Anda di halaman 1dari 4

Nama : Della Noviana

Nim : 042399529
Tugas 1
Pengantar Sosiologi

Soal

1. Berikan analisis Anda mengenai penyebab maraknya fenomena tawuran


remaja di Indonesia menggunakan salah satu dari tiga perspektif sosiologi
(interaksionisme simbolik/fungsionalisme structural/konflik).
2. Jelaskan bentuk interaksi sosial yang muncul dalam fenomena tawuran
remaja di Indonesia.
3. Uraikan pendapat Anda mengenai solusi yang kiranya tepat dalam
menanggulangi fenomena tawuran remaja. Kaitkan pendapat Anda dengan
materi akomodasi dalam interaksi sosial asosiatif.

Jangan lupa sebutkan sumber/referensi Anda, kemudian unggah/kumpulkan file


jawaban Anda dalam bentuk PDF.

Jawaban

1. Fenomena tawuran remaja di Indonesia dapat dianalisis menggunakan perspektif


sosiologi, seperti interaksionisme simbolik, fungsionalisme struktural, atau konflik.
Berikut adalah analisis penyebab maraknya fenomena tawuran remaja di Indonesia
menggunakan perspektif fungsionalisme struktural:

Fungsionalisme Struktural

Perspektif fungsionalisme struktural melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang


terdiri dari berbagai bagian yang saling berinteraksi dan berkontribusi untuk menjaga
keseimbangan sosial. Dalam konteks tawuran remaja, fenomena ini dapat dipahami sebagai
hasil dari ketidakseimbangan dalam struktur sosial.

 Ketidakadilan sosial: Ketidakadilan sosial, seperti kesenjangan ekonomi,


pendidikan yang tidak merata, dan ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya,
dapat menciptakan ketegangan dan frustrasi di kalangan remaja. Ketidakadilan ini
dapat memicu tawuran sebagai bentuk protes atau cara untuk mencari keadilan.
 Kurangnya pengawasan dan perhatian: Kurangnya pengawasan dan perhatian
dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat membuat remaja merasa terabaikan dan
tidak memiliki arah yang jelas. Hal ini dapat menyebabkan mereka mencari identitas
dan kekuatan dalam kelompok-kelompok tawuran.
 Pengaruh lingkungan: Lingkungan sosial yang terlibat dalam tawuran, seperti
lingkungan yang keras dan kekerasan yang diterima sebagai norma, dapat
mempengaruhi perilaku remaja. Mereka mungkin terpengaruh oleh teman sebaya
atau kelompok yang terlibat dalam tawuran.
 Kurangnya alternatif positif: Kurangnya alternatif positif, seperti kegiatan
olahraga, seni, atau program pengembangan diri, dapat membuat remaja cenderung
terlibat dalam tawuran sebagai bentuk ekspresi diri atau pencarian identitas.
 Media dan budaya populer: Media dan budaya populer juga dapat memainkan
peran dalam memperkuat fenomena tawuran remaja. Konten yang mengagungkan
kekerasan atau menggambarkan tawuran sebagai sesuatu yang keren dapat
mempengaruhi persepsi dan perilaku remaja.

Dalam perspektif fungsionalisme struktural, fenomena tawuran remaja di Indonesia dapat


dipahami sebagai hasil dari ketidakseimbangan dalam struktur sosial, ketidakadilan sosial,
kurangnya pengawasan dan perhatian, pengaruh lingkungan, kurangnya alternatif positif,
serta pengaruh media dan budaya populer. Untuk mengatasi fenomena ini, perlu dilakukan
upaya yang melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, masyarakat, dan
pemerintah, untuk menciptakan lingkungan yang lebih seimbang, memberikan perhatian dan
pengawasan yang cukup, serta menyediakan alternatif positif bagi remaja.

2. Fenomena tawuran remaja di Indonesia melibatkan berbagai bentuk interaksi sosial


yang dapat mempengaruhi individu dan masyarakat secara luas. Berikut adalah
beberapa bentuk interaksi sosial yang muncul dalam fenomena tawuran remaja di
Indonesia:

 Konflik Antarindividu: Tawuran remaja sering kali melibatkan konflik


antarindividu atau kelompok. Interaksi ini ditandai dengan adanya benturan
fisik, verbal, atau nonverbal antara individu atau kelompok yang terlibat
dalam tawuran. Konflik ini dapat dipicu oleh perbedaan pandangan, nilai-
nilai, atau kepentingan antara individu atau kelompok yang terlibat.

