Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pembangunan Perkotaan

Volume 8, Nomor 1, Januari – Juni 2020 p-ISSN 2338-6754


e-ISSN 2581-1304
http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMUNGUTAN PAJAK


BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN
Nur Fadillah*, Sakdiah Bancin

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, Indonesia
*Penulis Korespodensi : nurfadillah4476@gmail.com

Abstrak
Penelitian yang dilakukan di Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan. Tujuan
penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis sistem pengendalian intern dalam
pemungutan pajak bumi dan bangunan sebagai upaya peningkatan pendapatan daerah Kota Medan.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan deskriptif, berupa hasil wawancara
dan target dan realisai pajak bumi dan bangunan dari tahun 2013 sampai tahun 2017, teknik analisis
data yang digunakan dengan melakukan survey ketempat penelitian untuk memperoleh data serta
menganalisis data untuk menarik kesimpulan dan membandingkan masalah dengan teori-teori untuk
mendukung masalah. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu Sistem Pengendalian Intern Pemungutan
Pajak Bumi dan Bangunan pada Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan cukup
baik. Sistem Pengendalian Intern Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Upaya
Peningkatan Pendapatan Daerah Kota Medan masih katagori sedang hal ini sistem pengendalian
intern pemungutan pajak bumi dan bangunan belum dijalankan dengan baik sehingga realisasi pajak
bumi dan bangunan belum efektif dan belum mencapai target yang telah ditentukan.

Kata kunci: Pengendalian Intern, Realisasi, Pendapatan Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan

PENDAHULUAN kesehatan, membiayai anggota polisi, dan membiayai


Penerimaan PAD salah satu berasal dari sektor kegiatan pemerintah daerah dalam menyediakan
pajak daerah. Pajak daerah di Indonesia menurut UU kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat disediakan
28 Tahun 2009 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pihak swasta yaitu berupa barang-barang publik.
oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa Melihat dari fenomena tersebut dapat dilihat bahwa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat pentingnya pajak bagi suatu daerah, terutama dalam
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang- menyokong pembangunan daerah itu sendiri
undangan yang berlaku, dan yang digunakan untuk merupakan pemasukan dana yang sangat potensial
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan karena besarnya penerimaan pajak akan meningkat
pembangunan daerah. Pajak daerah terbagi menjadi seiring laju pertumbuhan penduduk, perekonomian
dua yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten atau dan stabilitas politik. Dalam pembangunan suatu
kota. Pajak provinsi terdiri dari pajak kendaraan daerah, pajak memegang peranan penting dalam suatu
bermotor dan kendaraan di atas air, bea balik nama pembangunan.
kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak Dengan demikian, Pemerintah Daerah yang
bahan bakar kendaraan bermotor dan pajak menerima pelimpahan atas sektor perkotaan dan
pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air pedesaan memiliki tugas untuk menjalankan proses
permukaan. Pajak kabupaten atau kota terdiri dari penagihan pajak kepada masyarakat, yang kemudian
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak dilimpahkan lagi kepada masing-masing kabupaten
reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dalam pengelolaan mekanisme pemungutan pajak
dan pengolahan bahan galian golongan C dan pajak yang akan diterapkan. Sehingga, dalam hal ini peran
parkir. pemerintah untuk meningkatkan kesadaran
Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai masyarakat pun sangat berpengaruh.
sumber pendapatan (budgetary function) yang utama Salah satu pajak yang menjadi potensi sumber
dan juga sebagai alat pengatur (regulatory function). pendapatan daerah yaitu Pajak Bumi dan Bangun.
Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah Berdasarkan pasal 1 ayat 9 Peraturan Daerah No.7
digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran tahun 2011, pajak hiburan merupakan semua jenis
pemerintah, seperti membiayai administrasi tontonan pertunjukan, permainan dan/atau keramaian
pemerintah, membangun dan memperbaiki yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Pajak bumi
infrastruktur, menyediakan fasilitas pendidikan dan dan bangun adalah salah satu pajak yang dikelola

