Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH


DI KABUPATEN KEEROM
Gratiana Deodata H.D.P1 , Taufik Rachman2
Program Studi Akuntansi
Fakuntas Ekonomi,Sastra, dan Sosial Politik
Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
Jl. Raya Sentani – Padang Bulan, Jayapura 99351
Gratiana.deodata@gmail.com1, taifik9899@gmail.com2

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung potensi menurut jenis PAD, menganalisis
kemampuan Pendapatan Asli Daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah, Penelitian ini
dilakukan pada tahun 2019 menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
hasil wawancara dan survei lapangan sedangkan data sekunder menggunakan data APBD dari
tahun 2015-2018. Menggunakan analisis rasio untuk menganalisa potensi Pajak, dan
kemampuan keuangan daerah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa potensi PAD berdasarkan
matrik dapat diidentifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu kelompok prima 5 (lima) jenis
PAD, kelompok potensial 4 (empat) jenis PAD, kelompok berkembang 5 (lima) jenis PAD,
sedangkan kelompok terbelakang yaitu 16 (enam belas) jenis PAD Dari hasil perhitungan
kontribusi pajak daerah dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penerimaan yang berasal dari
pajak daerah masuk dalam kategori baik ( rata-rata dalam empat tahun terakhir addalah
42,38%. Ini membuktikan bahwa pemerintah Kabupaten Keerom tetap berusaha optimal dalam
melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi subjek dan objek pendapatan terutama pajak daerah.
Sedangkan hasil perhitungan kontribusi retribusi daerah selama 4 tahun terakhir adalah sangat
kurang (rata-rata kontribusi selama 4 tahun adalah 9%).

Kata kunci: Pajak, Retribusi, Pedapatan Asli Daerah dan Kemampuan Keuangan Daerah

1. PENDAHULUAN perimbangan peran PAD dan pendapatan dari


Sejak berdirinya Kabupaten Keerom pada pusat mencapai titik keseimbangan (equilibrium).
tahun 2002 yang dibentuk berdasarkan Undang- Dari data keuangan tahun 2004 sampai
Undang Nomor 26 Tahun 2002, maka pemerintah dengan 2009 dapat dikatakan bahwa kemampuan
daerah baru benar-benar mengelola anggaran Kabupaten Keerom dalam melaksanakan otonomi
mulai pada tahun 2004, 2005, 2006,2007,2008, daerah masih rendah dari aspek kemampuan
dan 2009. Sedangkan Tahun Anggaran 2003 keuangan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa
masih anggaran transisi (belum mempunyai APBD ketergantungan daerah kepada pemerintah
dan DPRD). Penerimaan Pendapatan daerah dari atasan baik pusat maupun provinsi sangat tinggi.
tahun ke tahun menunjukkan kontribusi PAD Oleh karena itu diperlukan strategi untuk menggali
terhadap penerimaan masih sangat kecil potensi PAD dalam rangka meningkatkan
dibandingkan dengan sumber penerimaan dari penerimaan asli daerah. Dimana sumber-sumber
dana perimbangan kondisi ini merupakan Pendapatan Pemerintah Kabupaten Keerom
tantangan sekaligus peluang, yang perlu disikapi terdiri dari : Penerimaan dari Pajak Daerah yaitu
dengan usaha keras, agar komposisi dari pajak reklame, pajak penerangan jalan umum

