Anda di halaman 1dari 64

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

KEPUTUSAN MUSYAWARAH BESAR IX ORMAS MKGR TAHUN 2020

NOMOR: X/MUBES-IX/O/MKGR/2020

Menimbang : a. bahwa Ormas MKGR sebagai Organisasi Masa yang mempunyai


tanggung jawab mewujudkan cita-cita dan tujuan Nasional bangsa
Indonsia;
b. bahwa Ormas MKGR sebagai Organisasi Kemasyarakatan yang
menjunjung tinggi nilai musyawarah dan mufakat, nilai Kekeluargaan
dan Gotong Royong serta nilai-nilai dalam Panca Moral dituntut untuk
senantiasa melakukan penyesuaian dan pembaharuan internal sesuai
dengan dinamika tantangan zaman;
c. bahwa untuk pelaksanaan kewajiban memantapkan keberadaan,
peran dan Fungsi Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah
Kekeluargaan Gotong Royong (Ormas MKGR) ditengah-tengah
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, perlu dilakukan
penyempurnaan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Ormas MKGR;
d. bahwa sebagaimana yang dimaksud butir a, b dan c di atas, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Musyawarah Besar IX Ormas MKGR
Tahun 2020.

Mengingat : 1. Keputusan Musyawarah Besar IX Ormas MKGR Nomor: I/MUBES-


IX/O/MKGR/2020 tanggal 30 Oktober 2020 tentang Jadwal Acara
Musyawarah Besar IX Ormas MKGR Tahun 2020;
2. Keputusan Musyawarah Besar IX Ormas MKGR Nomor: II/MUBES-
IX/O/MKGR/2020 tanggal 30 Oktober 2020 tentang Peraturan Tata
Tertib Musyawarah Besar IX Ormas MKGR Tahun 2020;
3. Keputusan Musyawarah Besar IX Ormas MKGR Nomor: III/MUBES-
IX/O/MKGR/2020 tanggal 30 Oktober 2020 tentang Komposisi dan
Personalia Pimpinan Musyawarah Besar IX Ormas MKGR Tahun 2020;
4. Keputusan Musyawarah Besar IX Ormas MKGR Nomor: IV/MUBES-
IX/O/MKGR/2020 tanggal 30 Oktober 2020 tentang Laporan
Pertanggungjawaban DPP Ormas MKGR Masa Bakti 2015 – 2020;
5. Keputusan Musyawarah Besar IX ORMAS MKGR Nomor: V/MUBES-
IX/O/MKGR/2020 tanggal 30 Oktober 2020 tentang Pengesahan
Calon Tunggal Ketua Umum DPP Ormas MKGR Masa Bakti 2020-2025;
6. Keputusan Musyawarah Besar IX ORMAS MKGR Nomor: VI/MUBES-
IX/O/MKGR/2020 tanggal 30 Oktober 2020 tentang Pengesahan
Ketua Umum DPP Ormas MKGR Masa Bakti 2020-2025;
7. Keputusan Musyawarah Besar IX Ormas MKGR Nomor: VII/MUBES-
X/O/MKGR/2020 tanggal 30 Oktober 2020 tentang Pengesahan Ketua
Majelis Tinggi DPP Ormas MKGR Masa Bakti 2020 -2025;
8. Keputusan Musyawarah Besar IX Ormas MKGR Nomor: VIII/MUBES-
X/O/MKGR/2020 tanggal 30 Oktober 2020 tentang Pembentukan
Formatur Musyawarah Besar (MUBES-IX) Ormas MKGR Tahun 2020;
9. Keputusan Musyawarah Besar IX Ormas MKGR Nomor: IX/MUBES-
X/O/MKGR/2020 tanggal 30 Oktober 2020 tentang Pembentukan
Komisi-Komisi Musyawarah Besar (MUBES-IX) Ormas MKGR Tahun
2020.

Memperhatikan : Saran dan pendapat yang dikemukakan dalam Rapat Paripurna IV


Musyawarah Besar IX Ormas MKGR Tahun 2020 tanggal 30 Oktober
2020.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MUSYAWARAH BESAR IX ORMAS MKGR TAHUN 2020


TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN
RUMAH TANGGA ORMAS MKGR TAHUN 2020.

Pasal 1

Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas MKGR secara lengkap dan
terinci adalah tertuang dalam Naskah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas
MKGR yang telah diubah dan menjadi lampiran serta merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini.
Pasal 2
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas MKGR sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 merupakan pedoman dan dasar peraturan yang mengikat untuk seluruh anggota,
kader, pengurus dan organisasi jajaran dalam lingkup Ormas MKGR.

Pasal 3
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
ANGGARAN DASAR ORMAS MKGR

PEMBUKAAN

Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945 telah menjamin warganya untuk berserikat dan berkumpul untuk melaksanakan
hak dan kewajibannya guna mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia mengisi kemerdekaan
sesuai dengan amanat Proklamasi 17 Agustus 1945.

Bahwa Amanat Penderitaan Rakyat merupakan tuntutan luhur yang harus diperjuangkan guna
melindungi kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang sejajar dengan kemajuan
bangsa-bangsa di dunia dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Bahwa kesepakatan seluruh Bangsa Indonesia dalam mengamankan dan mengamalkan


Pancasila sebagai “Ideologi Negara” perlu dijamin kelangsungannya sepanjang masa. Bahwa
untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut diperlukan suatu wadah yang dapat mengikat jiwa
dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa, dengan tidak mengenal perbedaan suku,
agama, ras dan antar golongan, maka dibentuklah Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah
Kekeluargaan Gotong Royong (Ormas MKGR) yang merupakan suatu wadah perjuangan rakyat
yang berdasarkan Pancasila guna mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera serta
dijiwai dengan semangat budi pekerti yang luhur dan berakhlak mulia.

Bahwa Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (Ormas MKGR)


dalam mewujudkan cita-cita bangsa bersikap kerakyatan, menolak faham-faham feodalisme,
kolonialisme, imperialisme, atheisme dalam segala bentuk. Dalam pembinaan organisasi selalu
berpegang kepada sikap saling asuh, asah dan asih dengan berpedoman kepada Panca Moral,
yaitu : Cinta, Jujur, Berani, Musyawarah dan Karya Nyata.

Bahwa untuk pelaksanaan tugas dan kewajiban Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah


Kekeluargaan Gotong Royong (Ormas MKGR), maka disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah tangga sebagai berikut :

1
BAB I
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Bagian Kesatu
NAMA

Pasal 1
Organisasi ini bernama “Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah Kekeluargaan Gotong
Royong” disingkat Ormas MKGR.

Bagian Kedua
WAKTU

Pasal 2
Ormas MKGR didirikan pada tanggal 3 Januari 1960 untuk waktu yang tidak ditentukan.

Bagian Ketiga
KEDUDUKAN

Pasal 3
Ormas MKGR berwilayah dan berkedudukan dalam lingkungan kekuasaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan berpusat di Ibu Kota Negara.

BAB II
ASAS

Pasal 4
Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (Ormas MKGR)
berasaskan Pancasila.

2
BAB III
SIFAT, FUNGSI DAN PEDOMAN

Bagian Kesatu
SIFAT

Pasal 5
Ormas MKGR adalah Organisasi Kemasyarakatan yang hidup di tengah-tengah rakyat, milik
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, bersifat terbuka tanpa membedakan suku, agama, ras
dan antar golongan. Ormas MKGR menentang ajaran-ajaran yang bertentangan dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta menentang segala bentuk penindasan,
perbudakan dan pemerasan.

Bagian Kedua
FUNGSI

Pasal 6
Ormas MKGR adalah Organisasi Kemasyarakatan yang berkembang dan hidup ditengah-tengah
rakyat, berfungsi menyerap, menyalurkan aspirasi rakyat dan menyiapkan kader-kader dengan
memperhatikan kesetaraan gender dalam dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Bagian Ketiga
PEDOMAN

Pasal 7
Ormas MKGR dalam pengabdian dan perjuangannya senantiasa berpedoman kepada Panca
Moral Ormas MKGR, yaitu : Cinta, Jujur, Berani, Musyawarah dan Karya Nyata sebagai moral
perjuangan.

3
BAB IV
VISI DAN MISI

Bagian Kesatu
VISI

Pasal 8
1. Terwujudnya kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang adil, makmur,
sejahtera, merata materiil dan spiritual, mengembanggkan kehidupan demokrasi yang
menjunjung tinggi dan menghormati kebenaran, keadilan hukum dan hak azasi manusia;
2. Terwujudnya Ormas MKGR yang kuat, berwibawa, bersatu, mandiri, demokrasi, mengakar
ditengah-tengah rakyat, religius, berwawasan kebangsaan dan persatuan nasional.

Bagian Kedua
MISI
Pasal 9
1. Mengamalkan, mengamankan dan mempertahankan Pancasila sebagai ideologi Negara;
2. Mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat;
3. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokrasi, aman, tenteram dan sejahtera;
4. Menegakkan supremasi hukum, keadilan dan kebenaran serta memegang teguh etika dan
moral yang bersumber dari ajaran agama dan budaya;
5. Mewujudkan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat dalam kerangka memperkokoh
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
6. Memajukan kebesaran Bangsa di berbagai kehidupan yang meliputi ideologi, Politik,
Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pertahanan Keamanan;
7. Menggalang persahabatan serta kerja sama antar bangsa-bangsa sedunia atas dasar saling
hormat menghormati sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat;
8. Menghimpun masa rakyat dari berbagai kalangan luas sesuai dengan fungsi dan profesinya
serta menyalurkan kehendak dan aspirasi rakyat secara konstitusi;
9. Membangun cita dan citra Ormas MKGR untuk meraih simpati dan kepercayaan rakyat
dengan semboyan “Sekali Ormas MKGR Tetap Ormas MKGR” yang mengabdi pada
kepentingan rakyat;

4
10. Membangun dan mengembangkan loyalitas dan militansi kader Ormas MKGR untuk
berpartisipasi aktif menjaga kepentingan Bangsa dan Negara.

BAB V
LANDASAN PERJUANGAN

Pasal 10
Ormas MKGR mempunyai Landasan Perjuangan Organisasi disebut PANCA MORAL, LIMA
GARIS, 3 A dan KIPRAH Ormas MKGR.

Pasal 11
1. PANCA MORAL Ormas MKGR adalah kesatuan pemikiran Ormas MKGR yang meliputi
dasar-dasar pemahaman, pengembangan serta pelaksanaan Pancasila secara nyata dalam
kehidupan sehari- hari;
2. PANCA MORAL Ormas MKGR merupakan pedoman, pegangan dan tuntunan dalam
melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila;
3. LIMA GARIS Ormas MKGR merupakan tuntunan sebagai penghayatan PANCA MORAL Ormas
MKGR dalam upaya mewujudkan hasil pembangunan sebagai pengamalan Pancasila;
4. 3 A Ormas MKGR adalah merupakan singkatan dari saling Asah, Asih dan Asuh;
5. KIPRAH ORMAS MKGR adalah penegasan kebulatan tekad Ormas MKGR dan mendorong
dalam melaksanakan PANCA MORAL Ormas MKGR dan pembangunan sebagai pengamalan
Pancasila.