63
langsung oleh pemerintah daerah yang memberikan efesiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). pemerintah negara, keandalan pelaporan keuangan,
Pendapatan daerah inilah yang nantinya akan pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap
digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai peraturan perundang – undangan.
penyelenggaraan daerah dan menunjang kesejahteraan Hal ini terjadi karena adanya prosedur sistem
masyarakat dengan pembangunan yang baik. pengendalian intern pemungutan Pajak Bumi dan
Pemungutan pajak dilakukan oleh pemerintah Bangunan yang tidak berjalan dengan baik yaitu
pusat dengan cara Self Assesment System dan Official penilaian resiko dan pemantauan. Dalam penilaian
Assesment System, Menurut Erly Suandy (2013,231) resiko terkait dalam penetapan target penerimaan
yang dalam pelaksanaannya senantiasa bekerja sama Pajak Bumi Bangunan yang tidak mengidentifikasi
dengan pemerintah daerah. Pemungutan dan dengan jeli terhadap tingkat penerimaan pada tahun
Pengalokasian PBB dilakukan pusat agar ada sebelumnya dan pengidentifikasian terhadap besarnya
keseragaman dan keadilan dalam perpajakan. Hal ini pemerolehan manfaat bumi dan bangunan di Kota
karena pemerintah pusat bertindak sebagai pengatur Medan. Sedangkan dari segi pemantauan, ini terjadi
agar pemerintah daerah tidak memutuskan PBB atas dari analisis yang belum sepenuhnya menjalankan
kemauannya sendiri. Untuk mendukung kebijakan pemantauan secara langsung sehingga terjadi
otonomi daerah, maka dialakukanlah peralihan penyimpangan dalam penerimaan Pajak Bumi
pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan pedesaan dan Bangunan (PBB) dan pendirian bangunan yang tidak
perkotaan (PBB-P2) yang dituangkan dalam Undang- memiliki izin.
Undang No 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan Menurut Mulyadi (2010,164) bahwa “point
retribusi daerah. keempat unsur pengendalian intern ialah karyawan
Untuk dapat menghasilakan Realisasi yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya,
Anggaran yang relevan, handal dan akurat serta seleksi karyawan sesuai dengan jabatan yang akan
dipercya pemerintah daerah harus memiliki sistem diduduki’. Tetapi Fenomena yang terjadi saat ini
yang baik. Sistem yang lemah menyebabkan adalah jabatan yang diduduki masih kurang sesuai
pengendalian intern lemah dan pada akhirnya realisasi dengan kemampuan terhadap penyelesaian pekerjaan
anggaran yang dihasilkan juga kurang handal dan yang harus dikerjakan. Sistem Pengendalian intern
kurang relevan untuk pembuatan keputusan. Menurut dipengaruhi oleh manajemen dan pegawai dalam suatu
Mardiasmo (2002,213) bahwa “Pengendalian adalah instansi, yang pencapaian tujuannya dilakukan melalui
mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif (pemerintah orang-orang dalam instansi. Sering diketahui bahwa
daerah) untuk menjamin dilaksanakannya sistem dan suatu instansi memiliki pengendalian yang baik,
kebijakan manajemen sehingga tujuan organisasi namun tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.
dapat tercapai”. Menurut Hery (2014, hal. 23) bahwa “Faktor
Menurut UU No. 60 tahun 2008 tentang sistem manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menyatakan setiap pelaksanaan sistem pengendalian intern. Suatu
bahwa Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang sistem pengendalian yang baik akan dapat menjadi
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan tidak efektif karena adanya karyawan yang kelelahan,
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh ceroboh dan bersikap acuh tak acuh”.
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas Menurut George & Wiliam (2004,124) bahwa
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang “Pengendalian tidak dapat berjalan baik akibat dari
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, kebijakan internal dan eksternal yang tidak sesuai
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap seperti contoh : kecurangan manajemen, target
peraturan perundang – undangan. Sistem penerimaan yang terlalu tinggi, adanya pendapatan
Pengendalian Intern, yangb selanjutnya disingkat yang cacat seperti: utang pajak yang tak tertagih dan
SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang laporan keuangan yang tidak akurat sehingga
dislenggarakan ssecara menyeluruh di lingkungan menyebabakan potensi pendapatan daerah dan belanja
pemerintah pusat dan pemerintayh daerah. daerah”. Menurut Abdul Halim (2002:129) bahwa
Jika kita melakukan perbandingan antar “Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah
anggaran (target) dengan realisasi maka, penerimaan daerah dalam merealisasikan pendapatan daerah yang
pajak bumi dan bangunan yang dilakukan pihak badan direncanakan dibandingkan dengan target yang
pengolaan pajak dan retribusi daerah kota Medan ditetapkan. Kemampuan daerah dalam melaksanakan
untuk meningkatkan pendapatan belum sesuai dengan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai
target yang diharapkan, serta target yang diberikan minimal sebesar 1(satu) atau 100 persen, sehingga
selalu saja ditingkatkan meskipun ditahun sebelumnya apabila rasio efektivitasnya semakin tinggi,
penerimaannya masih rendah dibanding target. Ini menggambarkan kemampuan daerah semakin baik”.
menunjukkan tingkat efektivitas yangv rendah dalam
pengawasaan, sementara pada pasal 2 PP. No. 60 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Tahun 2008 menyatakan Sistem Pengendalian Intern Pendapatan Asli Daerah merupakan tolak ukur
Pemerintah bertujuan untuk memberikan keyakinan untuk menilai potensi yang ada di suatu daerah sampai
yang memadai bagi tercpainya efektivitas dan sejauh mana daerah tersebut menggali segala

64 Jurnal Pembangunan Perkotaan 8 (1) (2020) : 63-73


kekayaan yang ada pada daerahnya. Menurut Undang- barang-barang dan kolektif dalam mencapai
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan kesejahteraan umum.
Daerah pasal 1 angka 13 menyatakan bahwa: Menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2009
Pendapatan Daerah adalah semua hak yang diakui “Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
periode tahun anggaran yang bersangkutan. bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang
Pendapatan daerah bersumber dari penerimaan dana dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
perimbangan yang dialokasikan kepada daerah dan dan dapat digunakan untuk keperluan Negara bagi
pendapatan daerah itu sendiri berupa Pendapatan Asli sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Daerah (PAD) dan lain-lain pendapatan daerah yang Menurut Soemitro dalam Mardiasmo: (2013,
sah. hal. 1) menyatakan bahwa "Pajak adalah iuran rakyat
Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 33 kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan anatara dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal
Pemerintah Pusat dan Daerah menentukan bahwa (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang di yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum".
peroleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan Secara umum fungsi pajak sebagai alat untuk
daerah sesuai dengan perundangundangan. politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan
Sesuai dengan ketentuan pasal 6 Undang- manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
Undang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Suatu negara tidak mungkin menghendaki merosotnya
Pusat dan Daerah PAD dapat diperoleh melalui kehidupan ekonomi masyarakat.
sumber-sumber dana yang didapat dari Pajak Daerah, Menurut Priantara (2013, hal 7) ada dua fungsi
Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah pajak, yaitu: Fungsi Budgetair, Fungsi Mengatur
yang dipisahkan. Sumbersumber pendapatan tersebut (Regulerend)
diharapkan menjadi sumber pembiayaan Di Indonesia sendiri pajak dapat dibedakan
penyelenggaraan dan pembangunan untuk kedalam beberapa jenis pajak dimana pembedaan jenis
meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan rakyat. pajak ini memiliki fungsi yang berbedabeda, beberapa
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah jenis pajak dapat dilihat dari penggolongan pajak yang
satu sumber dana pembiayaan pembangunan daerah dibedakan menurut golongannya, sifatnya, dan
pada kenyataannya belum cukup memberikan menurut lembaga pemungutannya. Menurut
sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini Golongannya, Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus
mengharuskan pemerintah daerah menggali dan dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
meningkatkan pendapatan daerah terutama sumber dibebankan atau dilimpahkan kepada oranglain.
pendapatan asli daerah. Menurut Sifatnya, Menurut Lembaga Pemungutannya
Menurut Abdul Halim (2013, hal 101) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh
menyatakan bahwa: Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai
merupakan semua penerimaan daerah yang berasal rumah tangga negara.Contoh: Pajak. Penghasilan,
dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok Pajak Pertambahan Nilai dan PajakPenjualan atas
pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan
jenis pendapatan, yaitu sebagai berikut: Pajak Daerah; BeaMaterai. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut
Retribusi Daerah; Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk
Daerah yang Dipisahkan; Lain-lain PAD yang sah. membiayai rumah tangga daerah.Pajak Daerah.
Dasar hukum Pendapatan Asli Daerah terdapat Lazimnya suatu pemungutan pajak itu harus
dalam Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 dilandasi dengan teori-teori yang merupakan ukuran
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang untuk menentukan adil atau tidaknya suatu
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan pemungutan pajak.
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Menurut Mardiasmo (2013, hal 3) Terdapat
Daerah. beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan
Pengertian Pendapatan Asli Daerah terdapat justifikasi pemberian hak kepada Negara untuk
dalam pasal 1 Undang- Undang Nomor 33 Tahun memungut pajak. Teori-teori tersebut antara lain:
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Teori Asuransi, Teori Kepentingan, Teori Daya Pikul,
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yaitu Unsur Objektif, dengan melihat besarnya penghasilan
Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. Unsur
adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang Subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan material yang harus dipenuhi.
peraturan perundang-undangan. Tidaklah mudah untuk membebankan pajak
pada masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan
Pajak enggan membayar pajak. Namun, bila terlalu rendah,
Pajak merupakan iuran wajib berupa uang atau maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana
barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai
norma-norma hukum guna menutup biaya produksi

Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai 65
Upaya Peningkatan Pendapatan Daerah Kota Medan
Nur Fadillah, Sakdiah Bancin
masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam
berbagai persyaratan. melaksanakan penyelenggaraan pemerintah dan
Menurut Mardiasmo (2013, hal 2) Agar pembangunan didaerah dan tercantum dalam
pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi Adapun beberapa hal yang merupakan ciri-ciri
syarat sebagai berikut: Pemungutan pajak harus adil Pajak Daerah menurut Mardiasmo (2012, hal 134)
(Syarat Keadilan) Pemungutan pajak harus yaitu: Dipungut oleh Pemda, berdasarkan kekuatan
berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis), Tidak peraturan perundang-undangan. Dipungut apabila ada
mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis), suatu keadaan, peristiwa dan perbuatan yang menurut
Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil), peraturan perundang-undangan dapat dikenakan pajak
Sistem pemungutan pajak harus sederhana daerah. Dapat dipaksakan, yakni apabila wajib pajak
Sistem pemungutan pajak merupakan kesatuan tidak memenuhi kewajiban pembayaran pajak daerah,
prosedur atau cara yang dilakukan dalam pemungutan yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi (pidana
pajak dan denda). Tidak terdapat hubungan langsung antara
Menurut Mardiasmo (2013, hal, 7) Sistem pembayaran pajak daerah dengan imbalan/balas jasa
pemungutan pajak diIndonesia baik Pajak Pusat perseorangan. Hasil penerimaan pajak daerah disetor
maupun Pajak Daerah menganut beberapasistem ke kas daerah.
antara lain: Official Assessment System Self Adapun beberapa hal yang dianggap sebagai
Assessment System With Holding System kriteria yang harus dipenuhi agar sesuatu dapat
dianggap sebagai pajak daerah: Bersifat Pajak dan
Pajak Daerah bukan Retribusi. Objek pajak terletak atau terdapat di
Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut Wilayah Daerah Kabupaten/Kotayang bersangkutan
oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah
membiayai rumah tangga daerah. sertahanya melayani masyarakat di Wilayah Daerah
Sesuai dengan pasal 1 angka 6 Undang-Undang Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Tidak
Nomor 34 Tahun2000 tentang Pajak Daerah dan memberikan dampak ekonomi yang negatif, pajak
Retribusi Daerah menyatakan bahwa Pajak Daerah tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi
merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar
daerahkepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan daerah maupun kegiatan eksport-import. Potensinya
langsung yang seimbang,yang dapat dipaksakan memadai, hasil penerimaan pajak harus lebih besar
berdasarkan peraturan perundang-undangan daribiaya pemungutan. Memperhatikan aspek keadilan
yangberlaku, yang digunakan untuk membiayai dan kemampuan masyarakat serta menjaga kelestarian
penyelenggaraan pemerintah daerah dan lingkungan.
pembangunan daerah. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah di
Selain pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor daerah, sering kali jumlah Pendapatan Asli Daerah
34 Tahun 2000 pajak daerah juga dijelaskan oleh (PAD) tidak mencukupi seluruh kebutuhan belanja
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 daerah. Salah satu penyebab permasalahan ini adalah
Tahun2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi karena daerah tidak cukup mampu menggali potensi
Daerah menyatakan bahwa: Pajak Daerah merupakan sumber-sumber PAD atau memang daerah tidak
kontribusi wajib kepada daerah yangterutang oleh memiliki potensi ekonomi yang dapat diunggulkan
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa (minus).
berdasarkanundang-undang, dengan tidak Menurut Pasal 94 Undang-Undang Nomor 29
mendapatkan imbalan secara langsung dandigunakan Tahun 2009 (AzhariAziz Samudra, 2015, hal 70),
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya hasil penerimaan pajak provinsi sebagian
kemakmuran rakyat. diperuntukkan bagi Daerah Kabupaten/Kota di
Dari segi kewenangan pemungutan pajak atas Wilayah/Provinsi yang bersangkutan dengan
objek pajak di daerah,Pajak Derah dibagi menjadi dua, ketentuan sebagai berikut: Hasil penerimaan Pajak
yaitu: Pajak Daerah yang dipungut oleh Propinsi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Daerah yang dipungut oleh Kabupaten/Kota Bermotor diserahkan kepada Kabupaten/Kota
Di dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 sebesar30%; Hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar
Pasal 2 ayat (1) danayat (2) disebutkan bahwa jenis- Kendaraan Bermotor diserahkan kepada
jenis Pajak Propinsi dan PajakKabupaten/Kota, yaitu: Kabupaten/Kota sebesar 70%; Hasil penerimaan Pajak
Jenis Pajak Propinsi menurut undang-undang no 28 Rokok diserahkan kepada Kabupaten/Kotasebesar
tahun 2009 pasal 2 ayat 1. Jenis Pajak Kabupaten/Kota 70%; Hasil penerimaan Pajak Air Permukaan
menurut undang-undang no 28 tahun 2009 pasal 2 diserahkan kepada Kabupaten/Kota sebesar 50%;
ayat 1. Selanjutnya bagian Kabupaten/Kota ditetapkan
Dengan demikian, pajak daerah merupakan dengan memerhatikan aspek pemerataan dan/atau
pajak yang telah ditetapkan dan dipungut oleh potensi antar kabupaten/kota. Ketentuan lebih lanjut
pemerintah daerah dengan Peratutran Daerah mengenai bagi hasil penerimaan Pajak Provinsiyang
(PERDA) yang wewenang pemungutannya

66 Jurnal Pembangunan Perkotaan 8 (1) (2020) : 63-73


diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota ditetapkan pelaporan keuangan, pengamanan asset Negara, dan
dengan Peraturan Daerah Provinsi. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Pemungutan pajak itu bisa dilakukan secara Sistem Pengendaian Intern Pemerintah, yang
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (self assessment) selanjutnya disingkat SPIP, adalah sistem
Menurut Azhari Aziz Samudera, (2015, hal 70) pengendalian intern yang diselenggarakan secara terus
“Sistem pemungutan pajak daerah yang berlaku saat menerus secara menyeluruh dilingkungan pemerintah
ini antara lain dengan sistem setor tunai,sistem pusat dan pemerintah daerah.
pembayaran dimuka, sistem pengaitan, sistem benda SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan
berharga dansistem kartu”. Pemungutan dengan yang memadai terhadap empat hal, yaitu: Tercapainya
Sistem Surat Ketetapan (SKP), Pemungutan dengan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
Sistem Setor Tunai, Pemungutan dengan Sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara, Keandalan
Pembayaran Di Muka, Pemungutan dengan Sistem pelaporan keuangan. Keamanan asset Negara,
Pengaitan, Pemungutan dengan Sistem Benda Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Berharga, Pemungutan dengan Sistem Kartu Unsur-unsur SPIP sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 60 tahu 2008 adalah: Lingkungan
Pengendalian Intern Pengendalian Pimpinan instansi pemerintah wajib
Menurut Mardiasmo, Pengendalian adalah menciptakan dan memelihara ingkungan pengendalian
mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif (pemerintah yang menimbukan perilaku positif dan kondusif untuk
daerah) untuk menjamin dilaksanakannya sistem dan penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam
kebijakan manajemen sehingga tujuan organisasi lingkungan kerjanya melalui: Penegakan integritas dan
dapat tercapai. nilai etika. Dimana pemerintah harus menyusun dan
Menurut IAI (2001,319) mendefinisikan menerapkan aturan perilaku, memberikan keteladanan
pengendalian intern sebagai suatu proses yang atas pelaksanaan aturan pada setiap tingkat pimpinan
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan instansi pemerintahan, menegakkan kedisipinan atas
personal lain entitas yang didesain untuk memberikan penyelenggaraan terhadap aturan perilaku. Dan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan menghapus kebijakan yang dapat menimbulkan
berikut ini : keandalan pelaporan keuangan, efektivitas perilaku yang etis. Komitmen terhadap kompetensi.
dan efisien operasi, dan kepatuhan terhadap hukum Mengidentifikasi yang menetapkan kegiatan dalam
dan peraturan yang berlaku. menyelesaikan tugas dan fungsi masing-masing posisi,
Menurut Mulyadi (2011) Manajemen menyususn standar kompetensi untuk menyelesaikan
merancang sistem pengendalian intern yang efektif tugas dan fungsi yang dibutuhkan, menyelenggarakan
dengan empat tujuan pokok berikut ini : Menjaga pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan
harta kekayaan perusahaan, Mengecek keakuratan kompetensi pekerjaannya. Kepemimpinan yang
data akuntansi, Mendorong efesiensi, Mendorong kondusif Mempertimbangkan risiko dalam
dipatuhinya kebijakan manajemen pengambian keputusan, melakuka interaksi secara
Namun COSO mengidentifikasikan tiga tujuan intensif dari pejabat yang tinggi kepada tingkatan yang
utama pengendalian tersebut meliputi : Efektivitas dan lebih rendah, merespon secara positif terhadap
efisiensi operasi, Realibilitas pelaporan keuangan pelaporan yang berkaitan dengan keuangan,
Kesesuaian dengan aturan dan regulasi yang ada. penganggaran, program dan kegiatan. Pembentukan
Menurut Mulayadi (2010,164) terdapat unsur struktur organisasi yang sesui dengan kebutuhan.
dalam pengendalian intern, unsurunsur tersebut adalah Menyesuaikan dengan ukuran sifat kegiatan instansi
sebagai berikut : Struktur organisasi yang memisahkan pemerintahan, memberikan kejelasan wewenang dan
tanggung jawab fungsional secara tegas. Sistem tanggungjawab, menetapkan dengan jumpah pegawai
wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan.
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang
pendapatan dan biaya. Praktik yang sehat dalam tepat. Wewenang diberikan kepada pegawai yang
melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. tepat sesuai dengan tingkat dan tanggungjawabnya
Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung dalam rangka pencapaian tujuan. Penyusunan dan
jawabnya. penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia. Penetapan kebijakan dan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) prosedur sejak rekrutmen sampai pemberhentian
Pengertian sistem pengendalian intern karyawan, penelusuran latar belakang calon pegawai.
pemerintah menurut Peraturan Pemerintah No.60 Perwujudan peran aparat pengawasan intern
tahun 2008 Sistem Pengndalia Intern adalah proses pemerintah yang efektif. Memberikan keyakinan yang
yang integral pada tindakan dan kegiatan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan efektivitas pencapaian tujuan instansi, memelihara dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan meningkatkan kualitas dan tata kelola
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalam Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah
terkait. Diwujudkan dengan adanya mekanisme saling

Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai 67
Upaya Peningkatan Pendapatan Daerah Kota Medan
Nur Fadillah, Sakdiah Bancin
uji antar instansi pemerintah yang terkait. Penilaian berikut : Bahan yang digunakan. Rekayasa. Letak.
Risiko Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan Kondisi Lingkungan
penilaian risiko yang dihadapi baik dari luar maupun Sesuai dengan pasal 3 ayat (3) dan (4) Undang-
dari dalam, Kegiatan Pengendalian. Pimpinan Instansi Undang Nomor 12 Tahun 1985 yang telah dirubah
pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan 1994 bahwa NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi
sifat dari tugas dan fungsi Instansi pemerintah yang dan atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya
bersangkutan. Kegiatan pengendain membantu NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota
memastikan bahwa arahan pimpinan instansi setinggi-tingginya Rp. 24.000.000,- yang mulai pada
pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendaian harus tanggal 1 Januari 2012 berdasarkan PMK
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan organisasi. No.67/PMK.03/2011. Sedangkan menurut Undang-
Informasi dan Komunikasi Pimpinan instansi Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 77 ayat (4) dan
pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan (5), besarnya Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena
mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan Pajak (NJOPTKP) ditetapkan paling rendah Rp.
waktu yang tepat. Komunikasi atas informasi 10.000.000,- untuk setiap wajib pajak. Hal ini berarti
sebagaimana dimaksud wajib diselenggrakan secara setiap daerah berarti diberi keleluasaan untuk
efektif. Untuk menyelenggarakan organisasi yang menetapkan besaran NJOPTKP yang dipandang sesuai
efektif pimpinan instansi pemerintah harus sekurang- dengan kondisi daerahnya masing-masing, dengan
kurangnya: Pemantauan. Pimpinan instani pemerintah ketentuan momimal Rp. 10.000.000,-. Besaran
wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendaian NJOPTKP ditetapkan daerah kabupaten/kota.
Intern. Pemantauan Sistem Pengendaian Intern NJOPTKP merupakan suatu batas NJOP
dilaksanakan melalui: dimana wajib pajak tidak terutang pajak. Maksudnya
adalah apabila seorang wajib pajak memiliki obyek
Pajak Bumi Dan Bangunan pajak yang nilainya di bawah NJOPTKP, maka wajib
Menurut Early Suandy (2009 : 64) menyatakan pajak tersebut dibebaskan dari pembayaran pajak.
bahwa :“Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang Selain itu, bagi setiap wajib pajak yang memiliki
bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang obyek pajak yang nilainya melebihi NJOPTKP, maka
ditentukan oleh keadaan objek atau bumi, tanah dan penghitungan NJOP sebagai dasar penghitungan pajak
atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang terutang dilakukan dengan terlebih dahulu
membayar) tidak ikut menentukan besar pajak.” mengurangkan NJOP dengan NJOPTKP
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 272)
menyatakan bahwa : “Pajak Bumi dan Bangunan
adalah pajak yang dikenakan terhadap bumi dan METODE
bangunan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi pendekatan penelitian Deskriptif yang merupakan
tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa, tambak suatu metode dimana data dikumpulkan, disusun,
perairan) serta laut yang ada di wilayah Republik diinterpretasikan dan di analisa agar memberikan
Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang gambaran mengenai suatu keadaan tertentu sehingga
ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan dapat ditarik kesimpulan.
atau perairan” Menurut Sumadi (2015, hal 75) Tujuan
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat penelitian deskriptif adalah untuk membuat
disimpulkan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan adalah pencandraan (deskripsi) secara sistematis, faktual, dan
penerimaan negara yang berasal dari rakyat yang akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
memiliki hak atas kebendaan objek atau bumi, tanah atau daerah tertentu.
dan atau bangunan.
Yang dimaksud dengan obyek pajak bumi dan
bangunan yang dikemukakan oleh Oyok Abunyamin HASIL DAN PEMBAHASAN
(2010:336) adalah bumi dan bangunan. Bumi adalah Sistem Pengendalian Intern Pemungutan Pajak
permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan, Bumi dan Bangunan
pedalaman, serta laut wilayah Indonesia. Dan tubuh Sistem pengendalian internal secara umum
bumi yang berada dibawahnya seperti: sawah, ladang, mempunyai arti sempit dan arti luas. Dalam arti
kebun, pekarangan dan tambang. Dalam menentukan sempit pengendalian internal merupakan pengecekan
klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor suatu prosedur yang dibuat untuk mendeteksi adanya
sebagai berikut : Letak. Peruntukan. Pemanfaatan. kesalahan dan kecurangan. Sedangkan dalam arti luas
Kondisi dan lingkungan. sistem pengendalian internal tidak hanya meliputi
Bangunan adalah kontruksi teknik yang pengecekan tetapi juga semua alat-alat yang
ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah digunakan manajemen untuk mengedakan
dan/atau bangunan. Dalam hal menentukan klasifikasi pengendalian tersebut.
bangunan harus diperhatikan faktor-faktor sebagai Sistem pengendalian internal merupakan
prosedur atau rangkaian kegiatan yang diatur dan

68 Jurnal Pembangunan Perkotaan 8 (1) (2020) : 63-73


ditetapkan oleh undang undang. Dengan demikian Dalam proses penyampaian SPPT tidak adanya
sistem pengendalian internal penerimaan pajak bumi formulir bukti Surat Tanda Terima atas penyerahan
dan bangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan SPPT, karena dengan adanya surat tanda terima ini
tujuan yang telah ditetapkan. dapat mengetahui siapa saja wajib pajak yang telah
Adapun tujuan sistem pengendalian internal mendapat dan belum mendapatakan SPPT.
pemerintah adalah sebagai berikut : Memberikan Dalam proses pembayaran ini masih terdapat
keyakinan memadai bagi tercapainya efektivitas dan kelemahan dalam pemantauan pengendalian intern.
efesien pencapaian tujuan penyelenggaraan Kelemahan yang dimaksud tersebut adalah bagian
pemerintahan. Kendalaan pelaporan keuangan yang bertugas untuk mengawasi dan memantau
Pengamanan asset Negara. Ketaatan terhadap jalannya aktivitas pemungutan, baik yang dilakukan
peraturan perundang-undangan oleh petugas pemungut maupun yang di tempat
Agar suatu sistem pengendalian internal dapat pembayaran. Hal ini dapat memberikan celah adanya
berjalan dengan efektif dan efesien maka ada beberapa kecurangan yang dapat terjadi. Untuk mengatasi
unsur pengendalian yang harus dilaksanakan. Adapun kelemahan tersebut, maka langkah yang harus
unsur-unsur sistem pengendalian yang harus dilakukan adalah dengan menambahkan seksi evaluasi
dilaksanakan yaitu lingkungan pengendalian, penilaian dan pengawasan pada struktur organisasi yang ada
resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan pada Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Maka efektifnya
komunikasi, dan pengawasan. pemungutan PBB tidak terlepas dari sejauh mana
Berikut ini adalah data target pajak bumi dan petugas terkait dalam melakukan pemantauan terhadap
bangunan pada Badan Keuangan Daerah Kota pemungutan pajak agar tidak terjadi kecurangan.
Padangsidimpuan dalam Kurun waktu lima tahun
terakhir. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Upaya
ini: Peningkatan Pendapatan Daerah.
Tabel 1. Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Kontribusi adalah iuran atau sumbangan yang
Bangunan Pada BPPR diberikan bersamasama pihak lain untuk tujuan, biaya
atau kerugian tertentu. Tingkat kontribusi adalah
proporsi jenis pajak terhadap total penerimaan pajak
baik sebelum dan sesudah pemberlakuan undang-
undang No 34. Tahun 2000.
Untuk mengetahui Kontribusi pajak bumi dan
bangunan terhadap Pendapatan Daerah menggunakan
Sumber : Badan Pengolaan Pajak Dan Retribusi rumus :
Daerah Kota Medan