Jurnal DINAMIS Vol 16. No. 2 2019 (Gratiana Deodata, Taufik Rachman 1-9) 1
dan pajak pengambilan bahan galian golongan C. keuangan sendiri. Pajak Daerah adalah iuran
Penerimaan dari retribusi daerah yaitu retribusi wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
pelayanan kesehatan,retribusi pelayanan badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung
kebersihan/ persampahan, retribusi penggantian yang seimbang, yang dapat dipaksakan
biaya cetak KTP dan akte catatan sipil, retribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
pajak, retribusi surat ijin mendirikan bangunan, berlaku, yang digunakan untuk membiayai
retribusi ijin trayek taksi, retribusi ijin tempat penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan
usaha, retribusi ijin usaha perdagangan, retribusi pembangunan Daerah.
tanda daftar perusahaan, retribusi ketatausahaan. Sumber pendapatan daerah yang penting
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Sah lainnya adalah retribusi daerah. Pengertian
yaitu dari Dividen (Laba) dari Penyertaan Modal retribusi/pungutan daerah sebagai pembayaran
pada PT. Bank Papua. Lain-lain Pendapatan pemakaian atau karena memperoleh jasas
Daerah yang sah.Rendahnya PAD membuat pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk
ketergantungan pemerintah daerah terhadap kepentingan umum, karena jasa yang diberikan
pemerintah pusat sangat tinggi. Untuk mengurangi oleh daerah baik langsung maupun tidak
subsidi pemerintah pusat, daerah perlu diberikan langsung.
otonomi keuangan daerah untuk mampu menggali Retribusi daerah adalah pungutan daerah
sumber-sumber keuangan sendiri dan sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izn
memanfaatkan secara optimal. tertentu yang khusus disediakan atau diberikan
Permasalahan yang diangkat dalam oleh pemerintadaerah untuk kepentingan pribadi
penelitian ini adalah Sumber-sumber pendapatan maupun badan.
asli daerah apa saja yang berpotensi untuk Usaha pemerintah untuk meningkatkan
meningkatkan kemampuan keuangan daerah di Pendapatan Asli Daerah dengan memberikan
Kabupaten Keerom beserta model pemetaannya kewenangan kepada daerah untuk mengenakan
dan bagaimanakah kemampuan keuangan pemungutan retribusi daerah berdasarkan
daerah Kabupaten Keerom selama otonomi Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai
daerah. pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu
Tujuan khusus yang hendak dicapai dalam yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
penelitian ini adalah untuk Menganalisis jenis-jenis Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
Pendapatan Asli Daerah yang memiliki Potensi pribadi atau badan.
dalam meningkatkan kemampuan keuangan Kemampuan keuangan daerah Pemerintah
daerah di Kabupaten Keerom, serta untuk Kabupaten/kota sebagai titik berat otonomi
menganalisis kemampuan keuangan daerah daerah, dapat terselenggara karena adanya
setelah diberlakukan otonomi daerah di dukungan berbagai faktor sumber daya yang
Kabupaten Keerom. mampu menggerakkan jalannya roda organisasi
pemerintahan dalam rangka pencapaian tujuan.
2. TINJAUAN PUSTAKA Otonomi Daerah itu sendiri dapat didefinisikan
Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan sebagai wewenang yang dimiliki daerah otonom
salah satu komponen sumber penerimaan untuk mengetur dan mengurus masyarakatnya
keuangan Negara disamping penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
berupa dana perimbangan, pinjaman daerah dan Hakikat Otonomi yaitu adanya hak untuk
lain-lain penerimaan yang sah juga sisa anggaran mengurus dan menjalankan apa yang menjadi
tahun sebelumnya dapat ditambahkan sebagai wewenangnya, otonomi yang ideal membutuhkan
sumber pendanaan penyelenggaraan keleluasaan dalam segala hal termasuk
pemerintahan di daerah. Pemerintah daerah pendapatan dan belanja daerah.
diharapkan mampu menggali sumber-sumber Faktor keuangan adalah faktor utama yang
keuangan secara maksimal, namun tentu saja merupakan sumber daya finansial bagi
dalam koridor perundang-undangan yang berlaku pembiayaan penyelenggaraan roda pemerintahan
khususnya untuk memenuhi kebutuhan daerah. Untuk itu keuangan daerah merupakan
pembiayaan pemerintahan dan pembangunan hal yang penting dalam pembangunan dengan
daerah. konsep otonomi. Keuangan daerah adalah
Pajak merupakan sumber keuangan pokok keseluruhan tatanan, perangkat, kelembagaan,
bagi daerah selain retribusi daerah. Daerah harus dan kebijakan penganggaran yang meliputi
memiliki.kewenangan dan menggali sumber pendapatan dan belanja daerah.

Jurnal DINAMIS Vol 16. No. 2 2019 (Gratiana Deodata, Taufik Rachman 1-9) 2
Masalah kemampuan keuangan daerah ini
merupakan masalah utama bagi banyak daerah
dalam melaksanakan otonomi daerah, karena
luasnya kewenangan yang diemban oleh
pemerintah daerah.

3. METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian yang dipilih oleh penulis
adalah di Kabupaten Keerom Provinsi Papua.
Data yang terkumpul pada penelitian ini terdiri dari
data primer dan data sekunder. Data primer dalam
penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung terhadap sumber informasi
yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini sumber
informasi dari data primer adalah Kepala Dinas Gambar 1. Bagan Alir
Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) dan
Kepala Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset 3.1. Identifikasi Masalah
Daerah mengenai implementasi dan hambatan Pada Tahapan ini Ketua dan Anggota
dalam pengelolaan Pendapatan Asli Daerah. Data mengidentifikasi masalah –masalah yang
primer juga didapat dari hasil observasi dan berkaitan dengan penelitian ini yaitu tentang
survey terhadap pajak dan retribusi daerah untuk potensi penerimanaan Daerah di Kabupaten
mencari proyeksi atau peramalan potensi Keerom.
pendapatan Asli Daerah.
Data sekunder dalam penelitian ini, yaitu data 3.2. Pengambilan Data
yang diperoleh melalui lembaga atau instansi Pada tahapan ini Ketua bertugas mengambil
terkait yang mendukung penelitian ini. Data data di Dinas Pendapatan Daerah dan melakukan
tersebut antara lain: laporan Pertanggung wawancara terkait penelitian ini, sedangkan
jawaban Bupati,APBD, Keerom dalam Angka, dan anggota penelitian bertugas mengambil data
lain-lain dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu dilapangan di kawasan Keerom.
tahun 2012 sampai tahun 2017. Data sekunder
yang berhubungan dengan masalah penelitian, 3.3. Analisis Data
diperoleh melalui lembaga pemerintah resmi dari Pada tahapan ini Ketua dan Anggota
berbagai publikasi yang dikeluarkan oleh instansi melakukan analisis berdasarkan data-data yang
pemerintah antara lain: Dinas Pendapatan, telah dikumpulkan dan melakukan pemetaan
Keuangan, dan Aset Daerah Kabupaten Keerom, berdasarkan.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Keerom, dan
Badan perencanaan Daerah Kabupaten Keerom. 3.4. Kesimpulan
Pengumpulan Data sekunder melalui metode studi Pada tahapan ini Ketua dan Anggota menarik
dokumen (documenter Study), yaitu data yang kesimpulan berdasarkan hasil perhitungan analisis
diperoleh melalui lembaga atau instansi terkait data dan memberikan saran terkait hasil data
yang mendukung penelitian ini. Data tersebut tersebut.
antara lain: laporan keuangan,APBD, Laporan
Pertanggung Jawaban Bupati Kabupaten Keerom 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan lain-lain. 4.1. Potensi Menurut Jenis Pendapatan Asli
Analisis data yang digunakan dalam Daerah
penelitian ini adalah analisis rasio yang terdiri dari Dari hasil perhitungan berdasarkan rasio
analisa potensi Pajak, analisis kemampuan kontribusi dan pertumbuhan dari masing-masing
keuangan daerah. jenis PAD maka potensi menurut jenis
pendapatan asli daerah di Kabupaten Keerom
dapat diidentifikasikan berdasarkan matriks dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu PRIMA
dimana jenis pendapatan asli daerah digolongkan
PRIMA apabila rasio kontribusi (share) > 1 (lebih