BAB VI
ATRIBUT

Pasal 12
Ormas MKGR mempunyai atribut yang terdiri dari Panji-Panji, Lambang, Mars, dan Hymne
Ormas MKGR.

5
BAB VII
PROGRAM UMUM

Pasal 13
Program Umum sebagai haluan Organisasi ditetapkan dalam Musyawarah Besar dan/atau
Musyawarah Luar Biasa.

BAB VIII
KEANGGOTAAN ORGANISASI

Bagian Kesatu
KEANGGOTAAN

Pasal 14
Anggota Ormas MKGR adalah Warga Negara Republik Indonesia yang dengan sukarela
mengajukan permohonan menjadi anggota serta memenuhi persyaratan yang diberlakukan
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas MKGR.

Pasal 15
Ormas MKGR memiliki keanggotaan yang terdiri dari :
1. Calon Anggota;
2. Anggota;
3. Anggota Kehormatan.

Pasal 16
Yang dapat diterima sebagai anggota ialah :
1. Warga Negara Republik Indonesia yang telah berusia 17 tahun dan/atau yang sudah
menikah baik yang berada dalam negeri maupun diluar negeri;
2. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
3. Tidak menjadi anggota Organisasi yang dilarang oleh Pemerintah Republik Indonesia;
4. Menerima dan menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas MKGR.

6
Bagian Kedua
IKRAR

Pasal 17
1. Setiap calon anggota untuk menjadi anggota resmi Ormas MKGR diwajibkan
mengucapkan IKRAR dan menandatangani naskah IKRAR Organisasi;
2. IKRAR Ormas MKGR adalah sebagai berikut :
“Demi Allah dengan ini, saya............................ ........berikrar dengan ikhlas bersedia menjadi
Anggota Ormas MKGR sesuai persetujuan saya terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Ormas MKGR. Saya bersedia memenuhi dan memperjuangkan keputusan Organisasi
serta menjaga kewibawaan dan rahasia Organisasi. Saya bersedia menjadi teladan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Demikianlah Ikrar saya sebagai Anggota Ormas MKGR yang saya cintai dan junjung tinggi.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan segala Rahmat dan Karunia-Nya”.
Perkataan Demi Allah dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan agama anggota yang
bersangkutan.

BAB IX
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

Bagian Kesatu
HAK ANGGOTA

Pasal 18
1. Setiap Anggota mempunyai hak :
a. Bicara dan memberikan suara;
b. Memilih dan dipilih;
c. Membela diri.

2. Pengaturan lebih lanjut tentang Hak Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.

7
Bagian Kedua
KEWAJIBAN ANGGOTA

Pasal 19
1. Setiap Anggota berkewajiban untuk :
a. Mempertahankan, mengamankan dan mengamalkan Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945;
b. Menjunjung tinggi nama, kehormatan dan kewibawaan Ormas MKGR;
c. Memperjuangkan Azas, Visi, Misi dan Program Ormas MKGR;
d. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan Peraturan
Organisasi Ormas MKGR;
e. Melaksanakan dan mengamalkan Panca Moral Ormas MKGR dan berpegang teguh
pada sikap Saling Asuh, Asah dan Asih.
2. Pengaturan lebih lanjut tentang Kewajiban Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB X
KEDAULATAN
Pasal 20
Kedaulatan Organisasi berada ditangan anggota dan dilaksanakan menurut ketentuan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas MKGR.

BAB XI
STRUKTUR ORGANISASI
Bagian Kesatu
KEKUASAAN

Pasal 21
Kekuasaan dipegang oleh Musyawarah Besar, Musyawarah Daerah Provinsi, Musyawarah
Cabang Kabupaten/Kota, Musyawarah Anak Cabang Kecamatan dan Musyawarah Ranting
Desa/Kelurahan.

8
Bagian Kedua
DEWAN PIMPINAN

Pasal 22
1. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) adalah Pimpinan Organisasi Tertinggi yang memimpin dan
mengendalikan organisasi secara nasional dan berkedudukan di Ibukota Negara.

2. Dewan Pimpinan Pusat berwenang :


a. Menentukan kebijakan tingkat nasional sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Besar/ Musayawarah Besar Luar Biasa,
Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan Organisasi) serta Peraturan Organisasi
Ormas MKGR;
b. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Majelis Tinggi Ormas MKGR;
c. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Kehormatan Ormas MKGR;
d. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Penasehat Ormas MKGR;
e. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pakar Ormas MKGR;
f. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
g. Menyelesaikan Perselisihan Pengurus Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
h. Memberikan Penghargaan dan Sanksi sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.

3. Dewan Pimpinan Pusat berkewajiban :


a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Besar/ Musayawarah Besar Luar
Biasa, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan Organisasi) serta Peraturan
Organisasi Ormas MKGR;
b. Memberikan pertanggungjawaban Kepada Musyawarah Besar.

4. Dewan Pimpinan Pusat memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
ditetapkan dalam Musyawarah Besar.

9
Pasal 23
1. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) adalah Pimpinan Organisasi ditingkat Provinsi bertugas
memimpin dan mengendalikan organisasi pada tingkat provinsi dan berkedudukan di
Ibukota Provinsi.
2. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi berwenang :
a. Menentukan kebijakan tingkat provinsi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, Keputusan MPO ( Majelis
Permusyawaratan Organisasi), Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan
Dewan Pimpinan Pusat Ormas MKGR;
b. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Penasehat Provinsi;
c. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pakar Provinsi;
d. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
e. Menyelesaikan Perselisihan Kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
3. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi berkewajiban :
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, Keputusan MPO ( Majelis
Permusyawaratan Organisasi), Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan
Dewan Pimpinan Pusat Ormas MKGR;
b. Memberikan pertanggungjawaban Kepada Musyawarah Daerah.
4. Dewan Pimpinan Daerah memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
ditetapkan dalam Musyawarah Daerah Provinsi.

Pasal 24
1. Dewan Pimpinan Cabang (DPC) adalah Pimpinan Organisasi ditingkat Kabupaten/Kota,
bertugas memimpin dan mengendalikan organisasi pada tingkat Kabupaten/Kota dan
berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota.
2. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota berwenang :
a. Menentukan kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan Organisasi),
Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Pusat, Tingkat Provinsi, maupun
Tingkat Kabupaten/Kota, Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan Dewan

10
Pimpinan Pusat Ormas MKGR serta Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
b. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Penasehat Kabupaten/Kota;
c. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pakar Kabupaten/Kota;
d. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Anak Cabang;
e. Menyelesaikan Perselisihan Kepengurusan Dewan Pimpinan Anak Cabang;
3. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota berkewajiban :
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan Organisasi),
Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Pusat, Tingkat Provinsi, maupun
Tingkat Kabupaten/Kota, Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan Dewan
Pimpinan Pusat Ormas MKGR serta Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
b. Memberikan pertanggungjawaban Kepada Musyawarah Cabang Kabupaten/Kota.
4. Dewan Pimpinan Cabang memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
ditetapkan dalam Musyawarah Cabang Kabupaten/Kota.

Pasal 25
1. Dewan Pimpinan Anak Cabang (DPAC) adalah Pimpinan Organisasi ditingkat Kecamatan,
bertugas memimpin dan mengendalikan organisasi pada tingkat Kecamatan dan
berkedudukan di Ibukota Kecamatan dan bertanggung jawab kepada Musyawarah Anak
Cabang (MUSANCAB).
2. Dewan Pimpinan Anak Cabang berwenang :
a. Menentukan kebijakan tingkat Kecamatan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan Organisasi), Keputusan
Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Pusat, Tingkat Provinsi, Tingkat Kabupaten/Kota,
maupun Tingkat Kecamatan, Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan Dewan
Pimpinan Pusat Ormas MKGR, Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi dan
Keputusan Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
b. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Penasehat Anak Cabang;
c. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan Ranting;
d. Menyelesaikan Perselisihan Kepengurusan Dewan Pimpinan Ranting.

11
3. Dewan Pimpinan Anak Cabang berkewajiban :
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan Organisasi),
Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Pusat, Tingkat Provinsi, Tingkat
Kabupaten/Kota, Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan Dewan Pimpinan
Pusat Ormas MKGR, Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi serta Keputusan
Dewan Pimpinan Cabang;
b. Memberikan pertanggungjawaban Kepada Musyawarah Anak Cabang (MUSANCAB).
4. Dewan Pimpinan Anak Cabang memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
ditetapkan dalam Musyawarah Anak Cabang.

Pasal 26
1. Dewan Pimpinan Ranting (DEPIRAN) adalah Pimpinan Organisasi ditingkat Desa/Kelurahan
atau sebutan lain, bertugas memimpin dan mengendalikan organisasi pada tingkat
Desa/Kelurahan atau sebutan lain dan berkedudukan di Desa/Kelurahan atau sebutan lain.
2. Dewan Pimpinan Ranting (DEPIRAN) berwenang :
a. Menentukan kebijakan Desa/Kelurahan atau sebutan lain sesuai dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan
Organisasi), Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Pusat, Tingkat Provinsi,
Tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Kecamatan, maupun Tingkat Desa/Kelurahan atau
sebutan lain, Peraturan Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan Dewan Pimpinan Pusat
Ormas MKGR, Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, Keputusan Dewan
Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota dan Keputusan Dewan Pimpinan Anak Cabang.
b. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Penasehat Ranting;
3. Dewan Pimpinan Ranting (DEPIRAN) berkewajiban :
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan MPO ( Majelis Permusyawaratan Organisasi),
Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Pusat, Tingkat Provinsi, Tingkat
Kabupaten/Kota, maupun Tingkat Desa/Kelurahan atau sebutan lain, Peraturan
Organisasi Ormas MKGR dan Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Ormas MKGR,
Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, Keputusan Dewan Pimpinan Cabang

12
serta Keputusan Dewan Pimpinan Anak Cabang;
b. Memberikan pertanggungjawaban Kepada Musyawarah Ranting (MUSRAN).
4. Dewan Pimpinan Ranting memegang jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
ditetapkan dalam Musyawarah Ranting.

Bagian Ketiga
PERWAKILAN LUAR NEGERI

Pasal 27
1. Ormas MKGR dapat membentuk perwakilan di luar negeri;
2. Pengaturan lebih lanjut tentang perwakilan luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Bagian Keempat
SUMPAH DAN JANJI JABATAN

Pasal 28
Sebelum memangku jabatan, setiap Pimpinan Organisasi terlebih dahulu dilantik oleh
Pimpinan Organisasi diatasnya dan diwajibkan mengangkat sumpah dan janji jabatan
organisasi, sebagai berikut :
“Demi Allah, saya bersumpah/berjanji, bahwa saya akan memenuhi hak dan kewajiban saya
sebaik- baiknya dan seadil-adilnya. Memegang teguh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga dengan sejujur-jujurnya dan penuh rasa tanggung jawab. Saya bersumpah/berjanji,
bahwa saya senantiasa akan menjunjung tinggi Amanat Penderitaan Rakyat, taat dan
mempertahankan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, dan segala Undang-Undang serta
Peraturan-Peraturan lain yang berlaku bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahwa saya
akan berusaha sekuat tenaga memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia, dan bahwa saya
tetap setia kepada Nusa, Bangsa dan Negara.
“Kiranya Tuhan menolong saya” (untuk yang beragama Kristen/Katolik). Dan yang lain
disesuaikan dengan Agama yang dianut oleh yang bersangkutan.