Berdasarkan data diatas untuk realisasi atas


penerimaan PBB untuk tahun 2013 sampai tahun 2017
berada dibawah target yang telah ditetapkan, hal ini
menunjukkan kinerja dari Badan Pengelola Pajak Dan Berikut adalah data kontribusi pajak bumi dan
Retribusi Daerah Kota Medan dalam melakukan bangunan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah
pemungutan atas PBB tidak maksimal. di Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota
Berdasarkan uraian hasil diatas maka diketahui Medan, yaitu:
penerimaan PBB menunjukkan bahwa pencapaian
realisasi masih belum mencapai target. Keadaan ini Tabel 2. Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak
menggambarkan perusahaan atau instansi dalam Bumi dan Bangunan Dalam Meningkatkan
melakukan sistem pengendalian intern pada Pendapatan Daerah
pelaksanaan pemungutan dalam penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan masih banyak terdapat
permasalahan-permasalahan yang secara tidak
langsung mempengaruhi penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan.
Hal ini terjadi karena prosedur sistem
pengendalian intern yang tidak berjalan dengan baik
yaitu kegiatan pengendalian dan pemantauan. Dalam Sumber : BPPRD
kegiatan pengendalian pada pendistribusian Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang Adapun pemberian nilai kontribusi secara lebih
diterbitkan oleh Badan Pengelola Pajak dan Retribusi rinci berdasarkan Depdagri, Kepmendagri No.
Daerah Kota Medan masih kurang menerapkan 690.900.327. 1996 tentang pedoman penilaian dan
kegiatan pengendalian yang benar dari pelaksanaan kinerja keuangan yang disusun dalam tabel berikut:
dokumentasi yang baik atas transaksi dari kejadian
penting. Tabel 3. Interpensi Kriteria Kontribusi

Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai 69
Upaya Peningkatan Pendapatan Daerah Kota Medan
Nur Fadillah, Sakdiah Bancin
Menurut Moeller (2007:4) menyatakan bahwa
pengendalian intern dapat dilihat sebagai proses yang
terintegrasi pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327. kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
1996 keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan yang dapat
Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat pada perencanaan dan pelaksanaan anggaran
dilihat bahwa kontribusi realisasi penerimaan pajak
bumi dan bangunan pada Badan Pengelola Pajak Dan Penilaian Risiko
Retribusi Daerah Kota Medan selama periode 2013- Pengendalian ditentukan berdasarkan risiko,
2017 dapat di katakan sedang. dimana risiko dikelola untuk menghindari kesalahan
Sistem Intern Pumungutan Pajak Bumi dan dan kecurangan yang berakibat misstatement terhadap
Bangunan Pada Bandan Pengola Pajak dan Retribusi hasil pemungutan pajak bumi dan bangunan. Namun
Daerah Kota Medan hal ini tidak terbatas pada risiko laporan keuangan,
Unsur Sistem Pengendalian Intern harus dapat pengendalian juga diterapkan untuk risiko lain.
berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan dan tolak Penilaian resiko yang dilakukan oleh
ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan Sistem pemerintah daerah agar penyajian informasi hasil
Pengendalian Intern. Pengembangan unsur Sistem pemungutan pajak bumi dan bangunan yang wajar dan
Pengendalian Intern perlu mempertimbangkan aspek tepat waktu. Selain itu pemerintah daerah telah
sumber daya manusia, kejelasan kriteria pengukuran mengenali dan mempelajari resiko-resiko yang ada,
efektivitas, dan perkembangan teknologi informasi. serta membentuk aktivitas-aktivitas pengendalian
yang diperlukan untuk menghadapi hal tersebut.
Lingkungan Pengendalian Resiko –resiko yang ada disebabkan oleh
Lingkungan pengendalian merupakan dasar faktor – faktor intern dan ekstern. Resiko dapat timbul
yang utama. Di dalam lingkungan ini tercermin pada oleh keadaan sebagai berikut : Perubahan
sikap dan tindakan manajemen mengenai Lingkungan, Pegawai Baru, Teknologi Baru
pengendalian instansi. Lingkungan pengendalian erat
hubungannya dengan pelaksanaan operasional, yaitu Aktivitas Pengendalian
para pegawai yang melaksanakan kegiatan instansi. Kegiatan pengendalian merupakan kebijakan
Sehingga secara langsung akan menentukan corak dan prosedur yang membantu memberikan arahan
organisasi yang akan memepengaruhi kesadaran manajemen telah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian
mengendalikan pegawainnya yang terdiri dari : Nilai ini diadakan dengan maksud mengawasi dan
integritas dan etika Komitmen terhadap kopetensi memberikan kepastian setiap tindakan yang dilakukan
Kepemimpinan yang kondusif, Memiliki struktur, dalam sistem pemungutan pajak bumi dan bangunan.
Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung Aktivitas pengendalian (control activities)
jawab, Penyusunan dan penerapan kebijakan yang terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirasakan
sehat tentang pembinaan SDM Pada badan pengelola bahwa diperlunya tindakan untuk meredam risiko
pajak dan retribusi daerah kota Medan memilki dalam upaya pencapaian keseluruhan tujuan secara
program- program pelatihan kepada para pegawainya, umum . unsur – unsur aktivitas pengendalian sebagai
dan pemberian sanksi tegas atas pelanggaran aturan berikut :
oleh pegawainya. Perwujudan peran aparat 1. Pelaksanaan Review
pengawasan intern yang efektif Kegiatan pengendalian dilakukan dengan
Dapat disimpulkan bahwa SPI ( Sstem mengadakan perbandingan antara penampilan
Pengendalian Intern) pada badan p[engelola pajak dan kerja actual dengan target atau sasaran yang telah
retribusi daerah kota Medan. cukup baik karna ditetapkan. Tinjauan ulang atas pelaksanaan kerja
memiliki tata cara dan prosedur seperti. Nilai ini biasanya dilakukan oleh Kepala Dinas
integritas dan etika Komitmen terhadap kompetensi terhadap bagian – bagian yang terdapat didalam
Kepemimpinan yang kondusif Memilki struktur instansi. Jika terjadi penyimpanagn maka akan
organisasi , Pembagian wewenang dan pembebanan dilakukan tindakan koreksi.
tanggung jawab, Penyusunan dan penerapn kebijakan 2. Pengendalian Fisik
yang sehat tentanh SDM Pengendalian fisik ini terdiri dari prosedur –
Menurut Siti dan Ely (2010:312) “ prosedur pengamana atas kekayaan dan catatan
pengendalian intern adalah suatu proses yang instansi. Kegiatan pengendalian fisik ini
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dilaksanakan untuk menjaga asset dari perbedaan
personel laimmya dalam suatu entitas yang dirancang perhitungan fisik dan menghindari adanya
untuk meberikan keyakinan memadai tentang penyelewengan.
pencapaian tujuan perusahaan”