Jurnal DINAMIS Vol 16. No. 2 2019 (Gratiana Deodata, Taufik Rachman 1-9) 3
dari satu) dan rasio pertumbuhan (growth) >1 Retribusi Rumah Sakit Kwaingga (rasio
(lebih dari satu). Sedangkan kelompok K=1,31,rasio G=0,23), Pengembalian Atas tamuan
POTENSIAL dimana jenis pendapatan asli daerah Pemeriksaan BPK (rasio K=2,58,rasio G=-0,71),
digolongkan POTENSIAL apabila rasio kontribusi dan Deviden (rasio K=1,18,rasio G=0,00).
(share) > 1 (lebih dari satu) dan rasio Sedangkan potensi kelompok terbelakang yaitu
pertumbuhan (growth) <1 (kurang dari satu). Pajak Reklame (rasio K=0,38, rasio G=0,60),
Kelompok TERBELAKANG dimana jenis Retribusi Pelayanan Kesehatan (rasio K=0,01,
pendapatan asli daerah digolongkan rasio G=0,32), Retribusi Pengujian Kendaraan
TERBELAKANG apabila rasio kontribusi (share) < Bermotor (rasio K=0,04, rasio G=-1,11), Retribusi
1 (kurang dari satu) dan rasio pertumbuhan Pengendalian Menara Telekomunikasi (rasio
(growth) <1 (kurang dari satu). K=0,0,rasio G=0,0), Retribusi Pemakaian
kekayaan Daerah Sewa alat berat (rasio K=0,12
Tabel 1 : Matriks Potensi Menurut Jenis PAD ,rasio G=-0,50), Retribusi Sewa Gedung BPD
Papua (rasio K=0,0, rasio G=0,0), Retribusi Sewa
Gedung Pramuka (rasio K=0,20,rasio G=-0,41),
Retribusi Izin gangguan (rasio K=0,67,rasio G=-
0,50), BUMD (rasio K=0,0,rasio G=0,0),
Pelelangan (rasio K=0,0,rasio G=0,0),
Penerimaan Jasa Giro Kas Daerah (rasio
K=0,93,rasio G=-0,43), Penerimaan Jasa Giro
Dana Cadangan (rasio K=0,03, rasio G=-0,66),
Pendapatan dari pengembalian sisa UUDP (rasio
K=0,0,rasio G=0,0), Pengembalian Hasil Temuan
Pemeriksaan Inspektorat (rasio K=0,15,rasio
G=0,00), Hasil Penjualan Peralatan dan Mesin
(rasio K=0,00,rasio G=0,00), dan Jaminan
Kesehatan (JKN) (rasio K=0,00,rasio G=-1,99).
Pada kolom prima berdasarkan matrik ini
memiliki rasio kontribusi lebih dari 1 (satu) dan
rasio pertumbuhan lebih dari 1 (satu). Jenis
Pendapatan Asli Daerah yang masuk dalam
Berdasarkan perhitungan diatas maka kategori ini salah satunya adalah Pajak Mineral
penggolongan jenis-jenis pendapatan asli daerah Bukan Logam dan Batuan, Hal ini sesuai dengan
dapat di lihat pada tabel 1.Berdasarkan tabel 1. hasil wawancara baik dengan kepala Badan
Jenis pendapatan asli daerah yang termasuk Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah maupun
kelompok prima dimana rasio kontribusi (K) >1 kepala Badan Pendapatan Daerah yang
dan rasio pertumbuhan (G) >1 yaitu Pajak Mineral menyatakan bahwa Pajak Mineral Bukan Logam
bukan logam (rasio K=6,32,rasio G=2,29), BPHTB dan Batuan masih menjadi penerimaan PAD
(rasio K=2,37,rasio G=5,92), Pengembalian andalan dari Kabupeten Keerom. Begitupula
kelebihan Gaji dan Tunjangan (rasio K=4,14,rasio dengan Pajak BPHTP yang baru ditetapkan pada
G=1,99), Pengembalian Belanja (rasio tahun 2011 sejak kabupaten Keerom berdiri
K=4,28,rasio G=1,99), dan Taspen (rasio menunjukkan bahwa penerimaan dari pajak
K=1,41,rasio G=3,10). Potensi kelompok BPHTP bisa menjadi unggulan bagi Kabupaten
berkembang dimana rasio kontribusi (K) <1 dan Keerom. Tetapi sangat disayangkan penerimaan
rasio pertumbuhan (G) >1 antara lain Retribusi yang berasal dari retribusi tidak ada yang masuk
Pelayanan Pasar (rasio K=0,08,rasio G=8,00), Izin kedalam kategori Prima.
Mendirikan Bangunan (rasio K=0,33,rasio Jenis yang termasuk dalam kelompok ini
G=1,89), Retribusi Izin Trayek Taxi (rasio diperlukan strategi dalam meningkatkan dan
K=0,02,rasio G=2,75), dan Jasa Giro Pemegang mempertahankan penerimaan antara lain
Kas (rasio K=0,17,rasio G=6,57). Potensi melakukan pengawasan yang lebih baik agar
kelompok potensial dimana rasio kontribusi (K) >1 penerimaan yang diperoleh dari kedua pajak
dan rasio pertumbuhan (G) <1 antara lain Pajak diatas tidak mengalami penurunan.
Penerangan Jalan (rasio K=1,45, rasio G=0,37), Pada Kolom berkembang berdasarkan matrik
Pajak PBB B2 (rasio K=1,96,rasio G=0,64), ini memiliki rasio kontribusi kurang dari 1 (satu)

