Anda di halaman 1dari 3

NAMA : EKO PRASETYO

NIM : 051544781

MATA KULIAH : PENGANTAR SOSIOLOGI (ISIP4110)

TUGAS 2

1. Kekerasan yang dilakukan oleh remaja di Indonesia dapat dipengaruhi oleh


berbagai faktor, termasuk kurangnya sosialisasi yang efektif. Berikut adalah
beberapa jenis sosialisasi yang, jika tidak dilaksanakan dengan baik, dapat memicu
terjadinya fenomena kekerasan yang dilakukan oleh remaja di Indonesia:
a) Sosialisasi Keluarga: Keluarga merupakan lingkungan pertama di mana remaja
belajar tentang norma, nilai, dan perilaku yang diterima dalam masyarakat.
Kurangnya sosialisasi keluarga yang baik dapat menyebabkan remaja tidak
memahami batasan-batasan yang ada, kurangnya empati, dan kurangnya
pemahaman tentang cara mengatasi konflik dengan cara yang sehat.
b) Sosialisasi Sekolah: Sekolah juga memiliki peran penting dalam sosialisasi
remaja. Melalui interaksi dengan teman sebaya dan guru, remaja belajar tentang
aturan, norma, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Kurangnya sosialisasi
sekolah yang efektif dapat menyebabkan remaja merasa terisolasi, tidak mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekolah, dan cenderung terlibat dalam perilaku
agresif.
c) Sosialisasi Media: Media, seperti televisi, internet, dan media sosial, juga
berperan dalam sosialisasi remaja. Jika remaja terpapar pada konten yang
mengandung kekerasan, diskriminasi, atau perilaku negatif lainnya, mereka dapat
meniru dan menginternalisasikan perilaku tersebut. Kurangnya pengawasan dan
pemahaman yang tepat tentang media dapat memicu kekerasan remaja.
d) Sosialisasi Masyarakat: Remaja juga belajar tentang norma dan nilai-nilai
masyarakat melalui interaksi dengan lingkungan sekitar mereka. Jika masyarakat di
sekitar remaja cenderung membenarkan atau menghargai kekerasan, remaja dapat
terpengaruh dan terlibat dalam perilaku kekerasan. Kurangnya sosialisasi
masyarakat yang positif dan mendukung dapat memicu kekerasan remaja.
Penting untuk memahami bahwa kekerasan remaja tidak hanya disebabkan oleh
satu faktor, tetapi merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor yang kompleks.
Oleh karena itu, penting bagi keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah untuk
bekerja sama dalam menyediakan sosialisasi yang efektif bagi remaja, dengan
tujuan mengurangi kekerasan dan menciptakan lingkungan yang aman dan
harmonis.
2. Fenomena kekerasan yang dilakukan oleh remaja dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. Salah satu faktor yang berperan penting dalam membentuk perilaku
remaja adalah agen sosialisasi. Agen sosialisasi adalah kelompok atau lembaga
yang mempengaruhi individu dalam proses sosialisasi, yaitu pembentukan nilai-nilai,
norma, dan perilaku yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Berikut adalah beberapa penyebab fenomena kekerasan yang dilakukan oleh
remaja dan kaitannya dengan agen sosialisasi:
a) Keluarga: Keluarga merupakan agen sosialisasi utama dalam kehidupan remaja.
Pola asuh yang tidak sehat, seperti kekerasan dalam rumah tangga, kurangnya
perhatian, atau kurangnya pengawasan orang tua, dapat menyebabkan remaja
cenderung menunjukkan perilaku kekerasan. Selain itu, jika remaja tumbuh dalam
lingkungan keluarga yang keras dan agresif, mereka mungkin menginternalisasi
perilaku tersebut dan menggunakannya dalam interaksi sosial mereka.
b) Sekolah: Sekolah juga merupakan agen sosialisasi yang berpengaruh besar
terhadap remaja. Lingkungan sekolah yang tidak aman, adanya bullying atau
intimidasi, kurangnya pengawasan guru, atau kurangnya program pendidikan yang
mengajarkan keterampilan sosial dan penyelesaian konflik yang sehat dapat
mempengaruhi remaja untuk terlibat dalam perilaku kekerasan.