BAB XII

13
PENDIRI

Pasal 29
Ormas MKGR mempunyai Pendiri, hanya untuk tingkat Pusat

BAB XIII
DEWAN KEHORMATAN

Pasal 30
1. Ormas MKGR mempunya Dewan Kehormatan hanya untuk tingkat Pusat;
2. Kedudukan, Susunan dan Tugas Dewan Kehormatan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

BAB XIV
DEWAN PENASEHAT

Pasal 31
1. Ormas MKGR mempunyai Dewan Penasehat untuk semua tingkatan organisasi;
2. Kedudukan, Susunan dan Tugas Dewan Penasehat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XV
MAJELIS TINGGI

Pasal 32
1. Ormas MKGR mempunyai Majelis Tinggi hanya untuk tingkat Pusat;
2. Kedudukan, Susunan dan Tugas Majelis Tinggi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

14
BAB XVI
DEWAN PAKAR

Pasal 33
1. Ormas MKGR mempunyai Dewan Pakar untuk tingkat Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota;
2. Kedudukan, Susunan dan Tugas Dewan Pakar diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XVII
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

Bagian Kesatu
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT PUSAT

Pasal 34
1. Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Pusat terdiri atas :
a. Musyawarah Besar;
b. Musyawarah Besar Luar Biasa;
c. Majelis Permusyawaratan Organisasi;
d. Rapat Kerja Nasional;
e. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat;
f. Rapat Harian Dewan Pimpinan Pusat;
g. Rapat Koordinasi Bidang Dewan Pimpinan Pusat;
h. Rapat Bidang Dewan Pimpinan Pusat.

2. Musyawarah Besar disingkat MUBES adalah pemegang Kekuasaan Tertinggi Organisasi


yang berwenang untuk :
a. Menetapkan dan atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
b. Menetapkan Program Umum Organisasi untuk masa bakti 5 (lima) tahun kedepan;
c. Meminta dan menilai Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat untuk masa bakti 5
(lima) tahun yang telah dilaksanakan;
d. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Pusat Ormas MKGR untuk masa bakti 5 (lima)

15
tahun kedepan;
e. Menetapkan Dewan Kehormatan Pusat, Dewan Penasehat Pusat, Dewan Pakar Pusat
dan Majelis Tinggi Ormas MKGR untuk masa bakti 5 (lima) tahun kedepan;
f. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya yang dipandang perlu.

3. Musyawarah Besar Luar Biasa :


a. Musyawarah Besar Luar Biasa disingkat MUBESLUB adalah Musyawarah Besar yang
diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, diadakan atas permintaan dan/atau
persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, disebabkan :
i. Organisasi dalam keadaan terancam atau menghadapi hal ihwal kegentingan yang
memaksa;
ii. Dewan Pimpinan Pusat melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
sehingga organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
b. Musyawarah Besar Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
c. Musyawarah Besar Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan kewenanganan yang sama
dengan Musyawarah Besar;
d. Dewan Pimpinan Pusat wajib memberikan pertanggungjawaban atas diadakannya
Musyawarah Besar Luar Biasa.

4. Majelis Permusyawaratan Organisasi.


a. Majelis Permusyawaratan Organisasi disingkat MPO adalah forum musyawarah
pengambilan keputusan tertinggi organisasi setingkat dibawah Musyawarah Besar
(MUBES);
b. Majelis Permusyawaratan Organisasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam periode kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat.

5. Rapat Kerja Nasional


a. Rapat Kerja Nasional adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan mengevaluasi
Program Kerja hasil Musyawarah Besar;
b. Rapat Kerja Nasional dilkasanakan pada awal dan pertengahan periode kepengurusan.

6. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat

16
a. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat adalah rapat yang diadakan oleh Dewan Pimpinan
Pusat dan dihadiri oleh seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Pusat;
b. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat berwenang :
i. Menetapkan materi dan kepanitiaan Musyawarah Besar, Majelis Permusyawaratan
Organisasi dan Rapat Kerja Nasional;
ii. Membahas hasil Rapat Harian, Rapat Koordinasi Bidang dan Rapat Bidang Dewan
Pimpinan Pusat;
iii. Menetapkan Peraturan Organisasi Ormas MKGR;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang dianggap perlu untuk kemajuan
organisasi.

7. Rapat Harian Dewan Pimpinan Pusat


a. Rapat Harian Dewan Pimpinan Pusat adalah rapat yang diadakan oleh Dewan
Pimpinan Pusat dan dihadiri seluruh Pengurus Harian Dewan Pimpinan Pusat.
b. Rapat Harian Dewan Pimpinan Pusat berwenang :
i. Mengusulkan anggota dan Pengurus yang ditugaskan dalam jabatan publik.
ii. Membahas laporan dan masukan dari Dewan Pimpinan Daerah sesuai dengan
pelaksanaan tugas di wilayahnya.
iii. Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan dan Peraturan Teknis organisasi lain yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan diatasnya.
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.

8. Rapat Koordinasi Bidang adalah rapat yang diadakan oleh Wakil Ketua Umum Dewan
Pimpinan Pusat yang dihadiri bidang-bidang dibawah koordinasinya.

9. Rapat Bidang Dewan Pimpinan Pusat adalah rapat yang diadakan oleh masing-masing
Bidang Dewan Pimpinan Pusat yang dihadiri Pengurus Departemen dibawah
koordinasinya.

17
Bagian Kedua
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT PROVINSI

Pasal 35
1. Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Provinsi terdiri atas :
a. Musyawarah Daerah;
b. Musyawarah Daerah Luar Biasa;
c. Rapat Pimpinan Daerah;
d. Rapat Kerja Daerah;
e. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Daerah;
f. Rapat Harian Dewan Pimpinan Daerah;
g. Rapat Biro Dewan Pimpinan Daerah.

2. Musyawarah Daerah Provinsi :


a. Musyawarah Daerah disingkat MUSDA Provinsi adalah Pemegang Kekuasaan Organisasi
ditingkat Provinsi yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun;
b. Musyawarah Daerah Provinsi berwenang :
i. Menetapkan Program Kerja untuk masa bakti 5 (lima) tahun kedepan;
ii. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Daerah selama masa
bakti 5 (lima) tahun yang telah dilaksanakan;
iii. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Daerah untuk masa bakti 5 (lima) tahun
kedepan;
iv. Menetapkan Dewan Penasehat dan Dewan Pakar Daerah untuk masa bakti 5 (lima)
tahun kedepan;
v. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya yang dipandang perlu.

3. Musyawarah Daerah Luar Biasa Provinsi :


a. Musyawarah Daerah Luar Biasa disingkat MUSDALUB adalah Musyawarah Daerah yang
diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, diadakan atas permintaan dan/atau
persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota dan
disetujui oleh Dewan Pimpinan Pusat, disebabkan :
i. Kepemimpinan Dewan Pimpinan Daerah dalam keadaan terancam;

18
ii. Dewan Pimpinan Daerah melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
sehingga organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya;

b. Musyawarah Daerah Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat;


c. Musyawarah Daerah Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan kewenanganan yang sama
dengan Musyawarah Daerah;
d. Dewan Pimpinan Daerah wajib memberikan pertanggungjawaban atas diadakannya
Musyawarah Daerah Luar Biasa.

4. Rapat Pimpinan Daerah Provinsi :


a. Rapat Pimpinan Daerah Provinsi adalah rapat pengambilan keputusan dibawah
Musyawarah Daerah Provinsi;
b. Rapat Pimpinan Daerah Provinsi diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam
periode kepengurusan.
5. Rapat Kerja Daerah Provinsi :
a. Rapat Kerja Daerah Provinsi adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan
mengevaluasi program kerja hasil Musyawarah Daerah Provinsi;
b. Rapat Kerja Daerah Provinsi dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode
kepengurusan.

6. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Daerah Provinsi :


a. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Daerah Provinsi adalah rapat yang diadakan oleh Dewan
Pimpinan Daerah Provinsi dan dihadiri oleh seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Daerah
Provinsi.
b. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Daerah Provinsi berwenang :
i. Menetapkan materi dan kepanitiaan Musyawarah Daerah dan Rapat Pimpinan
Daerah;
ii. Membahas hasil Rapat Harian dan Rapat Biro Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
iii. Membahas laporan dan masukan dari Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota
sesuai dengan pelaksanaan tugas diwilayahnya;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.

19
7. Rapat Harian Dewan Pimpinan Daerah Provinsi :
a. Rapat Harian Dewan Pimpinan Daerah Provinsi adalah rapat yang diadakan oleh Dewan
Pimpinan Daerah Provinsi dan dihadiri oleh seluruh Pengurus Harian Dewan Pimpinan
Daerah Provinsi;
b. Rapat Harian Dewan Pimpinan Daerah Provinsi berwenang :
i. Menetapkan materi Rapat Pleno Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
ii. Membahas hasil Rapat Biro;
iii. Melakukan evaluasi dan menetapkan prioritas pelaksanaan program kerja Dewan
Pimpinan Daerah Provinsi;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.
8. Rapat Biro Dewan Pimpinan Daerah Provinsi :
a. Rapat Biro adalah rapat yang diadakan oleh masing-masing Biro Dewan Pimpinan
Daerah Provinsi yang dihadiri oleh Pengurus Biro.
b. Rapat Biro Dewan Pimpinan Daerah Provinsi berwenang :
i. Menetapkan materi Rapat Biro Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
ii. Menyusun prioritas program kerja Biro Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
iii. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.

Bagian Ketiga
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Pasal 36
1. Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Kabupeten/Kota terdiri atas :
a. Musyawarah Cabang;
b. Musyawarah Cabang Luar Biasa;
c. Rapat Pimpinan Cabang;
d. Rapat Kerja Cabang;
e. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Cabang;
f. Rapat Harian Dewan Pimpinan Cabang;
g. Rapat Bagian Dewan Pimpinan Cabang.

20
2. Musyawarah Cabang Kabupeten/Kota :
a. Musyawarah Cabang disingkat MUSCAB adalah Pemegang Kekuasaan Organisasi
ditingkat Kabupaten/Kota yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun;
b. Musyawarah Cabang Kabupaten/Kota berwenang :
i. Menetapkan Program Kerja untuk masa bakti 5 (lima) tahun kedepan;
ii. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang selama masa
bakti 5 (lima) tahun yang telah dilaksanakan;
iii. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Cabang untuk masa bakti 5 (lima)
tahun kedepan;
iv. Menetapkan Dewan Penasehat dan Dewan Pakar Cabang untuk masa bakti 5 (lima)
tahun kedepan;
v. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya yang dipandang perlu.

