Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SIMULASI BISNIS

EKONOMI ISLAM PADA ZAMAN KHALIFAH


ABU BAKAR AS SIDDIQ

Oleh:
Ahmad Buchori Razak (0506192065)
Manajemen VI-B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA
UTARA
2022/2023
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………………………………….1
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………..2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………….3
1.2 Ruang Lingkup Pembahasan…………………………………………………………………3
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………………3
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………………………..3
BAB II Pembahasan
2.1 Mengenal Sosok Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq
2.1.1 Kelahiran dan Masa Muda Abu Bakar………………………………………………4
2.1.2 Kehidupan Belia dan Keluarga Abu Bakar…………………………………………5
2.1.3 Masa Bersama Rasulullah saw………………………………………………………..6
2.1.4 Hijrah ke Madinah……………………………………………………………………...7
2.2 Kondisi Sosial Politik dan Lahirnya Kekhalifahan Khulafaur Rasyidin Pertama…....8
2.3 Pemikiran dan Kebijakan Ekonomi
2.3.1 Melakukan Penegakan Hukum terhadap Pihak yang Tidak Mau Membayar
Zakat……………………………………………………………………………………….10
2.3.2 Mengangkat Seorang Amil Zakat yaitu Anas bin Malik…………………………..11
2.3.3 Pengembangan dan Pengangkatan Penanggungjawab Baitul Maal……………..12
2.3.4 Penerapan Konsep Balance Budget Policy……………………………………………13
2.4 Kebijakan Non-Ekonomi…………………………………………………………………….14
2.5 Relevansi dengan Konsep/Praktek Ekonomi Kontemporer
2.5.1 Penerapan Kembali Kebijakan Zakat…………………………………………………16
2.5.2 Pengangkatan Amil Zakat……………………………………………………………….16
2.5.3 Pengembangan Baitul Maal dan Pengangkatan Penanggungjawab Baitul Maal...17
2.5.4 Balance Budget Policy pada Baitul Maal……………………………………………….17
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………..18
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………...19
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Ekonomi Islam diketahui sebagai suatu disiplin ilmu yang baru berkembang
beberapa dekade belakangan. Namun, dalam beberapa literatur ditemukan bahwa
ternyata ilmu ekonomi konvensional itu sendiri sedikit banyak mencontoh
perkembangan ilmu ekonomi Islam. Dan kemudian dapat dikatakan bahwa ilmu
ekonomi Islam telah berkembang bahkan jauh sebelum ilmu ekonomi konvensional
berkembang. Dengan adanya temuan ini, maka, untuk mengembangkan ekonomi Islam
itu sendiri, perlu kajian sejarah lebih lanjut tentang bagaimana sebenarnya ekonomi
Islam berkembang. Karena bahkan di dalam al-Qur’an pun tersebar beragam ayat
tentang ekonomi, yang berarti konsep ekonomi telah ada sejak zaman Rasulullah saw
dan diteruskan pada zaman Khulafaurrasyidin dan seterusnya.
Abu Bakar as-Shiddiq sebagai Khulafaurrasyidin pertama, dikenal sebagai
sahabat Rasulullah saw yang paling dekat dengan beliau. Masa kepemimpinan Abu
Bakar berlangsung selama kurang lebih dua tahun tiga bulan. Selama masa
kekhalifahannya itu, Abu Bakar telah membuat berbagai kebijakan baik dari segi militer,
politik, sosial, maupun ekonomi. Dalam makalah ini, penulis akan mencoba
menguraikan apa saja kebijakan yang diterapkan oleh Abu Bakar as-Shiddiq selama masa
kekhalifahannya, baik dari segi ekonomi maupun non ekonomi. Kemudian, penulis akan
mencoba menganalisis relevansi pemikiran dan kebijakan ekonomi Abu Bakar dengan
pemikiran dan praktik ekonomi kontemporer.
1.2 Ruang Lingkup Pembahasan
Pembahasan makalah ini dibatasi pada sejarah hidup Abu Bakar sejak lahir
hingga wafatnya. Termasuk masa sebelum kekhalifahan dan sesudahnya, serta
kebijakan ekonomi maupun non-ekonomi yang diterapkan pada masa kekhalifahan
Abu Bakar dan analisis relevansinya dengan praktik ekonomi kontemporer.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini antara lain:
a. Memenuhi tugas mata kuliah Simulasi Bisnis.
b. Menguraikan fakta-fakta sejarah tentang Abu Bakar as-Shiddiq sebelum menjadi
khalifah.
c. Menguraikan fakta-fakta sejarah tentang Abu Bakar as-Shiddiq setelah menjadi
khalifah.
d. Menganalisis relevansi pemikiran dan kebijakan ekonomi pada masa kekhalifahan
Abu Bakar dengan pemikiran dan praktik ekonomi kontemporer.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembacanya tentang fakta-
fakta sejarah terkait Abu Bakar as-Shiddiq dan memberikan gambaran tentang
pemikiran ekonomi Abu Bakar as-Shiddiq serta relevansinya dengan praktik ekonomi
kontemporer.

