja di lingkungan Alat pelindung
lose cukup keras dalam jangka dengan kekerasan biasa dan bila sudah lebih ditemukan bising dalam jangka telinga (terhadap
waku yang cukup lama berat pada percakapan yang keras. kelainan waktu yang cukup lama bising), seperti
dan biasanya diakibatkan Secara klinis, terdapat Tes penala : biasanya 5 tahun atau sumbat telinga (ear
oleh bising lingkungan 1.Reaksi adaptasi : respons kelelahan akibat Rinne positif, lebih plug), Tutup telinga
kerja. rangsangan oleh bunyi dengan intensitas 70 dB Weber Pemeriksaan otoskopi : (ear muff), dan
Sifat ketulian : tuli SPL atau kurang  fisiologis pada saraf telinga lateralisasi tidak ditemukan kelianan pelindung kelapa
sensorineural yang terpajan bising telinga sehat, (helmet)
2. Peningkatan ambang dengar sementara: Schwabach Tes penala : tuli Sudah kesulitan
akibat pajanan bising dengan instensitas yang memendek  sensorineural berkomunikasi 
cukup tinggi, pemulihan dalam beberapa menit tuli Audiometri nada murni : pemasangan alat
atau jam sensorineural tuli sensorineural pada bantu dengar
3. Peningkatan ambang dengar menetap : akibat frekuensi antara 3000- (ABD), psikoterapi
pajanan bising dengan intensitas sangat tinggi 6000 Hz dan pada agar dapat
berlangsung singkat atau lama, menyebabkan frekuensi 4000 Hz, menerima keadaan,
kerusakan struktur koklea. sering terdapat takik latihan pendengaran
(notch) yang (auditory training)
patognomik. dibantu dengan
Audiologi khusus : SISI, membaca ucapan
ABLB, MLB, bibir, mimik,
audiometri Bekesy, gerakan anggota
audiometri tutur  badan, bahasa
menunjukkan rekrutmen isyarat dan
(+)  tuli sensorineural rehabilitasi suara.
koklea Tuli total bilateral :
pemasangan implan
koklea
Ototoksik gangguan yang terjadi Tinitus, gangguan pendengaran dan vertigo Tes penala : Anamnesis dan pf Obat harus segera
pada alat pendengaran Tinitus seringkali mendahului dan lebih Rinne positif, dihentikan bila
yang terjadi karena menganggu daripada tulinya, tinitus nada Weber terjadi gangguan
infefek samping dari tinggi, berkisar antara 4 KHz dan 6 KHz lateralisasi pada telinga dalam
konsumsi obat-obatan. Tuli biasanya bilateral, menetap dapat terjadi telinga sehat, Ketulian sudah
Gangguan yang terjadi berhari-hari, berminggu-mingu atau Schwabach terjadi  rehabiltasi
pada pendengaran berbulan-bulan setelah selesai pengobatan memendek  : alat bantu dengar,
biasanya bermanifestasi Keluhan lain : gangguan keseimbangan tuli psikoterapi,
menjadi tuli sensorineural. badan, sulit memfiksasikan pandangan sensorineural auditory training,
Yang dapat bersifat terutama setalah perubahan posisi belajar komunikasi
reversibel dan bersifat Loop diuretik : tinitus kuat dalam beberapa total dengan belajar
sementara, atau tidak menit setelah IV, namun pada beberapa kasus membaca bahasa
isyarat
dapat diubah dan tuli perlahan dan progresif, dan tinitus ringan. Tuli total bilateral
permanen. Dapat pulih dengan menghentikan pengbatan  pemasangan
Salisilat : tuli SN berfrekuensi tinggi, tinitus implan koklea
dan pulih dengan diberhentikan obat.
Kina : gangguan pendengaran dan tinitus,
pulih dengan diberhentikan obat. Dapat
melalui plasenta, menyebabkan tuli
kongenital dan hipoplasia koklea
Aminoglikosida : tuli biasanya bilateral,
terjadi setelah 3 – 4 hari, menetap, hanya
sebagian dapat pulih dan ganguan vestibular.
Streptomisin : tinitus dan rasa penuh,
gangguan keseimbangan
Eritromisin : kurang pendengaran subjektif,
tinitus yan meniup, kadang vertigo.
Obat anti tumor : tuli subjektif, tinitus dan
otalgia, gangguan keseimbangan. Tuli
bilateral, pulih dengan penghentian obat, tapi
pada tuli berat biasanya menetap.
Keratosis Keratosis obturans adalah Gangguan pendengaran, rasa nyeri yang hebat Liang telinga Anamnesis dan pf Pembersihan secara
obturans akumulasi atau yang lebih berkala
penumpukan deskuamasi lebar, membran
lapisan timpani utuh
keratine p i d e r m i s p a d a tapi lebih tebal,
liang telinga, jarang
berwarna putih ditemukan
seperti mutiara, adanya sekresi
sehingga telinga, erosi
m e m b e n t u k gumpalan tulang liang
dan menimbulkan rasa telinga
penuh serta kurang sirkumferensial
dengar. Penyakit ini (menyeluruh)
tidak mengenai bagian  liang telinga
kartilagenous meatus menjadi lebih
auditorius eksternus. luas, kulit
Secara khas, lesi ini hanya telinga utuh
terbatas padameatus, Tes penala :
tanpa menyebabkan tuli konduktif
destruksi tulang.

