Oleh:
Ismanudin, M.Si.
Abstrak.
Kebijakan desentralisasi melalui pemberian otonomi kepada daerah saat ini, dapat memberikan
keleluasaan pada Daerah untuk mengurus, mengatur, mengelola kewenangan, dan keuangan secara
mandiri. Oleh karena itu, posisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah menjadi sangat penting, terutama untuk membiayai berbagai kewenangan yang dimiliki, baik
pelaksanaan urusan wajib maupun urusan pilihan guna menunjang kemandirian daerah. Tulisan ini
berupaya menganalisis pelaksanaan otonomi daerah dan kemandirian daerah, khususnya di
Kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil analisis terhadap data APBD Kabupaten Indramayu TA.
2008 dan 2009 menunjukkan masih kentalnya ketergantungan keuangan Daerah Kabupaten
Indramayu terhadap Pemerintah Pusat. Hal ini tentunya perlu dilakukan berbagai pendekatan,
program dan kegiatan oleh SKPD yang didukung oleh kebijaksanaan perimbangan keuangan pusat
dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara.
Kata Kunci: Otonomi Darah, Kemandirian Daerah.
Pendahuluan.
Diberlakukannya Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah, memiliki arti penting dan membawa perubahan yang mendasar dalam kehidupan sistem
ketatanegaraan di Indonesia, khususnya sistem pemerintahan Pusat dan Daerah serta sistem
hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.
Dengan demikian kedua undang-undang tersebut memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi
daerah, termasuk Daerah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan otonomi daerah, yakni mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat dan daerahnya sesuai kewenangan yang dimilikinya dengan
mengoptimalkan berbagai potensi dan sumber daya guna peningkatan kemandirian daerah dan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam wilayah daerahnya masing-masing.
Melalui regulasi sesuai paradigma dalam kedua undang-undang tersebut, juga menyiratkan
keinginan perubahan dalam mekanisme hubungan Pusat dan Daerah, yang sebelumnya terkesan
sangat desentralistik. Pemihakan terhadap desentralisasi merupakan keniscayaan dalam perjalanan
negara-bangsa Indonesia yang sedang berproses menuju demokratisasi. Desentralisasi akan
memberikan keleluasaan pada Daerah untuk mengurus, mengatur, mengelola kewenangan, dan
keuangan secara mandiri.
Kewenangan keuangan daerah merupakan salah satu hal terpenting dalam pelaksanaan otomoni
daerah. Menurut Davey (1989:179) bahwa hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
mencerminkan tujuan politik yang mendasar, karena perannya dalam menentukan bobot kekuasaan
yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah dalam keseluruhan sistem pemerintahan.
Berbicara tentang kondisi kemampuan keuangan daerah dalam kaitannya dengan pelaksanaan
otonomi daerah, akan selalu bersinggungan dengan derajat ketergantungan keuangan Pemerintah
Daerah pada Pemerintah Pusat. Pendapat The Liang Gie (1995:340) kiranya masih relevan dengan
kondisi saat ini untuk dijadikan kerangka berfikir. Menurutnya Pemerintah Daerah di Indonesia dari
segi keuangannya khususnya penerimaan daerah hanya mampu menutup 20% dari pengeluaran
Pemerintah Daerah. Di sisi lain, The Liang Gie (1994:69) mengatakan ketika terjadi hubungan
keuangan Pusat-Daerah yang timpang dalam arti Pemerintah Daerah sangat tergantung pada suntikan
dana dari Pemerintah Pusat, maka kondisi ini akan mengakibatkan pembatasan pelaksanaan terhadap
Otonomi Daerah.
Berpijak dari hal tersebut, tulisan ini mencoba untuk melihat pelaksanaan otonomi daerah
dikaitkan dengan realitas kondisi kemampuan keuangan daerah, yang berarti pula kemandirian
daerah, khususnya di Daerah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Data utama adalah struktur
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2008 dan 2009 yang akan
dielaborasi dan dianalisis. Hasilnya diharapkan dapat dijadikan saran dan masukan yang membangun
bagi konstruksi hubungan Pusat dan Daerah.
8 (delapan) urusan pilihan, meliputi kelautan dan perikanan, pertanian, kehutanan, energi dan sumber
daya mineral, pariwisata, industri, perdagangan, dan ketramigasian. Setiap urusan Pemerintahan
Kabupaten Indramayu tersebut di atas dilaksanakan sesuai bidang urusan oleh SKPD.
SKPD Kabupaten Indramayu dimaksud terdiri dari (a) Sekretariat Daerah, yang terdiri dari 11
(sebelas) Bagian yaitu antara lain Bagian Pemerintahan Umum, Bagian Otonomi Desa, Bagian Hukum
dll; (b) Sekretariat DPRD, (c) Dinas-Dinas Daerah sebanyak 15 Dinas, (d) Inspektorat, (e) Lembaga
Teknis Daerah yang berbentuk Badan sebanyak 7, Kantor 2 buah, Rumah Sakit Daerah 2 buah dan
Satuan Polisi Pamong Praja.