70 Jurnal Pembangunan Perkotaan 8 (1) (2020) : 63-73


3. Pengendalian terhadap kolektibilitas dan pajak informasi yang baik, panduan kebijakan yang
bumi dan bangunan tercantum pada peraturan badan pengelola pajak dan
Penagihan pajak bumi dan bangunan dilakukan retribusi kota Medan dan laporan keuangan yang
oleh caller pada saat saldo berjalan dan menjelang disusun secara periodic. Unsur – unsure dari informasi
jatuh tempo, baik melalui telepon, surat tagihan dan komunikasi adalah sebagai berikut.
(surat menyurat) maupun mendatangi secara 1. Menyusun dan mencatat semua transaksi yang sah
langsung. Untuk pembayaran dengan bilyet giro Bagian akuntasi telah menyusun dan mencatat
atau cek maupun transfer langsung ke rekening semua transaksi yang sah. Transaksi tersebut sa
instansi sesuia dengan kesepakatan awak dan karena bukti – bukti pendukungnya telah
sesuai diskon yang dipilih. Biasanya untuk biro diotorisasi serta sesuai dengan jangka waktu
rekalme/ agency advertising yang baru Menjadi terjadinya transaksi yang boleh dicatat. Kemudian
rekanan dan pemasang langsung atau advertiser hasil pekerjaannya diperiksa oleh Kepala Dinas
diminta untuk membayar tagihan secara tunai atau Akuntansi dan Keuangan, sehingga menghasilkan
bilyet giro terlampir sebelum terbit / ditayangkan. informasi yang memadai dan tepat waktu.
Meskipun demikian, masih juga terdapat Informasi yang memadai dan teapt waktu.
pembayaran yang dilakukan kemudian hari Informasi tersebut membantu pelaksanaan
dengan perjanjian – perjanjian tertentu dengan pengendalian intern dan instansi dan proses
pihak badan pengelola pajak dan retribusi daerah pengambilan keputusan oleh Direktur.
kota Medan. 2. Pengkalsifikasian transaksi keuangan
4. Pemisahan Tugas Bagian akuntasi selalu mencantumkan tanggal,
Tujuan utama pemisahan tugas adaalah untuk bulan, dan tahun pada saat transaksi tersebut
menghindari timbulnya kesalahan-kesalahan yang terjadi dan mengklasifikasian transaksi tersebut
disengaja atau tidak dalam mengotorisasi kedalam pos – pos sesuai dengan rekeningnya dan
transaksi, mencatat transaksi, dan pemeliharaan membantu dalam menyusun laporan keuangan.
asset. Struktur organisasi badan pengelola pajak Dengan demikian yang diberikan oleh Bagian
dan retribusi daerah kota Medan mencerminkan Akuntansi tersebut mudah dimengerti oleh yang
pemisahan tugas yang jeals seperti dibawah ini : membutuhkannya.
a. Fungsi Otorisasi 3. Komunikasi
Wewenang otorisasi ada pada bagian Komunikasi dalam instansi baik secara lisan yang
pemberian kredit, penetuan besarnya diskon. berupa tindakan yang dilakukan manajemen
Hal tersebut sekaligus sebagai pengendalian maupun tulisan yang berupa laporan
terhadap harga, untuk menghindari rusaknya pertanggungjawaban telah berlangsung dengan
harga. baik, terutama yang berhubungan dengan kas,
b. Fungsi pengawasan sehingga dapat mempermudah pengendalian
Umumnya fungsi ini dilaksanakan oleh intern di badan pemngelola pajak dan retribusi
masing – masing bagian yang bersangkutan, daerah kota Medan. Kasir selalu meminta
terutama Kepala Dinas. Misalnya untuk persetujuan dari Bagian Keuangan dalam
pengawasan penagihan pajak dilakukan oleh mengeluarkan uang. Kemudian keuangan
head collector, account executive oleh memeriksa bukti – bukti transaksi dengan uang
coordinator Account executive, dan lain yang ada dan membuat laporan kepada Kepala
sebagainya. Dinas Akuntansi dan Keuangan. Selanjutnya
c. Fungsi Pencatatan Kepala Dinas Akuntansi dan Keuangan
Fungsi ini mencatat transaksi – transaksi mempertanggungjawabkan kepala Direktur.
yang terjadi dalam instansi yang dapat
mengubah struktur kekayaan instansi, baik Pemantauan
penerimaan maupun pengeluaran kas. Fungsi Bagi badan pengelola pajak dan retribusi
ini dilaksanakan oleh Bagian Akuntansi. daerah kota Medan pemantauan dilakukan untuk
d. Fungsi Penyimpanan mengoptimalkan penerimaan daerah. Pemantaun
Bagias kas melakukan kegiatan menyimpan dilaksanakan oleh petugas pengawasan khusus pada
uang yang ada didalam instansi. Bagian seksi pendataan, pendaftaran, penetapan dan
penyimpanan ini melakukan penerimaan penagihan bidang pendapatan daerah, petugas tersebut
uang untuk keperluan operasional. Fungsi diberikan tanggung jawab dalam bentuk melakukan
penyimpanan ini dilakukan oleh kasir. pegawasan dimana pegawai ditunjuk langsung untuk
memantau kepelaku-pelaku usaha dalam membayar
pajak, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan
daerah dan juga pengendalian internal pajak daerah
Informasi dan Komunikasi sangat diberlakukan oleh pihak badan pengelola pajak
Untuk mencapai pengendalian intern yang dan retribusi daerah kota Medan agar supaya
efektif, maka informasi dan komunikasi harus berjalan mengoptimalkan penerimaan daerah, khususnya dalam
dengan baik. Diantaranya dengan pencatatan pemungutan pajak bumi dan bangunan

Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai 71
Upaya Peningkatan Pendapatan Daerah Kota Medan
Nur Fadillah, Sakdiah Bancin
Ada juga penegasan yang diberikan agar tidak Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Upaya
terjadinya pelanggaran yang dilakukan wajib pajak. Peningkatan Pendapatan Daerah Kota Medan adalah
Adanya audit eksternal yaitu BPK (Badan Pemeriksa sistem Pengendalian Intern Pemungutan Pajak Bumi
Keuangan) selaku pihak yang berkewajiban dan Bangunan pada Badan Pengelola Pajak dan
melakukan pengawasan dan pemeriksaan untuk Retribusi Daerah Kota Medan cukup baik. Sistem
memantau perkembangan badan pengelola pajak dan Pengendalian Intern Pemungutan Pajak Bumi dan
retribusi daerah kota Medan serta memastikan Bangunan Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan
pelaksanaan aktivitas setiap bagian terutama Daerah Kota Medan masih katagori sedang hal ini
penerimaan pajak dilaksanakan sesuai dengan sistem sistem pengendalian intern pemungutan pajak bumi
dan prosedur yang berlaku. Dalam hal ini badan dan bangunan belum dijalankan dengan baik sehingga
pengelola pajak dan retribusi daerah kota Medan telah realisasi pajak bumi dan bangunan belum efektif dan
melaksanakan pemantauan dengan baik. belum mencapai target yang telah ditentukan.
Menurut Sinamo (2010: 24) mengartikan Dalam upaya mensukseskan penerimaan pajak
pemantauan sebagai proses menilai kualitas kinerja bumi dan bangunan pada Badan pengelola pajak dan
pengendalian intern dalam suatu periode tertentu yang retrbusi daerah Kota Medan pada tahun yang akan
mencakup penilaian design, operasi pengendalian, dan datang penulis memberikan saran sebagai berikut:
melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan Diharapkan badan pengelola pajak dan retribusi
melalui pemantauan berkelanjutan evaluasi terpisah, daerah kota medan menuangkan staandar oprasional
dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit. prosedur dalam pengawasan, agar kedisiplinan para
pegawai dapat terjaga, lebih memusatkan titik- titik
Sistem Pengendalian Intern Pemungutan Pajak pengawasan yang strategis agar informasi yang
Bumi dan Bangunan Sebagai Upaya Peningkatan diterima oleh obyektif dan menghasilkan pengawasan
Pendapatan Daerah Kota Medan yang efektif. Sebaiknya badan pengelola pajak dan
Berdasarkan tabel sebelumnya data kontribusi retribusi daerah kota medan melakukan
realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan menandatangani atas setiap penerimaan atas
sebagai upaya peningkatan pendapatan daerah. pemungutan pajak bumi dan bangunan guna
Kontribusi yang diberikan pajak bumi dan bangunan memperkecil kecurangan yang terjadi dimasa yang
tergolong sedang. Pada tahun 2013 kontribusi yang akan datang. Kualitas sumber daya manusia (SDM)
diberikan oleh pajak bumi dan bangunan sebesar pengawai perlu ditingkatkan lagi, agar dalam proses
26.53%. Pada tahun 2014 kontribusi yang diberikan pelaksanaan penerimaan pajak bumi dan bangunan
oleh pajak bumi dan bangunan meningkat menjadi dapat berjalan dengan baik. Untuk peneliti selanjutnya
sebesar 29.94% dan pada tahun 2015 kontribusi yang hendaknya menambah waktu penelitian dalam
diberikan oleh pajak bumi dan bangunan mengalami menganalisis Sistem Pengendalian Intern Pemungutan
kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi 30.14% pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Upaya
tahun 2016 menurun menjadi 29.48% dan pada tahun Peningkatan Pendapatan Daerah supaya memperoleh
2017 menurun dari tahun sebelumnya menjadi hasil yang lebih maksimal
26.65%.
Hal ini menunjukkan bahwa Sistem
Pengendalian Intern Pemungutan Pajak Bumi dan DAFTAR PUSTAKA
Bangunan Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Abdul Halim. Muhammad Syam Kusufi (2013).
Daerah Kota Medan masih katagori sedang hal ini Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 4. Jakarta :
sistem pengendalian intern pemungutan pajak bumi Salemba Empat.
dan bangunan belum dijalankan dengan baik sehingga Abimanyu. (2015). Analisis Pengaruh Dana Alokasi
realisasi pajak bumi dan bangunan belum efektif, hal Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap
ini terlihat dari realisasi penerimaan pajak bumi dan Prediksi Belanja Daerah: Studi Empirik di
bangunan belum mencapai target yang telah di Wilayah Provinsi Jawa Tengah & DIY. JAAI,
tentukan dimana tingkat realisasi penerimaannya Vol. 08, No. 2, pp.416-424.
belum mencapai 100%. Adhitiya Wardhono (2012). “Kajian Pemetaan Dan
Tingginya target penerimaan Pendapatan Optimalisasi Potensi Pajak Dalam Rangka
Daerah yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
membuat pihak Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Di Kabupaten JEMBER. Jurnal Ilmu Ekonomi.
Daerah Kota Medan melakukan berbagai macam 1 (3). 358-399
upaya, salah satunya dengan meningkatkan Azhari Aziz Samudra (2015). Perpajakan Indonesia.
penerimaan pajak bumi dan bangunan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Dita (2014). Evaluasi Sistem dan Prosedur
KESIMPULAN Pemungutan Pajak Hotel dalam Upaya
Berdasarkan penelitian serta hasil analisis yang Mendukung Pengendalian Intern (Dispenda
penulis uraikan pada bab sebelumnya, maka penulis Malang).
akan mencoba untuk menarik kesimpulan mengenai Elvi Syahria Maznawaty, Ventj Ilat, Inggriani Elim
Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemungutan (2015). “Analisis Penerimaan Pajak Daerah

72 Jurnal Pembangunan Perkotaan 8 (1) (2020) : 63-73


Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
Provinsi Maluku Utara”. Jurnal Ilmuah
Ekonomi. 2 (2) : 78-92.
Firman Hadi Kusumo (2012). “ Analisis Potensi Dana
Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah“, jurnal
perpajakan Universitas Malang.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2011. Standar Akuntansi
Keuangan. PSAK. Cetakan Keempat, Buku
Satu, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Mahmudi (2010). Analisis Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Yogyakarta.Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen
Mardiasmo (2013). Perpajakan Edisi Revisi 2011,
Yogyakarta: Andi
Melti (2015) Analisis Sistem Pengendalian Intern
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di
Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu
Nurhayati (2015). “Analisis Potensi Pajak Daerah
Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Roka Hulu”. Jurnal Ilmiah Cano
Econom. 2 (4) : 97-108.
Peraturan Daerah Kota Medan No.7 Tahun 2011.
Tentang Pajak Hiburan.
Peraturan Wali Kota Medan No. 35 Tahun 2011.
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kota Medan No. 7 Tahun
2011 Tentang Pajak Hiburan.
Peraturan Daerah Kota Medan No.12 Tahun 2003.
Tentang Pajak Daerah Kota Medan.
Periantara Diaz (2013). Perpajakan Indonesia Edisi 2
Revisi. Mitra Wicana Media
Priska (2015) Analisi Sistem Pengendalian Intern
Peneriman Pajak Daerah di Kabupaten
Halmahera Utara
Rahayu Siti Kurnia, (2010) .Perpajakan Indonesia :
Konsep dan Aspek Formal, Yogyakarta : Graha
Ilmu
Suandy Erly (2009). Hukum Pajak. Edisi 4. Penerbit
Salemba Empat. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.

Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai 73
Upaya Peningkatan Pendapatan Daerah Kota Medan
Nur Fadillah, Sakdiah Bancin

Anda mungkin juga menyukai