NOMOR: X/MUBES-IX/O/MKGR/2020
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas MKGR secara lengkap dan
terinci adalah tertuang dalam Naskah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas
MKGR yang telah diubah dan menjadi lampiran serta merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini.
Pasal 2
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas MKGR sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 merupakan pedoman dan dasar peraturan yang mengikat untuk seluruh anggota,
kader, pengurus dan organisasi jajaran dalam lingkup Ormas MKGR.
Pasal 3
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
ANGGARAN DASAR ORMAS MKGR
PEMBUKAAN
Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945 telah menjamin warganya untuk berserikat dan berkumpul untuk melaksanakan
hak dan kewajibannya guna mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia mengisi kemerdekaan
sesuai dengan amanat Proklamasi 17 Agustus 1945.
Bahwa Amanat Penderitaan Rakyat merupakan tuntutan luhur yang harus diperjuangkan guna
melindungi kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang sejajar dengan kemajuan
bangsa-bangsa di dunia dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
1
BAB I
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
Bagian Kesatu
NAMA
Pasal 1
Organisasi ini bernama “Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah Kekeluargaan Gotong
Royong” disingkat Ormas MKGR.
Bagian Kedua
WAKTU
Pasal 2
Ormas MKGR didirikan pada tanggal 3 Januari 1960 untuk waktu yang tidak ditentukan.
Bagian Ketiga
KEDUDUKAN
Pasal 3
Ormas MKGR berwilayah dan berkedudukan dalam lingkungan kekuasaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan berpusat di Ibu Kota Negara.
BAB II
ASAS
Pasal 4
Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (Ormas MKGR)
berasaskan Pancasila.
2
BAB III
SIFAT, FUNGSI DAN PEDOMAN
Bagian Kesatu
SIFAT
Pasal 5
Ormas MKGR adalah Organisasi Kemasyarakatan yang hidup di tengah-tengah rakyat, milik
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, bersifat terbuka tanpa membedakan suku, agama, ras
dan antar golongan. Ormas MKGR menentang ajaran-ajaran yang bertentangan dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta menentang segala bentuk penindasan,
perbudakan dan pemerasan.
Bagian Kedua
FUNGSI
Pasal 6
Ormas MKGR adalah Organisasi Kemasyarakatan yang berkembang dan hidup ditengah-tengah
rakyat, berfungsi menyerap, menyalurkan aspirasi rakyat dan menyiapkan kader-kader dengan
memperhatikan kesetaraan gender dalam dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Bagian Ketiga
PEDOMAN
Pasal 7
Ormas MKGR dalam pengabdian dan perjuangannya senantiasa berpedoman kepada Panca
Moral Ormas MKGR, yaitu : Cinta, Jujur, Berani, Musyawarah dan Karya Nyata sebagai moral
perjuangan.
3
BAB IV
VISI DAN MISI
Bagian Kesatu
VISI
Pasal 8
1. Terwujudnya kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang adil, makmur,
sejahtera, merata materiil dan spiritual, mengembanggkan kehidupan demokrasi yang
menjunjung tinggi dan menghormati kebenaran, keadilan hukum dan hak azasi manusia;
2. Terwujudnya Ormas MKGR yang kuat, berwibawa, bersatu, mandiri, demokrasi, mengakar
ditengah-tengah rakyat, religius, berwawasan kebangsaan dan persatuan nasional.
Bagian Kedua
MISI
Pasal 9
1. Mengamalkan, mengamankan dan mempertahankan Pancasila sebagai ideologi Negara;
2. Mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat;
3. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokrasi, aman, tenteram dan sejahtera;
4. Menegakkan supremasi hukum, keadilan dan kebenaran serta memegang teguh etika dan
moral yang bersumber dari ajaran agama dan budaya;
5. Mewujudkan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat dalam kerangka memperkokoh
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
6. Memajukan kebesaran Bangsa di berbagai kehidupan yang meliputi ideologi, Politik,
Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pertahanan Keamanan;
7. Menggalang persahabatan serta kerja sama antar bangsa-bangsa sedunia atas dasar saling
hormat menghormati sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat;
8. Menghimpun masa rakyat dari berbagai kalangan luas sesuai dengan fungsi dan profesinya
serta menyalurkan kehendak dan aspirasi rakyat secara konstitusi;
9. Membangun cita dan citra Ormas MKGR untuk meraih simpati dan kepercayaan rakyat
dengan semboyan “Sekali Ormas MKGR Tetap Ormas MKGR” yang mengabdi pada
kepentingan rakyat;
4
10. Membangun dan mengembangkan loyalitas dan militansi kader Ormas MKGR untuk
berpartisipasi aktif menjaga kepentingan Bangsa dan Negara.
BAB V
LANDASAN PERJUANGAN
Pasal 10
Ormas MKGR mempunyai Landasan Perjuangan Organisasi disebut PANCA MORAL, LIMA
GARIS, 3 A dan KIPRAH Ormas MKGR.
Pasal 11
1. PANCA MORAL Ormas MKGR adalah kesatuan pemikiran Ormas MKGR yang meliputi
dasar-dasar pemahaman, pengembangan serta pelaksanaan Pancasila secara nyata dalam
kehidupan sehari- hari;
2. PANCA MORAL Ormas MKGR merupakan pedoman, pegangan dan tuntunan dalam
melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila;
3. LIMA GARIS Ormas MKGR merupakan tuntunan sebagai penghayatan PANCA MORAL Ormas
MKGR dalam upaya mewujudkan hasil pembangunan sebagai pengamalan Pancasila;
4. 3 A Ormas MKGR adalah merupakan singkatan dari saling Asah, Asih dan Asuh;
5. KIPRAH ORMAS MKGR adalah penegasan kebulatan tekad Ormas MKGR dan mendorong
dalam melaksanakan PANCA MORAL Ormas MKGR dan pembangunan sebagai pengamalan
Pancasila.
BAB VI
ATRIBUT
Pasal 12
Ormas MKGR mempunyai atribut yang terdiri dari Panji-Panji, Lambang, Mars, dan Hymne
Ormas MKGR.
5
BAB VII
PROGRAM UMUM
Pasal 13
Program Umum sebagai haluan Organisasi ditetapkan dalam Musyawarah Besar dan/atau
Musyawarah Luar Biasa.
BAB VIII
KEANGGOTAAN ORGANISASI
Bagian Kesatu
KEANGGOTAAN
Pasal 14
Anggota Ormas MKGR adalah Warga Negara Republik Indonesia yang dengan sukarela
mengajukan permohonan menjadi anggota serta memenuhi persyaratan yang diberlakukan
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas MKGR.
Pasal 15
Ormas MKGR memiliki keanggotaan yang terdiri dari :
1. Calon Anggota;
2. Anggota;
3. Anggota Kehormatan.
Pasal 16
Yang dapat diterima sebagai anggota ialah :
1. Warga Negara Republik Indonesia yang telah berusia 17 tahun dan/atau yang sudah
menikah baik yang berada dalam negeri maupun diluar negeri;
2. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
3. Tidak menjadi anggota Organisasi yang dilarang oleh Pemerintah Republik Indonesia;
4. Menerima dan menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas MKGR.
6
Bagian Kedua
IKRAR
Pasal 17
1. Setiap calon anggota untuk menjadi anggota resmi Ormas MKGR diwajibkan
mengucapkan IKRAR dan menandatangani naskah IKRAR Organisasi;
2. IKRAR Ormas MKGR adalah sebagai berikut :
“Demi Allah dengan ini, saya............................ ........berikrar dengan ikhlas bersedia menjadi
Anggota Ormas MKGR sesuai persetujuan saya terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Ormas MKGR. Saya bersedia memenuhi dan memperjuangkan keputusan Organisasi
serta menjaga kewibawaan dan rahasia Organisasi. Saya bersedia menjadi teladan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Demikianlah Ikrar saya sebagai Anggota Ormas MKGR yang saya cintai dan junjung tinggi.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan segala Rahmat dan Karunia-Nya”.
