Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN TUGAS 3 HKUM4205 KRIMINOLOGI

1) Berdasarkan kasus perampokan yang terjadi di jalan poros Kecamatan Nibung


dan Kecamatan Rawas Ilir, terdapat hubungan antara kondisi ekonomi dan
kejahatan. Beberapa analisis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Masalah Ekonomi sebagai Pemicu: Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya kejahatan adalah kondisi ekonomi yang sulit. Jika
terdapat masalah ekonomi di suatu daerah, seperti tingginya tingkat
pengangguran, kemiskinan, atau kesenjangan ekonomi yang besar, individu-
individu rentan terdorong untuk mencari cara alternatif untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka, termasuk melalui kejahatan.
b) Keterkaitan dengan Sektor Pertanian: Kasus perampokan yang terjadi
melibatkan seorang sopir truk pengangkut buah sawit. Sebagai komoditas
ekonomi yang penting, industri pertanian dan perkebunan, seperti
perkebunan kelapa sawit, dapat memiliki dampak signifikan terhadap kondisi
ekonomi di suatu daerah. Jika terdapat masalah atau ketidakstabilan dalam
sektor ini, seperti rendahnya pendapatan petani atau kebijakan yang tidak
menguntungkan, hal ini dapat menciptakan ketidakstabilan ekonomi dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya kejahatan.
c) Ketimpangan Sosial-Ekonomi: Ketimpangan sosial-ekonomi yang tinggi juga
dapat menjadi faktor yang mempengaruhi timbulnya kejahatan. Jika terdapat
kesenjangan yang besar antara kelompok sosial yang kaya dan miskin, hal ini
dapat menciptakan ketidakpuasan, frustrasi, dan ketidakadilan di kalangan
masyarakat yang kurang mampu. Situasi ini dapat mendorong beberapa
individu untuk terlibat dalam kegiatan kriminal sebagai upaya untuk
memperoleh keuntungan atau merasa "membalas dendam" terhadap
ketidakadilan yang mereka rasakan.
d) Kondisi Infrastruktur dan Aksesibilitas: Kondisi infrastruktur dan
aksesibilitas yang buruk juga dapat berdampak pada kondisi ekonomi dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya kejahatan. Jika daerah tersebut sulit
dijangkau, memiliki akses terbatas terhadap layanan publik, dan terisolasi,
hal ini dapat menciptakan ketidakstabilan dan kesempatan bagi pelaku
kejahatan untuk beroperasi tanpa mudah terdeteksi atau dihadang.
e) Faktor Lainnya: Selain masalah ekonomi, terdapat faktor-faktor sosial dan
individu lainnya yang juga dapat mempengaruhi timbulnya kejahatan, seperti
rendahnya tingkat pendidikan, ketidakstabilan keluarga, lingkungan sosial
yang terlibat dalam kejahatan, serta kurangnya pengawasan atau kehadiran
polisi.
Perlu dicatat bahwa analisis hubungan antara kondisi ekonomi dan kejahatan
tidak bersifat deterministik, artinya tidak setiap individu atau kelompok yang
mengalami masalah ekonomi akan terlibat dalam kejahatan. Namun, faktor-faktor
sosial dan ekonomi tersebut dapat menciptakan kondisi yang mempengaruhi
potensi kejahatan dan tingkat kecenderungan masyarakat terhadap kegiatan
kriminal

2) Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak-anak Joni tidak bisa secara
langsung disebabkan oleh warisan atau faktor genetik dari Joni. Perilaku
menyimpang cenderung dipengaruhi oleh kombinasi faktor lingkungan, sosial,
dan individu. Dalam kasus ini, terdapat beberapa argumen yang dapat
menjelaskan mengapa perilaku menyimpang dari anak-anak Joni bisa terjadi:
a) Model Peran: Anak-anak cenderung meniru dan memodelkan perilaku yang
mereka lihat di lingkungan sekitar mereka, terutama dari orang tua atau
orang dewasa yang mereka anggap sebagai contoh. Dalam kasus ini, perilaku
buruk Joni yang terlihat pulang dalam keadaan mabuk secara terus-menerus
menjadi contoh yang dilihat oleh anak-anaknya. Anak-anak cenderung
meniru dan menganggap perilaku tersebut sebagai sesuatu yang biasa dan
dapat ditiru.
b) Pembelajaran Sosial: Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa perilaku
dapat dipelajari melalui interaksi sosial dan pengalaman langsung. Jika anak-
anak secara konsisten melihat ayah mereka pulang dalam keadaan mabuk,
mereka dapat mengaitkan perilaku tersebut dengan situasi yang normal dan
dapat menginternalisasi perilaku tersebut sebagai cara yang dapat diterima
untuk mengatasi stres atau masalah.
c) Ketidakstabilan Lingkungan: Ketika anak-anak tumbuh dalam lingkungan
yang tidak stabil dan memiliki konflik atau ketegangan yang tinggi, mereka
dapat cenderung mengembangkan perilaku menyimpang sebagai cara untuk
mengatasi atau menghindari masalah yang ada. Dalam kasus ini, kehadiran
Joni dalam keadaan mabuk dapat menciptakan ketidakstabilan di rumah dan
menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk perkembangan perilaku
yang sehat pada anak-anak.
d) Pengaruh Teman Sebaya: Selain pengaruh keluarga, teman sebaya juga dapat
memiliki pengaruh signifikan dalam membentuk perilaku anak-anak. Jika
anak-anak Joni memiliki teman-teman sebaya yang juga terlibat dalam
perilaku menyimpang, seperti minum alkohol secara berlebihan, mereka
dapat terdorong untuk terlibat dalam perilaku yang serupa.
Dalam konteks ini, penting untuk menyadari bahwa perilaku menyimpang anak-
anak Joni tidak sepenuhnya diwarisi dari Joni secara genetik. Namun, faktor-
faktor lingkungan dan sosial yang dihadapi anak-anak, termasuk model perilaku
yang diperlihatkan oleh Joni dan pengaruh lingkungan sekitar mereka, dapat
mempengaruhi perkembangan perilaku anak-anak tersebut. Oleh karena itu,
untuk mengatasi perilaku menyimpang anak-anak, penting untuk memperhatikan
dan mengubah lingkungan yang memfasilitasi perilaku tersebut, memberikan
pendidikan dan pemahaman yang tepat, serta menawarkan alternatif perilaku
yang lebih positif dan sehat.

3) Peran budaya dalam konflik antar-kelompok dapat mengakibatkan kejahatan


karena budaya mencakup sistem nilai, norma, keyakinan, dan praktik yang dianut
oleh suatu kelompok masyarakat. Perspektif teori konflik kebudayaan
menjelaskan bahwa perbedaan budaya dapat menjadi sumber konflik dan
ketegangan antara kelompok yang berbeda. Berikut adalah argumen yang dapat
menjelaskan mengapa budaya dapat berkontribusi pada terjadinya kejahatan
dalam konflik antar-kelompok:
a) Perbedaan Nilai dan Norma: Setiap kelompok memiliki sistem nilai dan
norma yang berbeda dalam budayanya. Perbedaan ini dapat menciptakan
konflik ketika nilai dan norma satu kelompok tidak diakui atau dihormati
oleh kelompok lain. Misalnya, jika kelompok A memiliki norma yang
melarang tindakan tertentu, sedangkan kelompok B menganggap tindakan
tersebut sebagai hal yang biasa, hal ini dapat menyebabkan ketegangan dan
munculnya kejahatan ketika satu kelompok memaksa atau melanggar norma
yang dipegang oleh kelompok lain.
b) Pertentangan Minat dan Sumber Daya: Konflik antar-kelompok sering kali
dipicu oleh pertentangan kepentingan atau persaingan atas sumber daya.
Budaya dapat mempengaruhi persepsi, nilai, dan tujuan kelompok dalam
mengakses dan menguasai sumber daya yang terbatas. Jika ada perbedaan
budaya yang menciptakan ketidaksepakatan dalam mengelola sumber daya
atau kepentingan yang saling bertentangan, hal ini dapat memicu konflik dan
kejahatan sebagai upaya untuk mencapai tujuan kelompok tersebut.
c) Stereotip dan Prasangka: Budaya juga dapat mempengaruhi persepsi dan
stereotip yang berkembang antara kelompok-kelompok yang bertikai.
Stereotip dan prasangka negatif yang muncul akibat perbedaan budaya dapat
menciptakan ketidakpercayaan, ketakutan, dan sikap permusuhan antara
kelompok. Hal ini dapat memicu tindakan kekerasan, diskriminasi, atau
kejahatan sebagai manifestasi dari konflik dan ketegangan antar-kelompok.
d) Konflik Identitas: Budaya memiliki peran penting dalam pembentukan
identitas kelompok. Perbedaan budaya yang mencakup bahasa, agama, adat
istiadat, atau simbol-simbol kelompok dapat menjadi sumber konflik
identitas. Ketika kelompok merasa ancaman terhadap identitas dan
keberadaannya akibat perbedaan budaya, konflik dapat muncul dan dapat
mengarah pada kejahatan sebagai upaya untuk mempertahankan atau
memperjuangkan identitas kelompok.
Dalam perspektif teori konflik kebudayaan, perbedaan budaya yang menciptakan
konflik dapat mempengaruhi interaksi sosial, pandangan dunia, dan dinamika
kekuasaan antar-kelompok. Hal ini dapat memperburuk ketegangan, memicu
konflik, dan dalam beberapa kasus, menghasilkan tindakan kejahatan dalam
upaya untuk mempertahankan kepentingan, identitas, atau memperoleh
keuntungan atas kelompok lain.

Anda mungkin juga menyukai