3. Musyawarah Cabang Luar Biasa Kabupaten/Kota :


a. Musyawarah Cabang Luar Biasa disingkat MUSCABLUB adalah Musyawarah Cabang
yang diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, diadakan atas permintaan dan/atau
persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 Dewan Pimpinan Anak Cabang dan disetujui oleh
Dewan Pimpinan Daerah, disebabkan :
i. Kepemimpinan Dewan Pimpinan Cabang dalam keadaan terancam;
ii. Dewan Pimpinan Cabang melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
sehingga organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya;
b. Musyawarah Cabang Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah;
c. Musyawarah Cabang Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan kewenanganan yang sama
dengan Musyawarah Cabang;
d. Dewan Pimpinan Cabang wajib memberikan pertanggungjawaban atas diadakannya
Musyawarah Cabang Luar Biasa.

4. Rapat Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota :


a. Rapat Pimpinan Cabang adalah rapat pengambilan keputusan dibawah Musyawarah
Cabang;
b. Rapat Pimpinan Cabang diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode
kepengurusan.

21
5. Rapat Kerja Cabang Kabupaten/Kota :
a. Rapat Kerja Cabang adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan mengevaluasi
program kerja hasil Musyawarah Cabang;
b. Rapat Kerja Cabang dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode
kepengurusan.

6. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota :


a. Rapat Pleno adalah rapat yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Cabang dan dihadiri
oleh seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Cabang;
b. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Cabang berwenang :
i. Menetapkan materi dan kepanitiaan Musyawarah Cabang dan Rapat Pimpinan
Cabang;
ii. Membahas hasil Rapat Harian dan Rapat Bagian Dewan Pimpinan Cabang;
iii. Membahas laporan dan masukan dari Dewan Pimpinan Anak Cabang sesuai
dengan pelaksanaan tugas diwilayahnya;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.

7. Rapat Harian Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota :


a. Rapat Harian adalah rapat yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Cabang dan dihadiri oleh
seluruh Pengurus Harian Dewan Pimpinan Cabang;
b. Rapat Harian Dewan Pimpinan Cabang berwenang :
i. Menetapkan materi Rapat Pleno Dewan Pimpinan Cabang;
ii. Membahas hasil Rapat Bagian;
iii. Melakukan evaluasi dan menetapkan prioritas pelaksanaan program kerja Dewan
Pimpinan Cabang;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.

8. Rapat Bagian Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota :


a. Rapat Bagian adalah rapat yang diadakan oleh masing-masing Bagian Dewan Pimpinan
Cabang yang dihadiri oleh Pengurus Bagian.

22
b. Rapat Bagian Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota berwenang :
i. Menetapkan materi Rapat Bagian Dewan Pimpinan Cabang;
ii. Menyusun prioritas program kerja Bagian Dewan Pimpinan Cabang;
iii. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.

Bagian Keempat
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT KECAMATAN

Pasal 37
1. Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Kecamatan terdiri atas :
a. Musyawarah Anak Cabang;
b. Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa;
c. Rapat Pimpinan Anak Cabang;
d. Rapat Kerja Anak Cabang;
e. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Anak Cabang;
f. Rapat Harian Dewan Pimpinan Anak Cabang;
g. Rapat Seksi Dewan Pimpinan Anak Cabang.

2. Musyawarah Anak Cabang :


a. Musyawarah Anak Cabang disingkat MUSANCAB adalah Pemegang Kekuasaan Organisasi
ditingkat Kecamatan yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun;
b. Musyawarah Anak Cabang berwenang :
i. Menetapkan Program Kerja untuk masa bakti 5 (lima) tahun kedepan;
ii. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Anak Cabang selama
masa bakti 5 (lima) tahun yang telah dilaksanakan;
iii. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Anak Cabang untuk masa bakti 5 (lima)
tahun kedepan;
iv. Menetapkan Dewan Penasehat Anak Cabang untuk masa bakti 5 (lima) tahun
kedepan;
v. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya yang dipandang perlu.

23
3. Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa :
a. Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa disingkat MUSANCABLUB adalah Musyawarah
Anak Cabang yang diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, diadakan atas
permintaan dan/atau persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 Dewan Pimpinan Ranting
dan disetujui oleh Dewan Pimpinan Cabang , disebabkan :
i. Kepemimpinan Dewan Pimpinan Anak Cabang dalam keadaan terancam;
ii. Dewan Pimpinan Anak Cabang melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga sehingga organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya;
b. Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang;
c. Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan kewenanganan yang
sama dengan Musyawarah Anak Cabang;
d. Dewan Pimpinan Anak Cabang wajib memberikan pertanggungjawaban atas
diadakannya Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa.

4. Rapat Pimpinan Anak Cabang :


a. Rapat Pimpinan Anak Cabang adalah rapat pengambilan keputusan dibawah
Musyawarah Anak Cabang;
b. Rapat Pimpinan Anak Cabang diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam
periode kepengurusan.

5. Rapat Kerja Anak Cabang :


a. Rapat Kerja Anak Cabang adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan
mengevaluasi program kerja hasil Musyawarah Anak Cabang;
b. Rapat Kerja Anak Cabang dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode
kepengurusan.

6. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Anak Cabang :


a. Rapat Pleno adalah rapat yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang dan
dihadiri oleh seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Anak Cabang;
b. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Anak Cabang berwenang :
i. Menetapkan materi dan kepanitiaan Musyawarah Anak Cabang dan Rapat
Pimpinan Anak Cabang;

24
ii. Membahas hasil Rapat Harian dan Rapat Seksi Dewan Pimpinan Anak Cabang;
iii. Membahas laporan dan masukan dari Dewan Pimpinan Ranting sesuai dengan
pelaksanaan tugas diwilayahnya;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.

7. Rapat Harian Dewan Pimpinan Anak Cabang :


a. Rapat Harian adalah rapat yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang dan
dihadiri oleh seluruh Pengurus Harian Dewan Pimpinan Anak Cabang;
b. Rapat Harian Dewan Pimpinan Anak Cabang berwenang :
i. Menetapkan materi Rapat Pleno Dewan Pimpinan Anak Cabang;
ii. Membahas hasil Rapat Seksi;
iii. Melakukan evaluasi dan menetapkan prioritas pelaksanaan program kerja Dewan
Pimpinan Anak Cabang;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.

8. Rapat Seksi Dewan Pimpinan Anak Cabang :


a. Rapat Seksi adalah rapat yang diadakan oleh masing-masing Seksi Dewan Pimpinan
Anak Cabang yang dihadiri oleh Pengurus Seksi.
b. Rapat Seksi Dewan Pimpinan Anak Cabang berwenang :
i. Menetapkan materi Rapat Seksi Dewan Pimpinan Anak Cabang;
ii. Menyusun prioritas program kerja Seksi Dewan Pimpinan Anak Cabang;
iii. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.

Bagian Kelima
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT DESA/KELURAHAN/SEBUTAN LAIN

Pasal 38
1. Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Desa/Kelurahan/Sebutan lain terdiri atas :
a. Musyawarah Ranting;

25
b. Musyawarah Ranting Luar Biasa;
c. Rapat Pimpinan Ranting;
d. Rapat Kerja Ranting;
e. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Ranting;
f. Rapat Harian Dewan Pimpinan Ranting;
g. Rapat Sub Seksi Dewan Pimpinan Ranting.

2. Musyawarah Ranting :
a. Musyawarah Ranting disingkat MUSRAN adalah Pemegang Kekuasaan Organisasi
ditingkat Desa/Kelurahan/Sebutan lain yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun;
b. Musyawarah Ranting berwenang :
i. Menetapkan Program Kerja Dewan Pimpinan Ranting untuk masa bakti 5 (lima)
tahun kedepan;
ii. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Ranting selama
masa bakti 5 (lima) tahun yang telah dilaksanakan;
iii. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Ranting untuk masa bakti 5 (lima)
tahun kedepan;
iv. Menetapkan Dewan Penasehat Ranting untuk masa bakti 5 (lima) tahun kedepan;
v. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya yang dipandang perlu.

3. Musyawarah Ranting Luar Biasa :


a. Musyawarah Ranting Luar Biasa disingkat MUSRANLUB adalah Musyawarah Ranting
yang diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, diadakan atas permintaan dan/atau
persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 Anggota dan disetujui oleh Dewan Pimpinan Anak
Cabang , disebabkan :
i. Kepemimpinan Dewan Pimpinan Ranting dalam keadaan terancam;
ii. Dewan Pimpinan Ranting melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
sehingga organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya;
b. Musyawarah Ranting Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang;
c. Musyawarah Ranting Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan kewenanganan yang sama
dengan Musyawarah Ranting;
d. Dewan Pimpinan Ranting wajib memberikan pertanggungjawaban atas diadakannya

26
Musyawarah Ranting Luar Biasa.

4. Rapat Pimpinan Ranting :


a. Rapat Pimpinan Ranting adalah rapat pengambilan keputusan dibawah Musyawarah
Ranting;
b. Rapat Pimpinan Ranting diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode
kepengurusan.

5. Rapat Kerja Ranting :


a. Rapat Kerja Ranting adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan mengevaluasi
program kerja hasil Musyawarah Ranting;
b. Rapat Kerja Ranting dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode
kepengurusan.

6. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Ranting :


a. Rapat Pleno adalah rapat yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Ranting dan dihadiri
oleh seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Ranting;
b. Rapat Pleno Dewan Pimpinan Ranting berwenang :
i. Menetapkan materi dan kepanitiaan Musyawarah Ranting dan Rapat Pimpinan
Ranting;
ii. Membahas hasil Rapat Harian dan Rapat Sub Seksi Dewan Pimpinan Ranting;
iii. Membahas laporan dan masukan dari Anggota sesuai dengan pelaksanaan tugas
diwilayahnya;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.

7. Rapat Harian Dewan Pimpinan Ranting :


a. Rapat Harian adalah rapat yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Ranting dan dihadiri oleh
seluruh Pengurus Harian Dewan Pimpinan Ranting;
b. Rapat Harian Dewan Pimpinan Ranting berwenang :
i. Menetapkan materi Rapat Pleno Dewan Pimpinan Ranting;
ii. Membahas hasil Rapat Sub Seksi;

27
iii. Melakukan evaluasi dan menetapkan prioritas pelaksanaan program kerja Dewan
Pimpinan Ranting;
iv. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.

8. Rapat Sub Seksi Dewan Pimpinan Ranting :


a. Rapat Sub Seksi adalah rapat yang diadakan oleh masing-masing Sub Seksi Dewan
Pimpinan Ranting yang dihadiri oleh Pengurus Sub Seksi.
b. Rapat Sub Seksi Dewan Pimpinan Ranting berwenang :
i. Menetapkan materi Rapat Sub Seksi Dewan Pimpinan Ranting;
ii. Menyusun prioritas program kerja Sub Seksi Dewan Pimpinan Ranting;
iii. Mengambil keputusan-keputusan lain yang tidak bertentangan dengan wewenang
instansi pengambilan keputusan diatasnya.

