Anda di halaman 1dari 38

DASAR HUKUM PBB SEKTOR PERKEBUNAN

UU
PBB

PER
DIRJEN

SE
DIRJEN
PBB Perkebunan adalah Pajak Bumi dan Bangunan yang
dikenakan atas bumi dan/atau bangunan yang berada
di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan.

Subjek pajak PBB Perkebunan


orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dart/ atau
memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan, atas objek pajak PBB Perkebunan.
Objek pajak PBB Perkebunan adalah bumi dan/atau bangunan yang berada di
dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan. (PASAL 2
Ayat 1)

Pasal 3
(1) Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), meliputi:
a.areal yang dikenakan PBB Perkebunan, berupa:
1) Areal Produktif;
2) Areal Belum Produktif, meliputi areal:
a) yang belum diolah;
b) yang sudah diolah tetapi belum ditanami; dan
c) pembibitan,
3) Areal Tidak Produktif;
4) Areal Pengaman; dan
5) Areal Emplasemen;
b. areal yang tidak dikenakan PBB Perkebunan, berupa Areal Lainnya.
(2) Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) merupakan konstruksi
teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.
Penatausahaan objek pajak PBB
Perkebunan
a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama berdasarkan
wilayah kabupaten atau kota, yang wilayah
kerjanya .meliputi letak objek pajak; atau
b. Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang
ditunjuk dalam hal letak objek pajak berada
pada lebih dari satu wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama dalam satu
kabupaten atau kota.
Pendaftaran atau Pemutakhiran Data
a) Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Lampiran Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP) merupakan sarana pelaporan yang
digunakan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk mendaftarkan atau
memutakhirkan data objek pajak, dan subjek pajak atau Wajib Pajak PBB
Perkebunan.
b) KPP Pratama menyampaikan SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau
Wajib Pajak secara langsung atau melalui jasa pengiriman.
c) SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada huruf b yang telah diisi
dengan jelas, benar, lengkap, dan ditandatangani, harus disampaikan ke
KPP Pratama paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal
diterimanya SPOP dan LSPOP oleh subjek pajak atau Wajib Pajak.
d) KPP Pratama menerima dan meneliti atas pengisian dan kelengkapan
SPOP dan LSPOP.
Penentuan NJOP Perkebunan
NJOP Perkebunan = NT Areal Perkebunan + NJOP Bangunan
NJOP Bangunan = luas x nilai bangunan masing2 per m2

No Jenis Areal Pengertian Penentuan NJOP


1 Areal areal yang berada di dalam kawasan yang Nilai Dasar Tanah
Produktif digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan Areal Produktif + SIT.
yang telah ditanami tanaman perkebunan.

2 Areal Belum areal yang berada di dalam kawasan yang Luas x NJOP
Produktif digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan
yang belum ditanami tanaman perkebunan
meliputi areal yang belum diolah, areal yang
sudah diolah tetapi belum ditanami, dan
areal pembibitan.
3 Areal Tidak areal yang berada di dalam kawasan yang penyesuaian terhadap
Produkti digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan nilai bumi per meter
yang tidak dapat diusahakan untuk kegiatan persegi untuk areal
usaha perkebunan. yang belum diolah
pada Areal Belum
Produktif. 7
Penentuan NJOP Perkebunan
No Jenis Areal Pengertian Penentuan NJOP
4 Areal areal yang berada di dalam kawasan yang Penyesuaian
Pengaman digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan terhadap nilai bumi
yang dimanfaatkan sebagai pendukung dan per meter persegi
pengaman kegiatan usaha perkebunan. Areal Produktif;

5 Areal areal yang berada di dalam kawasan yang Luas x NJOP


Emplasemen digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan
yang diatasnya dimanfaatkan untuk bangunan
dan/ atau pekarangan serta fasilitas
penunjangnya.
6 Areal areal yang berada di dalam kawasan yang Luas x NJOP
Lainnya digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan
yang tidak dikenakan PBB Perkebunan
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1994.
8
Penetapan PBB Perkebunan
KPP Pratama berdasarkan SPOP dan LSPOP:
a) Merekam SPOP dan LSPOP ke dalam basis data
b) Melakukan penilaian dan mengunggah kertas kerja
penilaian ke dalam basis data;
c) Membuat, merekam dan mencetak FDM;
d) Mencetak SPPT setelah ditetapkannya Keputusan Menteri
Keuangan mengenai penetapan NJOP sebagai dasar
pengenaan PBB;
e) Menyampaikan SPPT ke Wajib Pajak paling lambat minggu
ke-2 bulan Juni tahun pajak;
f) Melakukan pemberkasan SPOP, LSPOP, FDM, salinan SPPT,
kertas kerja penilaian, dan dokumen pendukung penilaian
per objek pajak.
STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT) PERKEBUNAN