2. Komponen liang telinga


a. Lobulus : cuping (jelambir) telinga di bagian bawah daun telinga
b. Tragus : tonjolan berbentuk lempengan di depan daun telinga
c. Incisura supratragica atau anterior incisuera of tragus : puncak tragus berupa tonjolan kecil
d. Incisura intertragica :cekungan di antara tragus dan antitragus
e. Antitragus : penonjolan bawah dari antihelix yang bersebrangan dengan tragus
f. Antihelix : bagian dalam antihelix yang berbentuk tonjolan ke luar berhadapan dengan helix.
Wilayah antihelix mempunyai cabang atas (superior crus antihelix, upper crura antihelix,
atau supra cruca antihelix) dan cabang bawah (inferior crus antihelix, lower cruca antihelix
atau infra cruca antihelix)
g. Triangular fossa : wilayah yang terletak di tengah percabangan atas dari antihelix,
berbentuk segitiga
h. Scapha atau scaphoid fossa: alur berupa parit yang berada di antara helix dan antihelix
i. Helix : bagian melengkung paling luar dari daun telinga
j. Gelix tubercle atau darwin tubercle auricular tubercle : tonjolan di bagian tengah atas dari helix
k. Helixast : terletak di antara helix dan crus helix
l. Crus helix atau ear center : tonjolan datar di tengah teling yang merupakan permukaan helix
m. Sekitar helixast dan crus helix : bagian melingkar yang terletak cymba choncha
dan cavum choncha
n. Superior choncha atau cymba choncha : bagian choncha yang berada di atas crus helix
o. Inferior choncha atau cavum choncha : bagian choncha di bawah crus helix
p. Meatus acusticus externus : bagian luar dari lubang telinga atau bagian dalam puncak tragus
q. Posterior auricle : bagian belakang dari daun telinga

3. Patofisiologi Otitis media akut


Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Penyebab
dari gangguan tuba karena perubahan tekanan udara tiba-tiba, alergi, infeksi, sumbatan
(Sekret, tampon, tumor). Karena ada gangguan tuba menyebabkan tekanan negatif pada
telinga tengah sehingga fungsi tuba terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga
tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi
peradangan, kuman penyebab utama pada OMA adalah bakteri piogenik seperti
Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, pneumokokus, kadang-kadang Hemofilus
influenza, Eschericia colli, Streptokokus anhemolitikus, Ptoteus vulgaris dan Pseudomonas
aurugenosa. Akibat adanya infeksi menyebabkan perubahan mukosa telinga tengah yang
dibagi atas 5 stadium:
a. Stadium oklusi tuba eustachius
Oklusi tuba eustachius karena adanya gangguan tuba sehingga tekanan negatif di dalam
telinga tengah akibat absorbsi udara yang ditandai dengan gambaran retraksi membran timpani, kadang tampak normal (tidak ada kelainan),
atau berwarna keruh pucat, efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi.
b. Stadium hiperemis
Gangguan fungsi tuba disertai adanya infeksi menyebabkan terjadinya peradangan yang menyebabkan pembuluh darah melebar di
membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah terbentuk masih bersifat eksudat yang
serosa sehingga sukar terlihat.
c. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuk eksudat purulen di kavum timpani,
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga luar. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka
terjadi iskemia akibat tekanan pada kapiler, serta timbul trombofleblitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa pada
membran timpani yang terlihat sebagai daerah lembek berwarna kekuningan, didaerah ini akan terjadi ruptur.
d. Stadium perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambat pemberian antibiotik atau virulensi kuman tinggi, maka terjadi ruptur membran timpani dan nanah
keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.
e. Stadium resolusi
Membran timpani yang perforasi maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering, dan pada membran timpani yang tetap utuh, maka
perlahan akan normal kembali. Bila daya tahan tubuh baik, atau virulensi rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan. OMA
berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul lebih dari 2 bulan (lebih dari
3 minggu disebut otitis media supuratif subakut)