Ciri utama yang menunjukkan suatu Daerah Otonom mampu berotonomi, terletak pada
kemampuan keuangan daerah (Koswara, 2000:45). Artinya Daerah Otonom harus memiliki
kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan
menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerahnya. Dalam Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ditegaskan bahwa
sumber-sumber pendapatan Daerah terdiri dari:
a. Pendapatan Asli Daerah:
1) Hasil Pajak Daerah;
2) Hasil Retribusi Daerah;
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan;
4) Lain-lain Pendaatan Asli Daerah yang syah.
b. Dana Perimbangan:
1) Dana Bagi Hasil.
(a) Bagi Hasil Pajak
(b) Bagi Hasil Sumber Daya Alam.
2) Dana Alokasi Umum.
3) Dana Alokasi Khusus.
c. Lain-Lain Pendapatan yang syah.
Kondisi kemampuan keuangan daerah secara umum selama ini masih memperlihatkan
kesenjangan yang cukup besar terutama untuk bisa membiayai pemerintahannya sendiri, sehingga
diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemandirian daerah tersebut. Kondisi tersebut
secara umum tercermin dari masih kecilnya penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan
dengan penerimaan subsidi dari pemerintahan yang lebih tinggi (Pusat maupun Provinsi).
Kemandirian Daerah.
Secara teoritis keuangan daerah terdiri dari: pertama keuangan daerah yang dikelola oleh
Pemerintah Daerah yang berbentuk APBD. APBD dituangkan dalam Peraturan Daerah yang disusun
dan disetujui oleh Kepala Daerah bersama DPRD. Kedua, semua kekayaan Pemerintah Daerah, baik
yang berbentuk benda tetap maupun benda bergerak. Ketiga, keuangan yang dikelola oleh DPRD, ini
berwujud anggaran Dewan. Keempat, keuangan yang dikelola oleh lembaga Perbankan, seperti BPR,
keuangan yang dikelola Badan Hukum yang berbentuk perusahaan seperti BUMD. Dalam kontek ini,
pelaksanaannya azas desentralisasi di Pemda dibiayai dengan APBD, dan dipisahkan perhitungannya
dengan dekonsentrasi serta tugas pembantuan, sedangkan pelaksanaan dua azas ini dibiayai oleh
Pemerintah Pusat.
Berkaitan dengan kondisi Pendapatan Daerah Kabupaten Indramayu, berdasarkan data yang ada
dalam APBD Tahun Anggaran 2008 dan 2009 diperoleh gambaran APBD secara ringkas seperti dalam
tabel 1.
Berdasarkan data dalam APBD tahun 2008 dan 2009 (tabel 1), terlihat bahwa total pendapatan
daerah Kabupaten Indramayu dalam tahun 2008 mencapai Rp. 996,063 milyar dan tahun 2009
pendapatannya naik menjadi Rp. 1,214 trilyun, Sedangkan belanja daerahnya dalam tahun 2008
mencapai 1,058 trilyun, sementara tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 1,299 trilyun. Karena
menggunakan anggaran yang berimbang, maka dalam tahun anggaran 2008 terdapat defisit anggaran
sebesar Rp. 62,857 milyar, sedangkan tahun anggaran 2009 mengalami penurunan defisit anggaran,
yaitu menjadi 28,375 milyar.
Kemudian potensi PAD Kabupaten Indramayu yang merupakan komponen penting dalam
keuangan daerah, ternyata dalam TA. 2009 hanya mencapai sebesar Rp. 61,335 milyar atau mencakup
kira-kira 6% dari total pendapatan Daerah yaitu sebesar Rp. 1,214 trilyun. Dari total pendapatan
tersebut sebesar 932,248 milyar (80%) keuangan daerah juga masih didominasi oleh
subsidi/bantuan dari Pemerintah/instansi yang lebih tinggi.
Meskipun demikian, PAD Kabupaten Indramayu dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan cukup signifikan. Dari sektor pajak daerah sebesar 15,978 milyar (tahun 2008) menjadi
19,168 milyar (2009), sementara retribusi daerah sebesar 8,461 milyar (2008) menjadi 13,460
milyar (2009). Begitu halnya pula dengan hasil pengelolaan kekayaan daerah maupun dari
pendapatan lain-lain PAD yang sah juga mengalami kenaikan yang cukup besar.
Hal ini berarti pula bahwa diberlakukannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian ini diganti dengan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 sebagai upaya perluasan jenis-jenis pajak/retribusi yang merupakan faktor dominan
dalam PAD, yang merupakan regulasi dari Pusat memiliki peran dalam memperbaiki keuangan daerah.