Bagian Keenam
PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAERAH , MUSYAWARAH CABANG,
MUSYAWARAH ANAK CABANG DAN MUSYAWARAH ANAK RANTING

Pasal 39
1. Pelaksanaan Musyawarah Daerah (MUSDA) Provinsi selambat-lambatnya 4 (empat) bulan
setelah MUBES (Musyawarah Besar);
2. Pelaksanaan Musyawarah Cabang (MUSCAB) Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6
(Enam) bulan setelah MUSDA (Musyawarah Daerah) Provinsi;
3. Pelaksanaan Musyawarah Anak Cabang (MUSANCAB) Kecamatan selambat-lambatnya 8
(Delapan) bulan setelah MUSCAB (Musyawarah Cabang) Kabupaten/Kota;
4. Pelaksanaan Musyawarah Ranting (MUSRAN) Kelurahan/Desa, selambat-lambatnya 12
(Dua belas) bulan setelah MUSANCAB (Musyawarah Anak Cabang ) Kecamatan.

28
BAB XVIII
HUBUNGAN ORGANISASI

Pasal 40
Ormas MKGR dapat menjalin hubungan Pemerintah, Parlemen, Partai Politik, Organisasi
Kemasyarkatan, Lembaga Swadaya Masyarkat, Dunia Pendidikan dan Organsasi-organisasi
Kemasyarkatan lainnya baik nasional maupun internasional.

BAB XIX
ORGANISASI JAJARAN, BADAN DAN LEMBAGA

Pasal 41
1. Ormas MKGR mempunyai organisasi jajaran yang merupakan wadah perjuangan untuk
menjalankan kebijakan strategis organisasi;
2. Organisasi jajaran dalam lingkup Ormas MKGR mempunyai hubungan historis,
konstruktif, aspiratif, komunikatif dan koordinatif dengan Ormas MKGR disetiap
tingkatan;
3. Dewan Pimpinan Pusat dapat membentuk organisasi jajaran, badan-badan dan lembaga-
lembaga pada semua tingkatan sesuai dengan kebutuhan;
4. Ketentuan lebih lanjut tentang Jajaran, Badan dan Lembaga diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB XX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 42
Perubahan Anggaran Dasar ini hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Besar dan Musyawarah
Besar Luar Biasa.

29
BAB XXI
PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 43
Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan dalam suatu Musyawarah Besar atau
Musyawarah Besar Luar Biasa yang khusus diadakan untuk itu.

BAB XXII
PENUTUP

Pasal 44
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar.
2. Anggaran Dasar ini disahkan dan berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 30 Oktober 2020

30
ANGGARAN RUMAH TANGGA ORMAS MKGR

BAB I
NILAI – NILAI DASAR ORGANISASI

Pasal 1

1. Ormas MKGR adalah organisasi Kemasyarakatan yang lahir dari rakyat dan berjuang
ditengah-tengah rakyat untuk kesejahteraan dan keselamatan serta kebesaran Bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. Ormas MKGR adalah Organisasi Kemasyarakatan yang rela berjuang dan berkorban
tanpa pamrih serta kejayaan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Ormas MKGR adalah Organisasi Kemasyarakatan yang berjuang menegakkan keadilan,
kebenaran, konstitusi dan demokrasi berasaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar
1945;
4. Ormas MKGR adalah Organisasi Kemasyarakatan yang menata perjuangan sesuai
tingkat perkembangan dan perjuangan bangsa;
5. Ormas MKGR adalah Organisasi Kemasyarakatan yang senantiasa menjalin hubungan
dan kerjasama dengan semua pihak yang menjunjung tinggi cita-cita Proklamasi 17
Agustus 1945.

Pasal 2
PANCA MORAL (PAMOR) ORMAS MKGR

1. CINTA
Ormas MKGR terus meningkatkan kecintaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan kasih sayang terhadap sesama manusia sebagai panggilan mutlak bagi
setiap warga Ormas MKGR;
2. JUJUR
Ormas MKGR dengan segala kejujuran, kebenaran dalam kata dan perbuatan, dengan
ikhlas mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari;

1
3. BERANI
Ormas MKGR bersikap berani dalam kata dan perbuatan, membela dan melindungi
rakyat Negara dan Bangsa Indonesia;
4. MUSYAWARAH
Ormas MKGR memelihara dan mengembangkan demokrasi Pancasila dengan senantiasa
bermusyawarah secara kekeluargaan dan gotong royong untuk kepentingan bersama;
5. KARYA NYATA
Ormas MKGR dengan karya nyata berusaha membangun Negara dan Bangsa dengan
Ridho Tuhan Yang Maha Esa.

Pasal 3
LIMA GARIS (LARIS) ORGANISASI

Ormas MKGR dalam menjalankan tugas organisasi menempuh Lima Garis, yaitu : Garis
Kesadaran, Garis Persatuan, Garis Komunikasi, Garis Kekaryaan, dan Garis Ketahanan
Nasional.
1. GARIS KESADARAN
Setiap gerak dan langkah organisasi maupun anggota Ormas MKGR harus berdasarkan
kesadaran. Dalam Ormas MKGR tidak ada paksaan, tekanan dan ancaman. Semua
pelaksanaan program organisasi dan tindakan anggotanya semata-mata karena sadar
akan hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dengan kesadaran itu
anggota Ormas MKGR rela melaksanakan sesuatu yang berguna tanpa
mempertanyakan untung ruginya secara pribadi, tetapi semata-mata ingin
mempersembahkan Karya Nyata sebagai amal saleh dan untuk kebahagiaan bersama;

2. GARIS PERSATUAN
Setiap tindakan yang ambil oleh organisasi maupun oleh anggota harus selalu
ditunjukkan dan atas dasar persatuan dan kesatuan. Ini berarti bahwa segala
pelaksanaan program maupun perbuatan anggota tidak boleh berakibat timbulnya
perpecahan baik dalam lingkungan organisasi sendiri maupun dikalangan masyarakat
luas;

2
3. GARIS KOMUNIKASI
Dalam memikirkan dan mengambil tindakan untuk dan atas nama Ormas MKGR, para
pimpinan atau anggota organisasi harus senantiasa berkomunikasi atau dengan kata
lainnya agar jangan sampai terputus komunikasi baik lahiriah maupun bathiniah;

4. GARIS KERAKYATAN
Apapun yang hendak dilakukan atau tidak dilakukan oleh Ormas MKGR sebagai
organisasi maupun anggota selaku pribadi harus senantiasa menuju dan membawa
manfaat bagi rakyat. Jika ada masalah yang berbeda dan bertentangan, maka yang
dipilih Ormas MKGR adalah masalah yang menguntungkan dan memenangkan
kepentingan rakyat, sebab Ormas MKGR adalah organisasi rakyat yang lahir dari, oleh
dan untuk rakyat;

5. GARIS KETAHANAN NASIONAL


Semua gerak langkah Ormas MKGR harus mempunyai arti dan peranan untuk
memperkokoh Ketahanan Nasional yakni tumbuhnya kekuatan Bangsa Indonesia
dalam segala bidang sehingga dapat mengatasi rongrongan, baik dari dalam maupun
dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 4
3 A (ASAH, ASIH dan ASUH)

Dengan menyadari bahwa Ormas MKGR sebagai organisasi kemasyarakatan yang


menghimpun dan mengatur manusia dengan segala watak, gaya dan seleranya untuk
diarahkan kepada satu tujuan tertentu, maka diperlukan tuntunan sikap kebersamaan yang
mampu meredam setiap kemungkinan terjadinya benturan kepentingan antara satu dengan
yang lainnya. Untuk itu diangkatlah nilai budaya yang mempunyai akar dari Bumi Nusantara
ini. Diantara tuntunan sikap tersebut adalah saling Asah, Asih dan Asuh atau disingkat
dengan 3 A.

3
Pasal 5
KIPRAH ORGANISASI
K Kesinambungan
I Idealisme
P Percaya Diri
R Realistik, Pragmatik, Dinamik
A Asas Pancasila yang diamalkan dengan Panca Moral Ormas MKGR
H Hikmah perjuangan yang tidak mengenal menyerah dan putus asa.

KIPRAH Ormas MKGR ini bermakna bahwa dalam mengemban tugas organisasi, Ormas MKGR
harus diarahkan agar tercapai sasaran sebagai berikut :

KESINAMBUNGAN dan keberadaan organisasi dalam persepektif sejarah dan dimensi


waktu, yakni : Masa lalu, hari ini dan masa mendatang merupakan satu kesatuan yang saling
mengisi satu sama lainnya;
IDEALISME nasional yang berupa tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, terus menerus diperjuangkan
hingga terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa;
PERCAYA DIRI sendiri merupakan modal yang mutlak bagi kelanjutan perjuangan tanpa
pamrih dan bebas dari rasa ketergantungan dan belas kasihan orang lain, kecuali
mengharapkan ridho Allah SWT semata;
REALISTIK, Pragmatik, Dinamik merupakan sikap yang diwujudkan dalam melaksanakan
setiap langkah kebijaksanaan organisasi, apabila dihadapkan dengan berbagai ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan;
ASAS PANCASILA yang dilaksanakan oleh Ormas MKGR dalam kehidupan sehari-hari,
dengan ajaran Panca Moral Ormas MKGR sebagai wujud nyata dari pengamalan Pancasila
tersebut;
HIKMAH perjuangan senantiasa mewarnai setiap tahap yang dicapai sehingga tidak kecewa
ketika mengalami kegagalan dan tidak sombong ketika mengalami keberhasilan, melainkan
semuanya itu diambil hikmah dan kearifannya.

4
BAB II
KEANGGOTAAN ORGANISASI

Bagian Kesatu
SYARAT KEANGGOTAAN

Pasal 6
1. Untuk menjadi anggota Ormas MKGR, calon anggota diharuskan mengajukan permintaan
secara resmi dan tertulis kepada Pimpinan Organisasi dengan mengisi formulir yang telah
tersedia;
2. Formulir keanggotaan harus diisi sebagai berikut :
a. Untuk tingkat Anak Cabang dan Ranting rangkap 4 (empat) : satu rangkap dikirim
kepada Dewan Pimpinan Cabang sebagai bahan untuk pengesahan, satu rangkap
dikirim kepada Dewan Pimpinan Daerah sebagai tembusan, satu rangkap dikirim
kepada Dewan Pimpinan Pusat sebagai tembusan, satu rangkap untuk arsip Dewan
Pimpinan Anak Cabang dan Dewan Pimpinan Ranting;
b. Untuk tingkat Cabang rangkap 3 (tiga) : satu rangkap dikirim kepada Dewan Pimpinan
Daerah sebagai bahan untuk pengesahan, satu rangkap dikirim kepada Dewan
Pimpinan Pusat sebagai tembusan, dan satu rangkap untuk arsip Dewan Pimpinan
Cabang;
c. Untuk tingkat Daerah rangkap 2 (dua) : satu rangkap dikirim kepada Dewan Pimpinan
Pusat sebagai bahan untuk pengesahan dan satu rangkap untuk arsip Dewan
Pimpinan Daerah.
3. Panitia peneliti yang telah dibentuk oleh Pimpinan Organisasi, mengadakan penelitian
atas permintaan calon anggota tersebut untuk dipertimbangkan diterima atau tidak
diterima menjadi anggota sesuai dengan ketentuan BAB VIII Anggaran Dasar.