Perkataan Demi Allah dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan agama anggota yang
bersangkutan.
BAB IX
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Bagian Kesatu
HAK ANGGOTA
Pasal 18
1. Setiap Anggota mempunyai hak :
a. Bicara dan memberikan suara;
b. Memilih dan dipilih;
c. Membela diri.
2. Pengaturan lebih lanjut tentang Hak Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
7
Bagian Kedua
KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 19
1. Setiap Anggota berkewajiban untuk :
a. Mempertahankan, mengamankan dan mengamalkan Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945;
b. Menjunjung tinggi nama, kehormatan dan kewibawaan Ormas MKGR;
c. Memperjuangkan Azas, Visi, Misi dan Program Ormas MKGR;
d. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan Peraturan
Organisasi Ormas MKGR;
e. Melaksanakan dan mengamalkan Panca Moral Ormas MKGR dan berpegang teguh
pada sikap Saling Asuh, Asah dan Asih.
2. Pengaturan lebih lanjut tentang Kewajiban Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB X
KEDAULATAN
Pasal 20
Kedaulatan Organisasi berada ditangan anggota dan dilaksanakan menurut ketentuan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas MKGR.
BAB XI
STRUKTUR ORGANISASI
Bagian Kesatu
KEKUASAAN
Pasal 21
Kekuasaan dipegang oleh Musyawarah Besar, Musyawarah Daerah Provinsi, Musyawarah
Cabang Kabupaten/Kota, Musyawarah Anak Cabang Kecamatan dan Musyawarah Ranting
Desa/Kelurahan.
8
Bagian Kedua
DEWAN PIMPINAN
Pasal 22
1. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) adalah Pimpinan Organisasi Tertinggi yang memimpin dan
mengendalikan organisasi secara nasional dan berkedudukan di Ibukota Negara.
4. Dewan Pimpinan Pusat memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
ditetapkan dalam Musyawarah Besar.
9
Pasal 23
1. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) adalah Pimpinan Organisasi ditingkat Provinsi bertugas
memimpin dan mengendalikan organisasi pada tingkat provinsi dan berkedudukan di
Ibukota Provinsi.
2. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi berwenang :
a. Menentukan kebijakan tingkat provinsi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, Keputusan MPO ( Majelis
Permusyawaratan Organisasi), Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan
Dewan Pimpinan Pusat Ormas MKGR;
b. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Penasehat Provinsi;
c. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pakar Provinsi;
d. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
e. Menyelesaikan Perselisihan Kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
3. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi berkewajiban :
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, Keputusan MPO ( Majelis
Permusyawaratan Organisasi), Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan
Dewan Pimpinan Pusat Ormas MKGR;
b. Memberikan pertanggungjawaban Kepada Musyawarah Daerah.
4. Dewan Pimpinan Daerah memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
ditetapkan dalam Musyawarah Daerah Provinsi.
Pasal 24
1. Dewan Pimpinan Cabang (DPC) adalah Pimpinan Organisasi ditingkat Kabupaten/Kota,
bertugas memimpin dan mengendalikan organisasi pada tingkat Kabupaten/Kota dan
berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota.
2. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota berwenang :
a. Menentukan kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan Organisasi),
Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Pusat, Tingkat Provinsi, maupun
Tingkat Kabupaten/Kota, Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan Dewan
10
Pimpinan Pusat Ormas MKGR serta Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
b. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Penasehat Kabupaten/Kota;
c. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pakar Kabupaten/Kota;
d. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Anak Cabang;
e. Menyelesaikan Perselisihan Kepengurusan Dewan Pimpinan Anak Cabang;
3. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota berkewajiban :
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan Organisasi),
Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Pusat, Tingkat Provinsi, maupun
Tingkat Kabupaten/Kota, Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan Dewan
Pimpinan Pusat Ormas MKGR serta Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
b. Memberikan pertanggungjawaban Kepada Musyawarah Cabang Kabupaten/Kota.
4. Dewan Pimpinan Cabang memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
ditetapkan dalam Musyawarah Cabang Kabupaten/Kota.
Pasal 25
1. Dewan Pimpinan Anak Cabang (DPAC) adalah Pimpinan Organisasi ditingkat Kecamatan,
bertugas memimpin dan mengendalikan organisasi pada tingkat Kecamatan dan
berkedudukan di Ibukota Kecamatan dan bertanggung jawab kepada Musyawarah Anak
Cabang (MUSANCAB).
2. Dewan Pimpinan Anak Cabang berwenang :
a. Menentukan kebijakan tingkat Kecamatan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan Organisasi), Keputusan
Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Pusat, Tingkat Provinsi, Tingkat Kabupaten/Kota,
maupun Tingkat Kecamatan, Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan Dewan
Pimpinan Pusat Ormas MKGR, Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi dan
Keputusan Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
b. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Penasehat Anak Cabang;
c. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Ranting;
d. Menyelesaikan Perselisihan Kepengurusan Dewan Pimpinan Ranting.
11
3. Dewan Pimpinan Anak Cabang berkewajiban :
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan Organisasi),
Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Pusat, Tingkat Provinsi, Tingkat
Kabupaten/Kota, Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan Dewan Pimpinan
Pusat Ormas MKGR, Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi serta Keputusan
Dewan Pimpinan Cabang;
b. Memberikan pertanggungjawaban Kepada Musyawarah Anak Cabang (MUSANCAB).
4. Dewan Pimpinan Anak Cabang memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
ditetapkan dalam Musyawarah Anak Cabang.
Pasal 26
1. Dewan Pimpinan Ranting (DEPIRAN) adalah Pimpinan Organisasi ditingkat Desa/Kelurahan
atau sebutan lain, bertugas memimpin dan mengendalikan organisasi pada tingkat
Desa/Kelurahan atau sebutan lain dan berkedudukan di Desa/Kelurahan atau sebutan lain.
2. Dewan Pimpinan Ranting (DEPIRAN) berwenang :
a. Menentukan kebijakan Desa/Kelurahan atau sebutan lain sesuai dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan
Organisasi), Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Pusat, Tingkat Provinsi,
Tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Kecamatan, maupun Tingkat Desa/Kelurahan atau
sebutan lain, Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan Dewan Pimpinan Pusat
Ormas MKGR, Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, Keputusan Dewan
Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota dan Keputusan Dewan Pimpinan Anak Cabang.
b. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Penasehat Ranting;
3. Dewan Pimpinan Ranting (DEPIRAN) berkewajiban :
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan Organisasi),
Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Pusat, Tingkat Provinsi, Tingkat
Kabupaten/Kota, maupun Tingkat Desa/Kelurahan atau sebutan lain, Peraturan
Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Ormas MKGR,
Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, Keputusan Dewan Pimpinan Cabang
12
serta Keputusan Dewan Pimpinan Anak Cabang;
b. Memberikan pertanggungjawaban Kepada Musyawarah Ranting (MUSRAN).
4. Dewan Pimpinan Ranting memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
ditetapkan dalam Musyawarah Ranting.