Kontribusi sektor pajak daerah terhadap PAD Kabupaten Indramayu tampaknya lebih besar dari
pada retrubusi daerah. Hal ini menujukkan bahwa Kabupaten Indramayu lebih banyak menjalankan
fungsi regulasi lewat pajak daerah yang tidak mengharuskan adanya “imbal jasa” atau pelayanan
kepada publik, dibandingkan fungsi pelayanan publik lewat retribusi yang mengharuskan adanya
jasa/pelayanan lebih dulu dari Pemerintah Daerah kepada masyarakat (contohnya, retribusi
pelayanan parkir).
Mengenai pentingnya penerimaan PAD ini terutama untuk menunjang dan membiayai fungsi-
fungsi atau urusan otonomi yang dikelola Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu sebagaimana
telah disinggung sebagai urusan wajib maupun urusan pilihan di atas yang dilaksanakan oleh SKPD
sesuai kewenangannya masing-masing. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Koswara
(2000:45) bahwa “ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga
Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh
kebijaksanaan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem
pemerintahan negara”.
Sebagai upaya dalam meningkatkan PAD adalah melalui implementasi terhadap Perda-Perda yang
secara potensial dapat meningkatkan PAD. Selain itu, sumber-sumber keuangan daerah perlu terus
digali dan dikelola serta diselenggarakan secara ekonomis, efektif, efisien dan akuntabel dengan
didukung peningkatan kapasitas kelembagaan SKPD terutama Dinas, Lembaga Teknis Daerah lainnya,
dunia usaha dan masyarakat.
Selanjutnya untuk melihat peluang kemandirian Daerah Kabupaten Indramayu, salah satunya
dapat dilihat dari proporsi PAD, seperti terlihat dalam Tabel 3 dan Tabel 4.
Kesimpulan.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a) Pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Indramayu secara umum telah menunjukkan adanya
peningkatan kuantitas, meskipun secara kualitas belum tampak optimal. Berbagai kebijakan
daerah telah dilakukan, baik mencakup peningkatan aspek kelembagaan, kewenangan maupun
administrasi pemerintahan lainnya.
b) Salah satu indikator pelaksanaan otonomi daerah tersebut terlihat dari potensi keuangan daerah,
khususnya hasil pendapatan daerah yang bersumber dari PAD Kabupaten Indramayu yang
merupakan komponen terpenting dalam otonomi daerah, ternyata hanya mencapai sebesar Rp.
61,335 milyar (2008) dan Rp. 68,320 milyar (2009). Hal ini berarti bahwa rata-rata penerimaan
PAD hanya mencakup kurang lebih 6% dari total pendapatan Daerah yaitu sebesar Rp. 996,063
milyar (2008), dan Rp. 1,214 trilyun (2009). Dari total pendapatan tersebut, sebesar 930,028
milyar (atau 76,56%) keuangan daerah juga masih didominasi oleh subsidi/bantuan dari
Pemerintah/instansi yang lebih tinggi.
c) Posisi Dana Perimbangan dari Pusat di Kabupaten Indramayu yang didominir dari dana bagi hasil
pajak/bukan pajak, dan terutama dari dana DAU menjadi sangat penting. Hal ini menunjukkan
masih kentalnya ketergantungan keuangan Daerah Kabupaten Indramayu terhadap Pemerintah
Pusat.
d) Diperlukan upaya koordinasi yang sinergis antar pimpinan SKPD Pemerintah Kabupaten
Indramayu untuk terus meningkatkan kinerja dalam penerimaan PAD sesuai kewenangan, tugas
pokok dan kewenangan SKPD, disamping perlu mengoptimalkan perencanaan, dan
penyelenggaraan kewenangan secara efisien dan akuntabel, serta melakukan pengawasan dan
evaluasi secara terencana, sistematis serta berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA.
Davey, Kenneth. 1989. Hubungan Keuangan Pusat-Daerah di Indonesia. Jakarta: UI Press.
Koswara, E. Kertapradja. 2000. Paradigma Baru Otonomi Daerah Yang Berorientasi Kepada
Kepentingan Rakyat: Suatu Analisis Tentang Kebijkan, Dampak, dan Kompleksitas Otonomi
Daerah menurut UU No. 22 Tahun 1999. Jurnal PSPP: Majalah Ilmiah Pusat Studi Pengembangan
Pemerintahan, Vol.3 No. 1. Jakarta: Universitas Satyagama, 45. 23-52.
-------. 2006. Evaluasi Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomo
32 Tahun 2004 Tenatang Pemerintahan Daerah: Suatu Analisis Tinjauan Akademik dan Empirik
Pelaksanaan Otonomi Daerah Menurut Perspektif Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Jakarta: Universitas Satyagama. Makalah pada diskusi
Ilmiah di Unswagati Cirebon, 4 April 2006.
The Liang Gie, 1994. Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Negara RI, Jilid I. Yogyakarta: Liberty.
-------, 1995. Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Negara RI, Jilid II. Yogyakarta: Liberty.
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 19 Tahun 2007 Tentang APBD Kabupaten Indramayu
Tahun Anggaran 2008.
Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Perubahan APBD Kabupaten
Indramayu Tahun Anggaran 2009.