TERAPI OTITIS MEDIA AKUT


a. Stadium oklusi
Obat tetes hidung, HCL Efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12tahun) atau HCL efedrin 1% dalam lauran fisiologi anak >12
tahun dan orang dewasa  untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang
Antibiotik jika penyebab penyakit adalah bakteri (bukan virus atau alergi)
b. Stadium hiperemis
Antibiotik : penisilin atau ampisilin, terapi awal penisilin IM. Pemberian antiobiotik minimal selama 7 hari. Pada anak, ampisilin 50-100
mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis atau amoksisilin 40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis, eritromisin 40 mg/kgbb/hari
Obat tetes hidung
analgetik
c. Stadium supurasi
Antibiotika dan miringotomi
d. Stadium perforasi
Obat cuci telinga h2o2 3% sekama 3-5 hari dan antibiotika
e. Stadium resolusi
4. Otitis media supuratif kronik tipe bahaya
Tanda dini : biasanya perforasi pada marginal atau pada atik
Kasus yang sudah lanjut dapat terlihat
a. Abes atau fistel retroaurikuler (belakang telinga)
b. Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah
c. Kolesteatoma pada telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum)
d. Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma)
e. Terlihat bayangan kolesteatoma pada foto rontgen mastoid

Iritasi dan inflamasi pada mukosa telinga tengah. Respon inflamasi menyebabkan edema mukosa. Proses peradangan yang berlangsung
pada akhirnya menyebabkan ulserasi mukosa dan kerusakan epitel. Proses penyembuhan menghasilkan jaringan granulasi yang dapat
berkembang menjadi polip dalam rongga telinga tengah.
Terbentuknya kolesteatoma  epitel liang telinga masuk dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah sehingga terbentuk
suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin)
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui adistus ad antrum, sehingga infeksi kronis telinga tengah
biasanya disertai infeksi pada rongga mastoid disebut mastoiditis. Infeksi dari mastoid dapat meluas hingga ke ruang subperiosteal, infeksi
menyebabkan destruksi tulang atau flebitis dan periflebitis vena-vena mastoid. Infeksi jaringan lunak menyebabkan nekrosis jaringan dan
pembentukan abses retroaurikuler. Jaringan lunak akan mengalami penebalan, inflamasi, eritema dan nyeri tekan.

5. Sumbatan hidung
UNILATERAL
Penyakit Definisi Gejala klinis PF Khas Diagnosis Penatalaksanaan
Polip Massa lunak yang Hidung rasa tersumbat ringan – Deformitas hidung luar Anamnesis : hidung Kortikosteroid topikal,
hidung mengandung berat sehingga hidung tampak tersumbat, rinore, sistemik(tipe eosinofilik
banyak cairan di Rinore jernih – purulen melebar karena pelebaran hiposmia-anosmia, bersin, lebih berespons daripada
dalam rongga Hiposmia, anosmia batang hidung rasa nyeri tipe neutrofilik)
hidung, berwarna Bersin Rinoskopi anterior : massa PF : Deformitas hidung, Bedah : ekstraksi polip
putih keabu-abuan, Rasa nyeri pada hidung disertai berwarna pucat berasal dari terdapat massa pucat dari (polipektomi) = senar
yang terjadi akibat sakit kepala didaerah frontal meatus media dan mudah meatus media polip atau cunam dengan
inflamasi mukosa Post nasal drip, rinore purulen digerakkan Nasoendoskopi: polip (+) analgesi lokal,
(adanya infeksi sekunder) Radiologi: foto polos sinus etmoidektomi intranasal
Gejala sekunder: bernafas melalui paranasal (posisi waters, atau etmoidektomi
mulut, suara sengau, halitosis, AP, Caldwell, dan lateral) ekstranasal untuk polip
gangguan tidur = penebalan mukosa dan etmoid, operasi caldwell-
adanya batas udara cairan Luc untuk sinus maxilla,
di dalam sinus, CT Scan yang terbaik : bila
terdapat endoskopi 
BSEF (Bedah Sinus
Endoskopi Fungsional)
Kelainan Deviasi septum Deviasi septum Deviasi septum Deviasi septum Deviasi septum
septum Hematoma Sumbatan hidung (unilateral- Deviasi septum berbentuk Hematoma septum Tindakan operatif :
septum bilateral), rasa nyeri di kepala dan huruf C atau S, dislokasi Abses septum reseksi submukosa dan
Abses septum sekitar mata, gangguan (bagian bawah kartilago septoplaso atau reposisi
penciuman, sinusitis (sumbat septum ke luar dari krista septum
ostium sinus  faktor predisposisi maksila dan masuk ke Hematoma septum
terjadinya sinusitis) dalam rongga hidung), Drainase segera  pungsi
Hematoma septum penonjolan tulang rawan  insisi bagian
Sumbatan hidung, rasa nyeri septum, sinekia (deviasi hematoma yang paling
Abses septum atau krista septum bertemu menonjol  pasang
Hidung tersumbat progresif, rasa dan melekat dengan konka) tampon  antibiotik
nyeri berat terutama di puncak Hematoma septum Abses septum
hidung, demam, sakit kepala Pembengkakan unilateral Insisi dan drainase nanah
atau bilateral pada septum dan antibiotika dosis
bagian depan, berbentuk tinggi, analgetika
bulat, licin dan berwarna Rekonstruksi septum
merah (bila sudah terjadi
Abses septum deformitas hidung)
Pembengkakan septum
yang berbentuk bulat
dengan permukaan licin