Pasal 7
1. Dengan saran dari Panitia Peneliti, Pimpinan Organisasi setempat akan meneruskan
kepada Pimpinan Organisasi sesuai dengan jenjang struktur organisasi;
2. Pengesahan terhadap calon anggota menjadi anggota, serendah-rendahnya adalah
Dewan Pimpinan Cabang.

5
Pasal 8
1. Penerimaan keanggotaan Ormas MKGR hanya berlaku secara perorangan dan
direkomendasikan sekurang-kurangnya dua orang yang telah menjadi anggota;
2. Calon anggota yang telah memenuhi syarat dinyatakan menjadi anggota harus menjalani
percobaan selama 3 (tiga) bulan;
3. a. Setiap anggota memiliki Kartu Tanda Anggota;
b. Kartu Tanda Anggota dibuat seragam oleh Dewan Pimpinan Pusat Ormas MKGR
untuk seluruh Indonesia;
c. Penataan Kartu Keanggotaan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Bagian Kedua
Rangkap Jabatan Organisasi Masa Sejenis

Pasal 9
1. Ormas MKGR tidak memperbolehkan anggotanya rangkap jabatan menjadi anggota
Ormas lain sejenis;
2. Ormas lain sejenis sebagaimana yang dimaksud ayat (1) adalah Organisasi Masyarakat
Pendiri Partai Golongan Karya.

BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Bagian Kesatu
HAK ANGGOTA

Pasal 10
Setiap anggota yang mempunyai hak :
1. Mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan berupa pandangan, saran, usulan,
dan pertanyaan dapat disampaikan kepada organisaasi melalui saluran yang telah
ditentukan;
2. Memilih dan dipilih;
3. Memperoleh perlindungan dan pembelaan;
4. Memperoleh penghargaan dan kesempatan mengembangkan diri.

6
Bagian Kedua
KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 11
Setiap Anggota berkewajiban :
1. Menghayati dan mengamalkan Landasan Perjuangan Ormas MKGR, yaitu : Panca
Moral, Lima Garis, 3 A dan KIPRAH Ormas MKGR;
2. Mematuhi dan melaksanakan seluruh ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga;
3. Mematuhi dan melaksanakan keputusan Musyawarah Besar dan ketentuan peraturan
Ormas MKGR lainnya;
4. Mengamankan dan memperjuangkan kebijakan Ormas MKGR;
5. Membela kepentingan Ormas MKGR dari setiap usaha dan tindakan yang merugikan
Ormas MKGR;
6. Menghadiri Musyawarah, Rapat-Rapat dan Kegiatan Ormas MKGR;
7. Berpartisipasi aktif dalam melaksanakan program kerja, kebijakan dan kegiatan Ormas
MKGR;
8. Melaporkan diri kepada Pimpinan Organisasi sesuai tingkatannya apabila berpindah
domisili tempat tinggal;
9. Membayar Iuran Anggota.

BAB IV
DISIPLIN ANGGOTA

Pasal 12
1. Setiap anggota yang melanggar ketentuan organisasi dan melakukan kegiatan-kegiatan
yang merugikan organisasi dan/atau melanggar disiplin organisasi dapat dijatuhkan
sanksi;
2. Setiap anggota yang melanggar ketentuan organisasi dan melakukan kegiatan-kegiatan
yang merugikan organisasi dan/atau melanggar disiplin organisasi dapat mengajukan
pembelaan diri;
3. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Peraturan Organisasi.

7
BAB V
PEMBERHENTIAN ANGGOTA

Pasal 13
1. Anggota Organisasi berhenti karena :
a. Meninggal Dunia;
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri;
c. Diberhentikan dengan hormat;
d. Diberhentikan dengan tidak hormat.
2. Anggota diberhentikan karena :
a. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota;
b. Menjadi Anggota Ormas lain yang sejenis;
c. Melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
d. Melakukan tindakan atau perbuatan yang bertentangan dengan Keputusan dan
Kebijakan Ormas MKGR.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang pemberhentian anggota diatur dalam Peraturan
Organisasi.

BAB VI
KRITERIA KEPEMIMPINAN ORGANISASI

Pasal 14
1. Ormas MKGR mempunyai kriteria Kepemimpinan sebagai berikut :
a. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Setia kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945;
c. Memiliki prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela;
d. Memiliki kapabilitas dan akseptabilitas serta berpengalaman yang luas dalam
berorganisasi;
e. Untuk jabatan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat, sudah pernah menjadi Pengurus
Dewan Pimpinan Pusat atau Dewan Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya selama 1
(satu) periode penuh.

8
2. Setiap pengurus pada semua jenjang Kepemimpinan Organisasi dilarang merangkap
jabatan dalam jenjang kepengurusan Dewan Pimpinan lainnya yang bersifat Vertikal;
3. Ketentuan lebih lanjut tentang Kriteria Kepemimpinan Organisasi sebagaimana yang
dimaksud pada ayat 1 (satu) akan diatur dalam Peraturan Organisasi.

BAB VII
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN

Bagian Kesatu
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN DEWAN PIMPINAN PUSAT

Pasal 15
Dewan Pimpinan Pusat adalah Pelaksana dan Pengendali kebijakan dan kegiatan organisasi
tingkat Pusat dengan Struktur dan Personalia yang terdiri atas :
1. Pengurus Harian : Ketua Umum, Ketua Harian (bila diperlukan), Wakil Wakil Ketua
Umum, Ketua-Ketua Bidang, Sekretaris Jenderal, Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal,
Bendahara Umum dan Wakil-Wakil Bendahara Umum;
2. Pengurus Pleno : Pengurus Pleno adalah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tersebut diatas ditambah dengan Koordinator Departemen dan Anggota-Anggota
Departemen.

Bagian Kedua
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN DEWAN PIMPINAN DAERAH
Pasal 16
Dewan Pimpinan Daerah adalah Pelaksana dan Pengendali kebijakan dan kegiatan organisasi
tingkat Provinsi dengan Struktur dan Personalia yang terdiri atas :
1. Pengurus Harian : Ketua, Ketua Harian (bila diperlukan), Wakil Wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil-Wakil Bendahara;
2. Pengurus Pleno : Pengurus Pleno adalah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tersebut diatas, ditambah dengan Koordinator Biro dan Anggota-Anggota Biro sesuai
dengan kebutuhan.

9
Bagian Ketiga
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN DEWAN PIMPINAN CABANG

Pasal 17
Dewan Pimpinan Cabang adalah Pelaksana dan Pengendali kebijakan dan kegiatan organisasi
tingkat Kabupaten/Kota dengan Struktur dan Personalia yang terdiri atas :
1. Pengurus Harian : Ketua, Ketua Harian (bila diperlukan), Wakil Wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil-Wakil Bendahara;
2. Pengurus Pleno : Pengurus Pleno adalah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tersebut diatas, ditambah dengan Koordinator Bagian dan Anggota-Anggota Bagian
sesuai dengan kebutuhan.

Bagian Keempat
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN DEWAN PIMPINAN ANAK CABANG

Pasal 18
Dewan Pimpinan Anak Cabang adalah Pelaksana dan Pengendali kebijakan dan kegiatan
organisasi tingkat Kecamatan dengan Struktur dan Personalia yang terdiri atas :
1. Pengurus Harian : Ketua, Wakil Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil-Wakil Bendahara;
2. Pengurus Pleno : Pengurus Pleno adalah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tersebut diatas, ditambah dengan Koordinator Seksi dan Anggota-Anggota Seksi sesuai
dengan kebutuhan.

Bagian Kelima
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN DEWAN PIMPINAN RANTING

Pasal 19
Dewan Pimpinan Ranting adalah Pelaksana dan Pengendali kebijakan dan kegiatan organisasi
tingkat Kelurahan/Desa atau sebutan lain, dengan Struktur dan Personalia yang terdiri atas :
1. Pengurus Harian : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil
Bendahara;

10
2. Pengurus Pleno : Pengurus Pleno adalah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tersebut diatas ditambah dengan Koordinator Sub Seksi dan Anggota-Anggota Sub Seksi
sesuai dengan kebutuhan.

Bagian Keenam
PERWAKILAN LUAR NEGERI

Pasal 20
1. Perwakilan Ormas MKGR diluar negeri dibentuk disuatu negara dan/atau gabungan
beberapa negara;
2. Susunan Struktur Pengurus, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Perwakilan Ormas
MKGR di luar negeri, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Bagian Ketujuh
TUGAS, WEWENANG , TANGGUNG JAWAB DAN TATA KERJA
STRUKTUR PENGURUS

Pasal 21
Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab dan Tata Kerja Struktur Pengurus Dewan Pimpinan Pusat,
Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang, Dewan Pimpinan Anak Cabang dan Dewan
Pimpinan Ranting, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

BAB VIII
PENDIRI

Pasal 22
Pendiri Ormas MKGR adalah tokoh-tokoh yang ikut langsung berperan bersama Almarhum
Bapak R.H. Soegandhi dalam mendirikan Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah
Kekeluargaan Gotong Royong.

11
BAB IX
KEDUDUKAN, SUSUNAN DAN TUGAS
DEWAN KEHORMATAN

Pasal 23

1. Dewan Kehormatan hanya ada ditingkat Pusat;


2. Dewan Kehormatan disusun dan ditetapkan dalam Musyawarah Besar atau Musyawarah
Besar Luar Biasa Ormas MKGR;
3. Dewan Kehormatan terdiri dari tokoh-tokoh Nasional dari Ormas MKGR, maupun tokoh-
tokoh berpengaruh tingkat Nasional dan atau Pejabat-Pejabat Pemerintah tingkat Pusat
yang berjasa dan bersimpati kepada Ormas MKGR;
4. Dewan Kehormatan merupakan forum berhimpunnya para tokoh nasional yang berjasa
dan atau bersimpati kepada Ormas MKGR dan keberadaannya merupakan figur perekat
dan pemersatu bagi kebersamaan dan kebesaran Ormas MKGR;
5. Masa kepengurusan Dewan Kehormatan sama dengan masa kepengurusan Dewan
Pimpinan Pusat Ormas MKGR;
6. Dewan Kehormatan dapat memberikan saran, pendapat dan/atau masukan secara lisan
maupun tulisan kepada Dewan Pimpinan Pusat untuk kemajuan dan kebesaran Ormas
MKGR.