Bagian Ketiga
PERWAKILAN LUAR NEGERI
Pasal 27
1. Ormas MKGR dapat membentuk perwakilan di luar negeri;
2. Pengaturan lebih lanjut tentang perwakilan luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
Bagian Keempat
SUMPAH DAN JANJI JABATAN
Pasal 28
Sebelum memangku jabatan, setiap Pimpinan Organisasi terlebih dahulu dilantik oleh
Pimpinan Organisasi diatasnya dan diwajibkan mengangkat sumpah dan janji jabatan
organisasi, sebagai berikut :
“Demi Allah, saya bersumpah/berjanji, bahwa saya akan memenuhi hak dan kewajiban saya
sebaik- baiknya dan seadil-adilnya. Memegang teguh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga dengan sejujur-jujurnya dan penuh rasa tanggung jawab. Saya bersumpah/berjanji,
bahwa saya senantiasa akan menjunjung tinggi Amanat Penderitaan Rakyat, taat dan
mempertahankan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, dan segala Undang-Undang serta
Peraturan-Peraturan lain yang berlaku bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahwa saya
akan berusaha sekuat tenaga memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia, dan bahwa saya
tetap setia kepada Nusa, Bangsa dan Negara.
“Kiranya Tuhan menolong saya” (untuk yang beragama Kristen/Katolik). Dan yang lain
disesuaikan dengan Agama yang dianut oleh yang bersangkutan.
BAB XII
13
PENDIRI
Pasal 29
Ormas MKGR mempunyai Pendiri, hanya untuk tingkat Pusat
BAB XIII
DEWAN KEHORMATAN
Pasal 30
1. Ormas MKGR mempunya Dewan Kehormatan hanya untuk tingkat Pusat;
2. Kedudukan, Susunan dan Tugas Dewan Kehormatan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
BAB XIV
DEWAN PENASEHAT
Pasal 31
1. Ormas MKGR mempunyai Dewan Penasehat untuk semua tingkatan organisasi;
2. Kedudukan, Susunan dan Tugas Dewan Penasehat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XV
MAJELIS TINGGI
Pasal 32
1. Ormas MKGR mempunyai Majelis Tinggi hanya untuk tingkat Pusat;
2. Kedudukan, Susunan dan Tugas Majelis Tinggi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
14
BAB XVI
DEWAN PAKAR
Pasal 33
1. Ormas MKGR mempunyai Dewan Pakar untuk tingkat Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota;
2. Kedudukan, Susunan dan Tugas Dewan Pakar diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XVII
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Bagian Kesatu
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT PUSAT
Pasal 34
1. Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Pusat terdiri atas :
a. Musyawarah Besar;
b. Musyawarah Besar Luar Biasa;
c. Majelis Permusyawaratan Organisasi;
d. Rapat Kerja Nasional;
e. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat;
f. Rapat Harian Dewan Pimpinan Pusat;
g. Rapat Koordinasi Bidang Dewan Pimpinan Pusat;
h. Rapat Bidang Dewan Pimpinan Pusat.
15
tahun kedepan;
e. Menetapkan Dewan Kehormatan Pusat, Dewan Penasehat Pusat, Dewan Pakar Pusat
dan Majelis Tinggi Ormas MKGR untuk masa bakti 5 (lima) tahun kedepan;
f. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya yang dipandang perlu.
16
a. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat adalah rapat yang diadakan oleh Dewan Pimpinan
Pusat dan dihadiri oleh seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Pusat;
b. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat berwenang :
i. Menetapkan materi dan kepanitiaan Musyawarah Besar, Majelis Permusyawaratan
Organisasi dan Rapat Kerja Nasional;
ii. Membahas hasil Rapat Harian, Rapat Koordinasi Bidang dan Rapat Bidang Dewan
Pimpinan Pusat;
iii. Menetapkan Peraturan Organisasi Ormas MKGR;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang dianggap perlu untuk kemajuan
organisasi.
8. Rapat Koordinasi Bidang adalah rapat yang diadakan oleh Wakil Ketua Umum Dewan
Pimpinan Pusat yang dihadiri bidang-bidang dibawah koordinasinya.
9. Rapat Bidang Dewan Pimpinan Pusat adalah rapat yang diadakan oleh masing-masing
Bidang Dewan Pimpinan Pusat yang dihadiri Pengurus Departemen dibawah
koordinasinya.
17
Bagian Kedua
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT PROVINSI
Pasal 35
1. Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Provinsi terdiri atas :
a. Musyawarah Daerah;
b. Musyawarah Daerah Luar Biasa;
c. Rapat Pimpinan Daerah;
d. Rapat Kerja Daerah;
e. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Daerah;
f. Rapat Harian Dewan Pimpinan Daerah;
g. Rapat Biro Dewan Pimpinan Daerah.
18
ii. Dewan Pimpinan Daerah melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
sehingga organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya;
19
7. Rapat Harian Dewan Pimpinan Daerah Provinsi :
a. Rapat Harian Dewan Pimpinan Daerah Provinsi adalah rapat yang diadakan oleh Dewan
Pimpinan Daerah Provinsi dan dihadiri oleh seluruh Pengurus Harian Dewan Pimpinan
Daerah Provinsi;
b. Rapat Harian Dewan Pimpinan Daerah Provinsi berwenang :
i. Menetapkan materi Rapat Pleno Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
ii. Membahas hasil Rapat Biro;
iii. Melakukan evaluasi dan menetapkan prioritas pelaksanaan program kerja Dewan
Pimpinan Daerah Provinsi;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.
8. Rapat Biro Dewan Pimpinan Daerah Provinsi :
a. Rapat Biro adalah rapat yang diadakan oleh masing-masing Biro Dewan Pimpinan
Daerah Provinsi yang dihadiri oleh Pengurus Biro.
b. Rapat Biro Dewan Pimpinan Daerah Provinsi berwenang :
i. Menetapkan materi Rapat Biro Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
ii. Menyusun prioritas program kerja Biro Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
iii. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.
Bagian Ketiga
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT KABUPATEN/KOTA
Pasal 36
1. Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Kabupeten/Kota terdiri atas :
a. Musyawarah Cabang;
b. Musyawarah Cabang Luar Biasa;
c. Rapat Pimpinan Cabang;
d. Rapat Kerja Cabang;
e. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Cabang;
f. Rapat Harian Dewan Pimpinan Cabang;
g. Rapat Bagian Dewan Pimpinan Cabang.
20
2. Musyawarah Cabang Kabupeten/Kota :
a. Musyawarah Cabang disingkat MUSCAB adalah Pemegang Kekuasaan Organisasi
ditingkat Kabupaten/Kota yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun;
b. Musyawarah Cabang Kabupaten/Kota berwenang :
i. Menetapkan Program Kerja untuk masa bakti 5 (lima) tahun kedepan;
ii. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang selama masa
bakti 5 (lima) tahun yang telah dilaksanakan;
iii. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Cabang untuk masa bakti 5 (lima)
tahun kedepan;
iv. Menetapkan Dewan Penasehat dan Dewan Pakar Cabang untuk masa bakti 5 (lima)
tahun kedepan;
v. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya yang dipandang perlu.
21
5. Rapat Kerja Cabang Kabupaten/Kota :
a. Rapat Kerja Cabang adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan mengevaluasi
program kerja hasil Musyawarah Cabang;
b. Rapat Kerja Cabang dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode
kepengurusan.
22
b. Rapat Bagian Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota berwenang :
i. Menetapkan materi Rapat Bagian Dewan Pimpinan Cabang;
ii. Menyusun prioritas program kerja Bagian Dewan Pimpinan Cabang;
iii. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.