Tumor Pertumbuhan sel Gejala nasal : obstruksi hidung Asimetris, distorsi wajah, Anamnesis dan PF Pembedahan disertai
hidung pada sinus unilateral dan rinorea, sekret proptosis Nasoendoskopi dan radiasi dan kemoterapi
dan paranasal dan bercampur darah, terjadi Rinoskopi anterior dan sinuskopi Tumor jinak : rinotomi
sinonasal rongga hidung epistaksis, sekret berbau (khas posterior : massa, licin Foto polos lateral atau degloving
tumor ganas) (tumor jinak), atau benjol- CT Scan (peningkapan)
Gejala orbital :gejala diplopia, benjol, mudah berdarah MRI Tumor ganas :
proptosis, penonjolan bola mata, dan rapuh (tumor ganas) maksilektomi (medial,
oftalmoplegia, ganguan visus dan Pembesaran kelenjar leher total atau radikal)
epifora (jarang metastasis ke
Gejala oral : penonjolan dan ulkus kelenjar leher)
di palatum atau di prosesis
alveolaris, nyeri pada gigi
Gejala fasial : penonjolan pipi,
disertai nyeri, anestesia atau
parestesia muka
Gejala intrakranial : sakit kepala
hebat, oftamoplegia, gangguan
visus, likuorea, trismus, anestesia
dan parestesia daerah yang
dipersarafi nervus maksilaris dan
mandibularis
Benda Benda yang berasal Hidung tersumbat, rinore Edema dan granulasi Anamnesis dan pf Posisi ideal, visualisasi
asing dari luar atau unilateral (kadang bilateral pada mukosa menutupi benda Foto radiologik  tampak adekuat, anastesi lokal 
dalam tubuh yang benda asing hidup),dengan cairan asing radiolusen (setelah 24 jam ekstraksi dengan
dalam keadaan kental dan berbau Destruksi luas pada dari kejadian) Serumen hook, suction,
normal tidak ada Gejala lain: rasa nyeri, demam, mukosa membran, tulang forsep, penait tumpul
pada tubuh epistaksis, bersin disertai bekuan dan kartilago Bnda asing hidup
darah
Riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba Mukosa hidung menjadi Kloroform 25% (2-
muncul chocking (rasa tercekik) lunak dan mudah berdarah 3x/minggu selama 6
Edema dengan inflamasi minggu)  setelah setiap
mukosa hidung unilateral tindakan selesai 
dan ulserasi suction, irigasi, kuretase
Sinusitis Infeksi jamur pada Kerusakan tulang dinding
jamur sinus paranasal, sinus
terbagi dua: Terdapat membran
 Invasif berwarna putih keabi-
 Non- abuan pada irigasi antrum
invasif Pembedahan,
Gejala sinusitis (rinore, post nasal
Invasif akut Terlihat mukosa kavum debridement, anti jamur
drip) unilateral yang sukar Anamnesis dan pf
fulminan nasi berwarna biru- sistemik
disembuhkan dengan terapi
kehitaman
antibiotik
Terdapat mukosa konka
atau septum yang nekrotik
Invasif kronik Terdapat sekret kental
indolen dengan bercak hitam.
Non-invasif atau Tidak ada PF khas. Pembedahan.
misetoma
Sinusitis Penyebaran infeksi Sekret purulent Hasil px transiluminasi Anamnesis dan pf Atasi masalah gigi
dentogen melalui prosesus Napas berbau busuk pada sinus yang sakit akan Pemberian antibiotik dan
alveolaris dari gigi Wajah terasa bengkak terlihat suram atau gelap. dekongestan.
ke sinus maksila. Nyeri gigi pada sisi yang sakit