Jurnal DINAMIS Vol 16. No. 2 2019 (Gratiana Deodata, Taufik Rachman 1-9) 4
dan rasio pertumbuhan lebih dari 1 (satu). Jenis menunjukkan bahwa jenis potensi pendapatan asli
yang termasuk dalam kelompok tersebut dapat daerah ini sulit untuk dikembangkan dalam
dioptimalkan dalam penggaliannya. Jenis PAD pengoptimalan pendapatan asli daerah.
yang termasuk kategori ini adalah Retribusi Jenis yang termasuk dalam kelompok ini
Pelayanan Pasar, Izin Mendirikan Bangunan, strategi yang diperlukan dalam meningkatkan dan
Retribusi Izin Trayek Taxi dan Jasa Giro mempertahankan penerimaan yaitu:
Pemegang Kas.
Walaupun Penerimaan dari retribusi belum a) Strategi jangka pendek:
masuk kedalam kategori Prima tetapi untuk 1) Penjaringan waib pajak dan melalukan
retribusi Pelayanan Pasar, Izin Mendirikan interaksi dengan waib pajak,
Bangunan, dan retribusi Izin Trayek Taxi masih 2) Pembinaan wajib pajak dan
dapat dioptimalkan penerimaannya. Dari hasil meningkatkan kesadaran dalam
survei dan wawancara untuk Retribusi Pasar telah membayar pajak dan retribusi,
dibangun 2 (dua) pasar baru pada tahun 2018 3) Melakukan koordinasi antar pihak terkait,
yaitu pasar rakyat dikampung Yowong yang baik di dinas maupun lapangan,
dibangun menggunakan dana APBN dan Pasar 4) Meningkatkan pelayanan kepada
Avidjan di Arso Swakarsa yang dibangun masyarakat,
menggunakan dana APBD. Kedua pasar ini telah 5) Meningkatkan pengawasan atas
selesai dibangun tetapi belum di gunakan secara pengeluaran PAD dengan melakukan ui
maksimal hal ini bisa dilihat dari keadaan kedua potensi,
pasar yang terbengkalai. Apabila pasar ini telah 6) Melakuakan pemeriksaan secara
beroperasi maka potensi penerimaan dari retribusi periodik ke lapangan yang dilaksanakan
pasar juga akan semakin meningkat. Begitupula oleh pihak terkait,
dengan Retribusi Izin Trayek, ditahun 2018 juga 7) Meningkatkan frekuensi jam kerja
telah dibangun terminal yang letaknya dekat pemungutan,
dengan pasar Avidjan, tetapi belum dipergunakan, 8) Memperluas basis penerimaan waib
apabila terminal ini dtelah difungsikan maka pajak baru, jumlah pembayar pajak,
potensi penerimaan dari retribusi ijin trayek akan 9) Melakukan pperhitungan kapasitas
meningkat. penerimaan dari setiap jenis
Jenis yang termasuk dalam kelompok ini pemungutan,
strategi yang diperlukan dalam meningkatkan dan 10) Memperkuat proses pemungutan yaitu
mempertahankan penerimaan yaitu: dengan penyusunan perda,
a) Mengoptimalkan kedua pasar dan terminal meningkatkan sdmdan mengubah tarif,\
baru. 11) Menerapkan sanksi terhadap
b) Melakukan pengawasan yang lebih baik. pemungutan pajak and pihak fiskus yang
c) Melakukan promosi kepada masyrakat aga melakukan pelanggaran.
mau menempati atau berjualan pada pasar-
pasar yang ada. b) Strategi jangka panjang:
Penggalian PAD yang baru sesuai dengan
Pada kolom potensial berdasarkan matrik ini perundang-undangan yang berlaku.
memiliki rasio kontribusi lebih dari 1 (satu) dan Tingkat kontribusi menurut jenis pendapatan
rasio pertumbuhan kurang dari 1 (satu). Jenis asli daerah pada tahun 2018 pendapatan asli
yang termasuk dalam kelompok ini antara lain daerah tertinggi berasal dari Pajak mineral bukan
Pajak Penerangan, Pajak PBB B2 Retribusi logam dan batuan sebesar 21,08% sedangkan
Rumah Sakit Kwaingga, Pengembalian Atas terendah dari retribusi pelayanan kesehatan
tamuan Pemeriksaan BPK dan Deviden sebesar 0,04%. Adapun rata-rata kontribusi
Jenis yang termasuk dalam kelompok ini menurut jenis pendapatan asli daerah pada tahun
strategi yang diperlukan dalam meningkatkan dan 2018 yaitu sebesar 3,33%.
mempertahankan penerimaan yaitu dengan Pertumbuhan menurut jenis pendapatan asli
melakukan pengawasan yang lebih baik. daerah pada tahun 2018tertinggi berasal dari
Pada kolom terbelakang berdasarkan retribusi pelayanan kesehatan sebesar 4,24%
pengelompokkan matrik ini memiliki rasio sedangkan terendah dari retribusi pengujian
kontribusi kurang dari 1 (satu) dan rasio kendaraan bermotor sebesar minus 0,56%.
pertumbuhan kurang dari 1 (satu). Hal ini

Jurnal DINAMIS Vol 16. No. 2 2019 (Gratiana Deodata, Taufik Rachman 1-9) 5
Adapun rata-rata pertumbuhan pada tahun 2018 Setelah dilakukan analisis maka diperoleh hasil
yaitu sebesar 0,50%. sebagai berikut :
Hasil perhitungan potensi jenis PAD tidak
sama dengan hipotesis dalam penelitian ini, hal ini Tabel 3 : Kontribusi Variabel Pajak Terhadap PAD
dikarenakan perkiraan hanya 2 jenis pajak daerah
dan tidak ada salah satu jenis retribusi yang
masuk dalam kategori Prima.

4.2. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah


4.2.1. Kontribusi pajak daerah terhadap PAD.
Kontribusi masing-masing jenis pajak daerah
terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
merupakan rasio antara jenis pajak tertentu
dengan total pendapatan asli daerah (PAD) pada
satu tahun tertentu, dan rasio antara jumlah total
pajak daerah terhadap total pendapatan asli Tabel 4 : Kemampuan Daerah Berdasarkan
daerah pada tahun tertentu. Rasio ini Kontribusi Pajak Daerah
mengindikasikan besar kecilnya peran suatu jenis
pajak daerah terhadap PAD. Semakin tinggi rasio
yang diperoleh berarti semakin besar pula tingkat
kontribusi pajak tersebut semakin besar.
Rumusannya sebagai berikut:
𝑆𝑃𝑗𝐷𝑡
𝐶𝑗 = 𝑋 100%
𝑃𝐴𝐷𝑡