c) Teman sebaya: Teman sebaya atau kelompok teman remaja juga dapat menjadi
agen sosialisasi yang kuat. Jika remaja bergaul dengan teman-teman yang terlibat
dalam perilaku kekerasan atau memiliki sikap agresif, mereka mungkin terpengaruh
dan ikut terlibat dalam perilaku serupa. Selain itu, tekanan dari teman sebaya untuk
terlibat dalam kekerasan juga dapat mempengaruhi remaja.
d) Media: Media massa, seperti televisi, film, dan media sosial, juga merupakan
agen sosialisasi yang berpengaruh terhadap remaja. Konten yang mengandung
kekerasan, agresi, dan konflik dapat mempengaruhi persepsi remaja tentang
kekerasan dan mempengaruhi perilaku mereka. Remaja yang terpapar secara
berlebihan pada konten kekerasan cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk
terlibat dalam perilaku kekerasan.
e) Masyarakat: Masyarakat secara keseluruhan juga dapat menjadi agen sosialisasi
yang mempengaruhi perilaku remaja. Ketidaksetaraan sosial, ketidakadilan, dan
ketidakstabilan sosial dapat menciptakan lingkungan yang memicu kekerasan.
Selain itu, budaya yang memuliakan kekerasan atau memiliki norma-norma yang
mendukung kekerasan juga dapat mempengaruhi remaja untuk terlibat dalam
perilaku serupa.
Dalam kesimpulannya, fenomena kekerasan yang dilakukan oleh remaja dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk agen sosialisasi seperti keluarga,
sekolah, teman sebaya, media, dan masyarakat. Penting bagi kita untuk memahami
peran agen sosialisasi ini dalam membentuk perilaku remaja dan mengambil
langkah-langkah untuk memperkuat agen sosialisasi yang positif dan mengurangi
pengaruh agen sosialisasi yang negatif dalam mencegah kekerasan remaja.
3. Stratifikasi sosial adalah pembagian masyarakat ke dalam lapisan-lapisan
berdasarkan perbedaan status, kekayaan, kekuasaan, dan akses terhadap sumber
daya. Di Indonesia, stratifikasi sosial yang sering kali menyebabkan konflik sosial
adalah stratifikasi berdasarkan ekonomi, etnis, dan agama. Berikut adalah contoh-
contoh konflik sosial yang disebabkan oleh stratifikasi sosial di Indonesia:
a) Konflik Ekonomi: Ketimpangan ekonomi yang tinggi di Indonesia menjadi salah
satu penyebab utama konflik sosial. Ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dan
kesenjangan antara kaya dan miskin dapat memicu ketegangan sosial. Contohnya,
konflik agraria antara petani dan perusahaan besar yang mengakibatkan sengketa
lahan dan kekerasan fisik.
b) Konflik Etnis: Indonesia memiliki keragaman etnis yang besar, dan perbedaan ini
dapat menjadi sumber konflik sosial. Diskriminasi, stereotip, dan prasangka terhadap
kelompok etnis tertentu dapat memicu konflik. Contohnya, konflik antara etnis Dayak
dan Madura di Kalimantan Timur yang dipicu oleh sengketa lahan dan persaingan
ekonomi.
c) Konflik Agama: Perbedaan agama dan intoleransi agama juga dapat
menyebabkan konflik sosial di Indonesia. Ketegangan antara kelompok agama yang
berbeda, serangan terhadap tempat ibadah, dan penindasan terhadap minoritas
agama dapat memicu konflik. Contohnya, konflik di Poso, Sulawesi Tengah, antara
umat Islam dan Kristen yang berlangsung selama beberapa tahun.
Penting untuk dicatat bahwa konflik sosial tidak selalu disebabkan oleh stratifikasi
sosial. Faktor-faktor politik, sejarah, dan budaya juga dapat mempengaruhi
terjadinya konflik. Namun, stratifikasi sosial yang tidak adil dan ketidaksetaraan
dalam akses terhadap sumber daya sering kali menjadi pemicu utama konflik sosial
di Indonesia.

Sumber:
 Abdullah, T. (2017). Konflik Sosial di Indonesia: Analisis dan Solusi. Jakarta:
Rajawali Pers.
 Aspinall, E., & Fealy, G. (Eds.). (2003). Local Power and Politics in Indonesia:
Decentralisation and Democratisation. Singapore: Institute of Southeast Asian
Studies.

Anda mungkin juga menyukai