Anda di halaman 1dari 4

Nama : DEGA RAHARJA PRATAMA

NIM : 050527854

Tugas 2 : Pengantar Sosiologi

Saudara Mahasiswa, silakan Anda baca artikel berita pada media online berikut:

https://www.republika.id/posts/38178/fenomena-kekerasan-remaja-dari-medsos-ke-pembacokan

Setelah Anda membaca dengan seksama, silakan kerjakan soal no 1 dan 2 dengan
menggunakan bahasa dan penjelasan sendiri. Kemudian kerjakan soal no 3 terkait
stratifikasi sosial. Dilarang keras mengumpulkan jawaban hasil plagiasi dari jawaban dan
tulisan orang lain. Jangan lupa cantumkan sumber ya!

1. Jelaskan jenis sosialisasi yang ketika tidak dilaksanakan maksimal, maka bisa memicu
terjadinya fenomena kekerasan yang dilakukan remaja di Indonesia.
2. Berikan analisis terbaik Anda terkait penyebab fenomena kekerasan yang dilakukan
remaja. Kaitkan jawaban Anda dengan materi agen sosialisasi!
3. Hingga kini, stratifikasi sosial masih sering kali memicu terjadinya konflik sosial.
Mengenai hal ini, coba Anda analisis, stratifikasi sosial seperti apa yang sering kali
menyebabkan konflik sosial di Indonesia dan berikan contohnya. Berikan jawaban
orisinil dan berdasar pada data dalam berbagai sumber.

Jawab

1. Jenis Sosialisasi yang Memicu Kekerasan Remaja: Ketika sosialisasi tidak


dilaksanakan dengan baik, terutama dalam hal sosialisasi agen sosialisasi primer dan
sekunder, maka bisa memicu terjadinya fenomena kekerasan yang dilakukan remaja di
Indonesia. Dua jenis sosialisasi yang sangat penting adalah:
 Sosialisasi Keluarga (Agen Sosialisasi Primer): Keluarga adalah agen sosialisasi
primer yang pertama dan utama dalam kehidupan seseorang. Jika anak-anak tidak
mendapatkan asuhan yang baik, pendidikan, dan perhatian dari keluarga mereka, mereka
mungkin tidak belajar cara berkomunikasi, menyelesaikan konflik dengan cara yang
sehat, atau mengembangkan empati. Ini bisa memicu perilaku agresif dan kekerasan
ketika mereka berinteraksi dengan orang lain.
 Sosialisasi Pendidikan (Agen Sosialisasi Sekunder): Sosialisasi melalui pendidikan,
termasuk lingkungan sekolah, juga berperan penting dalam membentuk perilaku remaja.
Pendidikan yang kurang berkualitas, kurangnya pendidikan karakter, atau lingkungan
sekolah yang tidak aman dapat menyebabkan remaja kurang terdidik secara sosial dan
menghasilkan perilaku kekerasan.
2. Analisis Penyebab Fenomena Kekerasan Remaja dan Kaitannya dengan Agen
Sosialisasi: Fenomena kekerasan yang dilakukan oleh remaja di Indonesia bisa
disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan agen sosialisasi. Beberapa
analisis penyebabnya adalah sebagai berikut:
 Pengaruh Media Sosial (Agen Sosialisasi Sekunder): Media sosial berperan sebagai
agen sosialisasi sekunder yang signifikan dalam kehidupan remaja saat ini. Media sosial
dapat memengaruhi perilaku remaja melalui konten yang mengandung kekerasan,
perundungan (bullying), atau perilaku negatif lainnya. Terlalu banyak eksposur terhadap
konten negatif ini dapat mempengaruhi cara remaja memandang kekerasan dan
memunculkan hasrat untuk meniru tindakan tersebut.
 Kurangnya Pendidikan tentang Konsekuensi Tindakan Kekerasan (Agen Sosialisasi
Sekunder): Kurangnya pendidikan di lingkungan sekolah tentang konsekuensi tindakan
kekerasan dan nilai-nilai sosial yang positif dapat menyebabkan remaja kurang
memahami dampak negatif dari tindakan kekerasan. Hal ini bisa berkontribusi pada
peningkatan kekerasan remaja.
 Kurangnya Pendidikan Kesejahteraan Mental (Agen Sosialisasi Sekunder): Banyak
remaja mungkin mengalami stres, tekanan, atau masalah kesejahteraan mental.
Kurangnya pendidikan tentang kesejahteraan mental dalam sistem pendidikan dapat
menyebabkan remaja tidak memiliki keterampilan untuk mengelola emosi mereka
dengan cara yang sehat. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin merespon dengan
tindakan kekerasan.
 Pengaruh Teman Sebaya (Agen Sosialisasi Sekunder): Teman sebaya juga dapat
memengaruhi remaja. Jika teman sebaya terlibat dalam perilaku kekerasan atau
mendorong teman-teman mereka untuk melakukan tindakan kekerasan, remaja bisa
terpengaruh dan meniru perilaku tersebut.