BILATERAL
Penyakit Definisi Gejala klinis PF Khas Diagnosis Penatalaksanaan
Rinitis alergi Kelainan pada Serangan bersin rinoskopi anterior : Anamnesis Hindari kontak dengan alergen
hidung dengan gejala berulang, terutama pada mukosa edema, basah, Pemeriksaan fisik
bersin-bersin, rinore, pagi hari atau bila berwarna pucat atau livid, PP : Intermiten ringan: Antihistamin
rasa gatal, dan kontak dengan alergen sekret encer banyak, IgE total oral/topikal atau antihistamin +
tersumbat setelah Rinore encer dan banyak hipertrofi IgE spesifik : RAST, dekongestan oral.
mukosa hidung Hidung tersumbat nasoendoskopi ELISA Intermiten sedang-berat dan
terpapar alergen Hidung dan mata gatal Allergic shiner, allergic Pemeriksaan sitologi persisten ringan: antihistamin
yang diperantarai Lakrimasi salute, allergic crease, hidung dari sekret atau oral/topikal atau antihistamin +
oleh IgE facies adenoid, kerokan hidung dekongestan oral atau
cobblestone appearance Tes cukit kulit kortikosteroid topikal atau
(dinding faring posterior SET (skin end point natrium kromoglikat
tampak granuler dan titration) Persisten sedang-berat:
edema), dinding lateral IPDFT (Intracutaneus kortikosteroid topikal
faring menebal, lidah Provocative Dilutional
tampak gambaran peta Food Test)
(geographic tongue) Chalangge test

Rhinitis Keadaan idiopatik Hidung tersumbat, Rinoskopi anterior: Diagnosis ditegakkan Hindari faktor pencetus
vasomotor yanng didiagnosis bergantian kiri dan edema mukosa hidung, dengan cara eksklusi Simptomatis : dekongestan oral,
tanpa adanya infeksi, kanan, tergantung pada konka berwarna gelap adanya rinitis infeksi, cuci hidung dengan larutan
alergi, eosinofilia, posisi pasien atau merah tua, dapat alergi, okupasi, hormonal garam fisiologis, kauterisasi
perubahan hormonal Rinore yang mukoid pucat, permukaan konka dan akibat obat konka hipertrofi dengan larutan
dan pajanan obat atau serosa dapat licin atau berbenjol- Rinoskopi anterior AgNo3 25% atau triklor asetat
bersin benjol (hipertrofi), sekret Laboratorium : pekat, kortikosteroid topikal
Jarang disertai gejala mukoid sedikit, serosa menyingkirkan rinitis 1x/hari 200 mcg, antikolinergik
mata dan banyak oada alergi (eosinofil sedikit, topikal
golongan rinore tes cukit kulit (-), kadar Operasi : bedah beku,
igE spesifik tidak elektrokauter, konkotomi
meningkat) parsial konka inferior
Neurektomi n.vidianus