 Pertarungan Kepemimpinan: Dalam tawuran remaja, sering terjadi


pertarungan untuk memperebutkan posisi atau kekuasaan di antara kelompok-
kelompok yang terlibat. Individu atau kelompok yang ingin memperoleh
dominasi atau pengakuan sosial akan berusaha untuk menguasai atau memimpin
kelompoknya dalam tawuran.

 Solidaritas Kelompok: Tawuran remaja juga mencerminkan adanya solidaritas


kelompok. Individu atau kelompok yang terlibat dalam tawuran biasanya merasa
terikat oleh ikatan sosial, seperti persahabatan, keanggotaan dalam geng, atau
identitas kelompok tertentu. Solidaritas kelompok ini dapat memperkuat interaksi
sosial dalam tawuran.
 Efek Imitasi: Fenomena tawuran remaja dapat dipengaruhi oleh efek imitasi, di
mana individu atau kelompok lain terinspirasi atau meniru perilaku tawuran yang
mereka lihat atau dengar. Efek imitasi ini dapat memperluas dan memperpanjang
fenomena tawuran remaja di Indonesia.
 Polarisasi Sosial: Tawuran remaja juga dapat memperkuat polarisasi sosial antara
kelompok-kelompok yang terlibat. Interaksi sosial dalam tawuran dapat memperkuat
perasaan saling bermusuhan, permusuhan, atau ketidakpercayaan antara kelompok-
kelompok tersebut.

Penting untuk memahami bahwa fenomena tawuran remaja bukanlah satu-satunya bentuk
interaksi sosial yang terjadi di masyarakat. Upaya pencegahan dan penanggulangan tawuran
remaja perlu melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, pemerintah, dan
masyarakat secara keseluruhan.

3. fenomena tawuran remaja merupakan masalah serius yang perlu ditanggulangi


dengan solusi yang tepat. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah melalui
pendekatan akomodasi dalam interaksi sosial asosiatif. Akomodasi dalam interaksi
sosial asosiatif adalah proses saling mengakui dan menghormati perbedaan antara
individu atau kelompok dalam suatu interaksi sosial. Dalam konteks tawuran remaja,
solusi ini dapat diterapkan dengan cara berikut:

-Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan pendidikan dan kesadaran remaja


tentang pentingnya menghormati perbedaan dan menyelesaikan konflik secara
damai. Ini dapat dilakukan melalui program-program pendidikan di sekolah,
seminar, atau kampanye sosial yang mengedukasi remaja tentang pentingnya
akomodasi dalam interaksi sosial.

-Pembentukan Kelompok Remaja: Membentuk kelompok remaja yang bertujuan


untuk mempromosikan nilai-nilai akomodasi dan mengatasi konflik secara damai.
Kelompok ini dapat mengadakan kegiatan sosial, diskusi, atau pelatihan keterampilan
komunikasi yang memperkuat pemahaman tentang pentingnya akomodasi dalam
interaksi sosial.

-Peran Orang Tua dan Guru: Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam
membentuk sikap dan perilaku remaja. Mereka dapat memberikan contoh yang baik
dalam menghadapi perbedaan, mengajarkan nilai-nilai toleransi, dan memberikan
pemahaman tentang pentingnya akomodasi dalam interaksi sosial.

-Penegakan Hukum: Penting untuk menegakkan hukum secara tegas terhadap


pelaku tawuran remaja. Hal ini dapat memberikan efek jera dan memberikan sanksi
yang sesuai dengan tindakan mereka. Namun, penegakan hukum harus diimbangi
dengan upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial agar remaja dapat belajar dari
kesalahan mereka dan kembali menjadi anggota masyarakat yang produktif.

Dengan menerapkan solusi-solusi di atas, diharapkan fenomena tawuran remaja dapat


diminimalisir. Pendekatan akomodasi dalam interaksi sosial asosiatif dapat membantu
remaja memahami pentingnya menghormati perbedaan, menyelesaikan konflik secara
damai, dan membangun hubungan yang harmonis dalam Masyarakat.

Referernsi : buku modul ISIP4110 PENGANTAR SOSIOLOGI

Anda mungkin juga menyukai