BAB II
Pembahasan

2.1 Mengenal Sosok Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq

2.1.1 Kelahiran dan Masa MudaAbu Bakar


Abu Bakar dilahirkan dengan nama Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin
‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyi
At Taimi, 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah. Abu Bakar dilahirkan di Kota
Mekah.
Ayah Abu Bakar, ‘Utsman bin ‘Amir atau yang lebih dikenal dengan
Abu Quhafah, merupakan seorang pedagang dari Bani Quraisy yang cukup
terkemuka di Mekah saat itu. Ibunya, Ummul Khair, juga merupakan seorang
wanita turunan ningrat. Namun, kebahagiaan sepasang suami istri ini kerap kali
diuji manakala mereka tak kunjung dikaruniai anak. Oleh karenanya, kelahiran
sosok Abu Bakar saat itu sangat membahagiakan hati mereka.
Oleh ibunya ia kemudian dinamai Abdul Kakbah atau berarti budak
Kakbah. Abu Bakar dinamai Abdul Kakbah karena ibunya pernah berdoa
kepada Allah dan kemudian bersumpahakan mengelilingi kakbah apabila
diberikan anak yang dapat bertahan hidup. Akan tetapi, ayahnya lebih sering
memanggilnya dengan nama Abdullah. Dan tanpa disadari, nama itu pun
menjadi doa. Karena seiring dengan berjalannya waktu, Abu Bakar tumbuh
menjadi seorang hamba Allah sejati, yang hanya mempersembahkan hidupnya
untuk Allah swt.
Selain Abdullah, Abu Bakar juga memiliki julukan kecil dari ibunya yaitu
‘Atiq yang berarti seseorang yang berbeda, lebih unggul, dari yang lainnya.
‘Atiq juga dapat diartikan sebagai seorang berwajah tampan. Semua nama itu
menjadi doa baginya. Abu Bakar tumbuh sebagai seorang yang mencintai
kebaikan dan berwajah tampan, yang memberikan ketenteraman hati bagi orang
yang memandangnya.
Pada waktu-waktu selanjutnya, nama ‘Atiq dan Abdullah kemudian
digantikan popularitasnya oleh Abu Bakar, yang berarti ayah dari Bakar. Bakar
sendiri memiliki makna yang mirip dengan ‘Atiq, yaitu tergesa-gesa atau
menjadi yang pertama. Dan lagi, nama ini menjadi doa bagi Abu Bakar, di mana
ia dikenal sebagai orang yang selalu pertama dalam kebaikan dan membela
Islam, termasuk menjadi orang pertama yang memeluk Islam. Dan setelah ia
menjadi seorang muslim, dia mendapatkan dua julukan lain yang merupakan
keistimewaannya, yaitu Ash-Shiddiq, yang berarti membenarkan atau menerima
tanpa ada keraguan, dan Awwah, yaitu seseorang yang berhati nurani dan
pengasih.
Semua nama yang diberikan kepada Abu Bakar itu menjadi doa baginya.
Sejak kecil, Abu Bakar telah menunjukkan sikap tidak suka kepada berhala-
berhala. Sikap yang sama seperti yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim terhadap
berhala. Ia merasa bahwa menyembah patung-patung berhala itu adalah
tindakan yang tidak masuk akal, karena menurutnya berhala itu hanyalah
sesuatu yang tidak bisa mendengarkan dan tidak juga mengabulkan
permintaannya.
Selain dijaga dari kemusyrikan, Abu Bakar pada masa mudanya
memiliki perilaku yang sangat baik. Ia hampir tidak pernah meminum minuman
keras yang saat itu hampir diminum oleh semua orang. Seolah dengan nama-
nama yang diberikan, ia telah dijaga oleh Allah swt dari lingkungannya yang
saat itu tidak kondusif.
2.3.1 Kehidupan Belia dan Keluarga Abu Bakar
Abu Bakar berasal dari keluarga Taim, yang merupakan salah satu
kabilah dari Quraisy yang bertugas untuk mengelola urusan denda materi dan
pembayarannya dan saat itu Bani Taim memberikan tugas yang penting bagi
Abu Bakar di usianya yang masih belia.
Setelah memasuki masa dewasanya, Abu Bakar menikah dengan
Qutailah binti Abdul Uzza. Dari pernikahan pertamanya ini, ia dianugerahi dua
orang anak, yaitu Asma dan Abdullah. Namun pernikahannya yang sudah
berlangsung lama itu kemudian berakhir karena Abu Bakar memeluk Islam dan
istrinya enggan mengikutinya.
Sesudah perpisahannya dengan Qutailah binti Abdul Uzza, Abu Bakar
pun menikah dengan Ummu Ruman dan keduanya dianugerahi Aisyah serta
Abdurrahman. Meskipun saat itu Ummu Ruman belum bersyahadat, namun
tidak lama setelah menikah dengan Abu Bakar ia pun memeluk dan
mendedikasikan dirinya untuk Islam. Sayangnya Abdurrahman, putranya
masih enggan untuk memantapkan hatinya pada Islam, serta enggan
berhadapan dengan Abu bakar pada Perang Badar dan Perang Uhud. Tetapi
pada akhirnya, ia memeluk Islam sebelum perjanjian Hudaibiah.
Pada masa mudanya juga, Abu Bakar mulai merintis karirnya sebagai
pedagang. Ia memilih kain, yang merupakan komoditas penting saat itu, sebagai
spesialisasinya. Keahliannya dalam berdagang juga tidak diragukan lagi. Ia
kerap kali pergi melakukan perjalanan dagang di pusat perdagangan besar
seperti Suriah Mesir, Yaman, Mesopotamia, dan Busra. Kecakapannya
menjadikan ia berhasil meraih kesuksesan dalam waktu yang singkat. Dan
karenanya, ia dianggap sebagai seorang yang terkemuka di Mekah.
Dalam berdagang, Abu Bakar hampir sama dengan Rasulullah saw. Ia
adalah orang yang jujur dan mendapat kepercayaan orang banyak. Abu Bakar
saat itu juga merupakan satu dari sedikit orang Mekah yang memiliki keahlian
baca-tulis.
2.3.2 Masa Bersama Rasulullah saw
Meskipun tidak banyak literatur yang menerangkan tentang masa
muda Abu Bakar, namun diperkirakan Abu Bakar telah mengenal dan
bersahabat dengan Rasulullah saw selama bertahun-tahun, sehingga
keduanya mengenal karakter satu sama lain dengan baik. Ini pula yang
menjadikan Abu Bakar termasuk orang pertama yang masuk Islam, karena
rasa percayanya kepada Rasulullah saw. Ia juga membenarkan kabar tentang
perjalanan isra’ mi’raj Rasulullah saw di saat semua orang menganggap
Rasulullah saw telah gila.
Selain sahabat terdekat Rasulullah saw, Abu Bakar juga menjadi
mertua Rasulullah saw setelah beliau menikahi Aisyah, putri Abu Bakar.
Namun, sebelum itu, keduanya juga memiliki hubungan kekerabatan karena
nasabnya bertemu di kakek keenam dari ibu maupun ayah keduanya.
Selama masa hidupnya, banyak yang dialami oleh Abu Bakar
bersama Rasulullah. Di antaranya adalah ketika ia menemani Rasulullah saw
hijrah dari Mekah ke Madinah. Karena kesetiaannya itu, ia diangkat sebagai
sekretaris Rasulullah saw. Ia tidak pernah absen dari mendampingi
Rasulullah saw. Ia pula yang membangkitkan semangat orang-orang di
sekitarnya untuk berjuang menegakkan agama Allah swt. Bahkan Abu Bakar
pula menjadi orang pertama yang berani memulai dakwah secara terang-
terangan ketika ia berteriak di kakbah dan menyampaikan tentang konsep
ketauhidan kepada Allah swt di hadapan banyak orang.
Kedekatan Rasulullah saw dan Abu Bakar pun ternyata telah
dijelaskan di berbagai literatur. Seorang bijak yang pernah didatangi oleh
Abu Bakar, dia mengatakan “Aku telah melihat dan membaca banyak buku
yang menjelaskan bahwa seorang nabi terakhir yang ditunggu-tunggu akan
muncul dari Haram. Pada awalnya, ia dimusuhi semua orang. Ia didampingi
seorang dewasa yang senatiasa membantu dan mendukungnya.
Pendampingnya itu adalah seorang pemuda berakhlak mulia, pemberani bak
kesatria yang akan selalu bersamanya. Pemuda itu berkulit putih, berbadan
kurus, tingginya sedang, dan berhati lembut. Ada sebuah tahi lalat di
perutnya dan ada sebuah tanda di atas lutut kirinya.” 1. Bahkan, Rasulullah
saw pernah berkata, “Abu Bakar adalah orang yang paling banyak
memberikan penghormatannya dengan persahabatan dan harta benda.”2
Selain senantiasa mendampingi Rasulullah saw dalam menegakkan
ajaran Islam, Abu Bakar juga selalu memberikan sumbangan hartanya untuk
memperjuangkan agama Allah swt. Karena ia yakin bahwa meskipun
hartanya disumbangkan untuk berjuang di jalan Allah akan berkurang,
namun di sisi Allah tidak akan berkurang dan justru menjadi bekal baginya
di akhirat nanti. Seperti janji Allah dalam Q.S. al-Lail : 17-21.
2.3.3 Hijrah ke Madinah
Abu Bakar hijrah ke Madinah pada waktu yang bersamaan dengan
hijrahnya Rasulullah saw. Bahkan, Abu Bakar lah yang menemani Rasulullah
saw bermalam di gua Tsur saat bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraisy
Mekah yang berniat membunuh Rasulullah saw.
Setelah sampai di Madinah, Rasulullah saw banyak kebijakan yang
dibuat Rasulullah saw untuk mengekspansi dakwah dan menegakkan ajaran
agama Islam di Madinah. Salah satunya adalah mempersaudarakan Kaum
Muhajirin dan Kaum Anshar. Abu Bakar sendiri dipersaudarakan dengan