Bagian Keempat
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT KECAMATAN
Pasal 37
1. Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Kecamatan terdiri atas :
a. Musyawarah Anak Cabang;
b. Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa;
c. Rapat Pimpinan Anak Cabang;
d. Rapat Kerja Anak Cabang;
e. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Anak Cabang;
f. Rapat Harian Dewan Pimpinan Anak Cabang;
g. Rapat Seksi Dewan Pimpinan Anak Cabang.
23
3. Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa :
a. Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa disingkat MUSANCABLUB adalah Musyawarah
Anak Cabang yang diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, diadakan atas
permintaan dan/atau persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 Dewan Pimpinan Ranting
dan disetujui oleh Dewan Pimpinan Cabang , disebabkan :
i. Kepemimpinan Dewan Pimpinan Anak Cabang dalam keadaan terancam;
ii. Dewan Pimpinan Anak Cabang melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga sehingga organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya;
b. Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang;
c. Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan kewenanganan yang
sama dengan Musyawarah Anak Cabang;
d. Dewan Pimpinan Anak Cabang wajib memberikan pertanggungjawaban atas
diadakannya Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa.
24
ii. Membahas hasil Rapat Harian dan Rapat Seksi Dewan Pimpinan Anak Cabang;
iii. Membahas laporan dan masukan dari Dewan Pimpinan Ranting sesuai dengan
pelaksanaan tugas diwilayahnya;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.
Bagian Kelima
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT DESA/KELURAHAN/SEBUTAN LAIN
Pasal 38
1. Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Desa/Kelurahan/Sebutan lain terdiri atas :
a. Musyawarah Ranting;
25
b. Musyawarah Ranting Luar Biasa;
c. Rapat Pimpinan Ranting;
d. Rapat Kerja Ranting;
e. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Ranting;
f. Rapat Harian Dewan Pimpinan Ranting;
g. Rapat Sub Seksi Dewan Pimpinan Ranting.
2. Musyawarah Ranting :
a. Musyawarah Ranting disingkat MUSRAN adalah Pemegang Kekuasaan Organisasi
ditingkat Desa/Kelurahan/Sebutan lain yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun;
b. Musyawarah Ranting berwenang :
i. Menetapkan Program Kerja Dewan Pimpinan Ranting untuk masa bakti 5 (lima)
tahun kedepan;
ii. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Ranting selama
masa bakti 5 (lima) tahun yang telah dilaksanakan;
iii. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Ranting untuk masa bakti 5 (lima)
tahun kedepan;
iv. Menetapkan Dewan Penasehat Ranting untuk masa bakti 5 (lima) tahun kedepan;
v. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya yang dipandang perlu.
26
Musyawarah Ranting Luar Biasa.
27
iii. Melakukan evaluasi dan menetapkan prioritas pelaksanaan program kerja Dewan
Pimpinan Ranting;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.
Bagian Keenam
PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH , MUSYAWARAH CABANG,
MUSYAWARAH ANAK CABANG DAN MUSYAWARAH ANAK RANTING
Pasal 39
1. Pelaksanaan Musyawarah Daerah (MUSDA) Provinsi selambat-lambatnya 4 (empat) bulan
setelah MUBES (Musyawarah Besar);
2. Pelaksanaan Musyawarah Cabang (MUSCAB) Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6
(Enam) bulan setelah MUSDA (Musyawarah Daerah) Provinsi;
3. Pelaksanaan Musyawarah Anak Cabang (MUSANCAB) Kecamatan selambat-lambatnya 8
(Delapan) bulan setelah MUSCAB (Musyawarah Cabang) Kabupaten/Kota;
4. Pelaksanaan Musyawarah Ranting (MUSRAN) Kelurahan/Desa, selambat-lambatnya 12
(Dua belas) bulan setelah MUSANCAB (Musyawarah Anak Cabang ) Kecamatan.
28
BAB XVIII
HUBUNGAN ORGANISASI
Pasal 40
Ormas MKGR dapat menjalin hubungan Pemerintah, Parlemen, Partai Politik, Organisasi
Kemasyarkatan, Lembaga Swadaya Masyarkat, Dunia Pendidikan dan Organsasi-organisasi
Kemasyarkatan lainnya baik nasional maupun internasional.
BAB XIX
ORGANISASI JAJARAN, BADAN DAN LEMBAGA
Pasal 41
1. Ormas MKGR mempunyai organisasi jajaran yang merupakan wadah perjuangan untuk
menjalankan kebijakan strategis organisasi;
2. Organisasi jajaran dalam lingkup Ormas MKGR mempunyai hubungan historis,
konstruktif, aspiratif, komunikatif dan koordinatif dengan Ormas MKGR disetiap
tingkatan;
3. Dewan Pimpinan Pusat dapat membentuk organisasi jajaran, badan-badan dan lembaga-
lembaga pada semua tingkatan sesuai dengan kebutuhan;
4. Ketentuan lebih lanjut tentang Jajaran, Badan dan Lembaga diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
BAB XX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 42
Perubahan Anggaran Dasar ini hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Besar dan Musyawarah
Besar Luar Biasa.
29
BAB XXI
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 43
Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan dalam suatu Musyawarah Besar atau
Musyawarah Besar Luar Biasa yang khusus diadakan untuk itu.
BAB XXII
PENUTUP
Pasal 44
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar.
2. Anggaran Dasar ini disahkan dan berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 30 Oktober 2020
30
ANGGARAN RUMAH TANGGA ORMAS MKGR
BAB I
NILAI – NILAI DASAR ORGANISASI
Pasal 1
1. Ormas MKGR adalah organisasi Kemasyarakatan yang lahir dari rakyat dan berjuang
ditengah-tengah rakyat untuk kesejahteraan dan keselamatan serta kebesaran Bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. Ormas MKGR adalah Organisasi Kemasyarakatan yang rela berjuang dan berkorban
tanpa pamrih serta kejayaan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Ormas MKGR adalah Organisasi Kemasyarakatan yang berjuang menegakkan keadilan,
kebenaran, konstitusi dan demokrasi berasaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar
1945;
4. Ormas MKGR adalah Organisasi Kemasyarakatan yang menata perjuangan sesuai
tingkat perkembangan dan perjuangan bangsa;
5. Ormas MKGR adalah Organisasi Kemasyarakatan yang senantiasa menjalin hubungan
dan kerjasama dengan semua pihak yang menjunjung tinggi cita-cita Proklamasi 17
Agustus 1945.
Pasal 2
PANCA MORAL (PAMOR) ORMAS MKGR
1. CINTA
Ormas MKGR terus meningkatkan kecintaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan kasih sayang terhadap sesama manusia sebagai panggilan mutlak bagi
setiap warga Ormas MKGR;
2. JUJUR
Ormas MKGR dengan segala kejujuran, kebenaran dalam kata dan perbuatan, dengan
ikhlas mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari;
1
3. BERANI
Ormas MKGR bersikap berani dalam kata dan perbuatan, membela dan melindungi
rakyat Negara dan Bangsa Indonesia;
4. MUSYAWARAH
Ormas MKGR memelihara dan mengembangkan demokrasi Pancasila dengan senantiasa
bermusyawarah secara kekeluargaan dan gotong royong untuk kepentingan bersama;
5. KARYA NYATA
Ormas MKGR dengan karya nyata berusaha membangun Negara dan Bangsa dengan
Ridho Tuhan Yang Maha Esa.
Pasal 3
LIMA GARIS (LARIS) ORGANISASI
Ormas MKGR dalam menjalankan tugas organisasi menempuh Lima Garis, yaitu : Garis
Kesadaran, Garis Persatuan, Garis Komunikasi, Garis Kekaryaan, dan Garis Ketahanan
Nasional.