Rinitis Kelainan hidung Hidung tersumbat terus Edema atau hipertrofi Riwayat konsumsi obat Hentikan pemakaian obattetes
medikamentosa berupa gangguan menerus dan berair konka dengan sekret vasokonstriktor topikal atau semprot vasokonstrintor
respons normal hidung yang berlebihan, hidung
vasomotor yang apabila diberi tampon dalam jangka waktu lana Kortikosteroid oral dosis tinggi
diakibatkan oleh adrenalin, edema konka dan berlebihan jangka pendek dan tappering off
pemakaian tidak berkurang atau kortikosteroid topikal
vasokonstriktor selama minimal 2 minggu
topikal dalam waktu Dekongestan oral
lama dan berlebihan,
sehingga
menyebabkan
sumbatan hidung
yang menetap
Rinitis Inflamasi mukosa Stadium prodromal Mukosa hidung tampak Anamnesis dan PF Istirahat
simpleks hidung yang paling (beberapa jam) : rasa merah dan membengkak, Obat simptomatis: analgetika,
(Common cold, sering disebabkan panas, kering dan gatal sekret mukopurulen antipiretika dan obat
flu) oleh rhinovirus. dalam hidung (infeksi sekunder bakteri) dekongestan
Dapat pula Kemudian  bersin Antibiotik (bila terdapat infeksi
disebabkan oleh berulang-ulang, hidung sekunder oleh bakteri)
myxovirus, virus tersumbat dan ingus
coxsackie dan virus encer, demam, nyeri
ECHO kepala
Keluhan bertahan 1-3
hari.
Rinitis Infeksi hidung Sumbatan hidung Konka hipertrofi, Anamnesis dan pf Mengatasi faktor penyebab
hipertrofi kronik yang ditandai Gejala lain: mulut terutama konka inferior, Simptomatis: kaustik konka
oleh adanya kering, nyeri kepala dan permukaan berbenjol- dengan zat kimia (nitras argenti
hipertrofi mukosa gangguan tidur, sekret benjol karena mukosa atau trikloroasetat), kauter
dan konka inferior banyak dan hipertrofi, sekret listrik (elektrokauterisasi),
mukopurulen mukopurulen diantara luksasi konka, frakturisasi
konka inferior dan septum konka multipel, konkoplasti,
dan juga didasar rongga konkotomi parsial
hidung
Rinitis atrofi Infeksi hidung Napas berbau, sekret Rongga hidung sangat Anamnesis (wanita lebih Mengatasi penyebab
kronik yang ditandai kental berwarna hijau, lapang, konka inferior dan sering) dan pf
oleh adanya atrofi gangguan penghidu, media menjadi hipotrofi Pemeriksaan Konservatif : antibiotika
progresif pada sakit kepala dan hidung atau atrofi, sekret purulen histopatologi dari biopsi berspektrum luas atau sesuai uji
mukosa dan tulang tersumbat dan krusta yang berwarna konka: metaplasia epitel resistensi kuman, obat cuci
konka yang hijau torak bersilia menjadi hidung (larutan garam
disebabkan oleh epitel kubik atau epitel hipertronik)
Klebsiella ozaena. gepeng berlapis, silia Operatif: operasi penutupan
menghilang, lapisan lubang hidung atau
submukosa menjadi lebih penyempitan lubang hidung
tipis, kelenjar-kelenjar dengan implantasi atau dengan
berdegenerasi atau atrofi jabir osteoperiosteal, BSEF.
Pemeriksaan
mikrobiologi
Uji resistensi kuman
CT Scan sinus paranasal
Rhinosinusitis Inflamasi mukosa Hidung tersumbat, nyeri Pus di meatus medius Anamnesis dan pf Antibiotik : golongan penisilin
hidung dan sinus atau rasa tekanan pada (pada sinusitis maksila Foto polos posisi waters, (amoksisilin), amoksisilin
paranasal muka dan ingus purulen, dan etmoid anterior dan PA dan lateral  klavulanat, sefalosporin
yang seringkali turun ke frontal) atau di meatus perselubungan, batas generasi 2, selama 10-14 hari
tenggorok superior (pada sinusitis udara cairan (air fluid Dekongestan oral dan topikal
Gejala lain: sakit kepala, etmoid posterior dan level) atau penebalan Analgetik, mukolitik, steroid
hiposmia/anosmia, sfenoid) mukosa oral/topikal, pencucian rongga
halitosis, post nasal drip Mukosa edema dan CT Scan sinus (gold hidung dengan NaCl atau
menyebabkan batuk dan hiperemis standard) pemanasan (diatermi),
sesak pada anak Pembengkakan dan Pemeriksaan antihistamin tidak rutin
Gejala sistemik: demam kemerahan di daerah transiluminasi sinys yang diberikan, bila alergi berat :
dan lesu kantus sakit akan suram atau antihistamin generasi 2,
gelap pertimbangkan imunoterapi
Pemeriksaan
mikrobiologis dan tes
resistensi
Sinuskopi
Karsinoma karsinoma yang Gejala nasofaring : Rinoskopi posterior CT Scan daerah kepala Stadium I : radioterapi
nasofaring muncul pada daerah epistaksis ringan atau Nasofaringoskopi dan leher Stadium II dan III: kemoradiasi
nasofaring (area di sumbatan hidung Laringoskopi Pemeriksaan serologi IgA Stadium IV dengan N< 6cm :
atas tenggorok dan di Gejala telinga : tinitus, Pemeriksaan anti EA dan IgA anti VCA kemoradiasi
belakang hidung), rasa tidak nyaman – rasa nasoendoskopi dengan Pemeriksaan Stadium IV dengan N< 6 cm :
yang menunjukkan nyeri di telinga (otalgia) NBI (narrow band histopatologi dari biopsi Kemoterapi dosis penuh
bukti adanya Gejala mata dan saraf : imaging) nasofaring dilanjutkan kemoradiasi
diferensiasi N. III, IV, VI, dan V 
skuamosa diplopia, proses lanjut
mikroskopik ringan N. IX, X, XI, XII
atau ultrastruktur sindrom jackson, sudah
kena seluruh saraf otak
 sindrom unilateral
Metastasis atau gejala di
leher : benjolan di leher
Angiofibroma Tumor jinak Hidung tersumbat yang rinoskopi posterior: anamnesis dan PF Stadium I, II : pengobatan
nasofaring pembuluh darah di progresif dan epistaksis massa tumor yang Radiologi konvensional : hormonal : testosteron reseptor
belia nasofaring yang berulang yang masif konsistensinya kenyal, foto kepala antero bloker (flutamid)
secara histologik Rinore kronik (akibat warna bervariasi dari abu- posterior, lateral dan Operasi : bedah endoskopi
jinak, secara klinis obstruksi hidung abu sampai merah muda, posisi Waters) tanda transnasal dipandu CT Scan 3
bersifat ganas karena memudahkan terjadinya mukosa “Hollman Miller”, massa dimensi dan pengangkatan
mempunyai penimbunan sekret) dan hipervaskularisasi dan jaringan lunak di tumor dengan dibantu laser
kemampuan gangguan penciuman dapat ditemukan ulserasi nasofaring (sebelum operasi: embolisasi
mendestruksi tulang Ketulian dan otalgia CT Scan dan ligasi a. karotis eksterna)
dan meluas ke sefalgia CT Scan dengan kontras radioterapi
jaringan sekitarnya  perluasan massa tumor
(sinus paranasal, dengan destruksi tulang
pipi, mata dan ke jaringan sekitarnya
tengkorak) serta Arteriografi 
sangat mudah vaskularisasi tumor
berdarah yang sulit biasanya berasal dari
dihentikan
cabang a. Maksila interna
homolateral
Biopsi : kontraindikasi