1
Suruç, Salih. 2015. Best Stories of Abu Bakar As-Shiddiq. Jakarta: Kaysa Media
2
Ibid
Kharijah, dan kemudian ia tinggal di rumahnya. Pada masa setelah hijrah itu
pula, Rasulullah saw menjadi pemimpin di Madinah.
Di bawah kepemimpinan Rasulullah saw, kamu muslimin Madinah
hidup tenteram dan damai sementara di Mekah, kaum musyrikin masih terus
menentang dakwah Rasulullah saw. Mereka pun melakukan rencana
penyerangan ke Madinah yang kemudian terealisasikan pada Perang Badar.
Pada saat itu, ayah Abu Bakar, Abu Quhafah, dan putranya, Abdurrahman,
belum memeluk Islam. Keduanya ikut dalam Perang Badar sebagai pembela
kaum musyrikin. Bahkan, Abdurrahman ikut melawan kaum muslimin pada
Perang Uhud dan Perang Khandak. Meskipun pada akhirnya Abdurrahman
memeluk Islam setelah perjanjian Hudaibiah dan ayah Abu Bakar, Abu
Quhafah, menyusul pada Fathul Mekah.
Setelah bertahun-tahun memimpin Madinah, Rasulullah saw pun
memasuki masa tuanya. Beliau merasa bahwa waktu untuk menemui
Kekasihnya sudah semakin dekat. Pada saat Rasulullah saw merasa ajalnya
sudah dekat, beliau mengisyaratkan agar kepemimpinannya diganti oleh
Abu Bakar Siddiq.