Dalam analisis fenomena kekerasan remaja, peran agen sosialisasi seperti keluarga,
pendidikan, media sosial, dan teman sebaya sangat penting. Pendidikan dan dukungan yang
mempromosikan pemahaman tentang konsekuensi tindakan kekerasan, kesejahteraan mental,
dan nilai-nilai positif bisa berperan dalam mengurangi fenomena kekerasan remaja. Upaya
bersama dari keluarga, sekolah, media, dan masyarakat sangat penting untuk mengatasi
masalah ini.

3. Stratifikasi sosial adalah pembagian masyarakat menjadi lapisan atau tingkatan


berdasarkan faktor-faktor seperti status sosial, kekayaan, pendidikan, atau
pekerjaan. Di Indonesia, konflik sosial sering kali dipicu oleh berbagai bentuk
stratifikasi sosial. Beberapa contoh stratifikasi sosial yang dapat menyebabkan
konflik sosial di Indonesia adalah:
- Stratifikasi Ekonomi: Ketidaksetaraan ekonomi adalah salah satu penyebab
konflik sosial utama di Indonesia. Kesenjangan antara kelompok ekonomi
yang berada di puncak piramida ekonomi dan mereka yang berada di
dasarnya sering kali menciptakan ketegangan. Misalnya, ketika harga-harga
kebutuhan pokok naik, kelompok masyarakat berpenghasilan rendah akan
merasa terbebani sementara kelompok berpenghasilan tinggi mungkin tidak
terpengaruh. Ini bisa menyebabkan protes, demonstrasi, atau bentuk konflik
lainnya.
- Stratifikasi Sosial Berdasarkan Etnis: Indonesia adalah negara yang sangat
beragam etnis. Ketidaksetaraan dalam akses ke sumber daya, pendidikan, dan
peluang dapat menyebabkan konflik antar-etnis. Contoh yang relevan adalah
konflik horizontal antara kelompok etnis yang berbeda, seperti konflik antara
etnis Tionghoa dan pribumi yang pernah terjadi di Indonesia.
- Stratifikasi Berdasarkan Agama: Ketidaksetaraan antara kelompok
berdasarkan agama juga dapat memicu konflik sosial. Misalnya, konflik antar-
agama sering muncul dalam kasus-kasus yang melibatkan perbedaan
keyakinan dan ketidaksetaraan hak.
- Stratifikasi Gender: Ketidaksetaraan gender juga bisa menyebabkan konflik.
Perbedaan dalam akses ke pendidikan, pekerjaan, dan peran dalam
masyarakat dapat menciptakan ketidakpuasan dan konflik antar gender.
- Stratifikasi Berdasarkan Pendidikan: Ketidaksetaraan dalam akses ke
pendidikan dan kualitas pendidikan juga dapat memicu konflik sosial.
Kelompok yang memiliki akses terbatas ke pendidikan berkualitas mungkin
merasa tidak puas dan menuntut perubahan.
- Stratifikasi Sosial Berdasarkan Pekerjaan: Ketidaksetaraan dalam lapangan
kerja, termasuk perbedaan upah dan hak-hak pekerja, juga dapat
menyebabkan konflik. Contoh konflik bisa termasuk mogok kerja, protes
buruh, atau tuntutan perubahan dalam hukum ketenagakerjaan.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230117091636-20-901293/bentrok-maut-morowali-
utara-dan-bom-waktu-tenaga-kerja-asing-di-ri

Anda mungkin juga menyukai