Cj : kontribusi variabel pajak daerah terhadap Sumber : Pengolahan data sekunder (2019)
PAD.
SPjD : nilai dari realisasi pendapatan daerah
t Dari kedua tabel diatas, Kontribusi pajak
tahun t. setiap tahun sejak T.A. 2015 hingga T.A. 2019
PAD : realisasi total pendapatan asli daerah selalu mengalami fluktuasi.
t
tahun t. Tahun 2015, pajak mineral bukan logam dan
batuan memberikan kontribusi terbesar sebesar
𝑇𝑃𝑗𝐷𝑡 7,51%, Pajak BPP B2 memberikan sebesar
𝐶= 𝑋 100% 5,11%, pajak penerangan jalan memberikan
𝑇𝑃𝐴𝐷𝑡
sumbangan sebesar 4,01%. Pajak BPHTB
C : kontribusi total pajak daerah terhadap sebesar 3,39% dan pajak reklame menyumbang
PAD. PAD sebesar 1,47%
TPjD : nilai dari realisasi total pajak daerah tahun Tahun 2016, Pajak BPHTB memberikan
t kontribusi terbesar sebesar 63,06%. pajak mineral
t. bukan logam dan batuan memberikan kontribusi
TPAD : total realisasi pendapatan asli daerah terbesar sebesar 9,48%, Pajak BPP B2
t
tahun t. memberikan sebesar 1,15%, Pajak penerangan
jalan memberikan sumbangan sebesar 0,94% dan
pajak reklame menyumbang PAD sebesar 0,36%.
Tabel 2 : Kinerja Kontribusi Daerah Terhadap PAD Dari hasil wawancara pada tahun 2016 terjadi
peningkatan penerimaan pajak BPHTB
dikarenakan ada penerimaan pembayaran atas
tunggakan dari perusahaan Sawit Jaya, Sehingga
Pada tahun 2016 penerimaan PAD dari pajak
daerah meningkat tajam.
Tahun 2017, pajak mineral bukan logam dan
batuan memberikan kontribusi terbesar sebesar
14,13%, Pajak BPP B2 memberikan sebesar

Jurnal DINAMIS Vol 16. No. 2 2019 (Gratiana Deodata, Taufik Rachman 1-9) 6
7,12% ,Pajak penerangan jalan memberikan
sumbangan sebesar 5,88%, Pajak BPHTB Tabel 5 : Kontribusi Retribusi Jasa Umum
sebesar 2,86%. Dan pajak reklame menyumbang Terhadap PAD
PAD sebesar 1,41%. Pada tahun 2017 terjadi
penurunan pendapatan pajak yang sangat drastis
dikarenakkan penerimaan pajak BPHTP telah
kembali diangka normal karena tidak ada
pembayaran tunggakan.
Tahun. 2018, pajak mineral bukan logam dan
batuan memberikan kontribusi terbesar sebesar
21,08%, Pajak BPHTB sebesar 7,89%, Pajak
BPP B2 memberikan sebesar 6,53%, Pajak Tabel 6 : Kontribusi Retribusi Jasa Usaha
penerangan jalan memberikan sumbangan Terhadap Total PAD
sebesar 4,85%., dan pajak reklame menyumbang
PAD sebesar 1,28%.
Dari hasil perhitungan kontibusi total pajak
daerah terhadap PAD pada tahun 2015 adalah
sebesar 21,49, ini menunjukkan bahwa pada
tahun 2015 kontribusi Pajak Daerah terhadap
PAD adalah Kurang, pada tahun 2016 kontribusi
total pajak daerah terhadap PAD adalah sebesar
75%, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi pajak
daerah terhadap PAD adalah Sangat Baik, pada
tahun 2017 kontribusi total pajak daerah terhadap
Tabel 7 : Kemampuan Daerah Berdasarkan
PAD adalah sebesar 31,40%, hal ini menunjukkan
bahwa kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kontribusi Retribusi Daerah
adalah Cukup. Sedangkan pada tahun 2018
kontribusi total pajak daerah terhadap PAD adalah
sebesar 41,62%, hal ini menunjukkan bahwa
kontribusi pajak daerah terhadap PAD adalah
Baik.
Dalam 4 tahun terakhir Penilaian Kinerja
Keuangan menunjukkan kontribusi penerimaan
yang berasal dari pajak daerah adalah Baik (Rata-
rata kontribusi selama 4 tahun adalah 42,38%). Ini Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada
membuktikan bahwa pemerintah Kabupaten tahun 2015 sampai dengan tahun 2018
Keerom tetap berusaha optimal dalam melakukan penerimaan retribusi terbesar berasal dari
intensifikasi dan ekstensifikasi subjek dan objek Retribusi Rumah Sakit Kwaingga, sedangkan
pendapatan terutama pajak daerah. untuk penerimaan retribusi lain masih berfluktuasi
naik dan turun setiap tahunnya.
Dalam 4 tahun terakhir Penilaian Kinerja
4.2.2. Kontribusi Retribusi daerah terhadap Keuangan menunjukkan kontribusi penerimaan
PAD. yang berasal dari retribusi daerah sudah Sangat
Kontribusi masing-masing jenis retribusi Kurang (Rata-rata kontribusi selama 4 tahun
daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) adalah 9%). Ini membuktikan bahwa pemerintah
merupakan rasio antara jenis retribusi tertentu Kabupaten Keerom belum berusaha optimal
dengan total pendapatan asli daerah (PAD) pada dalam melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi
satu tahun tertentu, dan rasio antara jumlah total subjek dan objek pendapatan Retribusi Daerah.
retribusi daerah terhadap total pendapatan asli Dari hasil wawancara diperoleh bahwa ada
daerah pada tahun tertentu. Rasio ini beberapa jenis retribusi yang dulunya ada tetapi
mengindikasikan besar kecilnya peran suatu jenis sekarang tidak dipunggut lagi, salah satunya
retribusi daerah terhadap PAD. Semakin tinggi adalah retribusi KTP dan catatan sipil, Retribusi
rasio yang diperoleh berarti semakin besar pula SITU,SIUP,SIUK dan TDP serta retribusi
tingkat kontribusi retribusi tersebut semakin besar persampahan. Sedangkan untuk retribusi