2.2 Kondisi Sosial Politik dan Lahirnya Kekhalifahan Khulafaur Rasyidin Pertama
Setelah kepergian Rasulullah saw terjadi perdebatan di kalangan umat
muslim saat itu tentang siapa yang akan menjadi pemimpin selanjutnya. Bahkan,
sesaat setelah Rasulullah saw meninggal, Abu Bakar mendengar laporan yang
mengusik: kaum muslim penduduk asli Madinah sedang bertermu untuk memilih
pemimpin mereka sendiri, seolah-olah mereka dan para imigran dari Mekah adalah
kelompok yang terpisah: ini, sangat mungkin, merupakan awal dari akhir ummah!3
Abu Bakar kemudian mengumpulkan beberapa sahabat Rasulullah,
membubarkan pertemuan itu, dan kemudian memohon kepada penduduk Madinah
untuk mempertimbangkan kembali agar memilih hanya satu pemimpin saja. Dia
sendiri mencalonkan Umar dan satu sahabat lainnya. Umar terkejut dan dia
menganggap bahwa Abu Bakar sebagai sahabat terdekat Rasulullah saw lebih pantas
untuk menjadi pemimpin yang menggantikan Rasulullah saw, yang kemudian gelar
untuk pemimpin ini dikenal dengan sebutan khalifah.
Keputusan pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah ini mungkin
mengejutkan bagi sebagian orang yang tidak hadir dalam perundingan itu. Bahkan
3
Ansary, Tamim. 2015. Dari Puncak Baghdad: Sejarah Dunia Versi Islam. Jakarta; Zaman
Ali saat itu tengah memandikan jenasah Rasulullah saw. Pengangkatan Abu Bakar
sebagai khalifah pertama ini sedikit menyakitkan hati, karena Ali selama ini
menganggap bahwa ia adalah orang yang sangat dekat dengan Rasulullah saw dan
di saat-saat akhir hidup Rasulullah saw, ia merasa bahwa dirinya lah yang akan
menjadi penerus Rasulullah saw.
Dikarenakan peristiwa ini pula, terjadi ketegangan sempat terjadi ketegangan
antara pendukung Ali dengan Abu Bakar. Dan pada perkembangannya, ini
melahirkan dua sekte agama Islam yang berbeda, yaitu Sunni dan Syiah. Syiah
merupakan golongan yang menjadi pengikut Ali.
Situasi ini juga yang memunculkan adanya pertentangan dari golongan Arab
Baduwi yang menyatakan bahwa mereka tidak pernah berjanji setia kepada Abu
Bakar ataupun ummah tetapi hanya kepada Muhammad sendiri, dan janji tersebut
telah batal dengan kematian Muhammad 4. Mereka tetap mengakui keesaan Allah
dan otoritas Rasulullah saw sebagai pembawa risalah, bahkan mereka tetap
melaksanakan sholat dan kewajiban-kewajiban lainnya, kecuali menunaikan zakat.
Mereka menganggap dengan meninggalnya Rasulullah saw kewajiban mereka
untuk memberikan pembayaran kepada Madinah juga sudah tidak ada.
Lebih dari itu, kekacauan yang terjadi sepeninggal Rasulullah saw adalah
kemunculan nabi-nabi palsu, kepala-kepala suku yang melangkah lebih jauh dan
menganggap bahwa diri mereka sendiri lah pembawa risalah itu, yang
menggantikan Rasulullah saw dan memiliki hak untuk membuat peraturan serta
mengeluarkan undang-undang.
Kekacauan politik ini yang kemudian membawa kepada kebijakan Abu
Bakar yang tegas. Bahwa ia menyamakan antara kemurtadan dengan
pengkhianatan. Meskipun Rasulullah mengatakan bahwa “tidak ada paksaan dalam
beragama” dan Abu Bakar tidak menyangkal itu, namun, apabila seseorang sudah
masuk ke dalam agama Islam, maka ia wajib patuh dan tunduk terhadap segala
aturan Islam. Oleh karenanya Abu Bakar menegakkan prinsip tersebut.
Begitulah sekilas tentang kondisi politik dan sosial sepeninggal Rasulullah
saw. Beruntungnya, Abu Bakar yang diangkat sebagai khalifah pertama saat itu
merupakan pemimpin yang bijaksana. Dalam pidatonya ketika diangkat sebagai
khalifah ia mengatakan “Hai rakyatku, awasilah agar aku menjalankan
pemerintahan dengan hati-hati. Aku bukan yang terbaik di antara kalian; aku
membutuhkan semua nasihat dan bantuan kalian. Jika aku benar dukunglah aku,

4
Ibid
jika aku salah tegurlah aku. Mengatakna yang benar kepada orang yang ditunjuk
untuk memerintah merupakan kesetiaan yang tulus; menyembunyikan adalah
pengkhianatan. Menurut pandanganku, yang kuat dan yang lemah adalah sama,
kepada keduanya aku ingin berbuat adil. Bila aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
taatlah kepadaku, jika aku mengabaikan hukum Allah dan Rasul-Nya aku tidak
berhak untuk kalian taati.”5

2.3 Pemikiran dan Kebijakan Ekonomi


Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar sebagai khalifah pertama yang
merupakan pemimpin sekaligus kepada negara kaum muslimin menghadapi
beberapa persoalan dalam negeri. Persoalan ini merupakan suatu pemberontakkan
yang dimana kelompok tersebut mencoba memisahkan diri dari pemerintahan
Madinah. Kelompok pemberontak tersebut terdiri dari kelompok murtad yang keluar
dari agama Islam dan kembali menyembah berhala, kelompok yang berisi orang-
orang yang mengaku nabi dan pengikutnya serta kelompok orang yang menolak
untuk membayar zakat.
Dalam waktu yang singkat pada masa kekhalifahan Abu Bakar, yaitu kurang
lebih 27 bulan terhitung dari 11 - 13 H atau 632M - 635M beliau mengambil langkah-
langkah kebijakan dalam menyempurnakan ekonomi Islam. Beberapa kebijakan
ekonomi dan fiskal pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar adalah :

2.3.1 Melakukan Penegakan Hukum terhadap Pihak yang Tidak Mau


Membayar Zakat
Kelompok orang yang menolak untuk membayar zakat pernah suatu waktu
mengusir amil zakat yang merupakan utusan khalifah untuk memungu zakat di
wilayah mereka. Tetapi mereka hanya bersedia untuk membayar zakat fitrah
saja dan menolak untuk membayar zakat maal (harta). Bahkan diantara mereka
terdapat orang-orang yang menolak untuk membayar zakat apapun. Mereka
mengatakan bahwa mereka tidak mau membayar zakat karena Rasulullah SAW
telah wafat. Mereka merasa tidak ada lagi kewajiban bagi mereka untuk
membayar zakat sebab mereka bersyahadat kepada Nabi Muhammad SAW
bukan kepada Abu Bakar. Abu Bakar merasa marah dan dengan tegas
mengatakan,