Standar Investasi Tanaman (SIT) adalah jumlah biaya tenaga kerja, bahan dan alat yang
diinvestasikan untuk pembukaan lahan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman

SIT adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk satu jenis tanaman budidaya
perkebunan per hektar yang dihitung berdasarkan :
- koomponen tenaga kerja;
- bahan dan alat;
mulai dari pengolahan tanah hingga tanaman menghasilkan

Catatan :
Penentuan SIT perkebunan diatur sebagai berikut :
a. Besarnya SIT perkebunan dihitung berdasarkan jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu
jenis tanaman budidaya perkebunan per hektar dalam satu tahun.
b. Apabila suatu jenis tanaman budidaya perkebunan dalam satu tahun mengalami lebih dari satu
kali periode tanam, maka besarnya SIT perkebunan dalam satu tahun dihitung sebesar standar
investasi untuk sekali periode tanam dikalikan jumlah periode tanam dalam satu tahun.

10
CONTOH SOAL
PT.Sawit Seberang, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit didaerah Sumatera Utara
memiliki/menguasai/mendapat manfaat dari tanah dan bangunan dengan rincian sebagai berikut :
A. Tanah
1. Areal Produktif :
a. Usia tanaman 2 tahun : 100 Ha, kelas 178 ( Rp1.700,- / M2 )
S I T : Rp2.795.000,- per Ha
b. Tanaman sudah menghasilkan : 300 Ha, kelas 178
S I T : Rp5.646.000,- per Ha
2. Areal Emplasemen :
a. Kantor : 0,5 Ha , kelas 140 ( Rp14.000,- / M2 )
b. Gudang : 1 Ha , kelas 147 ( Rp10.000,- / M2 )
c. Pabrik : 2 Ha, kelas 147
B. Bangunan :
a. Kantor : 500 M2 , kelas 072 ( Rp700.000,- / M2 )
b. Gudang : 1.000 M2, kelas 078 ( Rp505.000,- / M2 )
c. Pabrik : 4.000 M2 , kelas 084 ( Rp365.000,- / M2 )
Hitung PBB tahun 2013 atas perkebunan tersebut bila NJOPTKP : Rp10 juta! 11
PENGHITUNGAN PBB (1)
A. NJOP Tanah
Areal Kebun :
a. Usia tanaman 2 tahun : 100 x 10.000 x Rp1.700,- = Rp 1.700.000.000,-
100 x Rp2.795.000,- = Rp 279.500.000,-
b. Tanaman sdh menghasilkan : 300 x 10.000 x Rp1.700,- = Rp 5.100.000.000,-
300 x Rp5.646.000,- = Rp 1.693.800.000,-
2. Areal Emplasemen :
a. Kantor : 0,5 x 10.000 x Rp14.000,- = Rp 70.000.000,-
b. Gudang : 1 x 10.000 x Rp10.000,- = Rp 100.000.000,-
c. Pabrik : 2 x 10.000 x Rp10.000,- = Rp 200.000.000,-
NJOP Tanah ( 1 + 2 ) = Rp 9.143.300.000,-

B. NJOP Bangunan :
a. Kantor : 500 x Rp700.000,- = Rp 350.000.000,-
b. Gudang : 1.000 x Rp505.000,- = Rp 505.000.000,-
c. Pabrik : 4.000 x Rp365.000,- = Rp 1.460.000.000,-
NJOP Bangunan = Rp 2.315.000.000,-
12
PENGHITUNGAN PBB (2)

NJOP Tanah ( 1 + 2 ) = Rp 9.143.300.000,-

NJOP Bangunan = Rp 2.315.000.000,-

NJOP Tanah dan Bangunan ( A + B ) = Rp11.458.300.000,-

NJOPTKP = Rp 10.000.000,-

NJOP untuk perhitungan PBB = Rp11.448.300.000,-

PBB : 0,5% x 40% x Rp11.448.300.000,- = Rp 22.896.600,-

13
DASAR HUKUM PBB SEKTOR PERHUTANAN

UU
PBB

PER
DIRJEN

SE
DIRJEN
DEFINISI
PBB Perhutanan, adalah Pajak Bumi dan Bangunan yang
dikenakan atas bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perhutanan.
• Areal Produktif adalah areal hutan yang telah ditanami pada
Hutan Tanaman, atau areal blok tebangan pada Hutan Alam.
• Areal Belum Produktif adalah areal yang sudah diolah tetapi
belum ditanami pada Hutan Tanaman, atau areal hutan yang
dapat ditebang selain blok tebangan pada Hutan Alam.
• Areal Emplasemen adalah areal yang digunakan untuk
berdirinya bangunan dan sarana pelengkap lainnya dalam
perhutanan termasuk areal jalan yang diperkeras.
• Areal Lainnya adalah areal selain Areal Produktif, Areal Belum
Produktif, dan Areal Emplasemen.
• Standar lnvestasi Tanaman yang selanjutnya disingkat
SIT adalah jumlah biaya tenaga kerja, bahan dan alat
yang diinvestasikan untuk pembukaan lahan,
penanaman, dan pemeliharaan tanaman.
• Angka Kapitalisasi adalah angka yang digunakan untuk
mengonversi pendapatan bersih setahun menjadi nilai
tanah Areal Produktif pada Hutan Alam.
• Log Ponds yaitu areal perairan didalam hutan yang
digunakan untuk tempat penimbunan kayu.
• Log Yards yaitu areal daratan didalam hutan yang
digunakan untuk penimbunan kayu.
PASAL 2
(1) Objek pajak PBB Perhutanan adalah bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perhutanan.
(2) Kegiatan usaha perhutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan
usaha perhutanan yang diberikan:
1. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu termasuk IUPHHK-RE;
2. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu;
3. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu;
4. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu;
5. Hak Pengusahaan Hutan;
6. Hak Pemungutan Hasil Hutan; atau
7. Izin lainnya yang sah, antara lain berupa penugasan khusus terkait dengan usaha
pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan pada hutan produksi.
PASAL 3

(1) Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), meliputi:


a. areal yang dikenakan PBB Perhutanan, berupa:
1) Areal Produktif,meliputi:
a)areal yang ditanami pada Hutan Tanaman;
b)areal blok tebangan pada Hutan Alam dengan izin
pemanfaatan/pemungutan hasil hutan kayu; dan
c)areal blok pemanenan pada Hutan Alam dengan izin
pemanfaatan/pemungutan hasil hutan bukan kayu;
2) Areal Belum Produktif, meliputi:
a)areal yang belum ditanami baik areal yang belum diolah dan/atau
sudah diolah pada Hutan Tanaman;
b)areal yang dapat ditebang selain blok tebangan pada Hutan Alam
dengan izin pemanfaatan/pemungutan hasil hutan kayu;dan
c)areal yang dapat dipanen selain blok pemanenan pada Hutan Alam
dengan izin pemanfaatan/pemungutan hasil hutan bukan kayu;
3) Areal Tidak Produktif;
4) Areal Pengaman; dan/atau
5) Areal Emplasemen;
b. areal yang tidak dikenakan PBB Perhutanan, berupa
Areal Lainnya, yaitu areal yang berada di dalam kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perhutanan yang
tidak dikenakan PBB sebagaimana diatur dalam Pasal 3
ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
(2) Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
merupakan konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan/atau perairan.
PASAL 4
(1) Subjek pajak PBB Perhutanan adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau
memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan, atas
objek pajak PBB Perhutanan.
(2) Wajib Pajak PBB Perhutanan adalah subjek pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang dikenai kewajiban membayar PBB Perhutanan.

