Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

Nama : Mikael Maubanu

NIM : 050331742

ISIP4110.157

1. Penyebab maraknya fenomena tawuran remaja di Indonesia menggunakan tiga perspektif


sosiologi (interaksi simbolik/fungsionalisme structural/konflik)

Jawab:

Fenomena tawuran rejama di Indonesia dapat dianalisis menggunakan perspektif sosiologi, seperti
interaksionisme simbolik, fungsionalisme structural, atau konflik. Berikut adalah analisis
penyebab maraknya fenowena tawuran remaja di Indonesia menggunakan perspektif
fungsionalisme structural:

a. Ketidakadilan social: Ketidakadilan social seperti kesenjangan ekonomi, Pendidikan yang


tidak merata, dan ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya, dapat menciptakan
ketegangan dan frustasi di kalangan remaja. Ketidakadilan ini dapat memicu tawuran
sebagai bentuk protes atau cara mencari keadilan.

b. Kurangnya pengawasan atau perhatian: kurangnya pengawasan dan perhatian dari


keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat membuat remaja merasa terabaikan dan tidak
memiliki arah yang jelas. Hal ini dapat menyebabkan remaja mencari identitas dan
kekuatan dalam kelompok-kelompok tawuran.

c. Pengaruh lingkungan: Lingkungan social yang terlibat dalam tawuran, seperti lingkungan
yang keras dan kekerasan yang diterima sebagai norma dan mempengaruhi perilaku
remaja. Mereka mungkin terpengaruh oleh teman sebaya atau kelompok yang terlibat
dalam tawuran.

d. Kurangnya alternatif positif: seperti kegiatan olahraga, seni atau program pengembangan
diri dapat membuat remaja cenderung terlibat dalam tawuran sebagai bentuk ekspresi diri
atau pencarian identitas.
e. Media atau budaya popular: media atau budaya popular juga dapat memainkan peran dalam
memperkuat fenomena tawuran remaja. Konten yang mengagungkan kekerasan atau
menggambarkan tawuran sebagai sesuatu yang keren dapat mempengaruhi persepsi dan
perilaku remaja.

2. Bentuk interaksi sosial yang muncul dalam fenomena tawuran remaja yang muncul di
Indonesia:
a. Interaksi social asosiatif
Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi yang terjadi antara individu atau
kelompok yang saling mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam konteks tawuran remaja, interaksi asosiatif terjadi dalam satu kelompok remaja
yang terlibat dalam tawuran. Mereka saling berkolaborasi dan berkoordinasi untuk
mengalahkan kelompok saingan.
Sebagai contoh, seorang siswa yang bersekolah di suatu sekolah mungkin akan terlibat
dalam tawuran dengan siswa dari sekolah lain. Mereka menginternalisasi simbol-
simbol tertentu yang mengidentifikasikan mereka sebagai kelompok tertentu, dan
mereka melihat kelompok lain sebagai outgroup yang harus dihadapi. Dalam hal ini,
interaksi asosiatif terjadi dalam kelompok remaja yang merencanakan dan
melaksanakan tawuran.
Penting untuk memahami dinamika kelompok ini dan apa yang mendorong interaksi
asosiatif ini. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya kelompok remaja
seperti ini, termasuk tekanan sosial, lingkungan, dan keinginan untuk mendapatkan
identitas sosial.

b. Interaksi social disosiatif


Interaksi sosial disosiatif, sebagaimana namanya, adalah bentuk interaksi yang terjadi
karena adanya pertentangan antara kelompok atau individu. Dalam konteks tawuran
remaja, interaksi disosiatif terjadi antara kelompok remaja yang terlibat dalam tawuran.
Meskipun tawuran remaja pada dasarnya adalah bentuk konflik dan kekerasan, namun
dalam dinamika kelompok remaja yang terlibat, masih terdapat elemen-elemen yang
dapat diidentifikasi sebagai asosiatif dan disosiatif.
Konflik antara kelompok-kelompok ini sering kali dipicu oleh perbedaan-perbedaan
tertentu, seperti perbedaan sekolah atau wilayah. Namun, interaksi disosiatif ini juga
bisa menjadi hasil dari konflik individu yang kemudian melibatkan kelompok lebih
besar.
Ketika kita berbicara tentang tawuran remaja, seringkali kita fokus pada aspek
disosiatif yang sangat jelas, yaitu konflik fisik dan kekerasan. Namun, penting untuk
diingat bahwa dalam kelompok-kelompok remaja ini, masih ada elemen-elemen
asosiatif, seperti rasa persatuan dalam kelompok dan identitas sosial.

c. Konflik
Konflik adalah bentuk proses sosial yang terjadi antara perorangan atau kelompok
tertentu akibat adanya perbedaan paham, nilai, atau kepentingan. Dalam konteks
tawuran remaja, konflik terjadi antara kelompok remaja yang terlibat dalam tawuran.
Konflik ini dapat berdampak pada berbagai aspek, termasuk kerugian harta benda,
kerusakan sarana prasarana umum, dan bahkan cedera fisik yang serius.
Konflik dalam tawuran remaja sering kali dipicu oleh perasaan persaingan, dendam,
atau bahkan hanya karena provokasi. Hasilnya adalah kerusuhan dan tindakan
kekerasan yang merugikan banyak pihak, termasuk para remaja yang terlibat.
Untuk mengatasi konflik dalam tawuran remaja, diperlukan intervensi sosial yang
tepat. Ini termasuk pendekatan preventif, seperti pendidikan tentang penyelesaian
konflik dan pembinaan sosial, serta penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku
kekerasan.

3. Solusi dalam menanggulangi tawuran remaja di Indonesia.


a. Pendidikan dan Kesadaran: meningkatkan Pendidikan dan kesadaran remaja tentang
pentingnya menghormati perbedaan dan menyelesaikan konflik secara damai. Ini dapat
dilakukan melalui perbedaan dan menyelesaikan konflik secara damai. Ini dapat
dilakukan melalui program-program Pendidikan di sekolah, seminar atau kampanye
social yang mengedukasi remaja tentang pentingnya akomodasi dalam interaksi social.
b. Pembentukan Kelompok Remaja: membentuk kelompok remaja yang bertujuan untuk
mempromosikan nilai-nilai akomodasi dan mengatasi konflik secara damai. Kelompok
ini dapat mengadakan kegiatan social, diskusi atau pelatihan keterampilan komunikasi
yang memperkuat pemahaman tentang pentingnya akomodasi dalam interaksi social.
c. Peran Orang Tua dan Guru: Orang Tua dan guru memiliki peran penting dalam
membentuk sikap dan perilaku remaja. Mereka dapat memberikan contoh yang baik
dalam menghadapi perbedaan, mengajarkannilai-nilai toleransi dan memberikan
pemahaman tentang pentingnya akomodasi dalam interaksi social.
d. Penegakan hukum: pentingnya untuk menegakkan hukum secara tegas terhadap pelaku
tawuran remaja. Hal ini dapat memberikan efek jera dan memberikan sanksi sesuai
dengan Tindakan mereka. Namun penegakan hukum harus diimbangi dengan upaya
rehabilitasi dan reintegrasi social agar remaja dapat belajar dari kesalahan mereka dan
kembali menjadi anggota masyarakat yang produktif.

Referensi:

Zulaika,Lili (2023). 3 Bentuk Interaksi Sosial Dalam Fenomena Tawuran Remaja Di Indonesia.

https: www.stodu.com

Anda mungkin juga menyukai