Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI PENGENDALIAN INTERN ATAS SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN


(STUDI PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
KABUPATEN MALANG)
Donny Febrianto
Kertahadi
Siti Ragil Handayani
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai sistem pemungutan pajak bumi dan
bangunan perdesaan dan perkotaan dan untuk mengevaluasi pengendalian intern dari sistem pemungutan
pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kabupaten Malang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan
hasil analisis dari penelitian ini dapat diketahui bahwa sistem pemungutan pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Malang
terdapat tiga cara yaitu melalui petugas pemungut, melalui tempat pembayaran dan melalui bank. Sedangkan
sistem dan prosedur penyampaian dan pendistribusian SPPT terdapat dua cara yaitu di bawah RP500.000,00
dan di atas Rp500.000,00. Dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kekurangan yang belum
menunjukkan pengendalian intern yang baik yaitu masih kurangnya pengawasan terhadap petugas
pemungut. Formulir yang digunakan masih terdapat kekurangan seperti belum adanya surat tanda terima
penerimaan SPPT oleh Wajib pajak.
Kata Kunci: Sistem, Pengendalian Intern, Pemungutan, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan

PENDAHULUAN pemerintah daerah mempunyai kewenangan


Perkembangan ekonomi di negara-negara yang sendiri untuk menggali sumber penerimaan yang
sedang berkembang seperti Negara Indonesia dapat diperolehnya. Munculnya Peraturan
menuntut pemerintah untuk menciptakan suatu Bersama yang dikeluarkan oleh Menteri
sistem pemerintahan yang baik. Sistem Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
pemerintahan yang baik ini digunakan untuk 213/PMK.07/2010 Nomor 58 Tahun 2010 tentang
mendorong pembangunan nasional dalam Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan
berbagai bidang. Tujuan dari pembangunan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak
nasional adalah untuk mensejahterakan dan Daerah maka wewenang pemungutan Pajak Bumi
meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia Bangunan Perdesaan dan Perkotaan tidak lagi ada
sendiri. Pelaksanaan pembangunan nasional pada pemerintah pusat melainkan ada pada
memerlukan biaya yang tidak sedikit. Pemerintah pemerintah daerah
pun mencari berbagai sumber penerimaan kas Proses pemindahan wewenang pemungutan
Negara untuk digunakan membiayai kebutuhan- pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan perkotaan dari Pemerintah Pusat kepada
nasional. Ada beberapa sumber penerimaan kas Pemerintah Daerah memerlukan persiapan.
Negara salah satunya adalah penerimaan kas Persiapan tersebut perlu dilakukan dengan baik
Negara yang bersumber dari pajak. agar penanganan dan pengelolaan dalam
Pajak merupakan pungutan wajib yang pelaksanaan pemungutan pajak tersebut bisa
dikenakan kepada Wajib Pajak yang dapat berjalan dengan lancar. Diperlukan evaluasi
dipaksakan. Munculnya Undang-Undang mengenai sistem pemungutan pajak bumi dan
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 bangunan perdesaan dan perkotaan untuk
tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang mengukur seberapa baik sistem yang telah
Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 dijalankan saat ini agar pada saat pajak bumi dan
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah bangunan perdesaan dan perkotaan sepenuhnya
Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan awal ditangani oleh Kabupaten Malang sudah lebih
munculnya otonomi daerah. Dengan begitu baik dari sebelumnya.

1
Semakin besarnya penerimaan yang di peroleh relevan untuk pengambilan keputusan kepada
dari pajak bumi dan bangunan perdesaan dan pihak-pihak luar (seperti inspeksi pajak, investor,
perkotaan ini pengendalian intern dari sistem dan kreditur) dan pihak-pihak dalam (terutama
pemungutan pajak bumi dan bangunan perdesaan manajemen) (Moscove dalam Baridwan, 2012:4).
dan perkotaan harus ditingkatkan guna Tujuan Sistem Akuntansi
mengurangi terjadinya kecurangan yang dapat Tujuan sistem akuntansi adalah sebagai
terjadi. Pengendalian intern dalam sistem berikut:
pemungutan pajak bumi dan bangunan perdesaan 1. Untuk menyediakan informasi bagi
dan perkotaan ini menjadi penting karena dengan pengelolaan kegiatan usaha baru.
adanya pengendalian intern yang baik dapat 2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan
memberikan jaminan pada jumlah pemungutan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai
yang benar dan terhindarnya dari manipulasi mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur
terhadap hasil pemungutan pajak itu sendiri. informasinya.
Pengendalian intern sendiri bertujuan untuk 3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi
mengukur, mengawasi dan mengarahkan sumber dan pengecekan intern, yaitu untuk
daya yang ada dalam suatu organisasi agar tujuan memperbaiki tingkat keandalan (reliability)
organisasi dapat tercapai. Pengendalian intern informasi akuntansi dan untuk menyediakan
dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan catatan lengkap mengenai pertanggung
perdesaan dan perkotaan ini berperan penting jawaban dan perlindungan kekayaan
sebagai sarana evaluasi terhadap sistem dan perusahaan.
prosedur yang telah ada sudah sesuai dengan 4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam
kebijakan yang telah ditetapkan dan tidak terjadi penyelenggaraan catatan akuntansi. (Mulyadi,
kecurangan yang dapat merugikan bagi organisasi. 2001: 19-20)
Dengan adanya pengendalian intern yang baik Unsur-Unsur Sistem Akuntansi
diharapkan dapat mengurangi dan mencegah Sistem akuntansi utama terdiri dari empat
terjadinya kesalahan dan penyelewengan yang ada unsur, antara lain:
dalam suatu organisasi. 1. Klasifikasi rekening adalah penggolongan
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti rekening-rekening yang digunakan dalam
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sistem akuntansi.
sistem pemungutan pajak dengan judul “Evaluasi 2. Buku besar dan buku pembantu, buku besar
Pengendalian Intern Atas Sistem Pemungutan berisi rekening-rekening neraca dan laba rugi
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan yang digunakan dalam sistem akuntansi. Buku
Perkotaan (Studi Pada Dinas Pendapatan pembantu berisi rekening-rekening yang
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten merupakan rincian dari suatu rekening buku
Malang)”. besar.
3. Jurnal adalah catatan transaksi pertama kali
KAJIAN PUSTAKA (books of original entry).
Pengertian Sistem dan Prosedur 4. Bukti transaksi merupakan formulir yang
Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang digunakan untuk mencatat transaksi pada saat
dibuat menurut pola yang terpadu untuk teradinya (data recording) sehingga menjadi
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. bukti tertulis dari transaksi yang terjadi seperti
Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, faktur penjualan, bukti kas keluar dan lain-
biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu lain. (Baridwan, 2012: 6-7)
departemen atau lebih, yang dibuat untuk Faktor-Faktor dalam Penyusunan Sistem
menjamin penanganan secara seragam transaksi Akuntansi
perusahaan yang terjadi berulang-ulang. (Mulyadi, Menurut Baridwan (2012: 7) dalam melakukan
2010:05) penyusunan sistem akuntansi, perusahaan perlu
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini
Sistem informasi akuntansi adalah suatu 1. Sistem akuntansi yang disusun itu harus
komponen organisasi yang mengumpulkan, memenuhi prinsip cepat yaitu bahwa sistem
menggolongkan, mengolah, menganalisa, dan akuntansi harus mampu menyediakan
mengkomunikasikan informasi keuangan yang informasi yang diperlukan tepat pada

2
waktunya, dapat memenuhi kebutuhan, dan 3. Penghitungan saldo kas yang ada di tangan
dengan kualitas yang sesuai. fungsi kas secara periodik dan secara
2. Sistem akuntansi yang disusun itu harus mendadak oleh fungsi pemeriksa internal.
memenuhi prinsip aman yang berarti bahwa 4. Bukti kas keluar harus dilampiri dengan
sistem akuntansi harus dapat membantu dokumen pendukung yang lengkap dan sah.
menjaga keamanan harta milik perusahaan. 5. Setiap pencatatan ke register bukti kas keluar
Untuk dapat menjaga keamanan harta milik harus didukung dengan bukti kas keluar yang
perusahaan maka sistem akuntasni harus dilampiri dokumen pendukung yang lengkap.
disusun dengan mempertimbangkan prinsip- 6. Pengecekan secara independen posting ke
prinsip pengawasan intern. dalam buku pembantu penerimaan atau
3. Sistem akuntansi yang disusun itu harus pengeluaran kas dengan akun kontrolnya di
memenuhi prinsip murah yang berarti bahwa buku besar.
biaya untuk menyelenggarakan sistem 7. Pertanggungjawaban secara periodik semua
akuntansi itu harus dapat ditekan sehingga formulir bernomor urut tercetak.
relative tidak mahal, dengan kata lain, 8. Panduan rekening dan review terhadap
dipertimbangkan cost dan benefit dalam pemberian kode rekening.
menghasilkan suatu informasi. 9. Review kinerja secara periodik. (Bastian dan
Sistem Akuntansi Kas Soepriyanto, 2003:59)
Sistem akuntansi kas terbagi menjadi dua Unit yang Terkait dalam Prosedur Penerimaan
bagian yaitu prosedur penerimaan atau penyetoran dan Penyetoran Kas untuk Bagian Sistem
kas dan prosedur pengeluaran kas. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan Lain-
Prosedur penerimaan atau penyetoran kas Lain Pendapatan yang Sah
merupakan prosedur yang digunakan untuk Menurut Bastian dan Soepriyanto (2003: 60)
menangani transaksi penerimaan kas dari pihak Unit yang Terkait dalam prosedur penerimaan dan
eksternal di unit kerja dan penyetoran kas dari unit penyetoran kas untuk bagian sistem penerimaan
kerja ke Kas Daerah (Kasda). Penerimaan kas ini pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan
berasal dari: yang sah adalah sebagai berikut:
1. Dana non-perimbangan yang di dalamnya 1. Pembantu Pemegang Kas (PPK) setiap unit
terdiri atas: kerja. Pembantu Pemegang Kas ini berada pada
a. Pajak daerah setiap unit kerja yang berfungsi sebagai
b. Retribusi daerah penerimaan pembayaran dan sebagai penyetor
c. Penerimaan lain-lain pendapatan asli kepada Pemegang Kas (Pemegang Kas Khusus
daerah Penerima/BKP).
2. Dana perimbangan yang di dalamnya 2. Pemegang Kas setiap unit kerja. Bagian ini
terdiri atas: berfungsi sebagai menerima penyetoran dari
a. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak setiap pembantu pemegang kas yang berada
b. Dana Alokasi Umum (DAU) pada unit kerjanya yang kemudian penerimaan
c. Dana Alokasi Khusus (DAK) tersebut disetorkan kepada rekening kas
d. Dana Darurat (DD) daerah.
e. Pajak Bahan Bakar Kendaraan 3. Bank berfungsi sebagai penerima setoran dan
Bermotor (PBBKB). (Bastian dan dokumen dari pemegang kas dan menkredit
Soepriyanto, 2003:59) rekening kas daerah serta mengirimkan
Aktivitas Pengendalian rekening koran kepada kas daerah.
Aktivitas pengendalian dalam fungsi penagihan 4. Kas Daerah (Kasda)
atau pemungutan pendapatan harus terpisah dari Berfungsi sebagai penerima setoran kas
fungsi (penyimpan uang).: (rekening koran) dari pembantu pemegang kas
1. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi setiap unit kerja melalui bank.
(pencatat).
2. Jumlah kas yang diterima dari proses
pendapatan harus disetor seluruhnya ke Kas
Daerah dalam tempo 1x24 jam dalam hari yang
sama saat penerimaan.

3
Unit yang Terkait dalam Prosedur Penerimaan Pengertian Pengendalian Intern
dan Penyetoran Kas untuk Bagian Sistem Pengendalian intern meliputi struktur
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan Lain- organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
Lain Pendapatan yang Sah dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
Menurut Bastian dan Soepriyanto (2003:61) organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan
unit yang terkait dalam prosedur penerimaan dan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
penyetoran kas untuk bagian sistem penerimaan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
dana perimbangan adalah sebagai berikut : (Mulyadi, 2010:163).
1. Bank berfungsi untuk menerima transfer dari TujuanPengendalian Intern
kantor perbendaharaan dan kas negara, Menurut Mulyadi (2010: 163) tujuan
mengkredit rekening kas daerah dan mengirim pengendalian intern adalah sebagai berikut:
rekening koran ke kas daerah. a. Menjaga kekayaan organisasi
2. Biro/ bagian keuangan. Berfungsi untuk b. Mengecek ketelitian dan keandalan data
mengajukan Surat Permintaan Pembayaran akuntansi
(SPP) kepada kantor perbendaharaan dan kas c. Mendorong efisiensi
negara. d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
3. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara Unsur Pengendalian Intern
(KPKN). Bagian ini berfungsi untuk Terdapat beberapa unsur dalam pengendalian
menerbitkan Surat Perintah Membayar kepada intern, unsur-unsur tersebut adalah sebagai
bank untuk melakukan transfer ke rekening kas berikut:
daerah pada bank yang telah ditunjuk oleh kas a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung
daerah. jawab fungsional secara tegas.
4. Kas Daerah (Kasda). Pada bagian ini berfungsi b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan
untuk menerima setoran kas (rekening koran) yang memberikan perlindungan yang cukup
dari kantor perbendaharaan dan kas negara terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan
melalui bank. biaya.
Dokumen dan Formulir yang digunakan dalam c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas
Prosedur Penerimaan dan Penyetoran Kas dan fungsi setiap unit organisasi.
untuk Bagian Sistem Penerimaan Pendapatan d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan
Asli Daerah dan Lain-Lain Pendapatan yang tanggung jawabnya. (Mulyadi, 2010: 164)
Sah Keterbatasan Pengendalian Intern
Menurut Bastian dan Soepriyanto (2003:62) Menurut Sunarto dalam En, Suryandi, dan
Dokumen dan Formulir yang digunakan adalah Adelyna (2011), pengendalian intern hanya dapat
sebagai berikut: memberikan keyakinan memadai bagi manajemen
1. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). dan dewan komisaris sehubungan dengan tujuan
2. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD). perusahaan. Alasannya adalah karena keterbatasan
3. Tanda Bukti Penerimaan. bawaan pada setiap pengendalian intern berikut:
4. Surat Tanda Setoran (STS). 1. Kesalahan dalam pertimbangan. Manajemen
5. Slip Setoran. dan personel lainnya seringkali melakukakan
6. Rekapitulasi Penerimaan Harian (RPH) pertimbangan yang kurang matang dalam
Pemegang Kas. pengambilan keputusan bisnis atau dalam
7. Rekap RPH Pemegang Kas. melakukan tugas-tugas rutin karena
Dokumen dan Formulir yang digunakan dalam kekurangan informasi, keterbatasan waktu, atau
Prosedur Penerimaan dan Penyetoran Kas penyebab lainnya.
untuk Bagian Bagian Sistem Penerimaan Dana 2. Kemacetan. Kemacetan pada pengendalian
Perimbangan yang telah berjalan bisa terjadi karena petugas
Menurut Bastian dan Soepriyanto (2003:62) salah mengerti dalam instruksi atau melakukan
Dokumen dan Formulir yang digunakan adalah kesalahan karena kecerobohan, kebingungan,
sebagai berikut: atau kelelahan. Perpindahan personel
1. Surat Permintaan Pembayaran (SPP). sementara/tetap, atau perubahan sistem atau
2. Surat Perintah Membayar (SPM). prosedur, bisa juga mengakibatkan kemacetan.
3. Rekening Koran (RC).

4
3. Kolusi. Kolusi atau persengkongkolan yang 2. Berdasarkan pemungut pajak. Berdasarkan
dilakukan oleh seorang pegawai dengan pemungutnya, pajak dibedakan menjadi dua
pegawai lainnya, atau dengan pelanggan atau yaitu:
pemasok, bisa tidak terdeteksi oleh struktur a. Pajak pusat dalah pajak yang dipungut
pengendalian lain. oleh pemerintah pusat dan berfungsi untuk
4. Pelanggaran oleh manajemen. Manajemen bisa mengisi budget (anggaran) Negara dan
melakukan pelanggaran atas mengatur kebijakan ekonomi dan sosial.
kebijakan/prosedur-prosedur untuk tujuan- b. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut
tujuan tidak sah, seperti keuntungan pribadi, oleh pemerintah daerah dan digunakan
atau membuat laporan keuangan menjadi untuk membiayai pengeluaran daerah.
tampak baik. 3. Berdasarkan golongan pajak
5. Biaya dan manfaat. Biaya penyelenggaraan a. Pajak langsung adalah pajak yang
suatu struktur pengendalian intern seyogyanya pembebanannya tidak dapat dilimpahkan
tidak melebihi manfaat yang akan diperoleh kepada pihak lain, tetapi harus menjadi
dari penerapan pengendalian intern tersebut. beban langsung wajib pajak.
Pengertian Pajak b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan pembebanannya tidak dapat dibebankan
sebagian dari kekayaan ke kas negara yang kepada pihak lain.
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan 4. Menurut sifatnya
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, a. Pajak subyektif adalah pajak yang
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan berpangkal atau berdasarkan pada subyek
yang ditetapkan pemerintah serta dapat yang selanjutnya dicari syarat obyektifnya,
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal-balik dari dalam arti memerhatikan keadaan wajib
negara secara langsung, untuk memelihara pajak.
kesejahteraan secara umum (S.I. Djajadiningrat b. Pajak obyektif adalah pajak yang
dalam Resmi , 2005: 1). memerhatikan obyeknya tanpa
Pengelompokkan Pajak memerhatikan keadaan subyek pajak.
Menurut Setyawan dan Suprapti (2006:5-7) Syarat Pemungutan Pajak
pajak dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa Menurut Mardiasmo (2011:2) agar pemungutan
hal berikut ini pajak tidak menimbulkan hambatan atau
1. Berdasarkan muatan hukum. Muatan hukum perlawanan, maka pemungutan pajak harus
pajak atau undang-undang perpajakan memiliki memenuhi syarat sebagai berikut:
dua jenis hukum yaitu hukumpajak material 1. Pemungutan pajak harus adil (syarat
dan hukum pajak formal. keadilan). Sesuai dengan tujuan hukum, yakni
a. Hukum pajak material adalah hukum pajak mencapai keadilan, undang-undang dan
yang memuat norma atau aturan yang pelaksanaan pemungutan harus adil.
menjelaskan tentang perbuatan dan 2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-
peristiwa hukum yang dikenakan pajak, undang (syarat yuridis). Di Indonesia, pajak
seperti apa saja yang dikenakan pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal
(objek pajak), siapa yang dikenakan pajak ini memberikan jaminan hukum untuk
(subyek pajak), batas waktu pembayaran menyatakan keadilan, baik bagi Negara
pajak, jumlah pajak harus dibayar, dan maupun warganya.
hapusnya utang pajak. 3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat
b. Hukum pajak formal adalah hukum pajak ekonomis). Pemungutan tidak boleh
yang mengatur tentang bagaimana hukum mengganggu kelancaran kegiatan produksi
pajak material bisa dilaksanakan. Dalam maupun perdagangan, sehingga tidak
hukum pajak formal memuat tentang, (1) menimbulkan kelesuan perekonomian
tata cara penetapan utang pajak, (2) masyarakat.
kewajiban dan hak wajib pajak dan 4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat
pemungut pajak (pemerintah), (3) sanksi- finansiil). Sesuai fungsi budgetair, biaya
sanksi wajib pajak dan pihak pemungut pemungutan pajak harus dapat ditekan
pajak.

5
sehingga lebih rendah dari hasil Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
pemungutannya. Perdesaan Perkotaan
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana. Menurut Prawoto (2011:43) Pajak Bumi dan
Sistem pemungutan yang sederhana akan Bangunan Perdesaan Perkotaan adalah pajak atas
memudahkan dan mendorong masyarakat bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau
Stelsel Pemungutan Pajak badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
Menurut Rosdiana (2005:111-112) stelsel kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan
pemungutan pajak dibagi menjadi tiga yaitu pertambangan.
sebagai berikut: Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
1. Sistem Nyata. Sistem nyata mendasarkan Perkotaan
pengenaan pajak pada penghasilan yang Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Malang
sungguh-sungguh diperoleh dalam setiap Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah
tahun pajak. menyebutkan bahwa yang menjadi wajib pajak
2. Sistem Fiktif (Anggapan). Sistem fiktif dari Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
bekerja dengan suatu anggapan. Ada kalanya Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang
penghasilan wajib pajak dianggap sama secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi
besarnya dengan penghasilan sesungguhnya dan/atau memperoleh manfaat atas bumi,
dalam tahun yang baru berlalu dengan sama dan/atau, memiliki, menguasai, dan/atau
sekali tidak terpengaruh oleh besarnya memperoleh manfaat atas bangunan.
penghasilan yang sesungguhnya diperoleh Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dalam tahun yang sedang berjalan itu (yang Perkotaan
baru akandipakai sebagai dasar penetapan Objek pajak dari pajak bumi dan bangunan
untuk tahun yang akan datang). perdesaan perkotaan Peraturan Daerah Kabupaten
3. Sistem Campuran. Sistem campuran Malang Nomor 8 Tahun 2010 tentang pajak
mendasarkan pengenaan pajaknya atas kedua daerah adalah bumi dan/atau bangunan yang
stelsel tersebut di atas. dimiliki,dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh
Sistem Pemungutan Pajak orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
Menurut Setywan dan Suprapti (2006:8-9) digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
sistem pemungutan pajak dibagi menjadi tiga perhutanan, dan pertambangan.
yaitu Sedangkan yang tidak termasuk dalam objek
a. Official Assesstment System (Sistem pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan
Perhitungan oleh Negara). Sistem ini menurut pasal 77 ayat (3) Undang-undang Pajak
memberikan wewenang kepada negara Daerah Retribusi Daerah dalam Saidi (2011:104)
(pemungut pajak) untuk melakukan adalah sebagai berikut:
perhitungan besarnya pajak yang terutang a. Digunakan oleh pemerintah dan daerah untuk
oleh rakyat. penyelenggaraan pemerintahan
b. Self Assesstment System (Sistem Perhitungan b. Digunakan semata-mata untuk melayani
Pajak oleh Rakyat). Dalam sistem ini wajib kepentingan umum di bidang ibadah, sosial,
pajak diberi wewenang untuk menghitung, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan
membayar, dan melaporkan pajak yang nasioanal yang tidak dimaksudkan untuk
terutang atau yang harus dibayar, artinya memperoleh keuntungan
rakyat dituntut aktif memahami dan mengerti c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan
sistem pelaksanaan undang-undang purbakal, atau yang sejenis dengan itu
perpajakan. d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam,
c. With Holding System (Sistem Perhitungan hutan wisata, taman nasional, tanah
Pajak oleh Lembaga yang Ditunjuk oleh pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dari
Negara). Sistem ini memberikan wewenang tanah negara yang belum dibebani suatu hak
kepada pihak ketiga (lembaga pemungut e. Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan
pajak) untuk menghitung, menetapkan, dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal
memungut besarnya pajak dari rakyat. balik

6
f. Digunakan oleh badan atau perwakilan d. Pegawai yang mutunya sama dengan
lembaga internasional yang ditentukan tanggung jawab
dengan peraturan menteri keuangan. Teknik Analisis
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan 1. Menggambarkan sistem akuntansi yang terkait
Perkotaan dalam pemungutan pajak bumi bangunan
Kabupaten Malang sendiri menetapkan tarif pedesaan dan perkotaan yaitu bentuk-bentuk
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan formulir yang digunakan dalam pemungutan
menurut Peraturan Daerah Kabupaten Malang pajak bumi bangunan pedesaan dan perkotaan.
Nomor 8 Tahun 2010 tentang pajak daerah adalah 2. Menganalisis prosedur-prosedur yang
sebagai berikut: membentuk sistem dalam pemungutan pajak
a. Nilai jual objek pajak lebih besar atau sama bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan.
dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar) 3. Pengendalian intern yang ada di bidang
ditetapkan sebesar 0,2% pendapatan yang menangani pemungutan pajak
b. Nilai jual objek pajak kurang dari Rp. bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
1.000.000.000,00 (satu milyar) ditetapkan yang meliputi:
sebesar 0,1% a. Struktur organisasi Dinas Pendapatan
Sedangkan untuk Nilai Jual Objek Pajak Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) pada pajak bumi Kabupaten Malang yang memisahkan
dan bangunan perdesaan dan perkotaan di tugas dan tanggung jawab secara tegas
Kabupaten Malang adalah sebesar Rp. b. Penetapan wewenang dan tanggung jawab
10.000.000,00 (sepuluh juta) untuk setiap Wajib c. Praktek yang sehat
Pajak. d. Kebijakan pegawai yang berkualitas
4. Memberikan alternatif solusi yang berkaitan
METODOLOGI dengan sistem pemungutan pajak bumi dan
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis bangunan perdesaan dan perkotaan.
penelitian deskriptif. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, HASIL DAN PEMBAHASAN
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual Evaluasi Pengendalian Intern Pada Bidang
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta Pendapatan II Kabupaten Malang
hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1. Struktur organisasi
2003:54). Pada dasarnya struktur organisasi yang ada
Fokus Penelitian pada Bidang Pendapatan II Kabupaten Malang
1. Sistem dan prosedur pemungutan pajak bumi ini sudah cukup baik karena tidak adanya
bangunan pedesaan dan perkotaan yang perangkapan tugas dan tanggung jawab antara
diterapkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan satu bagian dengan bagian yang lainnya.
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Malang Kelemahan dalam struktur organisasi ini masih
pada: belum ada bagian yang bertugas untuk
a. Sistem dan prosedur penyampaian dan mengawasi dan memantau jalannya aktivitas
pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak pemungutan, baik yang dilakukan oleh petugas
Terutang (SPPT) pemugut maupun yang ada di tempat
b. Sistem dan prosedur pemungutan Pajak pembayaran. Hal ini dapat memberikan celah
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan adanya kecurangan yang dapat terjadi. Untuk
Perkotaan. mengatasi kelemahan tersebut, maka langkah
2. Pengendalian intern dalam sistem pemungutan yang harus dilakukan adalah dengan
pajak bumi dan bangunan perdesaan dan menambahkan seksi evaluasi dan pengawasan
perkotaan di Dinas Pendapatan, Pengelolaan pada struktur organisasi yang ada pada Bidang
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Malang. Pendapatan II. Seksi ini bertugas untuk
a. Struktur Organisasi yang memisahkan melakukan pengawasan terhadap pemungutan
tanggung jawab fungsional secara tegas pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
b. Sistem wewenang dan prosedur perkotaan dan juga bertugas untuk melaporkan
c. Praktek yang sehat dalam pelaksanaan hasil evaluasi kepada pimpinan.
tugas dan fungsi

7
2. Sumber daya manusia 5. Pegawai yang mutunya sama dengan tanggung
Sumber daya manusia menjadi unsur yang jawab
penting dalam menjalankan kegiatan yang ada Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam organisasi. Tanpa adanya sumber daya kualitas pendidikan pegawai yang ada di
manusia yang baik, mustahil suatu organisasi Bidang Pendapatan II menunjukkan hasil yang
dalam organisasi tersebut dapat mencapai cukup baik. Dari jumlah pegawai yang ada di
tujuannya. Sumber daya manusia yang ada Bidang Pendapatan II sebanyak 72%
pada Bidang Pendapatan II Kabupaten Malang menunjukkan tingkat pendidikan sarjana.
cukup baik karena di dukung oleh sumber daya Dengan begitu pegawai dapat melaksanakan
manusia yang cukup memadai baik di lihat segi tugas dan kewajibannya dengan baik.
kualitas maupun kuantitas.
3. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan Evaluasi Sistem Pemungutan Pajak Bumi dan
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan pada
dalam penyampaian dan pendistribusian Surat Bidang Pendapatan II Kabupaten Malang
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang 1. Evaluasi prosedur penyampaian dan
dilakukan oleh Bidang Pendapatan II pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak
Kabupaten Malang sudah cukup baik. Hal ini Terutang (SPPT)
dapat dilihat dari penggunaan Berita Acara Kelemahan dalam prosedur penyampaian
Penyerahan (BAP) yang digunakan sebagai dan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak
bukti penyerahan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yaitu perlu adanya
Terutang (SPPT) antara pihak-pihak yang penambahan formulir yang digunakan.
terkait dan juga penggunaan beberapa formulir Sebaiknya dalam prosedur ini perlu
yang digunakan pada saat pemungutan pajak ditambahkan formulir Surat Tanda Terima pada
bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan saat penyerahan Surat Pemberitahuan Pajak
seperti Tanda Terima Sementara (TTS) Bukti Terutang (SPPT) kepada Wajib Pajak. Dengan
Setor. Sistem otorisasi atas dokumen yang adanya surat tanda terima ini dapat mengetahui
dilakukan oleh pejabat yang berwenang juga siapa saja wajib pajak yang telah mendapat dan
sudah mencerminkan adanya pengendalian belum mendapatkan Surat Pemberitahuan
intern yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari Pajak Terutang (SPPT).
adanya kolom tanda tangan oleh pejabat yang 2. Evaluasi prosedur pemungutan pajak bumi dan
berwenang. bangunan perdesaan dan perkotaan melalui
4. Praktek-praktek yang sehat dalam pelaksanaan petugas pemungut
tugas dan fungsi Dalam prosedur pemungutan pajak bumi
Praktek yang sehat merupakan suatu aturan dan bangunan perdesaan dan perkotaan melalui
etika atau pengendalian perilaku yang petugas pemungut ini masih terdapat
menjelaskan hubungan antara pembayar pajak kelemahan dalam pengendalian internnya.
dengan petugas pemungut pajak. Sistem Dapat dilihat bahwa kurangnya pengawasan
pemungutan pajak bumi dan bangunan terhadap para petugas pemungut. Hal ini
perdesaan dan perkotaan yang dilaksanakan menyebabkan petugas pemungut dapat
oleh Bidang Pendapatan II ini mengharuskan melakukan kecurangan. Petugas pemungut
setiap petugas pemungut harus menyetorkan dalam ketentuan yang telah ditetapkan harus
hasil pemungutannya setiap hari dan kemudian segera menyetorkan hasil pemungutannya
menyetorkannya kepada tempat pembayaran. kepada tempat pembayaran hari itu juga. Akan
Yang terjadi dalam lapangan belum sesuai tetapi dalam prakteknya ada beberapa petugas
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Petugas pemungut tidak langsung menyetorkan hasil
pemungut tidak langsung menyetorkan hasil pemungutannya hari itu juga. Ini terjadi karena
pemungutannya ke tempat pembayaran. Hal ini kurangnya pengawasan kepada petugas
dapat mengakibatkan kecurangan yang dapat pemungut yang membuat petugas pemungut
dilakukan oleh petugas pemungut. Kurangnya merasa bebas karena tidak ada yang
pengawasan terhadap kinerja para petugas mengawasinya.
pemungut membuat para petugas pemungut
dapat melakukan kecurangan.

8
3. Evaluasi prosedur pemungutan pajak bumi dan SARAN
bangunan perdesaan dan perkotaan melalui 1. Pada struktur organisasi pada Bidang
tempat pembayaran Pendapatan II Kabupaten Malang, sebaiknya
Prosedur pemungutan pajak bumi dan ditambahkan seksi evaluasi dan pengawasan.
bangunan perdesaan dan perkotaan melalui 2. Sebaiknya menambahkan beberapa formulir
tempat pembayaran dapat dikatakan bahwa yang digunakan dalam prosedur pemungutan
prosedur yang dilakukan sudah cukup baik. pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
Namun dalam prosedur ini akan lebih baik jika perkotaan seperti Surat Tanda Terima dan
ditambahkan formulir mengenai laporan Laporan Penerimaan Harian.
penerimaan harian. Dengan menambahkan 3. Menambahkan petugas koordinator pemungut
laporan penerimaan harian ini akan dalam prosedur pemungutan pajak bumi dan
memberikan informasi mengenai berapa besar bangunan perdesaan dan perkotaan agar tidak
jumlah pemungutan yang telah diterima. terjadi kecurangan-kecurangan yang dapat
4. Evaluasi prosedur pemungutan pajak bumi dan dilakukan oleh petugas pemungut.
bangunan perdesaan dan perkotaan melalui 4. Mengadakan sosialisasi mengenai pajak bumi
bank dan bangunan perdesaan dan perkotaan agar
Dalam prosedur pemungutan pajak bumi para wajib pajak mau dan patuh untuk
dan bangunan perdesaan dan perkotaan melalui membayar pajak tepat waktu.
bank sudah cukup baik. Prosedur tersebut telah
menunjukkan pengendalian intern yang baik. DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 2012. Sistem Akuntansi
KESIMPULAN Penyusunan dan Prosedur. Edisi Kelima.
1. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan Yogyakarta: BPFE.
perkotaan yang ada di Kabupaten Malang Bastian, Indra dan Soepriyanto, Gatot, 2003.
masih dalam proses peralihan menjadi pajak Sistem Akuntansi Sektor Publik: Konsep
daerah sehingga penanganannya masih untuk Pemerintah Daerah. Edisi Pertama.
dilakukan oleh dua belah pihak yakni Kantor Jakarta: Salemba Empat.
Pajak Pratama dan Kabupaten Malang. En, Kwan Tan dan Suryandi, Francisca Adelyna,
2. Sistem penyampaian dan pendistribusian Surat 2011. Peranan Sistem Informasi Akuntansi
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dibagi Terhadap Pengendalian Intern Aktivitas
menjadi dua yaitu di atas Rp.500.000,00 dan di Pembelian Bahan Baku Guna Mencapai
bawah Rp.500.000,00. Penyerahan Bahan Baku yang Tepat
3. Sistem pemungutan pajak bumi dan bangunan Waktu. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi,
perdesaan dan perkotaan dibagi menjadi tiga Nomor 6.
yaitu melalui petugas pemungut, melalui Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi 2011.
tempat pembayaran dan melalui bank. Yogyakarta: Andi.
4. Dalam sistem pemungutan pajak bumi dan Mulyadi, 2010, Sistem Akuntansi, Jakarta:
bangunan perdesaan dan perkotaan masih Salemba Empat
terdapat beberapa kelemahan yang belum Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 8
menunjukkan pengendalian intern yang baik, Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah.
antara lain: Prawoto, Agus. 2011. Penilaian Pajak Bumi
a. Struktur organisasi dalam Bidang Bangunan Perdesaan & Perkotaan. Edisi
Pendapatan II Kabupaten Malang masih Pertama Yogyakarta: BPFE.
belum memiliki seksi yang bertugas untuk Resmi, Siti. 2005. Perpajakan: Teori dan Kasus.
mengawasi dan mengevaluasi kinerja para Edisi kedua. Jakarta: Salemba Empat.
petugas. Rosdiana, Haula. 2005. Perpajakan: Teori dan
5. Formulir yang digunakan dalam pemungutan Aplikasi. Edisi Pertama. Jakarta: PT Raja
pajak bumi dan bangunan perdesaan dan Grafindo Persada.
perkotaan masih belum lengkap seperti tidak
adanya Surat Tanda Terima (STT) dan juga
Laporan Penerimaan Harian (LPH)

Anda mungkin juga menyukai