PASAL 6
Penatausahaan objek pajak PBB Perhutanan dilakukan oleh:
1) Kantor Pelayanan Pajak Pratama berdasarkan wilayah kabupaten/kota, yang
wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak; atau
2) Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang ditunjuk dalam hal letak objek pajak berada
pada lebih dari satu wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam satu
kabupaten/kota.
Pendaftaran Objek Pajak dan
Pemutakhiran Data Objek Pajak
• Subjek pajak melakukan pendaftaran objek pajak PBB
Perhutanan atau Wajib Pajak melakukan pemutakhiran
data objek pajak PBB Perhutanan dengan cara mengisi
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Lampiran
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP), dengan
jelas, benar, dan lengkap, serta dilampiri dokumen
pendukung antara lain berupa rencana kerja usaha,
rencana kerja tahunan dan peta areal kerja.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran objek
pajak dan pemutakhiran data objek pajak mengacu
kepada ketentuan mengenai Petunjuk Pelaksanaan
Pendaftaran atau Pemutakhiran Pajak Bumi dan
Bangunan.
Penentuan NJOP Perhutanan
No Jenis Areal Pengertian Penentuan NJOP
1 Areal 1. Hutan Tanaman : areal hutan 1. Hutan Tanaman : Nilai Dasar
Produktif yang ditanami Tanah + SIT
2. Hutan Alam : areal blok 2. Hutan Alam : Pendapatan
tebangan Bersih setahun X Angka
Kapitalisasi
2 Areal Belum 1. Hutan Tanaman : areal sudah 1. Hutan Tanaman : Nilai Dasar
Produktif diolah tapi belum ditanami Tanah tmsk biaya pemb. lahan
2. Hutan Alam : areal hutan dapat 2. Hutan Alam : Nilai Dasar Tanah
ditebang selain blok tebangan Area Belum Produktif

3 Areal Areal yang digunakan untuk Nilai Dasar Tanah Areal


Emplasemen berdirinya bangunan dan sarana Emplasemen termasuk Biaya
pelengkap lainnya dalam Pematangan Tanah
perhutanan tms jalan diperkeras.
4 Areal 1. Log Ponds 1. Log Ponds : NDT Logponds
Lainnya 2. Log Yards 2. Log Yards : NDT Logyards
3. Areal Tdk Prod : rawa, payau, 3. Areal Tdk Prod : NDT Areal Tdk
danau, pihak ketiga scr tdk sah. Produktif 22
CONTOH SOAL
• PT. Wanasetra, sebuah perusahaan pengelola hutan tanaman industri (HPHTI)
memiliki/menguasai/mendapat manfaat dari bumi dan bangunan dengan rincian
sebagai berikut :
A. Tanah
1. Areal produktif
• Tanah yang ditanami komoditas hutan industri dan telah menghasilkan:
• Tanaman sonokeling : 500 Ha, kelas 161 ( Rp5.000,- / M2 )
• Standar Investasi Tanaman (SIT) = Rp2.930.800,- / Ha.
• Tanah yang belum menghasilkan :
• Sonokeling tahun ke-4 : 100 Ha, kelas 161; SIT = Rp2.427.800,- / Ha
• Sonokeling tahun ke-5 : 200 Ha, kelas 161; SIT = Rp2.769.800,- / Ha
2. Log Ponds (perairan) : 20 Ha, kelas 191 (Rp 480,-/m2)
3. Areal lainnya (rawa, payau) : 50 Ha, kelas 200 ( Rp140,- / M2 )
4. Areal Emplasemen :
• Pabrik : 10.000 M2 , kelas 182 ( Rp1.200,- / M2 )
• Gudang : 5.000 M2 , kelas 182
• Kantor : 1.000 M2 , kelas 182
• Perumahan : 10.000 M2 , kelas 182 23
CONTOH SOAL

B. Bangunan :

1. Pabrik : 3.000 M2 , kelas 090 ( Rp225.000,- / M2 )

2. Gudang : 500 M2 , kelas 090

3. Kantor : 200M2 , kelas 086 ( Rp310.000,- / M2 )

4. Perumahan : 1.000 M2 , kelas 090

Hitung PBB yang menjadi kewajiban PT. Wanasetra tersebut apabila NJOPTKP
ditentukan sebesar Rp10.000.000,-!