6. Suara serak dengan sesak


a. Obstruksi laring ec benda asing
b. Papiloma laring stadium lanjut
c. Laringomalasia
d. Stenosis subglotik
e. Acute epiglotitis

Suara serak tanpa sesak


a. Tumor : nodul glotis, polip glotis, kista glotis, ca laring stadium awal
b. Laringitis akut
c. Laringitis kronik
d. Laringitis TB

7. Kriteria Jackson
a. Jackson I ditandai dengan sesak, stridor inspirasi ringan, retraksi suprasternal, tanpa sianosis.
b. Jackson II adalah gejala sesuai Jackson I tetapi lebih berat yaitu disertai retraksi suprasternal dan di daerah epigastrium, sianosis ringan,
stridor pawa waktu inspirasi dan pasien tampak mulai gelisah

c. Jackson III adalah retraksi suprasternal, epigastrium, infraklavikula dan retraksi interkostal, dan sianosis lebih jelas, pasien sangat
gelisah dan dispnea, stridor inspirasi dan ekspirasi

d. Jackson IV ditandai dengan gejala Jackson III (retraski bertambah jelas) disertai wajah yang tampak tegang, sangat gelisah, tampak
sangat ketakutan dan sianosis. Jika keadaan ini terus berlangsung pasien akan kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik karena
hiperkapnea, pasien lemah dan tertidur , akhirnya meninggal karena asfiksia.

Daftar pustaka
1. Soepardi, EA, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Edisi ke-7.Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
2. Adams, George. Boies, Lawrence. Higler, Peter. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. W.B. Saunders, Philadelphia. 2012
3. Komite Penanggulangan kanker nasional. Panduan penatalaksanaan kanker nasofaring. Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai