Anda di halaman 1dari 9

ISSN 2339-0492

PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP


AKUNTABILITAS PENDAPATAN PAJAK DAERAH DI BADAN
PENGELOLA PAJAK DAN RETRIBUSI KOTA MEDAN

Mas’ut 1), Abdan Masrura2)


1
Universitas Islam Sumatera Utara
Email:m.masut@yahoo.com
2
Universitas Islam Sumatera Utara
Email: masut@fe.uisu. Ac.id

ABSTRACT

This reaserch aims to examine the application effect of accounting information system to
accountability of local tax revenue in the regional tax and retribution management board of
Medan City. A number of the sample or respondent is 30 employees of the Regional Tax and
Retribution Management Board of Medan. The data is gained through questioneires which are
spread up among the respondents then processed by using SPSS program. Simple regression
analysis is used to analyze and the result shows that the application of accounting information
system (X) has given positive influence into the accountability of local tax revenue (Y). The
coefficient of determination or R square figure amount to 75.4% and the remaining 24.6% is
influenced by other variables which are not examined. Therefore, the Regional Tax and
Retribution Management Board is supposed to maintain the application of accounting
information system to increase the accountability of local tax revenue.

Keywords: Accountability, Information, Tax Revenue, Management.

I. PENDAHULUAN kompetitif sehingga mampu bersaing dengan


perusahaan lain.
Dalam dunia kerja kerap terjadi Dalam konteks otonomi daerah, sistem
pemborosan waktu, hal ini tentu menjadi informasi akuntansi pemerintah daerah
masalah. Maka jika terjadi di perusahaan, di mengacu pada PP 65 tahun 2010 tentang
organisasi atau badan usaha milik negara sistem informasi keuangan daerah. Sistem ini
seperti di Badan Pengelolaan Pajak dan berbasis pada jaringan komputer, yang
Retribusi Daerah tentu akan mengganggu mampu menghubungkan dan menangani
sistem pelayanan pajak. Pemborosan waktu konsolidasi data antara SKPD (Satuan Kerja
dapat dikatakan karena masih menggunakan Perangkat Daerah) dengan SKPKD (Satuan
sistem manual dalam perakuntansian dan Kerja Pengelola Keuangan Daerah), sehingga
administrasinya, atau memang boleh jadi data di pemerintah daerah dapat terintegrasi
sudah menggunakan sistem komputerisasi dengan baik. Berdasarkan Permendagri 64
namun belum maksimal. tahun 2013 sistem informasi akuntansi meru-
Padahal peranan sistem informasi akun- pakan sistem akuntansi yang berbasis akrual
tansi terhadap kemajuan organisasi sudah yang dapat menyediakan informasi yang
tidak diragukan lagi. Semakin cepat penge- konprehensif bagi pemangku kepentingan.
lolaan data yang akan disajikan perusahaan Penerapan sistem informasi akuntansi
akan semakin cepat memberikan informasi berdasarkan standar akuntansi pemerintahan
tentang perusahaan. Maka dengan dukungan pada prinsipnya bertujuan untuk meningkat-
sistem informasi akuntansi di suatu perusa- kan akuntabilitas dan keandalan pengelola
haan akan menambah berbagai keunggulan keuangan pemerintah melalui penyusunan dan

Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma (JRAM), Vol. 5. No. 1. Januari, 2018. 29


pengembangan standar akuntansi pemerin- diartikan sebagai bentuk kewajiban agen
tahan. Menurut Hall (2011:9) “Sistem (pemerintah) untuk mengelola sumber daya,
Informasi Akuntansi adalah sistem yang melaporkan, dan mengungkapkan segala
terdiri dari tiga sub sistem, yaitu transaction aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan
processing sistem, general ledger/financial penggu-naan sumber daya publik kepada
reporting sistem, management treporting pemberi mandat atau pemberi amanah yang
system”. memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah pertanggungjawaban. Dalam hal ini akunta-
sebuah sistem informasi yang menangani bilitas publik menuntut pengelolaan lembaga-
segala sesuatu yang berkenaan dengan lembaga publik agar beroperasi dalam konteks
Akuntansi. Akuntansi sendiri sebenarnya good governance, yaitu penyelenggaraan
adalah sebuah sistem informasi. Fungsi sistem manajemen pem-bangunan yang solid,
informasi akuntansi menurut Hall yang dialih bertanggung jawab dan sejalan dengan prinsip
bahasakan oleh Fitriasari (2007:12) adalah: demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi,
a. Pekerjaan yang sifatnya berulang dapat pencegahan korupsi baik secara politik
diminimalisir. maupun administratif, dan menjalankan
b. Sistem penyimpanan data menjadi lebih disiplin anggaran.
sistematis. Karena itu akuntabilitas publik merupakan
c. Mengurangi tingkat kesalahan. elemen terpenting dan merupakan tantangan
d. Pekerjaan menjadi lebih mudah karena utama yang dihadapi pemerintah dan pegawai
sistem informasi akuntansi sudah negeri dalam menjalankan tugasnya baik di
berjalan. dearah maupun di pusat. Dalam konteks
otonomi daerah pengelolaan badan milik
Subsistem SIA memproses berbagai negara seperti Badan Pengelolaan Pajak dan
transaksi keuangan dan transaksi non- Retribusi Daerah tidak terlepas dari tuntutan
keuangan yang secara langsung memenga- akuntabilatas publik, yaitu terkait dengan
ruhi pemrosesan transaksi keuangan. SIA pendapatan asli daerah.
terdiri dari 3 subsistem yaitu: Pada UU No. 28 Tahun 2009 dijelaskan
a. Sistem pemrosesan transaksi adalah bahwa pendapatan asli daerah adalah sumber
sebuah sistem yang menjalankan dan keuangan daerah yang digali dari wilayah
mencatat transaksi rutin harian yang daerah yang bersangkutan, yang terdiri dari
diperlukan untuk menjalankan bisnis. hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
b. Sistem buku besar/pelaporan keuangan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
adalah sistem yang menghasilkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
laporan keuangan, seperti laporan Sektor pendapatan daerah memegang peranan
laba/rugi, neraca, arus kas, pengem- yang sangat penting, karena melalui sektor ini
balian pajak. dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat
c. Sistem pelaporan manajemen adalah membiayai kegiatan pemerintah dan
sistem yang menyediakan pihak pembangunan daerah. Pendapatan pajak
manajemen internal berbagai lapo-ran daerah merupakan suatu bentuk peran
keuangan bertujuan khusus serta masyarakat maka harus ada suatu pertang-
informasi yang dibutuhkan untuk gungjawaban Pemerintah Daerah kepada
pengambilan keputusan, seperti angga- masyarakat melalui transparansi dan
ran, laporan kinerja, serta laporan akuntabilitas pada proses administrasi dan
pertanggungjawaban. dalam pengelolaannya yang dilakukan oleh
Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah.
Fenomena yang terjadi dalam perkem- Menurut Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang
bangan sektor publik di Indonesia saat ini Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah
adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan
lembaga-lembaga publik, baik di pusat Pajak Daerah adalah adalah kontribusi wajib
maupun daerah. Menurut Mahmudi (2010) kepada Daerah yang terutang oleh orang
dan Mardiasmo (2009) akunta-bilitas dapat pribadi atau badan yang bersifat memaksa

Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma (JRAM), Vol. 5. No. 1. Januari, 2018. 30


berdasarkan Undang-Undang tanpa imbalan informasi yang berguna bagi kalangan
secara langsung dan digunakan untuk akademisi maupun praktisi serta pejabat yang
keperluan Daerah untuk kemakmuran rakyat berkiprah dalam lapangan ini. Setidaknya
semata. dapat memberikan pertimbangan dan evaluasi
Dengan demikian pajak daerah adalah terkait dengan penerapan sistem informasi
iuran wajib pajak kepada daerah untuk akuntansi (SIA) dalam suatu perusahaan atau
membiayai pembangunan daerah. Pajak organisasi.
Daerah ditetapkan dengan undang-undang
yang pelaksanaannya untuk di daerah yang
diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. 2. METODE PENELITIAN
Pemerintah daerah dilarang melakukan
pungutan selain pajak yang telah ditetapkan 2.1 Desain Penelitian dan Lokasi
undang-undang (Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009). Penelitian mengenai pengaruh penerapan
Badan Pengelola Pajak dan Retribusi sistem informasi akuntasi terhadap
Daerah mempunyai tugas pokok melaksa- akuntabilitas pendapatan pajak dan retribusi
nakan sebagian urusan rumah tangga daerah daerah di kota Medan dilakukan dengan
dalam bidang Pendapatan Daerah yang pendekatan kuantitatif. Penelitian yang
diserahkan oleh Kepala Daerah dengan fungsi dimaksud diselenggarakan di Badan Pengelola
meningkatkan objek atau subjek pajak dan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan,
retribusi daerah. Meningkatkan potensi berlokasi di Jl. Jenderal Abdul Haris Nasution
pendapatan daerah, meningkatkan peran No.32, Pangkalan Masyhur, Medan Johor,
masyarakat dalam membayar pajak dan Kota Medan, Sumatera Utara.
retribusi derah serta meningkatkan kerjasama Penentuan lokasi dan tempat penelitian
dengan instansi terkait untuk meningkatkan tersebut berdasarkan pertimbangan aksesi-
pembayaran pajak retribusi daerah dan bilitas dalam pengumpulan data serta jarak
pendapatan daerah. tempuh yang memungkinkan peneliti dapat
Dalam melaksanakan tugasnya, Badan menjangkaunya secara mudah. Dengan
Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah demikian penelitian dapat dilakukan sesuai
memerlukan sistem informasi akuntansi agar dengan waktu yang tersedia dan dilaporkan
meningkatkan efektifitas implementasi dari dalam waktu yang relatif singkat.
berbagai regulasi bidang pengelolaan
keuangan daerah yang berdasarkan pada asas 2.2 Objek Penelitian
efesiensi, ekonomis, efektif, transparan,
akuntabel dan auditabel. Dengan diterap- Objek penelitian ini adalah fenomena atau
kannya Sistem Informasi Akuntansi (SIA) permasalahan penelitian yang telah diabstraksi
diharapkan akuntabilitas dalam pengelolaan menjadi suatu konsep atau variabel (Arikunto
pendapatan pajak daerah dapat tercapai 2010:63). Dalam hal ini fokus dan objek yang
sehingga pemerintah dapat mempertanggung- akan diteliti berkenaan dengan responden
jawabkan kepada masyarakat, dan pada yang menjalankan sistem sebagai variabel
akhirnya dapat mengalokasikan dana yang bebas (X), sedangkan bagian keuangan dan
tersedia untuk dapat meningkatkan pelayanan pajak sebagai variabel terikat (Y). Menurut
kepada masyarakat dan pembangunan daerah. Sugiyono (2012:59), “variabel suatu atribut
Maka berdasarkan fenomena di atas atau sifat atau nilai dari orang atau objek atau
penelitian ini dilakukan dengan tujuan kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
mengetahui lebih lanjut bagaimana pengaruh yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
penerapan sistem informasi akuntansi (SIA) dan ditarik kesimpulannya”. Dengan demikian
terhadap akuntabilitas pendapatan pajak variabel dapat dikatakan sebagai suatu hal
daerah di Badan Pengelola Pajak dan yang menjadi objek pengamatan penelitian
Retribusi Daerah. Penelitian yang dimaksud atau sering pula dikatakan sebagai faktor-
dilakukan di Badan Pengelola Pajak dan faktor yang berperan dalam peristiwa atau
Retribusi Daerah di Kota Medan. Penelitian gejala yang akan diteliti, dan dalam penelitian
tersebut diharapkan dapat memberikan ini terdiri dari dua variabel.

Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma (JRAM), Vol. 5. No. 1. Januari, 2018. 31


ISSN 2339-0492

Tabel 1
Operasional Variabel
Variabel Definisi variable Indikator Pengukuran Skala

1.Sistem Sebagai kumpulan (integrasi) dari 1. Pengumpulan – Akurat dan Ordinal


Informasi sub sistem/komponen baik fisik data dan tepat
Akuntansi maupun non fisik yang saling pengolahan data – Kualitas
berhubungan dan bekerja sama transaksi laporan
(X) satu sama lain secara harmonis – Efektif dan
untuk mengolah data transaksi Efisien
yang berkaitan dengan masalah 2. Penyimpanan – Ketepatan Ordinal
keuangan menjadi informasi data transaksi – Keamanan
keuangan (Susanto, 2008:72) – Kecepatan
3. Pemberian – Kemudahan Ordinal
Informasi – Kebenaran
– Terpercaya
4. Efisiensi Kerja – Laporan Ordinal
– Waktu Kerja
2.Akuntabilitas Kewajiban untuk memberikan 1. Akuntabilitas – Kepatuhan Ordinal
Pendapatan tanggungjawab untuk menyaji- hukum dan terhadap
Pajak Daerah kan/melaporkan informasi realisasi kejujuran hukum
penerimaan pendapatan pajak – Menghindari
(Y) daerah kepada yang berwenang Korupsi dan
(Halim dalam Herawati (2012). kolusi
2. Akuntabilitas – Pelaksanaan Ordinal
Proses pekerjaan
– Pelayanan
Publik
3. Akuntabilitas – Tujuan Ordinal
Program tercapai
– Program
yang optimal
4. Akuntabilitas – Pengambilan Ordinal
Kebijakan Keputusan
– Peraturan
5. Akuntabilitas – Laporan
Keuangan Keuangan
– Penggunaan
Dana
– Pertanggung
jawaban
Sumber: Data yang Diolah

2.3 Populasi dan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan


metode sensus atau sampling jenuh. Menurut
Menurut Sugiyono (2009:80) Populasi Sugiyono (2008:85) “sampling jenuh adalah
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, teknik penentuan sampel bila semua anggota
obyek/subjek yang mempunyai kuantitas dan populasi digunakan sebagai sampel”. Hal ini
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh sering dilakukan apabila jumlah populasi
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik relatif kecil, kurang dari 30 orang. Maka
kesimpulannya. Dari populasi tersebut dalam penelitian ini sampelnya sebanyak 30
kemudian peneliti mengambil sampel, dalam orang, yaitu melibatkan seluruh pupulasinya
hal ini peneliti menggunakan non probability sehingga dikatakan “sampel jenuh”.
sampling yaitu, teknik yang tidak memberikan
peluang atau kesempatan sama bagi setiap 2.4 Data Collection and Analisis
unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Data diperoleh melalui penyebaran angket

Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma (JRAM), Vol. 5. No. 1. Januari, 2018. 32


kepada 30 orang pekerja di kantor pajak dan (Sugiyono, 2012: 257), sebagaimana terlihat
retribusi daerah di Kota Medan. Semua data dalam table berikut:
diproses melalui pendekatan statistik dengan
menggunakan SPSS. Karena itu analisis data Tabel 2
dalam penelitian ini dilakukan melalui statistik Interpretasi Koefisien Korelasi
deskriptif. Menurut Sugiyono (2012:206), Interval Tingkat Hubungan
“statistik deskriptif adalah statistik yang Koefisien
digunakan untuk menganalisis data dengan Korelasi sangat lemah (tidak
cara mendeskripsikan atau menggambarkan 0.0 – 0.199
ada)
data yang telah terkumpul sebagaimana
0.20 – 0.399 Korelasi lemah
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. 0.40 – 0.599 Korelasi cukup
Beberapa diantaranya yang dilakukan dalam
analisas data ini sebagai berikut dibawah. 0.60 – 0.799 Korelasi kuat

a) Uji Validitas 0.80 – 1.000 Korelasi Sangat Kuat


Sumber: Sugiyono (2013:250)
Uji Validitasi digunakan untuk mengukur
sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan d) Analisis Regresi Linier Sederhana
pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner Untuk menjamin kesahihan hasil regresi,
tersebut (Ghozali 2011). ada beberapa asumsi yang harus terpenuhi
agar kesimpulan dari model regresi tersebut
b) Uji Reliabilitas tidak bias. Pada regresi linier sederhana ada
Menurut Ghozali (2011) reliabilitas adalah dua asumsi yang harus dipenuhi, yaitu uji
alat untuk mengukur suatu kuesioner yang normalitas dan uji heteroskedasitas.
merupakan indikator dari perubahan atau
konstruksi. Suatu kuesioner dikatakan reliabel e) Uji Hipotesis.
atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari Hipotesis Penelitian
waktu ke waktu. Untuk uji reliabilitas dalam – Ho: Sistem informasi akuntansi tidak
penelitian ini menggunakan metode koefisien memiliki pengaruh dengan akuntabilitas
Alpha Cronbach’s pendapatan pajak daerah.
– H1: Sistem informasi akuntansi memi-
c) Analisis Korelasi Pearson liki pengaruh dengan akuntabilitas
pendapatan pajakda erah
Analisis Korelasi Pearson merupakan salah
satu ukuran korelasi yang digunakan untuk Hipotesis Statistik
mengukur kekuatan dan arah hubungan linier – H: ρ = 0 , sistem informasi akuntansi
dari dua veriabel. Dua variabel dikatakan tidak berpengaruh terhadap akuntabi-
berkorelasi apabila perubahan salah satu litas pendapatan pajak daerah.
variabel disertai dengan perubahan variabel – H1: ρ ≠ 0 , sistem informasi akuntansi
lainnya, baik dalam arah yang sama ataupun berpengaruh terhadap akuntabilitas
arah yang sebaliknya. pendapatan pajak daerah.
Tabel berikut adalah interpreatasi koefisien
korelasi. Pearson Correlation termasukl salah f) Koefisien Determinasi
satu metode korelasi dalam SPSS dengan
besar kecilnya koefisien korelas: -1 0 +1. Nilai koefisien determinasi (R2) menun-
Pearson Correlation digunakan untuk data jukkan persentase pengaruh semua variabel
berskala interval atau rasio. Pedoman untuk independen (X) terhadap variabel dependen
memberikan interpretasi koefisien korelasi (Y). Rumus Koefisien determinasi dapat

Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma (JRAM), Vol. 5. No. 1. Januari, 2018. 33


ditunjukkan sebagai berikut, (R2 = Adjusted Tabel 5
R-Square x 100 %). Hasil Pengujan Asumsi Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Residual
N 30
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang
Normal Mean .0000000
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Parametersa,b
dan Retribusi Daerah terdapat 5 (lima) jenis Std.
3.85433495
Deviation
pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak Most Extreme Absolute .142
kabupaten/kota. Secara rinci jenis-jenis pajak Differences
Positive .142
provinsi dan pajak kota tersebut dapat dilihat
Negative -.093
pada tabel berikut. Test Statistic .442
Asymp. Sig. (2-tailed) .787 a
Tabel 3
Pajak Provinsi dan Kabupaten/Kota a. Test distribution is Normal.

Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota


3.3. Pengujian Heteroskedastisitas
1.Pajak Kendaraan 1. Pajak Hotel
Bermotor 2. Pajak Restoran Tabel 6
2.Bea Balik Nama 3. Pajak Hiburan Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas
Kendaraan 4. Pajak Reklame
Bermotor 5. Pajak Penerangan Jalan Coefficientsa
3.Pajak Bahan Ba- 6. Pajak Mineral Bukan
kar Kendaraan Logam dan Batuan Unstandardized Std.
Bermotor 7. Pajak Parkir Coefficients Coef
4.Pajak Air Per- 8. Pajak Air Tanah
Std.
mukaan 9. Pajak Sarang Burung
Model B Error Beta t Sig.
5.Pajak Rokok Walet
1 (Const
10. Pajak Bumi dan Bangunan
ant) 9.084 3.173 2.863 .013
Perdesaan dan Perkotaan
11. Bea Perolehan Hak Atas
SIA .801 .126 .848 5.753 .000
Tanah dan Bangunan
Sumber: Kantor Pajak Kabupaten
a. Dependent Variable: RES2
Karena penelitian ini membahas tentang
pajak daerah yang di kelola kabupaten/kota 3.4 Analisis Regresi Linier Sederhana
maka penelitian ini terfokus pada fenomena
yang menjelaskan tentang pajak daerah yang Tabel 7
dikelola oleh kabupaten/kota. Pengujian Analisis Regresi
Coefficientsa
3.1 Analisis Korelasi Pearson
Unstandardized Std.
Coefficients Coef
Tabel 4 Std.
Analisis Korelasi Pearson Model B Error Beta t Sig.
1 (Cons
SIA APPD 9.084 3.173 2.863 .013
tant)
SIA Pearson SIA .801 .126 .848 5.753 .000
Correlation 1 .755**
a. Dependent Variable: APPD (akuntabilitas pendapatan
Sig. (2-tailed) - .004 pajak daerah)
N 30 30
APPD Pearson
Correlation .755** 1 Berdasarkan tabel di atas diperoleh
Sig. (2-tailed) .004 - suatu persamaan regresi sebagai berikut:
N 30 30 Y = 9,084+ 0,801 X

3.2 Pengujian Asusmsi Regresi 3.5 Koefisien Determinasi

Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma (JRAM), Vol. 5. No. 1. Januari, 2018. 34


Tabel 8 Selanjutnya dapat dikemukakan dalam
Koefisien Determinasi gambar berikut berkenaan dengan grafik yang
Model Summary
menjelaskan kawasan atau daerah penerimaan
Adjusted Std. Error of hipotesis di satu sisi, dan daerah penolakan
Model R R Square R Square the Estimate hipotesis di sisi lain yang disimbolkan dengan
Ho dan H1. Dalam hal ini Ho merupakan
1 .802a .756 .691 .6127 simbol penolakan sedangkan H1 merupakan
a. Predictors: (Constant), SIA simbol penerimaan.

Gambar 1
Grafik Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho

Daerah Daerah
Penolakan Ho Daerah Penerimaan H1 Penolakan Ho

0
-t 0,975;49 = -2,042 t 0,975;49 = 2,042 t hitung = 5,753

Tuntutan akuntabilitas terhadap lembaga Dalam upaya untuk meningkatkan


pemerintahan terutama lembaga yang akuntabilitas publik, berbagai upaya berupa
mengelola pendapatan asli daerah atau kebijakan, aturan, termasuk pengembangan
lembaga yang mengelola keauangan negara sistem informasi akuntansi yang terarah dan
merupakan masalah yang mengemuka sistematis. Menurut Susanto (2008:72) Sistem
beberapa tahun terakhir ini terutama sejak Informasi Akuntansi dapat didefinisikan
otonomi daerah diberlakukan. Secara konsep, sebagai kumpulan sub system baik fisik
akuntabilitas merupakan dasar dari pelaporan maupun non fisik yang saling berhubungan
keuangan di pemerintahan. dan bekerja sama satu sama lain secara
Bahkan menurut Mardiasmo (2004:31), harmonis untuk mengolah data transaksi yang
“akuntabilitas adalah tujuan tertinggi berkaitan dengan masalah keuangan menjadi
pelaporan keuangan pemerintah”. Lebih lanjut informasi keuangan. Dengan diterapkannya
Mardiasmo (2004:31) mengatakan bahwa sistem informasi akuntansi berdasarkan PP
akuntabilitas publik adalah pemberian No. 65 tahun 2010 tentang Pengelolaan
informasi dan pengungkapan (disclosure) atas Keuangan Daerah sebagai substansi usaha-
aktifitas dan kinerja finansial pemerintah usaha untuk menyelenggarakan sistem
daerah kepada pihak-pihak yang berkepen- informasi keuangan daerah yang akurat,
tingan. Akuntabilitas publik yang seharusnya relevan, tepat waktu, dapat dipertanggung-
dibangun adalah akuntabilitas publik yang jawabkan dan dapat meningkatkan akunta-
tidak hanya ditujukan secara internal bilitas daerah serta transparansi melalui
(pemerintah atasan saja) tetapi juga ditujukan pembangunan sistem akuntansi keuangan
kepada para pemangku kepentingan lainnya daerah, diharapkan akuntabilitas pendpatan
seperti masyarakat. Selain itu, mekanisme pajak daerah dapat tercapai dengan efektif dan
akuntabilitas publik juga tidak hanya dituju- efisien sehingga pemerintah dapat memper-
kan untuk mengukur kinerja seseorang, tetapi tanggungjawabkan kepada masyarakat, dan
juga dapat memantau perilaku dari pejabat pada akhirnya dapat mengalokasikan dana
publik. yang tersedia untuk dapat meningkatkan

Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma (JRAM), Vol. 5. No. 1. Januari, 2018. 35


pelayanan kepada masyarakat dan pem- Meskipun pengaruhnya tidak dominan, tetapi
bangunan daerah. sistem informasi akuntansi dapat dijadikan
Penelitian ini didasarkan pada pertim- sebagai salah satu faktor yang dapat
bangan pemikiran seperti yang dipaparkan di meningkatkan akuntabilitas pendapatan pajak
atas. Dari hasil pengujian yang telah di bahas daerah. Hal tersebut membuktikan teori yang
diketahui bahwa pengaruh penerapan sistem dikemukakan oleh Nurani (2006) yang
informasi akuntansi terhadap akuntabilitas menerangkan bahwa akuntabilitas publik akan
pendapat-kan pajak daerah dinyatakan dengan tercapai dengan dilaksanakannya Sistem
perhitungan korelasi menunjukkan terda-pat Akuntansi Keuangan Daerah yang baru sesuai
hubungan yang sangat erat/kuat antara sistem dengan paradigma good governance, dan juga
informasi akuntansi dengan akuntabilitas pendapat Mardiasmo (2003) bahwa akuntansi
pendapatan pajak daerah pada Badan keuangan daerah memiliki peran utama untuk
Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota menyiapkan laporan keuangan sebagai salah
Medan. Arah hubungan yang positif ditun- satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.
jukkan dengan tidak adanya tanda negatif Penelitian ini juga membuktikan beberapa
pada angka perhitungan korelasi. Dari hasil hasil penelitian terdahulu, diantaranya
tersebut, menunjukkan bahwa semakin baik penelitian yang dilakuakan oleh Syafariani
penerapan sistem informasi akuntansi ter- (2014) bahwa apabila penerapan sistem
hadap akuntabilitas pendapatan pajak daerah informasi akuntansi diterapkan dengan baik
pada Badan Pengelola Pajak dan Retribusi maka akuntabilitas pendapatan pajak daerah
Daerah Kota Medan. dinas pendapatan Kota Bandung akan
Berdasarkan perhitungan koefisien deter- meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh
minasi 75,6% menunjukkan besarnya Gala (2013) juga membuktikan bahwa
pengaruh penerapan sistem informasi penerapan sistem akuntansi keuangan daerah
akuntansi terhadap akuntabilitas pendapa-tan terhadap akuntabilitas publik berpengaruh
pajak daerah pada Badan Pengelola Pajak dan positif terhadap akuntabilitas publik.
Retribusi Daerah Kota Medan. Sedangkan
sisanya yaitu sebesar 24,6% dipengaruhi
faktor lain di luar variabel yang diteliti yaitu
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana 4. KESIMPULAN
kepada otoritas yang lebih tinggi serta harus
lebih transparannya laporan keuangan atau Hasil pengujian menunjukkan bahwa
anggaran. penerapan sistem informasi akuntansi
Sedangkan dalam uji hipotesis meng- keuangan daerah berpengaruh positif terhadap
gunakan uji t diperoleh nilai thitung adalah akuntabilitas pendapatan pajak daerah. Hal ini
sebesar 5,753 lebih besar dari ttabel (2,042), didasarkan dari hasil perhitungan koefisien
maka diputuskan untuk menolak Ho dan determinasi yaitu75,6% menunjukkan besar-
menerima Ha, jadi hasil pengujian menyim- nya pengaruh penerapan sistem informasi
pulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari akuntansi terhadap akuntabilitas penda-patan
penerapan sistem informasi akuntansi pajak daerah pada Badan Pengelola Pajak dan
terhadap akuntabilitas penda-patan pajak Retribusi Daerah Kota Medan.
daerah pada Badan Pengelola Pajak dan Penerapan sistem informasi akuntansi pada
Retribusi Daerah Kota Medan. Oleh karena Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah
itu, terbukti bahwa koefisien regresi adalah Kota Medan telah berjalan dengan sangat
signifikan atau dengan kata lain sistem baik, ini ditunjukan oleh tanggapan responden
informasi akuntansi berpenga-ruh signifikan yang mencapai angka 91,28%. Angka tersebut
terhadap akuntabilitas pendapatan pajak menunjukan kriteria sangat baik, sehingga
daerah pada Badan Pengelola Pajak dan akuntabilitas penda-patan pajak daerah juga
Retribusi Daerah Kota Medan. dapat berjalan dengan sangat baik dan dapat
Hasil penelitian ini memberikan bukti dipertang-gungjawabkan.
empiris bahwa penerapan sistem informasi Selanjutnya disarankan bahwa Badan
akuntansi memiliki pengaruh terhadap Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota
akuntabilitas pendapatan pajak daerah. Medan agar dapat mempertahankan maupun

Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma (JRAM), Vol. 5. No. 1. Januari, 2018. 36


meningkatkan penerapan sistem informasi Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Salemba
akuntansi yang sudah berjalan dengan sangat Empat. Jakarta.
baik, sehingga pendapatan pajak daerah yang
Puspitawati dan Anggadini Dewi. 2011.
dibayar oleh wajib pajak dapat di pertang-
Sistem Informasi Akuntansi. Graha
gungjawabkan. Diharapkan juga kepada
Ilmu. Yogyakarta.
peneliti selanjutnya supaya meneliti variabel
lain yang mempengaruhi akuntabilitas penda- Sudjana. 2009. Statistika: Edisi ke-3. Tarsito.
patan pajak daerah, seperti kinerja anggaran Bandung.
maupun peraturan-peraturan yang berlaku. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif. Alfabeta. Bandung.
Susanto, Azhar. 2008. Sistem Informasi
Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang
Nomor 28 Tentang Pajak Daerah dan
Adisasmita, Rahardjo. 2011. Pengelolaan Retribusi Daerah.
Pendapatan & Anggaran Daerah, . 2010. Peraturan Pemerintah. Nomor
Graha Ilmu. Yogyakarta. 65 Tentang Sistem Informasi Keuangan
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Daerah.
Pendekatan Praktek. Rhineka Cipta. . 2013. Peraturan Menteri dalam
Jakarta. Negeri. Nomor 64 Tentang Akuntansi
Baridwan, Zaki. 2009. Sistem Akuntansi Berbasis Akrual.
Penyusunan Prosedur dan Metode. ______. 2014. Undang-Undang Nomor. 23
YKPN. Yogyakrta. Tentang Pemerintah Daerah.
Bodnar et. Al. 2010. Accounting Information
System. Prenticce Hall. USA.
Ghozali Imam. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM
SPSS 19 Edisi 5. Semarang: Universitas
Diponogoro.
Hall, James. 2011. Sistem Informasi
Akuntansi. Edisi 4. Salemba Empat.
Jakarta.
Halim, Abdul. 2012. Akuntansi Sektor Publik.
Salemba Empat. Jakarta.
Kusrini. 2007. Membangun SIA dengan
Visual Basic & Microsoft SQL Server.
Andi. Yogyakarta.
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor
Publik, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik.
Andi Offset. Yogyakarta.
. 2016. Perpajakan. Andi Offset.
Yogyakarta.
Mardi. 2011. Sistem Informasi Akuntansi.
Ghalia Indonesia. Jakarta.

Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma (JRAM), Vol. 5. No. 1. Januari, 2018. 37

Anda mungkin juga menyukai