Anda di halaman 1dari 12

Analisis Yuridis Eksistensi Peraturan Daerah Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang Pajak

Daerah Kota Makassar Terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat

Disusun Oleh :

Ajim Zulfikar Natsir B021201 007

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi daerah yang ada di Indonesia telah diprioritaskan pada kewenangan daerah
kabupaten dan daerah kota. Kewenangan tersebut dimulai dari kewenangan atas dasar
pembiayaan atau pendapatan yang diterima oleh daerah kebupaten dan kota. Kemampuan
daerah dalam memanfatkan pembaiayaan yang diberikan oleh pemerintah pusat merupakan
suatu keberhasilan yang dapat dicapai oleh setiap daerah. Pembiayaan yang diperoleh oleh
pemerintah daerah tersebut berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
(Riduansyah, 2003).
Perkembangan kualitas sumber daya manusia. IPM Kabupaten dan Kota di Jawa
Tengah rata-rata meningkat setiap tahunnya di lima tahun terakhir. Berikut adalah data
tentang peningkatan kesejahteraan masyarakat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) lima tahun terakhir dari 2020 -2022 di Kota Makassar
Tabel 1.1 IPM Kota Makassar Tahun 2013 - 2022

No Kota Tahun
201 2015 2016 201 2018 2019 2020 2021 202 2022
3 7 2
1 Makassar
0,65 0,47 0,47 0,47 0,75 0,74 0,64 0,00 0,50 0,56

Sumber : Badan Pusat Statisrtik Kota Makassar


Jika dilihat dari Tabel 1, IPM Kota Makassar dalam lima tahun terakhir mengalami
penurunan dan stagnasi pada tahun 2015 – 2017 sehingga, dapat ditafsirkan bahwa
pembangunan manusia di Kota Makassar belum berjalan dengan baik dan bahkan dapat
dikatakan belum memnuhi standar kualitas penduduk. Melihat index diatas maka melalui
penulisan ini penulis akan membahas mengani eksistensi dari Perat7uran Daerah Kota
Makassar 3 Tahun 2010 untuk memenuhi Hak Masyarakat dalam Hal Perekonomian.
Berdasarkan Pada Pasal 27 ayat (2) UUD NRI 1945, menyebutkan bahwa, “Tiap-tiap
warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ayat
tersebut memuat pengakuan dan jaminan bagi semua orang untuk mendapatkan pekerjaan
dan mencapai tingkat kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hal in berarti bahwa
pemerintah tanpa terkecuali harus memastikan kehidupan yang laya bagi siapapun tanpa
terkecuali. Pasal ini juga menjunjung tinggi perihal kemanusiaan dimana konstitusi Indonesia
memberikan ruang bagi masyarakat untuk mendpatkan kehidupan dan penghidupan yang
layak. Sehingga, keterjaminan ini menjadi pentin dimana negara bertanggung jawab penuh
dalam memprioritaskan hak bagi masyarakat untuk mencapai terwujudnya perubahan sosial
dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Tinjuan Masalah dalam Penulisan ini dedasarkan atas 3 komponen yaitu :
1. Bagaimanakah Kewenangan Pemerintah Kota Makassar dalam Memenuhi Hak
Masyarakat didasarkan Pada Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010?
2. Bagaimanakah Kedudukan Peraturan Daerah Kota Makassar ini jika ditelaah Melalui
Materi Muatan dan Hirearki Peraturan Perundang-Undangan?
3. Bagaimanakah Pemerintah Mendasarkan Kewenangan Permerintah Daera Berkaitan
dengan Penyelenggaraan Pajak dan Retribusi Daerah untuk memenuhi Kerjaminan
Hidup Masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penulisan ini berdasarkan pada rumusan masalah diatas adalah :
1. Mangkaji dan Menganalisi mengenai peranana Pemerintah Kota Makassar dalam
Pemenuhan Hak Masyarakat di Kota Makassar
2. Menganalisis dan menelaah lebih jauh mengenai Keterjaminan Hidup Masyarakat di
Kota Makassar didasarkan pada Pementaan APBD dan Pengalokasian dana Retribsi
dan Pajak Daerah Kota Makassar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis


yang akan mengungkapkan secara sistematis berbagai temuan dalam asil kajian kepustakaan
melalui aktivitas pengumpulan data sekunder yang diperoleh melalui kajian terhadap materi
aturan perundang-undangan dan hasil kajian terhadap artikel, buku dan jurnal. Hal ini
dimaksudkan untuk mengoptimalkan waktu penulisan yang terbatas. Pengumpulan data
sekunder ini dikumpulkan dari berbagai sumber seperti media massa, literatur dan
pemberitaan di internet dengan menyertakan informan kunci (Key Informan) dalam penulisan
ini secara Purposive Sampling dengan mengaitkannya dengan peraturan lainnya yang terkait
dengan Undang-Undang mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pemerintah Kota Makassar kemudian mengundangkan
Peraturan daerah Kota Makassar Nomo 3 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisis Mengenai Eksistensi Peraturan daerah Kota Makassar Nomo 3 Tahun


2010 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Berkaitan dengan Pemenuhan
Hak Masyarakat
Di Indonesia Untuk menyelenggarakan pemerintahan, daerah berhak mengenakan
pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan,
ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti Pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa diatur dengan Undang- Undang. Dengan demikian, pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah harus didasarkan pada UndangUndang. Dalam hal ini,
pentingnya pemungutan adanya Pajak dan retribusi dengan adanya pergantian Undang-
undang pajak daerah dan retribusi daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009.
Pelaksanaan suatu otonomi daerah yang dititikberatkan pada Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota dimulai dengan adanya penyerahan dan pengalihan pembiayaan, Riduansyah
(2010). Adapun Sumber pembiayaan yang paling penting dalam pembiayaan daerah adalah
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Komponen utama dari PAD yang telah tercantum dalam
UndangUndang Nomor 13 Tahun 2006:
1. Pajak daerah
2. Retribusi daerah
3. Hasil pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan (BUMN/BUMD)
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan asli daerah seharusnya dilihat dari
perspektif yang Iebih luas tidak hanya ditinjau dan segi daerah masing-masing tetapi daham
kaitannya dengan kesatuan perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri,
dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan
rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki
setiap daerah.
Selain itu, pajak juga memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan fungsi
pemerintahan dan negara baik dari segi regulator, budgetory, retribusi, dan alokasi sumber
daya. Pada umumnya pajak daerah difokuskan untuk alokasi sumber daya guna memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat, berdasarkan hal tersebut maka fungsi utama dari
pajak itu ada dua yakni regulator dan penerimaan. Keberadaan Pajak daerah harus dtentukan
target yang diperoleh setiap tahunnya. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan realisasi
penerimaan Pajak daerah itu sendiri karena Pajak daerah akan optimal sebagai kontribusi
PAD apabila realisasinya dapat melebihi target yang telah di tetapkan, Apriani (2011). Selain
pajak daerah, retribusi daerah merupakan komponen penting dalam Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah. Retribusi daerah yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009
retribusi itu sendiri adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Dimana golongan dalam retribusi darah Golongan
Retribusi adalah pengelompokan retribusi yang meliputi Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa
Usaha, dan Retribusi Perizinan tertentu. Ada dua komponen dalam peningkatan Pendapatan
Asli Daerah, yaitu Hasil pegelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (laba penyertaan
modal) dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. Hasil pengelolahan kekayaan daerah
yang dipisahkan (laba penyertaan modal) dapat meningkatan pendapatan asli daerah melalui
penyertaan modal pada perusahaan milik daerah, penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah, dan penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelopmpok usaha dari
masyarakat. Yang mana masuknya kekayaan Negara yang dipisahkan pada perusahaan
Negara maupun daerah sebagai bagian dari keuangan Negara di atas didasarkan pada gagasan
pemikiran bahwa Pemerintah wajib menyelenggarakan pelayanan publik dalam rangka
mencapai tujuan bernegara sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.
Salah satu akibat amanah dari Undang-Undang mengenai Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan
terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pemerintah Kota Makassar
kemudian mengundangkan Peraturan daerah Kota Makassar Nomo 3 Tahun 2010 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dengan tujuan untuk melaksanakan ketentuan dari
Undang – Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Selain itu beberapa ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan yang melatar belakangi lahirnya Perda 3/2010 adalah:

a. 29 Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah – Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1822);
b. Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang – Undang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
c. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang –
Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
d. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang –
Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang – Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4844);
e. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
f. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
g. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 tentang Perubahan Batas – Batas Daerah
Kotamadya Makassar dan Kabupaten-Kabupaten Gowa, Maros dan Pangkajene dan
Kepulauan dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 2970);
h. Peraturan Pemerintan Nomor 86 Tahun 1999 tentang Perubahan Nama Kota Ujung
Pandang Menjadi Kota Makassar dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 193);
i. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah
Antara Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintaha Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 10. Peraturan Presiden
Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Pengesahan Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan
Perundang-undangan
Adanya pengaturan mengenai pajak dan retribusi diharapkan mampu mengakomodir
pemenuhan hak masyarakat, sesuai dengan ketentuan pasal 3 PERDA Sulsel No.1 Tahun
2022 yaitu:
a. Memberikan alokasi anggaran bantuan hukum kepada organisasi bantuan hukum dan
lembaga bantuan hukum yang bersumber dari APBD Provinsi Sulawesi Selatan,
b. Mewujudkan hak konstitusional warga negara sesuai prinsip persamaan kedudukan di
dalam hukum,
c. Terpenuhinya perlindungan terhadap hak asasi manusia,
d. Menjamin pemenjhan hak penerima bantuan hukum untuk memperoleh akses
keadilan, dan
e. Menjamin bahwa bantuan hukum dapat dimanfaatkan secara merata oleh seluruh
masyarakat
Kemudian, dalam melihat efektivitas pajak daerah dilihat dari kemampuan pemerintah
daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kontribusi Pajak
Daerah digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan pajak daerah dalam upaya
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Dimana, Pendapatan Asli Daerah (PAD) berguna
untuk meningkatkan sumber pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam
melaksanakan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil
ketergantungan dalam mendapatkan dana dari pemerintah pusat. Pendapatan Asli Daerah
(PAD) bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, lain-lain yang sah, dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang telah diatur oleh peraturan daerah. Salah
satu pendapatan terbesar dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pajak daerah. Pajak
Daerah merupakan kontribusi wajib pajak kepada daerah yang bersifat memaksa dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemungutan Pajak Daerah tidak lepas dari efektivitas
dan kontribusi.
Dikutip dari (Bisnis.com) berdasarkan keterangan dari Kepala Badan Pendapatan
Daerah (Bapenda) Kota Makassar Firman Pagarra menyatakan bahwa realisasi dari PAD
Kota Makassar Tahun 2021 yang berasal dari pajak dan retribusi daerah mencapai 92,79%
aau setara dengan 932 Miliar. Dimana, Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Makassar pada 2021 lalu sebesar Rp 932 miliar, naik 7,35 persen atau sebesar Rp63,8 miliar
dari realisasi tahun sebelumnya Rp 868 miliar.
Pendapatan ini didapatkan dari beberapa sector penyumbang yakni, pajak Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dimana mencapai Rp239 miliar atau
95,92 persen dari target Rp250 miliar. Sementara pendapatan paling rendah berasal dari pajak
Sarang Burung Walet (SBW) sebesar Rp16,4 juta, terealisasi 65,89 persen dari target Rp25
juta. pajak hotel menjadi pajak yang paling sukses terealisasi. Dari target Rp70 miliar,
berhasil terealisasi 105,62 persen atau sebesar Rp73,9 miliar. Sementara pajak parkir menjadi
pajak dengan persentase realisasi terendah, yaitu sebesar Rp10,6 miliar atau hanya 13,35
persen dari target Rp80 miliar.
Capaian realisasi pajak lainnya antara lain Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan
Perkotaan (PBB-P2) terealisasi Rp186 miliar atau 103,65 persen dari target Rp180 miliar.
Pajak hiburan terealisasi Rp9,5 miliar atau 34,07 persen dari target Rp28 miliar. Pajak
restoran terealisasi Rp142 miliar atau 102,07 persen dari target Rp140 miliar. Pajak
Penerangan Jalan (PPJ) terealisasi Rp209 miliar atau 104,95 persen dari target Rp200 miliar.
Pajak Air Bawah Tanah (ABT) terealisasi Rp4,7 miliar atau 94,32 persen dari target Rp5
miliar. Pajak reklame terealisasi Rp48,6 miliar atau 103,51 persen dari target Rp47 miliar.
Berdasarkan hasil pendApatan daerah tersebut, maka dapat dikatakan bahawa masyarakat
kota Makassar telah sadar akan guna dari ketaatan pembayaran pajak yang nantinya akan
dailokasikan oleh pemerintah dalam realisasi pelayanan publik dan pembangunan di setor
daerah yakni fasilitas publik yang akan mempermudah kehidupan khalayak umu yakni,
jembatan, terminal dan stasiun, sekolah, perbaikan jalan raya, pengadaan sebanyak 25 rumah
sakit umum/khusus, 24 rumah sakit bersalin, 46 puskesmas, 223 balai pengobatan/klinik, wifi
gratis dai 62 titik di kota makassar.
B. Analisi Mengenai Peraturan Daerah Kota Makassar 3 Tahun 2010 diakitkan
dengan Materi Muatan Peraturan Perundang Undangan
Peraturan Daerah Kota Makassar pada dasarnya harus tunduk pada Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah dan Permendari No 105
Tahun 2016 dimana rancangan Peraturan Daerah yang dicanangkan haruslah mendapatkan
evaluasi secara terus-menerus oleh Gubernur sesuai dasar hukum yang tercantum guna
menghasilkan metode evaluasi Perda yang pasti, baku, dan standar. Maka dari itu, perlu
adanya kejelasan dasar hukum pembentukan yang menjadi petunjuk juga, wadah hukum yang
relevan untuk digunakan yakni, dengan melalui peraturan kementerian dengan portofolio
yang membidangi urusan pemerintahan daerah, yaitu kementerian dalam negeri
(Kemendagri). Sebab, secara tegas disebutkan dalam UUD NRI 1945 sebagai triumvirat yang
bertanggung jawab terhadap pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini juga
selaras dengan tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan teknis dari pusat ke daerah,
menyelenggarakan fungsi koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administratif.
Merujuk pada hal tersebut maka kita akan melihat dan menimbang lebih jauh mengenai
Peraturan Daerah Kota Makassar berkaitan dengan Pajak daerah Kota Makassar dimulai dari
bagian menimbang yang dapat dipahami dan dilihat dengan jelas bahwa Peraturan Daerah ini
mengunakan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai dasar pembentukannya dan
pada bagian mengingat terdapat beberapa peraturan lainnya yang sejalan dengan
pembantukan Peraturan Daerah tersebut yang menjadi rujukan atau dasar dari pengesahan
peraturan daerah ini. Namun, untuk melihat lebih jauh megenai Peraturan Daerah ini kita
akan melihatnya dalam segi asas-asas materi muatan yang terkandung didalamnya sesuai
dengan Pasal 138 Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yaitu materi muatan
asas:
a. Pengayoman;
b. Kemanusiaan;
c. Kebangsaan;
d. Kekeluargaan;
e. Kenusantaraan;
f. Bhineka Tunggal Ika;
g. Keadilan Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum dan Pemerintahan;
h. Ketertiban dan Kepastian Hukum; Dan/Atau
i. Keseimbangan, Keserasian, Dan Keselarasan.
Melihat berbagai muatan asas diatas dapat dikatakan melalui Peratudan Daerah Kota
Makassar Nomor 3 Tahun 2020 ini. Namun, jika dilihat melalui peraturan setingkat yaitu
Perwali No. 973/687/Kep/2012 mengenai Pajak Restoran di Dinas Pendapatan kota Makassar
dengan sistem Self Assesment. Dimana penggunaan sistem pengenaan pajak yang memberi
kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang bahwa secara konsisten menunjukkan dalam 3 tahun
terakhir (periode 2011, 2012, 2013) terdapat rata -rata realisasi 103% dari Implementasi
Pajak Restoran. Namun, terdapat penurunan pendapatan asli daerah sebanyak 10% pada
tahun 2011, 8,3% pada tahun 2012 dan 8.3% pada tahun 2013. Dimana hal ini diakibatkan
oleh Wajib Pajak yang tidak tepat waktu dalam melaporkan Formulir SPTPD nya ke
DISPENDA, dan terdapat wajib pajak yang tidak melaporkan dengan benar penjualannya.
Sehingga, Implemantasi dari ketentuan Bab IV Pajak Restoran PERDA No. 3 Tahun 2010
mengenai Pajak Daerah Kota Makassar belum berjalan dengan maksimla namun, dapat
dikatakan berjalan dengan baik.
C. Analisis Mengenai Kewenangan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan dalam
Penyelenggaraan Pajak dan Retribusi Daerah
Pada dasarnya pemerintah daerah merupakan representsi dari peyelenggara
pemerintahan dalam lingkup yang relative kecil (daerah). Sehingga, dapat dikatakan bahwa
pemerintah daerah haruslah memiliki kedekatan dengan masyarakat kaerana, kehidupan dan
tingkah laku masayarakat secara khusus akan langsung berkaitan dengan peerintah daerah
terkhusus pemerintah daerah pada tinkat kaupaten/kota dimana hak ini erat kaitannya dengan
penyelenggaraan public yang baik yang didasarkan pada Pemenuhan UUD 1945 dan
didasarkan pada Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB). Melalui Pasal 18 ayat
(6) UUD NRI 1945 yang memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah berupa hak
dalam menetapkan peraturan daerah dan peraturan lainnya guna menyelenggarakan otonomi
daerah dan tugas pembantuan dimana, Kewenangan pembentukan yang diberikan berupa
kebijakan kepala daerah atas nama daerah dalam menetapkan peraturan berupa Peraturan
Daerah berdasarkan pada prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI.
Menurut Marihot P. Siahaan Retribusi Daerah adalah pajak daerah yang dibayarkan
untuk layanan atau izin tertentu yang secara khusus disediakan dan disediakan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan individu atau badan. Sedngkan menurut Ahmad Yani
Retribusi Daerah yaitu, wilayah, negara bagian, kabupaten, atau kota, dapat dianggap sebagai
sumber pendanaan dengan menentukan jenis biaya selain dari yang ditentukan, selama
memenuhi kriteria yang ditetapkan dan sesuai dengan keinginan komunitas.
Selanjutnya, pembagian berkaitan dengan urusan pemerintahan telah disebutkan
sebelumnya dan diatur dalam pasal 12 ayat (1) UU Pemda urusan pemerintahan yang wajib
berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan
penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan permukiman, ketenteraman, ketertiban
umum, dan pelindungan masyarakat, dan sosial, dimana dalam pasal tersebut tidak ditemukan
maksud dari memberikan kehidupan dan penghidupan yang layak bagi amsyarakat dalam hal
perlindungan masyarakat dan sosial serta ketentraman dan ketertiban umum. Selain itu,
menurut Undang-Undang nomor 28, Pasal 1, 2009 Retribusi Daerah adalah pengumpulan di
wilayah tersebut sebagai pembayaran untuk layanan atau izin tertentu yang disediakan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu.
Berkaitan dengan retribusi dan pajak daerah dapat dilihat melalui Ciri-Ciri Retribusi
Daerah yaitu :
1. Pajak dikumpulkan oleh pemerintah daerah
2. Dalam koleksinya, secara ekonomi dipaksakan
3. Ada yang sebaliknya yang bisa ditentukan secara langsung
4. Pajak dikenakan pada individu atau entitas yang menggunakan layanan yang disiapkan
oleh negara.
Kemudian, Tujuan Retribusi Daerah adalah,Untuk memenuhi perbendaharaan nasional atau
lokal dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari agar mampu mengelola kemakmuran
masyarakat melalui layanan yang diberikan langsung kepada masyarakat. Dan Fungsi
Retribusi Daerah :
1. Sumber pendapatan local, Biaya pengguna lokal adalah salah satu sumber asli
pendapatan lokal yang termasuk dalam APBD.
2. Peraturan kegiatan ekonomi daerah, Pajak daerah yang diperoleh digunakan oleh
pemerintah daerah sebagai pengatur kegiatan ekonomi daerah.
3. Stabilitas ekonomi regional, Pajak daerah adalah modal penting dalam menciptakan
solusi seperti pekerjaan dan manajemen harga pasar, dan pajak ini mengatasi
berbagai masalah di sektor ekonomi.
4. Pengembangan stok dan pendapatan masyarakat, Jika beberapa fungsi sebelumnya
berhasil ditangani, kesetaraan dan pembangunan pendapatan sosial juga dapat
dicapai, dan masalah-masalah seperti ketidaksetaraan sosial dan pengangguran dapat
lebih dikendalikan.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pemungutan pajak
darah yaitu, pajak provinisi yang ditentukan dengan adanya besaran tarif yang diatur melalui
PP Nomor 65 Tahun 2001yaitu :
1. Pajak Hotel; 5. Pajak Penerangan Jalan;
2. Pajak Restoran; 6. Pajak Pengambilan Beban Galian
3. Pajak Hiburan; Golongan C;
4. Pajak Reklame; 7. Pajak Parkir
Hal serupa terakit dengan pemungutan pajak oleh daerah juga tertuang dalam UU No. 28
tahun 2009 sudah ditetapkan jenis pajak daerah Kabupaten/kota yang dapat dipungut yaitu:
a. Pajak Hotel; g. Pajak parkir
b. Pajak Restoran; h. Pajak Air Tanah;
c. Pajak Hiburan; i. Pajak Sarang Burung Walet;
d. Pajak Reklame; j. Pajak Bumi dan Bangunan
e. Pajak Penerangan Jalan; Perdesaan dan Perkotaan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Batuan Bangunan
Data kontribusi yang perlu mendapatkan perhatian adalah yang memberikan kontribusi
yang besar dan yang kecil. Dikatakan besar kalau kontribusinya besar dan jauh dari rata-rata,
sebaliknya dikatakan kecil kalau kontribusinya kecil dan jauh dari rata-rata. Dari data
tersebut, maka kontribusinya dikatakan besar jika >19 % dan kecil jika kontribusinya
Berkaitan dengan pernana dari adanya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam
Mendikung Pembiayaan Daerah yakni, Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah
satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah. Pajak daerah
dan retribusi daerah merupakan seumber pendapatan daerah uang penting guna memberikan
kontribusi yang signifikan pada daerah secara keseluruhan. Kemudian, menelisik lebih jauh
mengenai peranan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah yakni, pajak yang telah disetorkan masyarakat akan digunakan negara untuk
kesejahteraan masyarakat, antara lain: memberi subsidi barang-barang yang dibutuhkan
masyarakat dan membayar utang-utang negara. Selain itu pajak juga digunakan untuk
menunjang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah agar perekonomian dapat terus berkembang.

BAB IV
KESIMPULAN
Penyelenggaraan Pajak Daerah merupakan salah satu komponen yang sangat penting
untuk memenuhi hak hidup masyarakat. yang mana Penyelenggaraan Pajak ini merupakan
pemenuhan hak hidup masyarakat demi mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan
amanat Undang-Undang. Oleh karena itu, berdasarkan dari pembahasan diatas dapat ditarik
kesimpulan berupa:
Penyelenggaraan Pajak Daerah Kota Makassar merupakan salah satu perwujudan dari
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan
terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Dimana pemerintah
daerah memiliki keleluasaan untuk menetapkan pajak daerahnya masing-masing
dengan Batasan yang tercantum dalam UU No. 28 tahun 2009 yang mengatur dengan
jelas Batasan penarikan pajak daerah. Namun, yang perlu dipahami dan diilhami
bahwa Pemerintah Daerah secara bersama sama dengan jajarannya perlu menjalin
Kerjasama yang ideal dan terstruktur untuk mendukung penyelenggaraan Pajak guna
memberikan fasilitas dan pelayanan publik yang ideal. Selain itu, Perda No.3 Tahun
2010 juga akan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pemungutan pajak dalam
berbagai sector yang telah diamanatkan olehundang-undang. Dimana, Perda ini juga
digunakan untuk menjamin hak konstitusional masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Azis, Andi Wahyu Rasyid, Baharuddin Semmaila & Muchtar Lamo. 2020. Analisis Pajak
Daerah Kota Makassar. Journal of Management Science (JMS) Volume 1. Makassar
Affif, Muhammad Rifat (2020) Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Daerah Dalam
Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Kota Makassar. Skripsi thesis,
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Peraturan Daerah Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah Kota Makassar

Anda mungkin juga menyukai