5
Chamid,Nur. 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Pustaka Pelajar
"Demi Allah, saya akan perangi setiap orang yang memisahkan salat dan zakat.
Zakat adalah kewajiban yang jatuh pada kekayaan. Demi Allah kalau mereka
menolak saya dalam membayarkan apa-apa yang dulu mereka bayarkan kepada
Rasul Allah SallAllahu'alaihi wassalam, saya akan perangi mereka!".
Apa yang dikatakan Abu Bakar bukanlah suatu ancaman belaka, melainkan
hal ini merupakan suatu peringatan dari Abu Bakar untuk meluruskan apa yang
seharusnya dipahami. Bagi beliau, membayar zakat dan mendirikan sholat
merupukan suatu kewajiban bagi umat Islam yang berarti tidak ada pembeda
atau pemisah dalam pelaksanaannya. Sholat dan zakat, keduanya termasuk ke
dalam rukun Islam yang merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh seluruh umat Islam di dunia ini tanpa terkecuali. Maka dari itu, Abu Bakar
sangat marah dan memerangi orang-orang yang membedakan dan memisahkan
kewajiban melaksanakan sholat dan membayar zakat.
Khalifah Abu Bakar bukan hanya bicara mengenai hal ini, beliau benar-benar
mengirim laskar untuk memerangi orang-orang yang menolak untuk membayar
zakat agar mereka bertaubat dan mau untuk membayar zakat. Hal ini dilakukan
karena jika kelompok-kelompok tersebut dibiarkan, maka kaum muslimin akan
semakin terpecah.
Pada awalnya Umar bin Khattab meminta Abu Bakar untuk menghentikan
upaya penyerangannya kepada para pemberontak tersebut dan berkata :
"Bagaimana bisa kamu memerangi manusia, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam telah bersabda: "Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
mengucapkan; 'Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah'. Dan barangsiapa
yang mengucapan, 'Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah' maka dia
telah terlindungi harta dan jiwanya dariku, kecuali dengan haknya, sedangkan (apabila
mereka menyembunyikan kekafiran dan kemaksiatan) maka Allah-lah yang menghisab
mereka.""
namun Abu Berkata :
"Aku akan memerangi mereka sekalipun mereka hanya menolak membayar zakat satu
kali zakat atau menolak memberikan kambing muda yang biasa mereka serahkan kepada
Rasulullah SAW."
Maka Umar bin al Khaththab berkata,
"Demi Allah, tidaklah kebijakannya yang demikian itu melainkan karena Allah telah
melapangkan dada Abu Bakar untuk memerangi mereka. Maka saya mengetahui bahwa
dia benar".
Pada akhirnya berdasarkan hasil musyawarah tersebut dan juga bersama
dengan para sahabat yang lain, Abu Bakar memutuskan untuk memerangi
kelompok tersebut. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Perang Riddah atau
perang melawan kemurtadan. Abu Bakar mengirimkan laskar untuk memerangi
mereka. Hal ini bertujuan agar mereka bertaubat dan mau kembali membayar
zakat.Karena mayoritas kabilah di Arab murtad dan tidak tersisa selain di pusat
pemerintahan Islam yang masih kuat, yaitu di Madinah dan Mekkah, Abu Bakar
terpaksa mengirimkan laskat mujahiddin sebanyak sebelas batalyon yaitu,

1. Batalyon Khalid bin al Walid, untuk memerangi Najd (Riyadh) dan al


Battah. 
2. Batalyon Ikrimah bin Abu Jahal, untuk memerangi Yamamah.
3. Batalyon Syarjil, untuk bantuan tempur memerangi Yamamah.
4. Batalyon Tharifah bin Hajiz, untuk memerangi Bani Sulaim dan Kabilah
Hawazin.
5. Batalyon Amru bin Ash, untuk memerangi Kabilah Qadha'ah, Wadi'ah,
dan al-Harits.
6. Batalyon Khalid bin Sa'id, untuk memerangi Syam.
7. Batalyon Al-Ala' bin al Hadrami, untuk memerangi Bahrain, yaitu kabilah
Abdul Qais dan kabilah Rabi'ah.
8. Batalyon Khuzaifah bin Muhshin , untuk memerangi Diba, Oman.
9. Batalyon Arfajah bin Hartsumah, untuk memerangi Mahrah.
10.Batalyon al Muhajir bin Abi Umayyah, untuk memerangi Shan'a, Yaman.
11.Batalyon Suwaid bin Muqrin, untuk memerangi Tuhamah, Yaman.

Para pemimpin laskar mujahiddin tersebut melaksanakan tugas mereka


dengan memerangi kelompok-kelompok pemberontak tersebut, memutus mata
rantai mereka, melumpuhkan propaganda sesat, dan memberi pelajaran bagi
seluruh kaum muslimin dari generasi ke generasi, bahwa Islamnya seseorang
haruslah kaffah (utuh) dan jangan mengurangi atau menambahkan apa-apa yang
ada pada agama Islam.

2.3.2 Mengangkat Seorang Amil Zakat yaitu Anas bin Malik


Zakat diberikan kepada mustahiq atau orang-orang muslim yang
berhak menerimanya. Abu Bakar yang terkenal dengan keakuratan dan
ketelitiannya beliau dalam mengelola dan menghitung zakat merupakan
salah satu alasan bahwa beliau mengangkat seorang amil zakat yang dapat
membantu beliau dalam mengelola dan menghitung harta zakat tersebut.
Pada masa Abu Bakar, beliau mengangkat seorang amil zakat yaitu
Anas bin Malik. Dalam memilih seorang amil zakat, beliau sangat
memperhatikan orang seperti apa yang dipilih. Abu Bakar memilih
seseorang yang memiliki sifat-sifat kejujuran dan keadilan yang amanah dan
juga paham mengenai urusan zakat pada khususnya dan perkara-perkara
hukum Islam pada umumnya6.
Dalam perhitungan dan pengelolaan zakat pada masa pemerintahan
Abu Bakar sangat akurat, karena Abu Bakar sendiripun merupakan sosok
yang sanagat teliti dan penuh kehati-hatian. Pernah suatu waktu dikatakan
kepada Anas bahwa:
"Jika seseorang yang harus membayar unta betina berumur 1 tahun sedangkan
dia tidak memilikinya dan ia menawarkan untuk memberikan seekor unta betina
berumur dua tahun, hal tersebut dapat diterima. Kolektor zakat akan
mengembalikan 20 dirham atau dua ekor kambing padanga (sebagai kelebiha
pembayaran"7
Hal tersebut membuktikan bahwa betapa akuratnya perhitungan dan
pengumpulan zakat yang dilakukan oleh Abu Bakar.

2.3.3 Pengembangan dan Pengangkatan Penanggungjawab Baitul Maal


Zakat yang dikumpulkan tersebut dijadikan sebagai pendapatan
negara dan dihimpun di Baitul Maal yang kemudian nantinya akan
didistribusikan kepada kaum Muslimin. Selama masa pemerintahan Abu
Bakar, zakat yang dihimpun di dalam Baitul Maal tidak pernah menumpuk
dalam jangka waktu yang lama karena akan langsung didistribusikan
kepada seluruh kaum Muslimin. Hal ini terbukti ketika beliau wafat, hanya
ditemukannya satu dirham dalam perbendaharaan negara.
Pada awalnya Abu Bakar tinggal di Sikh, pinggiran kota Madinah
dimana tempat Baitul Maal dibangun. Pada saat itu Abu Ubaid diutus
6
Saifuddin.(2011) Peranan Badan Amil Zakat Berdasarkan Undang - Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Sumatera Utara (Studi Pada Badan
Amil Zakat Daerah Sumatera Utara). USU Institutional Repository. hal.28
7
Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Pustaka Pelajar
sebagai penanggungjawab Baitul Maal. Kemudian, Abu Bakar pindah ke
Madinah bersamaan dengan tempat penghimpunan zakat tersebut tetapi
walaupun berpindah tempat, sistem pendistribusiannya tetap sama seperti
yang sebelumnya.
Pada tahun kedua kekhalifahan Abu Bakar, Baitul Maal bukan hanya
sebagai tempat pengelola harta umat saja, melainkan juga dijadikan sebagai
tempat penyimpanan harta negara. Beliau menyiapkan tempat khusus di
rumahnya untuk menyimpan harta tersebut. Beliau merasa aman dalam
menyimpan harta tersebut dirumahnya. Hal ini karena pada masa
pemerintahan beliau, harta Baitul Maal yang langsung didistribusikan
membuat kas perbendaharaan yang dihimpun tidak dalam jumlah yang
banyak.
Pada masa kepemimpinannya, beliau mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya sehari-hari. Dengan
adanya beban sebagai kepala negara saat itu secara tidak langsung
berpengaruh pada aktivitas perdagangannya. Hal inipun telah diketahui
dan dengan kesepakatan bersama selama kepemimpinan beliau, Baitul Maal
juga mengeluarkan kebutuhan Khalifah Abu Bakar. Setelah berjalannya
waktu, menurut riwayat, tunjangan yang diberikan kepada Abu Bakar
ditetapkan 2.000-2.500 dirham dan menurut keterangan lain mencapai 6.000
dirham., per tahun.8

2.3.4 Penerapan Konsep Balance Budget Policy


Pada masa kekhalifahan Abu Bakar menggunakan konsep Balance
Budget Policy pada Baitul Maal. Kebijakan ini membuat terjadinya
keseimbangan antara pendapatan negara dengan pengeluaran negara.
Biasanya kebijakan ini dilakukan pada saat kondisi ekonomi yang stabil,
dimana pengeluaran yang dikeluarkan harus sesuai dengan kemampuan.
Dalam menerapkan sistem Balance Budget Policy atau anggaran
berimbang ini, Abu Bakar selalu menyeseuaikan pengeluaran dengan
pendapatan di Baitul Maal. Kemudian karena pada masa tersebut belum
terdapat perencanaan anggaran berdasarkan ukuran waktu seperti setiap
satu tahun, maka dari itu lah harta yang telah dikumpulkan tersebut
langsung dibagikan. Kebijakan anggaran berimbang ini juga memiliki

8
Karim, Adiwarman Azwar. 2012. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Raja Grafindo.
implikasi langsung, karena pada saat pendapatan negara mengalami
kenaikan, kaum Muslimin mendapatkan manfaat yang sama.
Sebelum Khalifah Abu Bakar wafat, beliau sempat melakukan satu
kebijakan yang juga menjadi perhatian, yaitu kebijakan internal. Kebijakan
ini yaitu, Abu Bakar mengembaikan kekayaan yang beliau dapatkan kepada
negara karena melihat kondisi negara yang saat itu masih belum pulih dari
krisis ekonomi. Beliau lebih mementingkan kondisi rakyatnya daripada
kepentingan dirinya dan keluarganya. Beliau mengembalikan sejumlah
kalkulasi harta yang beliau dapatkan dari Baitul Maal. Bahkan beliau
menggantinya dengan menjual sebagian tanah yang dimilikinya yang
hasilnya untuk pendanaan negara.
Berkaitan dengan kebijakan ekonomi dan fiskal selama masa
kekhalifahan Abu Bakar, beliau masih melanjutkan kebijakan-kebijakan
yang telah diterapkan oleh Rasulullah SAW, seperti melaksanakan
kebijakan pembagian tanah hasil taklukan. Dalam pembagiannya, sebagian
diberikan kepada kaum muslimin dan sebagian yang lain tetap menjadi
tanggungan negara. Sama halnya dengan tanah-tanah dari orang yang
murtad yang dimanfaatkan untuk kepentingan umat Islam. Tetapi masih ada
beberapa kebijakan beliau yang lebih dominan dibandingkan yang lain
yaitu pemberlakuan kembali kewajiban zakat setalah banyak kelompok
yang membangkang dan selektif dan kehatiphatian dalam pengelolaan
zakat sehingga tidak ditemukannya pemyimpangan dalam pengelolaannya.

2.4 Kebijakan Non-Ekonomi


Masa Khalifah Abu Bakar tak hanya memiliki kebijakan dalam ekonomi saja,
namun terdapat pula kebijakan non-ekonomi yang diterapkan oleh beliau semasa
kekhalifahannya. Kebijakan besar non-ekonomi Khalifah Abu Bakar yaitu
Pembukuan kitab Al-Qur’an yang semula hanya berupa potongan-potongan ayat
yang tersebar pada setiap sahabat Rasulullah SAW. Al-Qur’an diturunkan secara
berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW semasa hidup beliau, sehingga
penulisan ayat-ayat Al-Qur’an telah dilaksanakan semenjak masa awal
diturunkannya Al-Qur’an. Hal tersebut dipicu oleh Rasulullah SAW yang setiap
kali mendapatkan wahyu, Rasulullah SAW selalu membacakan, mengajarkan,
serta memerintah untuk menghafalkan ayat Al-Qur’an kepada sahabat-sahabat
beliau. Para sahabat menuliskan setiap wahyu yang turun menggunakan bahan
yang berbeda-beda, seperti kertas, daun kurma, potongan batu yang memiliki alas
lurus, tulang, dan kulit-kulit binatang. Pembukuan Al-Qur’an menjadi sebuah kitab
yang utuh dan sempurna tidak dilakukan semasa ketika Rasulullah SAW masih
hidup karena kedatangan wahyu yang turun secara bertahap hingga Rasulullah
SAW wafat.
Wafatnya Rasulullah SAW menjadikan Abu Bakar sebagai Khalifah pertama
setelah beliau. Sehingga Khalifah Abu Bakar memikul beban yang berat semasa
kepemimpinannya. Hingga suatu hari Khalifah Abu Bakar mengalami kegelisah
akan suatu hal yang menerpa pikirannya saat itu. Kegelisahan tersebut muncul
akibat ide Khalifah Abu Bakar yang tiba-tiba saja terbesit dalam benaknya untuk
membukukan wahyu-wahyu Allah SWT menjadi sebuah buku atau kitab yang
lengkap dan sempurna agar setiap wahyu yang telah turun dan disampaikan oleh
Rasulullah SAW tidaklah hilang, walaupun banyak sahabat Rasulullah SAW yang
hafiz Al-Qur’an. Kegelisahan Khalifah Abu Bakar semakin mencapai puncaknya
ketika Umar bin Khattab menghampirinya dan memberikan kabar bahwa banyak
sahabat yang hafiz Al-Qur’an gugur di medan perang, menimbulkan kecemasan di
kalangan sahabat khususnya Umar bin Khattab, karena cemas hal tersebut dapat
menyebabkan hilangnya al-Qur’an. Kegelisahan Khalifah Abu Bakar akhirnya
sampai pada batasnya, beliau pun memberitahukan Umar bin Khattab mengenai
idenya itu, Umar bin Khattab langsung setuju dengan ide bagus dari Khalifah Abu
Bakar. Namun persetujuan dari Umar bin Khattab pun tidak membuat kegelisahan
Khalifah Abu Bakar hilang. Hal tersebut karena Khalifah Abu Bakar ragu akan
idenya, mengingat Rasulullah SAW tidak pernah melakukan hal tersebut beliau
pun ragu untuk melakukannya. Akibat dukungan penuh dan bujukan dari Umar
bin Khattab, Khalifah Abu Bakar akhirnya setuju untuk melaksanakan ide milik
beliau itu.
Tanpa basa basi Khalifah Abu Bakar langsung memerintahkan Zaid bin
Tsabit untuk memimpin tugas pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an. Namun karena
beban tanggung jawab yang diberikan kepada Zaid bin Tsabit tersebut sangat
berat, Zaid bin Tsabit menjadi ragu akan kemampuannya sendiri. Kali ini Khalifah
Abu Bakar menyampaikan kepercayaan beliau kepada Zaid bin Tsabit yang
merupakan sesosok pria cerdas sehingga Khalifah Abu Bakar tidak ragu untuk
memberikan tanggung jawab tesebut padanya. Mendengar pujian dan pernyataan
dari Khalifah Abu Bakar yang mendukungnya secara penuh melalui kepercayaan
beliau, akhirnya Zaid bin Tsabit menyetujui untuk melaksanakan ide Khalifah Abu
Bakar. Zaid bin Tsabit memulai tugasnya dengan berpegang teguh kepada tulisan
berisi wahyu-wahyu Allah SWT yang tersimpan di dalam rumah Rasulullah SAW,
hafalan-hafalan dari para sahabat Rasulullah SAW yang telah hafiz Al-Qur’an dan
juga melalui tulisan-tulisan para sahabat Rasulullah SAW sewaktu Rasulullah SAW
menyampaikan wahyu dari Allah SWT yang kemudian para sahabat tuliskan
dengan niatan untuk dirinya sendiri. Khalifah Abu Bakar pun tak hanya berdiam
diri, beliau juga ikut berkontribusi dalam pembukuan tersebut membantu Zaid bin
Tsabit, tak jarang Khalifah Abu Bakar memantau perkembangan kebijakan
pembukuan Al-Qur’an tersebut.
Setelah sekian lama Zaid bin Tsabit melakukan tugasnya tentunya dengan
kesabaran dan ketekunan yang sangat tinggi, akhirnya Zaid bin Tsabit dapat
menyelesaikan beban berat yang ia pikul selama ini dengan penuh tanggung jawab.
Zaid bin Tsabit berhasil mengumpulkan, menyusun dan menjadikan wahyu-
wahyu Allah SWT menjadi satu kitab yang dituliskan diatas adim (kulit yang
disamak). Keberhasilan Zaid bin Tsabit akhirnya dapat menjadikan kitba Al-Qur’an
pertama menjadi satu jilid yang diberi nama Mushaf.
Selain kebijakan pembukuan Al-Qur’an yang dikenal sebagai Mushaf,
Khalifah Abu Bakar juga membuat sebuah kebijakan non-ekonomi berupa
kebijakan militer. Kebijakan tersebut ditujukan kepada militer yang dikirim oleh
Khalifah Abu Bakar ke medan perang untuk mempertahankan dan memperluas
daerah kaum Muslim. Dalam kebijakan Khalifah Abu Bakar, beliau memberikan
sebuah imbauan kepada para militer yang hendak pergi ke medan perang untuk
tidak menyakiti wanita, tidak menyakiti anak-anak dan merusak lingkungan alam
(tanaman dan binatang).

2.5 Relevansi dengan Konsep/Praktik Ekonomi Kontemporer


Beberapa kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Abu Bakar selama masa
amanahnya menjadi khalifah ternyata memiliki beberapa relevansi dengan
konsep/praktek ekonomi saat ini, di antaranya:

2.5.1 Penerapan Kembali Kebijakan Zakat


Kebijakan fiskal ini merupakan salah satu kebijakan yang hingga saat ini
selalu diterapkan hampir di seluruh dunia. Zakat pada masa Abu Bakar
dapat diserupakan dengan pajak yang dibebankan kepada penduduk di
berbagai negara saat ini. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan
saat ini, pemaksaan pemerintah kepada pengenaan pajak bukanlah hal yang
salah, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan utama negara
dan pendapatan ini akan digunakan untuk kepentingan khalayak banyak
pula, sehingga pemerintah memiliki otoritas untuk menindak wajib pajak
yang tidak mau memenuhi kewajiabannya. Meskipun saat itu, Abu Bakar
memaksakan kembali pajak karena kewajiban itu asalnya dari Allah swt.
2.5.2 Pengangkatan Amil Zakat
Pada masa kekhalifahannya, Abu Bakar melakukan inovasi dengan
mengangkat amil zakat yang bertugas untuk mengelola zakat. Pada
perkembangannya, amil zakat kemudian dideskripsikan sebagai seseorang
atau sekelompok orang yang dibentuk oleh masyarakat dan disahkan oleh
pemerintah untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat (Fatwa DSN MUI).
Amil zakat dewasa ini dipisahkan sebagai lembaga yang hanya menangani
ibadah zakat dan seperti terpisah dari lembaga keuangan, karena pengelolaan
keuangan yang sudah lebih kompleks di masa saat ini.
Karena sederhananya perekonomian dan kebijakan ekonomi pada masa
Abu Bakar, tugas amil zakat saat itu dapat dipersamakan dengan tugas
Lembaga Perpajakan saat ini, atau di Indonesia dikenal dengan Direktorat
Jenderal Pajak yang berada di bawah Kementerian Keuangan.

