Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2

HUKUM DAGANG DAN KEPAILITAN

Nama Mahasiswa : MIQUEL STEVEN GINTING


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 044944555

Kasus: Pelanggaran Hak Cipta di Dunia Digital

Dalam era digital saat ini, pelanggaran hak cipta menjadi semakin umum terjadi. Sebagai
seorang pengusaha di bidang teknologi informasi, Anda mendapati kasus pelanggaran hak cipta
yang terjadi dalam platform e-commerce yang Anda kelola. Berikut adalah kasusnya:

Andi adalah seorang desainer grafis yang telah membuat desain kreatif untuk kaos yang sangat
diminati oleh masyarakat. Desain-desainnya memiliki ciri khas yang unik dan orisinal. Namun,
Andi menemukan bahwa desain-desainnya telah dicuri dan dijual oleh beberapa toko online di
platform e-commerce yang Anda kelola. Andi tidak memberikan izin kepada toko-toko tersebut
untuk menggunakan desain-desainnya. Selain itu, toko-toko tersebut tidak memberikan kredit
kepada Andi sebagai pemilik asli desain tersebut.

Andi merasa keberatan dengan tindakan ini dan mengajukan keluhan kepada Anda sebagai
pemilik platform e-commerce. Dia meminta Anda untuk mengambil tindakan terhadap toko-toko
yang menjual desainnya tanpa izin. Andi juga ingin kompensasi atas kerugian finansial dan
reputasi yang dideritanya akibat dari pelanggaran hak cipta ini.

Dalam menghadapi kasus ini, Anda sebagai pemilik platform e-commerce harus
mempertimbangkan implikasi hukum dan etika terkait pelanggaran hak cipta. Sebagai tanggapan
atas keluhan Andi, Anda perlu menentukan langkah-langkah yang tepat untuk menangani situasi
ini.

Pertanyaan :

1. Apa konsekuensi hukum yang mungkin dihadapi oleh toko-toko online yang menjual
desain-desain Andi tanpa izin?

2. Bagaimana Anda akan mencegah pelanggaran hak cipta di masa depan dalam platform e-
commerce Anda?

3. Jelaskan konsep hak cipta dan mengapa penting untuk melindungi hak cipta karya seni
dan desain?

JAWABAN NOMOR 1

Kewajiban izin usaha toko online saat ini diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun
2019 Tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PP 80 Tahun 2019). Dimana dalam Pasal
15 PP 80 Tahun 2019 disebutkan bahwa:

1. Pelaku Usaha wajib memiliki izin usaha dalam melakukan kegiatan usaha PMSE.
2. Penyelenggara Sarana Perantara dikecualikan dari kewajiban memiliki izin usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika:
1. bukan merupakan pihak yang mendapatkan manfaat (beneficiary) secara langsung
dari transaksi; atau
2. tidak terlibat langsung dalam hubungan kontraktual para pihak yang melakukan
PMSE.
3. Dalam rangka memberikan kemudahan bagi Pelaku Usaha untuk memiliki izin usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengajuan izin usaha dilakukan melalui Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bagi PPMSE mengacu pada norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang diatur dengan Peraturan Menteri.

PMSE yang disebutkan dalam Pasal 15 Butir 1 PP 80 Tahun 2019 adalah Perdagangan Melalui
Sistem Elektronik yang didefinisikan sebagai perdagangan yang transaksinya dilakukan melalui
serangkaian perangkat dan prosedur elektronik. Berdasarkan definisi tersebut bisnis toko online
termasuk dalam PMSE sehingga tunduk kepada kewajiban Pasal 15 ini.

Selain itu pasal 11 PP 80 Tahun 2019 juga mengatur bahwa pelaku usaha PMSE wajib
memenuhi persyaratan umum sesuai peraturan perundang-undangan yang dalam penjelasannya
diuraikan bahwa persyaratan tersebut antara lain :

 izin usaha
 izin teknis,
 Tanda Daftar Perusahaan
 Nomor Pokok Wajib Pajak,
 Kode etik bisnis (business conduct)/ perilaku usaha
(code of practices)
 standardisasi produk Barang dan/atau Jasa dan hal-hal lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Secara singkat izin usaha yang setidaknya harus dimiliki oleh toko online antara lain adalah:

 Nomor Induk Berusaha (NIB);


 NPWP; dan
 SIUP.