1. GARIS KESADARAN
Setiap gerak dan langkah organisasi maupun anggota Ormas MKGR harus berdasarkan
kesadaran. Dalam Ormas MKGR tidak ada paksaan, tekanan dan ancaman. Semua
pelaksanaan program organisasi dan tindakan anggotanya semata-mata karena sadar
akan hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dengan kesadaran itu
anggota Ormas MKGR rela melaksanakan sesuatu yang berguna tanpa
mempertanyakan untung ruginya secara pribadi, tetapi semata-mata ingin
mempersembahkan Karya Nyata sebagai amal saleh dan untuk kebahagiaan bersama;
2. GARIS PERSATUAN
Setiap tindakan yang ambil oleh organisasi maupun oleh anggota harus selalu
ditunjukkan dan atas dasar persatuan dan kesatuan. Ini berarti bahwa segala
pelaksanaan program maupun perbuatan anggota tidak boleh berakibat timbulnya
perpecahan baik dalam lingkungan organisasi sendiri maupun dikalangan masyarakat
luas;
2
3. GARIS KOMUNIKASI
Dalam memikirkan dan mengambil tindakan untuk dan atas nama Ormas MKGR, para
pimpinan atau anggota organisasi harus senantiasa berkomunikasi atau dengan kata
lainnya agar jangan sampai terputus komunikasi baik lahiriah maupun bathiniah;
4. GARIS KERAKYATAN
Apapun yang hendak dilakukan atau tidak dilakukan oleh Ormas MKGR sebagai
organisasi maupun anggota selaku pribadi harus senantiasa menuju dan membawa
manfaat bagi rakyat. Jika ada masalah yang berbeda dan bertentangan, maka yang
dipilih Ormas MKGR adalah masalah yang menguntungkan dan memenangkan
kepentingan rakyat, sebab Ormas MKGR adalah organisasi rakyat yang lahir dari, oleh
dan untuk rakyat;
Pasal 4
3 A (ASAH, ASIH dan ASUH)
3
Pasal 5
KIPRAH ORGANISASI
K Kesinambungan
I Idealisme
P Percaya Diri
R Realistik, Pragmatik, Dinamik
A Asas Pancasila yang diamalkan dengan Panca Moral Ormas MKGR
H Hikmah perjuangan yang tidak mengenal menyerah dan putus asa.
KIPRAH Ormas MKGR ini bermakna bahwa dalam mengemban tugas organisasi, Ormas MKGR
harus diarahkan agar tercapai sasaran sebagai berikut :
4
BAB II
KEANGGOTAAN ORGANISASI
Bagian Kesatu
SYARAT KEANGGOTAAN
Pasal 6
1. Untuk menjadi anggota Ormas MKGR, calon anggota diharuskan mengajukan permintaan
secara resmi dan tertulis kepada Pimpinan Organisasi dengan mengisi formulir yang telah
tersedia;
2. Formulir keanggotaan harus diisi sebagai berikut :
a. Untuk tingkat Anak Cabang dan Ranting rangkap 4 (empat) : satu rangkap dikirim
kepada Dewan Pimpinan Cabang sebagai bahan untuk pengesahan, satu rangkap
dikirim kepada Dewan Pimpinan Daerah sebagai tembusan, satu rangkap dikirim
kepada Dewan Pimpinan Pusat sebagai tembusan, satu rangkap untuk arsip Dewan
Pimpinan Anak Cabang dan Dewan Pimpinan Ranting;
b. Untuk tingkat Cabang rangkap 3 (tiga) : satu rangkap dikirim kepada Dewan Pimpinan
Daerah sebagai bahan untuk pengesahan, satu rangkap dikirim kepada Dewan
Pimpinan Pusat sebagai tembusan, dan satu rangkap untuk arsip Dewan Pimpinan
Cabang;
c. Untuk tingkat Daerah rangkap 2 (dua) : satu rangkap dikirim kepada Dewan Pimpinan
Pusat sebagai bahan untuk pengesahan dan satu rangkap untuk arsip Dewan
Pimpinan Daerah.
3. Panitia peneliti yang telah dibentuk oleh Pimpinan Organisasi, mengadakan penelitian
atas permintaan calon anggota tersebut untuk dipertimbangkan diterima atau tidak
diterima menjadi anggota sesuai dengan ketentuan BAB VIII Anggaran Dasar.
Pasal 7
1. Dengan saran dari Panitia Peneliti, Pimpinan Organisasi setempat akan meneruskan
kepada Pimpinan Organisasi sesuai dengan jenjang struktur organisasi;
2. Pengesahan terhadap calon anggota menjadi anggota, serendah-rendahnya adalah
Dewan Pimpinan Cabang.
5
Pasal 8
1. Penerimaan keanggotaan Ormas MKGR hanya berlaku secara perorangan dan
direkomendasikan sekurang-kurangnya dua orang yang telah menjadi anggota;
2. Calon anggota yang telah memenuhi syarat dinyatakan menjadi anggota harus menjalani
percobaan selama 3 (tiga) bulan;
3. a. Setiap anggota memiliki Kartu Tanda Anggota;
b. Kartu Tanda Anggota dibuat seragam oleh Dewan Pimpinan Pusat Ormas MKGR
untuk seluruh Indonesia;
c. Penataan Kartu Keanggotaan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
Bagian Kedua
Rangkap Jabatan Organisasi Masa Sejenis
Pasal 9
1. Ormas MKGR tidak memperbolehkan anggotanya rangkap jabatan menjadi anggota
Ormas lain sejenis;
2. Ormas lain sejenis sebagaimana yang dimaksud ayat (1) adalah Organisasi Masyarakat
Pendiri Partai Golongan Karya.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Bagian Kesatu
HAK ANGGOTA
Pasal 10
Setiap anggota yang mempunyai hak :
1. Mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan berupa pandangan, saran, usulan,
dan pertanyaan dapat disampaikan kepada organisaasi melalui saluran yang telah
ditentukan;
2. Memilih dan dipilih;
3. Memperoleh perlindungan dan pembelaan;
4. Memperoleh penghargaan dan kesempatan mengembangkan diri.
6
Bagian Kedua
KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 11
Setiap Anggota berkewajiban :
1. Menghayati dan mengamalkan Landasan Perjuangan Ormas MKGR, yaitu : Panca
Moral, Lima Garis, 3 A dan KIPRAH Ormas MKGR;
2. Mematuhi dan melaksanakan seluruh ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga;
3. Mematuhi dan melaksanakan keputusan Musyawarah Besar dan ketentuan peraturan
Ormas MKGR lainnya;
4. Mengamankan dan memperjuangkan kebijakan Ormas MKGR;
5. Membela kepentingan Ormas MKGR dari setiap usaha dan tindakan yang merugikan
Ormas MKGR;
6. Menghadiri Musyawarah, Rapat-Rapat dan Kegiatan Ormas MKGR;
7. Berpartisipasi aktif dalam melaksanakan program kerja, kebijakan dan kegiatan Ormas
MKGR;
8. Melaporkan diri kepada Pimpinan Organisasi sesuai tingkatannya apabila berpindah
domisili tempat tinggal;
9. Membayar Iuran Anggota.
BAB IV
DISIPLIN ANGGOTA
Pasal 12
1. Setiap anggota yang melanggar ketentuan organisasi dan melakukan kegiatan-kegiatan
yang merugikan organisasi dan/atau melanggar disiplin organisasi dapat dijatuhkan
sanksi;
2. Setiap anggota yang melanggar ketentuan organisasi dan melakukan kegiatan-kegiatan
yang merugikan organisasi dan/atau melanggar disiplin organisasi dapat mengajukan
pembelaan diri;
3. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Peraturan Organisasi.
7
BAB V
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
Pasal 13
1. Anggota Organisasi berhenti karena :
a. Meninggal Dunia;
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri;
c. Diberhentikan dengan hormat;
d. Diberhentikan dengan tidak hormat.
2. Anggota diberhentikan karena :
a. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota;
b. Menjadi Anggota Ormas lain yang sejenis;
c. Melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
d. Melakukan tindakan atau perbuatan yang bertentangan dengan Keputusan dan
Kebijakan Ormas MKGR.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang pemberhentian anggota diatur dalam Peraturan
Organisasi.
BAB VI
KRITERIA KEPEMIMPINAN ORGANISASI
Pasal 14
1. Ormas MKGR mempunyai kriteria Kepemimpinan sebagai berikut :
a. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Setia kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945;
c. Memiliki prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela;
d. Memiliki kapabilitas dan akseptabilitas serta berpengalaman yang luas dalam
berorganisasi;
e. Untuk jabatan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat, sudah pernah menjadi Pengurus
Dewan Pimpinan Pusat atau Dewan Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya selama 1
(satu) periode penuh.
8
2. Setiap pengurus pada semua jenjang Kepemimpinan Organisasi dilarang merangkap
jabatan dalam jenjang kepengurusan Dewan Pimpinan lainnya yang bersifat Vertikal;
3. Ketentuan lebih lanjut tentang Kriteria Kepemimpinan Organisasi sebagaimana yang
dimaksud pada ayat 1 (satu) akan diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB VII
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN
Bagian Kesatu
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN DEWAN PIMPINAN PUSAT
Pasal 15
Dewan Pimpinan Pusat adalah Pelaksana dan Pengendali kebijakan dan kegiatan organisasi
tingkat Pusat dengan Struktur dan Personalia yang terdiri atas :
1. Pengurus Harian : Ketua Umum, Ketua Harian (bila diperlukan), Wakil Wakil Ketua
Umum, Ketua-Ketua Bidang, Sekretaris Jenderal, Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal,
Bendahara Umum dan Wakil-Wakil Bendahara Umum;
2. Pengurus Pleno : Pengurus Pleno adalah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tersebut diatas ditambah dengan Koordinator Departemen dan Anggota-Anggota
Departemen.
Bagian Kedua
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN DEWAN PIMPINAN DAERAH
Pasal 16
Dewan Pimpinan Daerah adalah Pelaksana dan Pengendali kebijakan dan kegiatan organisasi
tingkat Provinsi dengan Struktur dan Personalia yang terdiri atas :
1. Pengurus Harian : Ketua, Ketua Harian (bila diperlukan), Wakil Wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil-Wakil Bendahara;
2. Pengurus Pleno : Pengurus Pleno adalah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tersebut diatas, ditambah dengan Koordinator Biro dan Anggota-Anggota Biro sesuai
dengan kebutuhan.
9
Bagian Ketiga
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN DEWAN PIMPINAN CABANG
Pasal 17
Dewan Pimpinan Cabang adalah Pelaksana dan Pengendali kebijakan dan kegiatan organisasi
tingkat Kabupaten/Kota dengan Struktur dan Personalia yang terdiri atas :
1. Pengurus Harian : Ketua, Ketua Harian (bila diperlukan), Wakil Wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil-Wakil Bendahara;
2. Pengurus Pleno : Pengurus Pleno adalah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tersebut diatas, ditambah dengan Koordinator Bagian dan Anggota-Anggota Bagian
sesuai dengan kebutuhan.
Bagian Keempat
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN DEWAN PIMPINAN ANAK CABANG
Pasal 18
Dewan Pimpinan Anak Cabang adalah Pelaksana dan Pengendali kebijakan dan kegiatan
organisasi tingkat Kecamatan dengan Struktur dan Personalia yang terdiri atas :
1. Pengurus Harian : Ketua, Wakil Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil-Wakil Bendahara;
2. Pengurus Pleno : Pengurus Pleno adalah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tersebut diatas, ditambah dengan Koordinator Seksi dan Anggota-Anggota Seksi sesuai
dengan kebutuhan.
Bagian Kelima
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN DEWAN PIMPINAN RANTING
Pasal 19
Dewan Pimpinan Ranting adalah Pelaksana dan Pengendali kebijakan dan kegiatan organisasi
tingkat Kelurahan/Desa atau sebutan lain, dengan Struktur dan Personalia yang terdiri atas :
1. Pengurus Harian : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil
Bendahara;
10
2. Pengurus Pleno : Pengurus Pleno adalah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tersebut diatas ditambah dengan Koordinator Sub Seksi dan Anggota-Anggota Sub Seksi
sesuai dengan kebutuhan.
Bagian Keenam
PERWAKILAN LUAR NEGERI
Pasal 20
1. Perwakilan Ormas MKGR diluar negeri dibentuk disuatu negara dan/atau gabungan
beberapa negara;
2. Susunan Struktur Pengurus, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Perwakilan Ormas
MKGR di luar negeri, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
Bagian Ketujuh
TUGAS, WEWENANG , TANGGUNG JAWAB DAN TATA KERJA
STRUKTUR PENGURUS
Pasal 21
Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab dan Tata Kerja Struktur Pengurus Dewan Pimpinan Pusat,
Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang, Dewan Pimpinan Anak Cabang dan Dewan
Pimpinan Ranting, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
BAB VIII
PENDIRI
Pasal 22
Pendiri Ormas MKGR adalah tokoh-tokoh yang ikut langsung berperan bersama Almarhum
Bapak R.H. Soegandhi dalam mendirikan Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah
Kekeluargaan Gotong Royong.
11
BAB IX
KEDUDUKAN, SUSUNAN DAN TUGAS
DEWAN KEHORMATAN
Pasal 23
BAB X
KEDUDUKAN, SUSUNAN DAN TUGAS
DEWAN PENASEHAT
Pasal 24
1. Dewan Penasehat mulai dari tingkat Pusat sampai tingkat Ranting disusun dan
ditetapkan dalam musyawarah organisasi menurut tingkatannya;
2. Personalia Dewan Penasehat terdiri dari Tokoh-Tokoh Ormas MKGR, Tokoh-Tokoh
Masyarakat dan Pejabat Publik yang mempunyai kepedulian dan simpati terhadap
kemajuan Ormas MKGR;
12
3. Masa kepengurusan Dewan Penasehat sama dengan masa kepengurusan Dewan
Pimpinan disetiap tingkatan;
4. Dewan Penasehat bertugas memberikan saran dan nasehat kepada Pengurus Ormas
MKGR.
BAB XI
KEDUDUKAN, SUSUNAN DAN TUGAS
MAJELIS TINGGI
Pasal 25
BAB XII
DEWAN PAKAR
Pasal 26
1. Dewan Pakar berada dari tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, disusun dan
ditetapkan dalam musyawarah organisasi menurut tingkatannya;
2. Personalia Dewan Pakar terdiri dari tokoh-tokoh masayarakat, pejabat publik yang
mempunyai kepedulian dan simpati terhadap kemajuan Ormas MKGR;
3. Dewan Pakar bertugas memberikan pandangan dan pemikiran kepada Pengurus Ormas
MKGR tentang peran serta Ormas MKGR dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita
nasional.
13
BAB XIII
KEPUTUSAN DAN LAPORAN
Bagian Kesatu
KEPUTUSAN
Pasal 27
1. Setiap keputusan musyawarah adalah keputusan yang mengikat dalam organisasi Ormas
MKGR;
2. Semua tingkatan organisasi harus tunduk dan patuh terhadap keputusan organisasi
sesuai dengan jenjang struktur organisasi Ormas MKGR.
Bagian Kedua
LAPORAN
Pasal 28
1. Setiap tingkatan organisasi berkewajiban memberikan laporan kegiatan kepada
tingkatan organisasi diatasnya;
2. Organisasi yang lebih tinggi jenjang strukturnya berkewajiban memberikan pembinaan
kepada organisasi yang lebih rendah jenjang strukturnya.
BAB XIV
ORGANISASI JAJARAN, BADAN DAN LEMBAGA
Pasal 29
1. Organisasi Jajaran, Lembaga-Lembaga dan Badan-Badan dapat melakukan pengaturan
dan pengelolaan manajemen serta administrasi sendiri;
2. Masa Bakti Organisasi Jajaran, Lembaga-Lembaga dan Badan-Badan dalam ruang lingkup
Ormas MKGR sama dengan Masa Bakti Kepengurusan Ormas MKGR disetiap tingkatan;
3. Uraian, tugas, wewenang dan tanggung jawab Organisasi Jajaran, Lembaga-Lembaga dan
Badan-Badan yang lebih terinci diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
14
BAB XV
PERGANTIAN ANTAR WAKTU
Pasal 30
1. Jabatan lowong antar waktu Personalia Dewan Pimpinan Ormas MKGR terjadi karena :
a. Meninggal Dunia;
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;
c. Diberhentikan.
2. Kewenangan untuk memberhentikan Personalia Dewan Pimpinan sebagaimana
dimaksud pada b dan c ayat 1 (satu) diatas diatur berjenjang sebagai berikut :
a. Untuk Dewan Pimpinan Pusat dilakukan oleh Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat dan
dilaporkan pada Majelis Permusyawaratan Organisasi (MPO);
b. Untuk Dewan Pimpinan Daerah dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan Daerah;
c. Untuk Dewan Pimpinan Cabang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan Cabang;
d. Untuk Dewan Pimpinan Anak Cabang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan Anak
Cabang;
e. Untuk Dewan Pimpinan Ranting dilakukan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan Ranting.
Pasal 31
Pengisian Jabatan lowong antar waktu Dewan Pimpinan Pusat dilakukan pada Rapat Pleno
Dewan Pimpinan Pusat dan dilaporkan pada Majelis Permusyawaratan Organisasi (MPO).
Pasal 32
Pengisian Jabatan lowong antar waktu Dewan Pimpinan Daerah dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Pusat dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan
Daerah.
15
Pasal 33
Pengisian Jabatan lowong antar waktu Dewan Pimpinan Cabang dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Daerah dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan
Cabang.
Pasal 34
Pengisian Jabatan lowong antar waktu Dewan Pimpinan Anak Cabang dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Cabang dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan
Anak Cabang.
Pasal 35
Pengisian Jabatan lowong antar waktu Dewan Pimpinan Ranting dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Anak Cabang dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan
Pimpinan Ranting.
Pasal 36
1. Dalam situasi yang mendesak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan
organisasi, Dewan Pimpinan Pusat mempunyai kewenangan untuk memberhentikan
personalia Dewan Pimpinan Cabang sebagaimana dimaksud Pasal 30 ayat (2) huruf (c),
dan sekaligus pengisian jabatan lowong antar waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33;
2. Dalam situasi yang mendesak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan
organisasi, Dewan Pimpinan Daerah mempunyai kewenangan untuk memberhentikan
personalia Dewan Pimpinan Anak Cabang sebagaimana dimaksud Pasal 30 ayat (2) huruf
(d), dan sekaligus pengisian jabatan lowong antar waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34;
3. Dalam situasi yang mendesak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan
organisasi, Dewan Pimpinan Cabang mempunyai kewenangan untuk memberhentikan
personalia Dewan Pimpinan Ranting sebagaimana dimaksud Pasal 30 ayat (2) huruf (e),
dan sekaligus pengisian jabatan lowong antar waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35.
Pasal 37
Pengisian jabatan lowong antar waktu, termasuk hasil Musyawarah Luar Biasa pada semua
tingkatan, hanya melanjutkan sisa masa jabatan Pengurus yang digantikannya.
16
BAB XVI
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Bagian Kesatu
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT PUSAT
Pasal 38
17
Pasal 39
Ketentuan mengenai Musyawarah Besar sebagaimana tercantum dalam Pasal 38 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Besar Luar Biasa.
Pasal 40
Pasal 41
18
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Pusat;
b. Majelis Tinggi;
c. Dewan Kehormatan;
d. Dewan Penasehat Pusat;
e. Dewan Pakar Pusat;
f. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
g. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Pusat.
3. Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Bagian Kedua
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT DAERAH PROVINSI
Pasal 42
19
6. Pimpinan Musyawarah Daerah dipilih dari dan oleh peserta;
7. Sebelum Pimpinan Musyawarah Daerah terpilih, Pimpinan Sementara adalah Dewan
Pimpinan Daerah Provinsi.
Pasal 43
Ketentuan mengenai Musyawarah Daerah sebagaimana tercantum dalam Pasal 42 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Daerah Luar Biasa.
Pasal 44
20
Pasal 45
Bagian Ketiga
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT CABANG KABUPATEN/KOTA
Pasal 46
1. Musyawarah Cabang (MUSCAB) Kabupaten/Kota dihadiri oleh :
a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
b. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
c. Dewan Penasehat Cabang Kabupaten/Kota;
d. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Cabang Kabupaten/Kota.
21
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Pakar Cabang Kabupaten/Kota;
b. Dewan Penasehat Anak Cabang Kecamatan.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang
Kabupaten/Kota;
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara.
6. Pimpinan Musyawarah Cabang dipilih dari dan oleh peserta.
7. Sebelum Pimpinan Musyawarah Cabang terpilih, Pimpinan Sementara adalah Dewan
Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota.
Pasal 47
Ketentuan mengenai Musyawarah Cabang sebagaimana tercantum dalam Pasal 46 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Cabang Luar Biasa.
Pasal 48
22
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Pimpinan Cabang ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota.
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara.
Pasal 49
1. Rapat Kerja Cabang, dihadiri oleh :
a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
b. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
c. Dewan Penasehat Cabang Kabupaten/Kota;
d. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Cabang Kabupaten/Kota.
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Pakar Cabang Kabupaten/Kota;
b. Dewan Penasehat Anak Cabang Kecamatan.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Kerja Cabang ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;.
Bagian Keempat
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT ANAK CABANG
Pasal 50
23
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
b. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
c. Dewan Penasehat Anak Cabang Kecamatan;
d. Dewan Pimpinan Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Anak Cabang Kecamatan.
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Penasehat Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang
Kecamatan.
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara.
6. Pimpinan Musyawarah Anak Cabang dipilih dari dan oleh peserta.
7. Sebelum Pimpinan Musyawarah Anak Cabang terpilih, Pimpinan Sementara adalah Dewan
Pimpinan Anak Cabang Kecamatan.
Pasal 51
Ketentuan mengenai Musyawarah Anak Cabang sebagaimana tercantum dalam Pasal 50 ayat
(1) sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa.
Pasal 52
1. Rapat Pimpinan Anak Cabang, dihadiri oleh :
a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
b. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
c. Dewan Penasehat Anak Cabang Kecamatan;
d. Dewan Pimpinan Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Anak Cabang Kecamatan.
24
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Penasehat Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Pimpinan Anak Cabang ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan.
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara.
Pasal 53
Bagian Kelima
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT RANTING KELURAHAN/DESA ATAU SEBUTAN LAIN
Pasal 54
1. Musyawarah Ranting (MUSRAN) Kelurahan/Desa atau Sebutan lain dihadiri oleh :
a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
25
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
b. Dewan Pimpinan Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
c. Dewan Penasehat Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
d. Organisasi Jajaran Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
e. Anggota Ormas MKGR yang berdomisili di Kelurahan/Desa atau sebutan lain tersebut.
3. Peninjau terdiri atas :
a. Tokoh Masyarakat Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Ranting
Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara.
6. Pimpinan Musyawarah Ranting dipilih dari dan oleh peserta.
7. Sebelum Pimpinan Musyawarah Ranting terpilih, Pimpinan Sementara adalah Dewan
Pimpinan Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain.
Pasal 55
Ketentuan mengenai Musyawarah Ranting sebagaimana tercantum dalam Pasal 54 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Ranting Luar Biasa.
Pasal 56
26
3. Peninjau terdiri atas :
a. Tokoh Masyarakat Kelurahan/Desa atau sebutan lain.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Kerja Ranting ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain.
Pasal 57
1. Dalam situasi dan kondisi Pandemi Covid-19 dan/atau wabah lainnya belum berakhir, maka
kehadiran peserta, peninjau dan undangan pada musyawarah dan rapat-rapat disemua
tingkatan organisasi, harus berpedoman pada Protokol Kesehatan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat dan/atau Daerah;
2. Peserta, Peninjau dan Undangan sebagaimana dimaksud dalam BAB XVI, diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Organisasi.
BAB XVII
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 58
1. Musyawarah dan rapat-rapat adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah
peserta;
2. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat
dan apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai maka keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak (voting);
3. Dalam hal musyawarah mengambil keputusan tentang pemilihan Pimpinan, sekurang-
kurangnya disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir sebagimana
dimaksud dalam ayat (1);
4. Khusus tentang perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga :
a. Dihadiri oleh lebih dari 2/3 (dua pertiga) jumlah peserta;
b. Keputusan sah apabila mendapat persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga)
dari jumlah peserta yang hadir.
27
BAB XVIII
ARTI MAKNA LAMBANG ORMAS MKGR
Pasal 59
A. 1. PERISAI SEGI LIMA
Artinya : Pancasila/Panca Moral Ormas MKGR
2. SINAR BINTANG BERJUMLAH 45
Artinya : Semangat Proklamasi tahun 1945 dan Undang Undang Dasar 1945.
3. KAPAS BERJUMLAH 8
Artinya : Melambangkan bulan ke 8 (Agustus)
4. PADI BERBUTIR 17
Artinya : Melambangkan tanggal 17
B. MAKNA KE I
1. GAMBAR PADI
Melambangkan Kaum Tani, Pangan dan Kemakmuran.
2. GAMBAR KAPAS
Melambangkan Kaum Buruh, Sandang dan Keadilan
3. GAMBAR BERINGIN
Melambangkan Pengayoman, Kepribadian Indonesia dan Demokrasi.
C. MAKNA KE II
1. PADI, KAPAS, BERINGIN
Melambangkan cita-cita Ormas MKGR untuk mewujudkan Masyarakat ADIL,
MAKMUR, BERKEPRIBADIAN INDONESIA dan PENGAYOMAN dimana rakyat akan
merasa bebas dari segala bentuk penderitaan.
2. BINTANG SEGI LIMA
Melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
KESIMPULAN
Gambar Ormas MKGR bermakna (A+B+C), bahwa dengan semangat Proklamasi 17 Agustus
1945, berdasarkan Pancasila dan berlandaskan Undang Undang Dasar 1945, Ormas MKGR
selalu mengayomi rakyat untuk mencapai masyarakat bangsa Indonesia yang adil dan makmur
serta di ridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
28
KETERANGAN PANJI-PANJI
UKURAN :
- Perbandingan Lebar dan Panjang 2:3.
- Ukuran biasa, lebar 80 cm, Panjang 120 cm.
- Ukuran besar, Lebar 100 cm, Panjang 150 cm.
BENTUK :
- Panji-Panji Ormas MKGR berbentuk empat persegi panjang.
- 1/3 dari panjang (bagian pangkal) berwarna merah, dilengkapi dengan tulisan Ormas
MKGR dari atas kebawah.
- 2/3 selebihnya berwarna dasar kuning dengan diberikan tanda gambar Ormas MKGR
(tanpa perisai segi lima).
KETERANGAN BENDERA
UKURAN :
- Perbandingan Lebar dan Panjang 2:3
- Ukuran Bendera Lebar 100 cm, Panjang 150 cm, Lebar 80 cm, Panjang 120 cm,
Lebar 40 cm, Panjang 60 cm
BENTUK :
- 1/3 bagian pangkal berwarna merah dilengkapi tulisan Ormas MKGR dari atas
kebawah.
- 2/3 selebihnya berwarna dasar kuning telor dengan diberikan gambar logo Ormas
MKGR lengkap dengan Perisai Segi Lima.
29
KETERANGAN PAPAN NAMA
UKURAN :
- Perbandingan Lebar dan panjang 2:3
- Untuk Ranting dan Anak Cabang berukuran 100 cm x 150 cm.
- Untuk Cabang dan Daerah ukuran 120 cm x 150 cm
- Untuk Pusat ukuran 150 cm x 180 cm.
BENTUK :
- Lambang yang digambar pada Papan Nama ialah lambang Ormas MKGR secara
lengkap.
- Bentuk tulisan pada papan nama contoh sebagai berikut :
a. Tingkat Organisasi misalnya :
DEWAN PIMPINAN DAERAH
DEWAN PIMPINAN CABANG
DEWAN PIMPINAN ANAK CABANG
DEWAN PIMPINAN RANTING
WARNA :
- Pada bagian logo dan tulisan, dasar papan nama warna putih dan warna lengkap pada
logo Ormas MKGR.
- Pada bagian tulisan, dasar warna putih dan tulisan warna hitam, kecuali singkatan
nama ORMAS MKGR ditulis dengan huruh merah.
- Bingkai papan nama berwarna merah.
30
BAB XIX
KEUANGAN ORGANISASI
Pasal 60
1. Sumber Keuangan Organisasi diperoleh dari :
a. Iuran Pangkal;
b. Iuran Wajib;
c. Iuran Sukarela;
d. Sumbangan Perorangan;
e. Sumbangan Badan atau Lembaga;
f. Usaha-usaha lain yang sah;
g. Bantuan dan Anggaran Negara/Daerah;
h. Aset dan Kekayaan Organisasi.
2. Semua pemasukan dan pengeluaran keuangan organisasi dipertanggung jawabkan oleh
Dewan Pimpinan pada musyawarah sesuai tingkatannya dan dilaporkan kepada instansi
yang berwenang menurut peraturan perundangan-undangan.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang pengelolaan keuangan dan mekanisme
pertanggungjawaban keuangan organisasi diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB XX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 61
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur kemudian dalam
Peraturan Organisasi, Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis lainnya.
2. Anggaran Rumah Tangga ini disahkan dan berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 30 Oktober 2020
31
PIMPINAN MUSYAWARAH BESAR IX
ORMAS MKGR TAHUN 2020