2.5.3 Pengembangan Baitul Maal dan Pengangkatan Penanggung Jawab Baitul


Maal
Baitul Maal dideskripsikan sebagai rumah tempat di mana uang hasil
pendapatan negara dikumpulkan. Uang yang dikeluarkan untuk keperluan
negara kemudian berasal dari uang yang dikumpulkan di baitul maal ini.
Pada masa Abu Bakar, karena ketelitian dan keakuratannya, ia kemudian
mengangkat seorang penanggung jawab baitul maal yang bertugas untuk
mengelola dan melakukan penghitungan terhadap uang-uang yang
dikumpulkan di baitul maal.
Apabila diserupakan dengan lembaga ekonomi saat ini, fungsi Baitul Maal
dan penanggung jawabnya saat itu serupa dengan fungsi dan tugas Lembaga
Perbendaharaan Negara saat ini, atau di Indonesia dikenal dengan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan di bawah Kementerian Keuangan.

2.5.4 Balance Budget Policy pada Baitul Maal


Balance Budget Policy yang diterapkan oleh Abu Bakar saat itu ternyata
berkembang menjadi pemikiran ekonomi yang populer saat ini. Kebijakan
anggaran berimbang ini merupakan kebijakan yang dipilih pemerintah
apabila ingin mencapai peningkatan disiplin dan kepastian anggaran. Karena
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Abu Bakar sangat disiplin
dan teliti dalam permasalahan keuangan.
Kebijakan anggaran berimbang ini menyamakan antara pengeluaran
dengan pendapatan, atau secara notasi ditulis sebagai G = T. Hal ini sama
seperti yang diterapkan oleh Abu Bakar. Ia senantiasa mengeluarkan apa saja
yang menjadi pendapatan negara untuk keperluan negara dan
mengembalikan harta kekayaan negara yang semula memang menjadi bagian
dirinya. Pada zaman kekhalifahan Abu Bakar memang hampir tidak
ditemukan harta di dalam Baitul Maal kecuali 1 Dirham, karena ia selalu
mengeluarkan kembali pendapatan negara untuk keperluan negaranya.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemikiran ekonomi yang
saat ini berkembang sebenarnya telah ada jauh sebelum para ekonom konvensional
mencetuskannya, yaitu salah satunya di zaman kekhalifahan Abu Bakar as-Shiddiq. Pada
masa ini beberapa kebijakan ekonomi yang diambil oleh Abu Bakar as-Shiddiq telah
cukup relevan dengan ekonomi konvensional secara makro, meskipun kebijakan dan
pemikiran ekonomi itu sendiri diambil dari perintah Allah swt dalam al-Qur’an maupun
melanjutkan apa yang telah dibangun oleh Rasulullah saw.
Kebijakan ekonomi yang relevan itu di antaranya adalah penegasan kembali
kewajiban zakat, di mana zakat merupakan sumber utama pendapatan negara, yang
apabila ditarik relevansinya dengan ekonomi kontemporer maka zakat dapat
diserupakan dengan pajak. Kemudian pengangkatan amil zakat dapat diserupakan
dengan adanya badan di bawah Kementerian Keuangan yang khusus menangani
masalah perpajakan, contohnya adalah Direktorat Jenderal Pajak. Yang selanjutnya
adalah pengurusan baitul maal dan pengangkatan penanggungjawab baitul maal, yang
apabila ditarik keterkaitannya dengan ekonomi kontemporer maka baitul maal dan
penanggungjawabnya itu sendiri fungsinya dapat diserupakan dengan lembaga di
bawah Kementerian Keuangan yang khusus mengurusi perbendaharaan negara,
contohnya Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Dan yang terakhir adalah kebijakan
balance budget policy, di mana sesuai dengan teorinya, bahwa balance budget policy menjadi
kebijakan yang diambil pemerintah apabila ingin menambah ketelitian dan kedisiplinan,
sebagaimana halnya Abu Bakar yang sangat teliti dan disiplin dalam pencatatan
keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

 DSN MUI. 2011.FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 8 Tahun 2011


Tentang AMIL ZAKAT. http://mui.or.id/wp-content/uploads/2014/11/No.-08-
Amil-Zakat.pdf.

 ‘Abdurrahman. 2012. Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu.


https://muslim.or.id/8725-biografi-abu-bakar-ash-shiddiq.html
 Suruç, Salih. 2015. Best Stories of Abu Bakar As-Shiddiq. Jakarta: Kaysa Media

 Karim, Adiwarman Azwar. 2012. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta:


RajaGrafindo

 Saifuddin.Peranan Badan Amil Zakat Berdasarkan Undang - Undang Nomor 38 Tahun


1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara). 2011. USU
Institutional Repository
 Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta:
Pustaka Pelajar

 Rahardja, Prathama, dan Mandala Manurung. 2008. Teori Ekonomi Makro;


Suatu Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Unversitas
Indonesia
 Ansary, Tamim. 2015. Dari Puncak Baghdad: Sejarah Dunia Versi Islam. Jakarta:
Zaman
 Ashker, El, and Rodney Wilson. 2006. Islamic Economics: a Short History.
Leiden: Brill
 DSN MUI. 2011.FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 8 Tahun 2011
Tentang AMIL ZAKAT. http://mui.or.id/wp-content/uploads/2014/11/No.-08-
Amil-Zakat.pdf.

Anda mungkin juga menyukai