Jurnal DINAMIS Vol 16. No. 2 2019 (Gratiana Deodata, Taufik Rachman 1-9) 7
Pengendalian Menara telekomunikasi belum ada 5. KESIMPULAN DAN SARAN
peraturan daerah yang mengaturnya sehingga 5.1. Kesimpulan
retribusi yang diterima hanya pada tahun 2015 Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat
ketika pertama kali menera telekomunikasi diambil kesimpulan sebagai berikut :
dibangun, Padahal bila dibandingkan dengan kota
Jayapura, setiap tahun kota jayapura 1. Jenis Pendapatan Asli Daerah yang masuk
mendapatkan penerimaan retribusi dari dalam kategori prima adalah Pajak Mineral
pengendalian menara telekomunikasi dengan bukan logam dan Batuan, BPHTB,
meningirimkan surat tagihan kepada provider atau Pengembalian Kelebihan Gaji, Pengembalian
pemilik menara tersebut, Hal ini bisa menjadi kelebihan belanja dan Pendapatan Bunga
contoh oleh Dinas pendapatan daerah agar Taspen. Jenis Pendapatan Asli Daerah yang
mengambil tindakan yang sama sehingga masuk dalam kategori berkembang adalah
penerimaan yang berasal dari menara Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi IMB,
telekomunikasi dapat rutin diterima setiap Retribusi izin Treyek Taxi, Penerimaan Jasa
tahunnya. Giro Pemegang Kas, dan Deviden. Jenis
Pendapatan Asli Daerah yang masuk dalam
kategori Potensial adalah PBB B2, Pajak
4.3. Pajak Daerah yang Berpotensi Penerangan jalan, Retribusi RSUD Kwaingga,
Meningkatkan Kemampuan Keuangan dan Pengembalian Hasil temuan BPK.
Derah Sedangkan Jenis Pendapatan Asli Daerah
Pajak daerah yang memiliki potensi dalam yang masuk dalam kategori Terbelakang
meningkatkan penerimaan daerah adalah pajak adalah Pajak Reklame, Retribusi Pelayanan
rumah makan atau restaurant. Dari data Kesehatan, Pengujian Kendaraan Bermotor,
Lapangan diperoleh ada sekitar 119 rumah makan Retribusi Pengendalian Menara
baik kecil maupun besar, dimana dari awal Telekomunikasi, Retribusi Pemakaian
berdirinya Kabupaten Keerom belum ada Kekayaan Daerah, Retribusi Sewa Gedung
kebijakan terkait pajak rumah makan, sehingga KCP BPD Arso, Retribusi Sewa Gedung
apabila pemerintah menerbitkan perda terkait Pramuka, Retribusi Ijin Gangguan, BUMD,
pajak rumah makan maka penerimaan daerah Pelelangan, Penerimaan Jasa Giro Kas
yang berasal dari pajak akan bertambah. Daerah, Penerimaan Jasa Giro Dana
Perhitunggan potensi penerimaan Pajak Cadangan, Pendapatan dari pengembalian
Rumah Makan sebagai berikut: sisa UUDP, Pengembalian Hasil Temuan
Pemeriksaan Inspektorat, Hasil Penjualan
Hasil Pengumpulan Data: Peralatan dan Mesin, Pendapatan JKN(Dana
a). Jumlah restoran adalah 119 Kapitasi).
b). Rata-rata pengunjung perhari 35 orang
c). Dana yang dikeluarkan setiap pengunjung 2. Dari hasil perhitungan kontribusi pajak daerah
Rp 30.000,00 dalam 4 tahun terakhir menunjukkan
penerimaan yang berasal dari pajak daerah
Perhitungan: masuk dalam kategori baik ( rata-rata dalam
a). Pendapatan restauran/tahun empat tahun terakhir addalah 42,38%. Ini
= (119X 35X Rp 30.000,00)x 288 hari membuktikan bahwa pemerintah Kabupaten
= Rp. 35.985.600.000 Keerom tetap berusaha optimal dalam
b). Pendapatan pajak/tahun melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi
= Rp. 35.985.600.000,00 X 10% subjek dan objek pendapatan terutama pajak
= Rp 3.598.560.000,00 daerah. Sedangkan hasil perhitungan
kontribusi retribusi daerah selama 4 tahun
Jadi potensi pajak restoran pertahun adalah terakhir adalah sangat kurang (rata-rata
Rp 3.598.560.000,00 kontribusi selama 4 tahun adalah 9%).