Apa Sanksinya Jika Toko Online Tidak Memiliki Izin Usaha?

Berdasarkan Pasal 80 PP 80 Tahun 2019 Pelaku usaha yang tidak memiliki izin usaha dalam
melakukan kegiatan usaha PMSE dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Perdagangan,
berupa:
1. peringatan tertulis;
2. dimasukkan dalam daftar prioritas pengawasan;
3. dimasukkan dalam daftar hitam;
4. pemblokiran sementara layanan PPMSE dalam negeri dan/atau PPMSE luar negeri oleh
instansi terkait yang berwenang; dan/atau
5. pencabutan izin usaha.
Lebih lanjut, berdasarkan Pasal 106 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang
Perdagangan Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha perdagangan tanpa memiliki
perizinan di bidang Perdagangan yang diberikan oleh Menteri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh
miliar rupiah).

Melihat beratnya sanksi tersebut maka akan jauh lebih aman dan baik bagi anda jika anda segera
mendapatkan izin usaha yang diperlukan untuk toko online anda.
JAWABAN NOMOR 2

Metode Penegakan Hak Cipta

Ada beberapa metode yang digunakan dalam penegakan hak cipta dalam konten online. Salah
satunya adalah melalui pelacakan dan pemantauan konten ilegal, serta tindakan hukum terhadap
pelanggaran hak cipta yang terjadi. Selain itu, ada juga upaya untuk menghapus konten ilegal
dan memblokir akses ke situs web yang melanggar hak cipta.

Tantangan dalam Memerangi Pelanggaran Hak Cipta dalam Skala Besar

Pelanggaran hak cipta dalam skala besar merupakan tantangan yang signifikan. Situs web dan
platform besar seringkali menjadi tempat berlangsungnya pelanggaran tersebut. Mengatasi
pelanggaran hak cipta dalam skala besar membutuhkan kerjasama antara pemerintah, lembaga
hukum, dan pemilik hak cipta.

Perlindungan Hak Cipta di Era Digital

Inovasi Hukum dan Peraturan

Untuk menghadapi tantangan hak cipta dalam era digital, telah ada inovasi hukum dan peraturan
yang diperkenalkan. Ini termasuk undang-undang yang mengatur hak cipta dalam konten online
dan memberikan kerangka kerja untuk perlindungan hak cipta yang lebih efektif.

Perlindungan Teknologi

Penggunaan teknologi juga dapat membantu dalam perlindungan hak cipta di era digital. Salah
satu contohnya adalah penggunaan sistem pengamanan digital seperti DRM (Digital Rights
Management). Teknologi ini memungkinkan pengendalian akses terhadap konten digital,
membatasi penggunaan yang tidak sah, dan melacak pelanggaran hak cipta.

Peran Pemilik Konten

Pemilik konten juga memegang peran penting dalam melindungi hak cipta mereka. Dengan
memastikan bahwa konten mereka dilengkapi dengan tanda hak cipta yang jelas, serta
mengambil langkah-langkah untuk memantau dan mengelola penggunaan konten mereka,
pemilik konten dapat memperkuat perlindungan hak cipta mereka.

Jawaban Nomor 3 :

Hak Cipta pada hakikatnya merupakan hak eksklusif pencipta, yang timbul dengan sendirinya
pada saat diwujudkannya ciptaan tersebut dalam bentuk nyata, berdasarkan asas deklaratif dan
tanpa ada pengurangan pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang. Dapat
dikatakan bahwa hak cipta merupakan salah satu hak atas kekayaan intelektual yang diatur oleh
hukum positif nasional dan internasional, yang dapat menimbulkan pertanyaan seperti siapa yang
memiliki hak atas ciptaan tersebut dan bagaimana ciptaan yang dilindungi secara hukum tersebut
digunakan atau dieksploitasi. Hak cipta berfungsi menghargai suatu karya dan mendorong
pencipta karya tersebut untuk menghasilkan karya baru. Tujuan dari pelaksanaan hukum hak
cipta adalah melindungi hak eksklusif, hak moral, dan ekonomi bagi pencipta karya.

Sumber referensi :
Jaman, U. B., Putri, G. R., & Anzani, T. A. (2021). Urgensi Perlindungan Hukum Terhadap Hak
Cipta Karya Digital. Jurnal Rechten: Riset Hukum dan Hak Asasi Manusia, 3(1), 9-17.

Anda mungkin juga menyukai