BAB X
KEDUDUKAN, SUSUNAN DAN TUGAS
DEWAN PENASEHAT

Pasal 24

1. Dewan Penasehat mulai dari tingkat Pusat sampai tingkat Ranting disusun dan
ditetapkan dalam musyawarah organisasi menurut tingkatannya;
2. Personalia Dewan Penasehat terdiri dari Tokoh-Tokoh Ormas MKGR, Tokoh-Tokoh
Masyarakat dan Pejabat Publik yang mempunyai kepedulian dan simpati terhadap
kemajuan Ormas MKGR;

12
3. Masa kepengurusan Dewan Penasehat sama dengan masa kepengurusan Dewan
Pimpinan disetiap tingkatan;
4. Dewan Penasehat bertugas memberikan saran dan nasehat kepada Pengurus Ormas
MKGR.

BAB XI
KEDUDUKAN, SUSUNAN DAN TUGAS
MAJELIS TINGGI

Pasal 25

1. Majelis Tinggi hanya ada di tingkat Pusat;


2. Majelis Tinggi terdiri dari seorang Ketua dan maksimal 6 orang anggota;
3. Masa kepengurusan Majelis Tinggi sama dengan masa kepengurusan Dewan Pimpinan
Pusat Ormas MKGR;
4. Susunan Kepengurusan dan Mekanisme Kerja Majelis Tinggi ditentukan secara internal
oleh Majelis Tinggi Ormas MKGR;
5. Majelis Tinggi Ormas MKGR bertugas memberikan pertimbangan, masukan dan saran
kepada Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ormas MKGR dalam mengambil keputusan
dan kebijakan strategis Ormas MKGR.

BAB XII
DEWAN PAKAR

Pasal 26
1. Dewan Pakar berada dari tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, disusun dan
ditetapkan dalam musyawarah organisasi menurut tingkatannya;
2. Personalia Dewan Pakar terdiri dari tokoh-tokoh masayarakat, pejabat publik yang
mempunyai kepedulian dan simpati terhadap kemajuan Ormas MKGR;
3. Dewan Pakar bertugas memberikan pandangan dan pemikiran kepada Pengurus Ormas
MKGR tentang peran serta Ormas MKGR dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita
nasional.

13
BAB XIII
KEPUTUSAN DAN LAPORAN

Bagian Kesatu
KEPUTUSAN

Pasal 27
1. Setiap keputusan musyawarah adalah keputusan yang mengikat dalam organisasi Ormas
MKGR;
2. Semua tingkatan organisasi harus tunduk dan patuh terhadap keputusan organisasi
sesuai dengan jenjang struktur organisasi Ormas MKGR.

Bagian Kedua
LAPORAN

Pasal 28
1. Setiap tingkatan organisasi berkewajiban memberikan laporan kegiatan kepada
tingkatan organisasi diatasnya;
2. Organisasi yang lebih tinggi jenjang strukturnya berkewajiban memberikan pembinaan
kepada organisasi yang lebih rendah jenjang strukturnya.

BAB XIV
ORGANISASI JAJARAN, BADAN DAN LEMBAGA

Pasal 29
1. Organisasi Jajaran, Lembaga-Lembaga dan Badan-Badan dapat melakukan pengaturan
dan pengelolaan manajemen serta administrasi sendiri;
2. Masa Bakti Organisasi Jajaran, Lembaga-Lembaga dan Badan-Badan dalam ruang lingkup
Ormas MKGR sama dengan Masa Bakti Kepengurusan Ormas MKGR disetiap tingkatan;
3. Uraian, tugas, wewenang dan tanggung jawab Organisasi Jajaran, Lembaga-Lembaga dan
Badan-Badan yang lebih terinci diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

14
BAB XV
PERGANTIAN ANTAR WAKTU

Pasal 30
1. Jabatan lowong antar waktu Personalia Dewan Pimpinan Ormas MKGR terjadi karena :
a. Meninggal Dunia;
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;
c. Diberhentikan.
2. Kewenangan untuk memberhentikan Personalia Dewan Pimpinan sebagaimana
dimaksud pada b dan c ayat 1 (satu) diatas diatur berjenjang sebagai berikut :
a. Untuk Dewan Pimpinan Pusat dilakukan oleh Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat dan
dilaporkan pada Majelis Permusyawaratan Organisasi (MPO);
b. Untuk Dewan Pimpinan Daerah dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan Daerah;
c. Untuk Dewan Pimpinan Cabang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan Cabang;
d. Untuk Dewan Pimpinan Anak Cabang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan Anak
Cabang;
e. Untuk Dewan Pimpinan Ranting dilakukan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan Ranting.

Pasal 31
Pengisian Jabatan lowong antar waktu Dewan Pimpinan Pusat dilakukan pada Rapat Pleno
Dewan Pimpinan Pusat dan dilaporkan pada Majelis Permusyawaratan Organisasi (MPO).

Pasal 32
Pengisian Jabatan lowong antar waktu Dewan Pimpinan Daerah dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Pusat dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan
Daerah.

15
Pasal 33
Pengisian Jabatan lowong antar waktu Dewan Pimpinan Cabang dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Daerah dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan
Cabang.
Pasal 34
Pengisian Jabatan lowong antar waktu Dewan Pimpinan Anak Cabang dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Cabang dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan Pimpinan
Anak Cabang.
Pasal 35
Pengisian Jabatan lowong antar waktu Dewan Pimpinan Ranting dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Anak Cabang dengan memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Dewan
Pimpinan Ranting.

Pasal 36
1. Dalam situasi yang mendesak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan
organisasi, Dewan Pimpinan Pusat mempunyai kewenangan untuk memberhentikan
personalia Dewan Pimpinan Cabang sebagaimana dimaksud Pasal 30 ayat (2) huruf (c),
dan sekaligus pengisian jabatan lowong antar waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33;
2. Dalam situasi yang mendesak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan
organisasi, Dewan Pimpinan Daerah mempunyai kewenangan untuk memberhentikan
personalia Dewan Pimpinan Anak Cabang sebagaimana dimaksud Pasal 30 ayat (2) huruf
(d), dan sekaligus pengisian jabatan lowong antar waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34;
3. Dalam situasi yang mendesak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan
organisasi, Dewan Pimpinan Cabang mempunyai kewenangan untuk memberhentikan
personalia Dewan Pimpinan Ranting sebagaimana dimaksud Pasal 30 ayat (2) huruf (e),
dan sekaligus pengisian jabatan lowong antar waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35.
Pasal 37
Pengisian jabatan lowong antar waktu, termasuk hasil Musyawarah Luar Biasa pada semua
tingkatan, hanya melanjutkan sisa masa jabatan Pengurus yang digantikannya.

16
BAB XVI
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

Bagian Kesatu
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT PUSAT

Pasal 38

1. Musyawarah Besar (MUBES) dihadiri oleh :


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Pusat;
b. Majelis Tinggi;
c. Dewan Kehormatan;
d. Dewan Penasehat Pusat;
e. Dewan Pakar Pusat;
f. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
g. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
h. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Pusat.
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Penasehat Daerah Provinsi;
b. Dewan Pakar Daerah Provinsi;
c. Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara;
6. Pimpinan Musyawarah Besar dipilih dari dan oleh peserta;
7. Sebelum Pimpinan Musyawarah Besar terpilih, Pimpinan Sementara adalah Dewan
Pimpinan Pusat Ormas MKGR.

17
Pasal 39

Ketentuan mengenai Musyawarah Besar sebagaimana tercantum dalam Pasal 38 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Besar Luar Biasa.

Pasal 40

1. Majelis Permusyawaratan Organisasi (MPO) dihadiri oleh :


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Pusat;
b. Majelis Tinggi;
c. Dewan Kehormatan;
d. Dewan Penasehat Pusat;
e. Dewan Pakar Pusat;
f. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
g. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Pusat.
3. Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara;
6. Pimpinan Musyawarah Majelis Permusyawaratan Organisasi (MPO) Dewan Pimpinan
Pusat Ormas MKGR.

Pasal 41

1. Rapat Kerja Nasional, dihadiri oleh :


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.

18
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Pusat;
b. Majelis Tinggi;
c. Dewan Kehormatan;
d. Dewan Penasehat Pusat;
e. Dewan Pakar Pusat;
f. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
g. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Pusat.
3. Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

Bagian Kedua
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT DAERAH PROVINSI

Pasal 42

1. Musyawarah Daerah (MUSDA) Provinsi dihadiri oleh :


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Pusat;
b. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
c. Dewan Penasehat Daerah Provinsi;
d. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Daerah Provinsi.
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Pakar Daerah Provinsi;
b. Dewan Penasehat Cabang Kabupaten/Kota.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah;
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara;

19
6. Pimpinan Musyawarah Daerah dipilih dari dan oleh peserta;
7. Sebelum Pimpinan Musyawarah Daerah terpilih, Pimpinan Sementara adalah Dewan
Pimpinan Daerah Provinsi.

Pasal 43

Ketentuan mengenai Musyawarah Daerah sebagaimana tercantum dalam Pasal 42 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Daerah Luar Biasa.

Pasal 44

1. Rapat Pimpinan Daerah, dihadiri oleh :


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Pusat;
b. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
c. Dewan Penasehat Daerah Provinsi;
d. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Daerah Provinsi.
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Pakar Daerah Provinsi;
b. Dewan Penasehat Cabang Kabupaten/Kota.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Pimpinan Daerah ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Daerah.
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara.

20
Pasal 45

1. Rapat Kerja Daerah, dihadiri oleh :


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Pusat;
b. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
c. Dewan Penasehat Daerah Provinsi;
d. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Daerah Provinsi.
3. Peninjau terdiri dari :
a. Dewan Pakar Daerah Provinsi;
b. Dewan Penasehat Cabang Kabupaten/Kota.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Kerja Daerah ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Daerah.

Bagian Ketiga
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT CABANG KABUPATEN/KOTA

Pasal 46
1. Musyawarah Cabang (MUSCAB) Kabupaten/Kota dihadiri oleh :
a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
b. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
c. Dewan Penasehat Cabang Kabupaten/Kota;
d. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Cabang Kabupaten/Kota.

21
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Pakar Cabang Kabupaten/Kota;
b. Dewan Penasehat Anak Cabang Kecamatan.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang
Kabupaten/Kota;
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara.
6. Pimpinan Musyawarah Cabang dipilih dari dan oleh peserta.
7. Sebelum Pimpinan Musyawarah Cabang terpilih, Pimpinan Sementara adalah Dewan
Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota.

Pasal 47

Ketentuan mengenai Musyawarah Cabang sebagaimana tercantum dalam Pasal 46 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Cabang Luar Biasa.

Pasal 48

1. Rapat Pimpinan Cabang, dihadiri oleh :


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
b. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
c. Dewan Penasehat Cabang Kabupaten/Kota;
d. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Cabang Kabupaten/Kota.
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Pakar Cabang Kabupaten/Kota;
b. Dewan Penasehat Anak Cabang Kecamatan.

22
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Pimpinan Cabang ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota.
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara.

Pasal 49
1. Rapat Kerja Cabang, dihadiri oleh :
a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi;
b. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
c. Dewan Penasehat Cabang Kabupaten/Kota;
d. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Cabang Kabupaten/Kota.
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Pakar Cabang Kabupaten/Kota;
b. Dewan Penasehat Anak Cabang Kecamatan.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Kerja Cabang ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;.

Bagian Keempat
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT ANAK CABANG

Pasal 50

1. Musyawarah Anak Cabang (MUSANCAB) Kecamatan dihadiri oleh :


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.

23
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
b. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
c. Dewan Penasehat Anak Cabang Kecamatan;
d. Dewan Pimpinan Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Anak Cabang Kecamatan.
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Penasehat Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang
Kecamatan.
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara.
6. Pimpinan Musyawarah Anak Cabang dipilih dari dan oleh peserta.
7. Sebelum Pimpinan Musyawarah Anak Cabang terpilih, Pimpinan Sementara adalah Dewan
Pimpinan Anak Cabang Kecamatan.

Pasal 51

Ketentuan mengenai Musyawarah Anak Cabang sebagaimana tercantum dalam Pasal 50 ayat
(1) sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa.

Pasal 52
1. Rapat Pimpinan Anak Cabang, dihadiri oleh :
a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
b. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
c. Dewan Penasehat Anak Cabang Kecamatan;
d. Dewan Pimpinan Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Anak Cabang Kecamatan.

24
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Penasehat Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Pimpinan Anak Cabang ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan.
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara.

Pasal 53

1. Rapat Kerja Anak Cabang, dihadiri oleh :


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota;
b. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
c. Dewan Penasehat Anak Cabang Kecamatan;
d. Dewan Pimpinan Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
e. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Anak Cabang Kecamatan.
3. Peninjau terdiri atas :
a. Dewan Penasehat Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Kerja Anak Cabang ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Anak Cabang Kecamatan.

Bagian Kelima
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT RANTING KELURAHAN/DESA ATAU SEBUTAN LAIN

Pasal 54
1. Musyawarah Ranting (MUSRAN) Kelurahan/Desa atau Sebutan lain dihadiri oleh :
a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.

25
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
b. Dewan Pimpinan Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
c. Dewan Penasehat Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
d. Organisasi Jajaran Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
e. Anggota Ormas MKGR yang berdomisili di Kelurahan/Desa atau sebutan lain tersebut.
3. Peninjau terdiri atas :
a. Tokoh Masyarakat Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Ranting
Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
5. Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak
bicara.
6. Pimpinan Musyawarah Ranting dipilih dari dan oleh peserta.
7. Sebelum Pimpinan Musyawarah Ranting terpilih, Pimpinan Sementara adalah Dewan
Pimpinan Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain.

Pasal 55

Ketentuan mengenai Musyawarah Ranting sebagaimana tercantum dalam Pasal 54 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Ranting Luar Biasa.

Pasal 56

1. Rapat Kerja Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain, dihadiri oleh :


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas :
a. Dewan Pimpinan Anak Cabang Kecamatan;
b. Dewan Pimpinan Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
c. Dewan Penasehat Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain;
d. Pimpinan Organisasi Jajaran Tingkat Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain.

26
3. Peninjau terdiri atas :
a. Tokoh Masyarakat Kelurahan/Desa atau sebutan lain.
4. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Kerja Ranting ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Ranting Kelurahan/Desa atau sebutan lain.

Pasal 57

1. Dalam situasi dan kondisi Pandemi Covid-19 dan/atau wabah lainnya belum berakhir, maka
kehadiran peserta, peninjau dan undangan pada musyawarah dan rapat-rapat disemua
tingkatan organisasi, harus berpedoman pada Protokol Kesehatan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat dan/atau Daerah;

2. Peserta, Peninjau dan Undangan sebagaimana dimaksud dalam BAB XVI, diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Organisasi.

BAB XVII
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 58
1. Musyawarah dan rapat-rapat adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah
peserta;
2. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat
dan apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai maka keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak (voting);
3. Dalam hal musyawarah mengambil keputusan tentang pemilihan Pimpinan, sekurang-
kurangnya disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir sebagimana
dimaksud dalam ayat (1);
4. Khusus tentang perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga :
a. Dihadiri oleh lebih dari 2/3 (dua pertiga) jumlah peserta;
b. Keputusan sah apabila mendapat persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga)
dari jumlah peserta yang hadir.

27
BAB XVIII
ARTI MAKNA LAMBANG ORMAS MKGR
Pasal 59
A. 1. PERISAI SEGI LIMA
Artinya : Pancasila/Panca Moral Ormas MKGR
2. SINAR BINTANG BERJUMLAH 45
Artinya : Semangat Proklamasi tahun 1945 dan Undang Undang Dasar 1945.
3. KAPAS BERJUMLAH 8
Artinya : Melambangkan bulan ke 8 (Agustus)
4. PADI BERBUTIR 17
Artinya : Melambangkan tanggal 17

B. MAKNA KE I
1. GAMBAR PADI
Melambangkan Kaum Tani, Pangan dan Kemakmuran.
2. GAMBAR KAPAS
Melambangkan Kaum Buruh, Sandang dan Keadilan
3. GAMBAR BERINGIN
Melambangkan Pengayoman, Kepribadian Indonesia dan Demokrasi.

C. MAKNA KE II
1. PADI, KAPAS, BERINGIN
Melambangkan cita-cita Ormas MKGR untuk mewujudkan Masyarakat ADIL,
MAKMUR, BERKEPRIBADIAN INDONESIA dan PENGAYOMAN dimana rakyat akan
merasa bebas dari segala bentuk penderitaan.
2. BINTANG SEGI LIMA
Melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

KESIMPULAN
Gambar Ormas MKGR bermakna (A+B+C), bahwa dengan semangat Proklamasi 17 Agustus
1945, berdasarkan Pancasila dan berlandaskan Undang Undang Dasar 1945, Ormas MKGR
selalu mengayomi rakyat untuk mencapai masyarakat bangsa Indonesia yang adil dan makmur
serta di ridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

28
KETERANGAN PANJI-PANJI
UKURAN :
- Perbandingan Lebar dan Panjang 2:3.
- Ukuran biasa, lebar 80 cm, Panjang 120 cm.
- Ukuran besar, Lebar 100 cm, Panjang 150 cm.
BENTUK :
- Panji-Panji Ormas MKGR berbentuk empat persegi panjang.
- 1/3 dari panjang (bagian pangkal) berwarna merah, dilengkapi dengan tulisan Ormas
MKGR dari atas kebawah.
- 2/3 selebihnya berwarna dasar kuning dengan diberikan tanda gambar Ormas MKGR
(tanpa perisai segi lima).
KETERANGAN BENDERA
UKURAN :
- Perbandingan Lebar dan Panjang 2:3
- Ukuran Bendera Lebar 100 cm, Panjang 150 cm, Lebar 80 cm, Panjang 120 cm,
Lebar 40 cm, Panjang 60 cm

BENTUK :
- 1/3 bagian pangkal berwarna merah dilengkapi tulisan Ormas MKGR dari atas
kebawah.
- 2/3 selebihnya berwarna dasar kuning telor dengan diberikan gambar logo Ormas
MKGR lengkap dengan Perisai Segi Lima.

WARNA DAN ARTINYA


Panji-Panji Ormas MKGR terdiri dari empat unsur warna, yaitu :
MERAH – PUTIH – KUNING – HITAM
MERAH artinya : Api atau Berani
PUTIH artinya : Air atau Suci
KUNING artinya : Angin atau Ksatria
HITAM artinya : Tanah atau Abadi / Langgeng
Alasan menggunakan empat warna tersebut, ialah : bahwa sebenarnya tubuh/jasmani ini
terdiri dari empat unsur, yaitu : api, air, angin dan tanah.

29
KETERANGAN PAPAN NAMA

UKURAN :
- Perbandingan Lebar dan panjang 2:3
- Untuk Ranting dan Anak Cabang berukuran 100 cm x 150 cm.
- Untuk Cabang dan Daerah ukuran 120 cm x 150 cm
- Untuk Pusat ukuran 150 cm x 180 cm.

BENTUK :
- Lambang yang digambar pada Papan Nama ialah lambang Ormas MKGR secara
lengkap.
- Bentuk tulisan pada papan nama contoh sebagai berikut :
a. Tingkat Organisasi misalnya :
DEWAN PIMPINAN DAERAH
DEWAN PIMPINAN CABANG
DEWAN PIMPINAN ANAK CABANG
DEWAN PIMPINAN RANTING

b. Bagian bawahnya adalah nama Ormas secara lengkap dan singkatannya,


misalnya Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong
(ORMAS MKGR).
c. Baris dibawahnya lagi ialah tempat sesuai dengan tingkatan. Misalnya
Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan dan Desa/Kelurahan.

WARNA :
- Pada bagian logo dan tulisan, dasar papan nama warna putih dan warna lengkap pada
logo Ormas MKGR.
- Pada bagian tulisan, dasar warna putih dan tulisan warna hitam, kecuali singkatan
nama ORMAS MKGR ditulis dengan huruh merah.
- Bingkai papan nama berwarna merah.

30
BAB XIX
KEUANGAN ORGANISASI

Pasal 60
1. Sumber Keuangan Organisasi diperoleh dari :
a. Iuran Pangkal;
b. Iuran Wajib;
c. Iuran Sukarela;
d. Sumbangan Perorangan;
e. Sumbangan Badan atau Lembaga;
f. Usaha-usaha lain yang sah;
g. Bantuan dan Anggaran Negara/Daerah;
h. Aset dan Kekayaan Organisasi.
2. Semua pemasukan dan pengeluaran keuangan organisasi dipertanggung jawabkan oleh
Dewan Pimpinan pada musyawarah sesuai tingkatannya dan dilaporkan kepada instansi
yang berwenang menurut peraturan perundangan-undangan.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang pengelolaan keuangan dan mekanisme
pertanggungjawaban keuangan organisasi diatur dalam Peraturan Organisasi.

BAB XX
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 61

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur kemudian dalam
Peraturan Organisasi, Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis lainnya.

2. Anggaran Rumah Tangga ini disahkan dan berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 30 Oktober 2020

31
PIMPINAN MUSYAWARAH BESAR IX
ORMAS MKGR TAHUN 2020

1. Ketua : Dr. Tb. H. Ace Hasan Syadzily, M.Si 1. . . . . . . . . . . . . .

2. Sekretaris : Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP 2. . . . . . . . . . . . .

3. Anggota : H. Afrizal, S.H., M.H 3. . . . . . . . . . . . . .

4. Anggota : Drs. Hugo Rehi Kalembu, M.Si 4. . . . . . . . . . . . .

5. Anggota : Ferry Wawan Cahyono, S.Pd., M.Si 5. . . . . . . . . . . . . .

Anda mungkin juga menyukai