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa 5.2. Saran


potensi penerimaan dari pajak rumah makan Setelah melihat hasil analisis data dan
adalah sebesar Rp 3.598.560.000,00. kesimpulan di muka, maka terdapat beberapa
saran antara lain :

Jurnal DINAMIS Vol 16. No. 2 2019 (Gratiana Deodata, Taufik Rachman 1-9) 8
1. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemerintah
Kabupaten Keerom memiliki ketergantungan Kabupaten Keerom,2018, Keerom Dalam Angka
yang tinggi pada pemerintah pusat/provinsi, Tahun 2018,Badan Pusat Statistik
yang di sebabkan belum optimalnya
penerimaan dari PAD. Pemerintah Kabupaten Mohammad Sholahuddin Yusuf, Sjamsuddin,
perlu meningkatkan sumber daya dan potensi Tjahjanulin Domai, 2014, Implementasi
daerahnya serta penerimaan pajak dan Kebijakan Verifikasi Perizinan Usaha Guna
retribusi daerah, sehingga ketergantungannya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
terhadap dana eksternal dapat berkurang dan Kabupaten Gresik (Studi Pada Badan
lebih mandiri dalam mengelola keuangan Penananman Modal Dan Perizinan
daerahnya. Kabupaten Gresik), Jurnal
2. Hasil analisis menunjukan bahwa penerimaan
daerah dari pajak daaerah sangat kurang dan Patriantio, Eko , 2017, Analisis Efektifitas,
hanya 3 obyek yang baru dilakukan pungutan. Kontribusi dan Potensi Pajak Daerah Untuk
Hal ini terjadi karena belum adanya kebijakan Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
perda yang mengatur pajak dan retribusi, Provinsi Lampung.
sampai saat ini Perda yanga mengatur pajak
dan retribusi baru 10 Peraturan Daerah yang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
berlaku.Oleh karena itu untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak dan retribusi perlu didukung Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
oleh peraturan daerah agar bias dilakukan
pemungutan sehingga pajak yang memiliki Undang-Undang No. 34 Tahun 2004
potensi tetapi belum tergali dapat dilakukan
pungutan sehingga dapat memberikan Wardoyo Aditya, Yulia Indrawari,Ciplis Gema
peningkatan penerimaan PAD. Qori’ah, 2012, Kajian Pemetaan dan
3. Jenis PAD yang memiliki potensi meningkatkan Optimalisasi Potensi Pajak Dalam Rangka
pendapatan daerah adalah pajak restaurant Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
karena sampai saat ini belum dilakukan (PAD) Kabupaten Jember, Undip.
pemungutan atas pajak ini, sedangkan untuk
retribusi yang memiliki potensi adalah izin
mendirikan bangunan karena dari data yang
didapat masih sebagian besar penduduk
Kabupaten Keerom masih belum memiliki izin
mendirikan bangunan, sehingga apabila
pemerintah berupaya keras dalam melakukan
pungutan atas retribusi izin mendirikan
bangunan maka akan berdampak
meningkatnya pendapatan asli daerah.
4. Sumber penerimaan menurut jenis pendapatan
asli daerah di Kabupaten Keerom perlu adanya
pengadministrasian data mulai dari
perhitungan, pencatatan, pelaporan dan
penyimpanan menurut jenis pendapatan asli
daerah. Dengan tersedianya data, maka
potensi jenis pendapatan asli daerah dapat
dihiting dan dikelompokkan berdasarkan
matriks potensi pendapatan asli daerah.

6. DAFTAR PUSTAKA
Andreas Suryo Adi, Firma Sulistiyowati, 2010,
Analisis Potensi Pajak dan Retribusi
Daerah Kabupaten SlemanTahun 2006-
2010,Jurnal Ekonomi Unoversitas
Sanata Dhama.Yogyakarta.

Jurnal DINAMIS Vol 16. No. 2 2019 (Gratiana Deodata, Taufik Rachman 1-9) 9

Anda mungkin juga menyukai