24
PENGHITUNGAN PBB (1)
A. NJOP Tanah
1. Areal Produktif
Tanah sudah menghasilkan tanaman sonokeling :
500 x 10.000 x Rp5.000,- = Rp25.000.000.000,-
SIT = 500 x Rp2.930.800,- = Rp 1.465.400.000,-
Tanaman belum menghasilkan :
Sonokeling tahun ke-4 : 100x10.000xRp5.000,- = Rp 5.000.000.000,-
SIT = 100 x Rp2.427.800,- = Rp 242.780.000,-
Sonokeling tahun ke-5 : 200x10.000xRp5.000,- = Rp10.000.000.000,-
SIT = 200 x Rp2.769.800,- = Rp 553.960.000,-
2. Log Ponds = 20 x 10.000 x Rp480 = Rp 96.000.000,-
3. Areal lainnya = 50 x 10.000 x Rp140,- = Rp 70.000.000,
4. Areal Emplasemen :
a. Pabrik = 10.000 x Rp1.200,- = Rp 12.000.000,-
b. Gudang = 5.000 x Rp1.200,- = Rp 6.000.000,-
c. Kantor = 1.000 x Rp1.200,- = Rp 1.200.000,-
d. Perumahan = 10.000 x Rp1.200,- = Rp 12.000.000,-
25
NJOP Tanah ( 1 + 2 + 3 + 4 ) = Rp42.459.340.000,-
PENGHITUNGAN PBB (2)

B. NJOP Bangunan :
a. Pabrik = 3.000 x Rp225.000,- = Rp 675.000.000,-
b. Gudang = 500 x Rp225.000,- = Rp 112.500.000,-
c. Kantor = 200 x Rp310.000,- = Rp 62.000.000,-
d. Perumahan = 1.000 x Rp225.000,- = Rp 225.000.000,-
NJOP Bangunan = Rp 1.074.500.000,-

NJOP Tanah dan Bangunan = Rp 43.533.840.000,-


NJOPTKP = Rp 10.000.000,-
NJOP sebagai dasar perhitungan PBB = Rp 43.523.840.000,-
PBB = 0,5% x 40% x Rp43.523.840.000,- = Rp 87.047.680,-

26
PBB SEKTOR PERTAMBANGAN

NON ENERGI
MIGAS PANAS
BUMI

MIGAS

NON MIGAS
GALIAN C
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP – 22/PJ/2017
TENTANG
PENETAPAN NILAI BUMI PER METER PERSEGI UNTUK PERMUKAAN
BUMI OFFSHORE, NILAI BUMI PER METER PERSEGI UNTUK TUBUH BUMI
EKSPLORASI, ANGKA KAPITALISASI, HARGA UAP, DAN HARGA
LISTRIK, UNTUK PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN TAHUN PAJAK 2017

PERTAMA :
1. Penetapan nilai bumi per meter persegi untuk permukaan bumi offshore (Areal
Offshore) digunakan untuk penentuan besarnya Nilai Jual Objek Pajak Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi
dan Gas Bumi, serta Pertambangan Mineral dan Batubara;
2. Penetapan nilai bumi per meter persegi untuk Tubuh Bumi Eksplorasi dan Angka
Kapitalisasi digunakan untuk penentuan besarnya Nilai Jual Objek Pajak Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi
dan Gas Bumi, Pertambangan Panas Bumi, dan Pertambangan Mineral dan
Batubara; dan
3. Penetapan harga uap dan harga listrik digunakan untuk penentuan besarnya
Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk
Pertambangan Panas Bumi.
KEDUA :
Nilai bumi per meter persegi untuk permukaan bumi offshore (Areal
Offshore) pertambangan minyak bumi dan gas bumi, serta
pertambangan mineral dan batubara, ditetapkan sebesar Rp11.458,00
(sebelas ribu empat ratus lima puluh delapan rupiah).

KETIGA :
Nilai bumi per meter persegi untuk Tubuh Bumi Eksplorasi
pertambangan minyak bumi dan gas bumi, pertambangan panas bumi,
serta pertambangan mineral dan batubara, ditetapkan sebesar
Rp140,00 (seratus empat puluh rupiah).
KEEMPAT :
Angka kapitalisasi untuk:
1. pertambangan minyak bumi dan gas bumi, serta pertambangan
panas bumi ditetapkan sebesar 10,04 (sepuluh koma nol empat);
2. pertambangan mineral ditetapkan sebesar 8,20 (delapan koma
dua nol); dan
3. pertambangan batubara ditetapkan sebesar 10,25 (sepuluh
koma dua lima).

KELIMA :
Harga uap dan harga listrik untuk pertambangan panas bumi
ditetapkan berdasarkan:
1. rata-rata harga uap sebesar Rp759,00 per kwh (tujuh ratus lima
puluh sembilan rupiah per kilo watt hours); dan
2. rata-rata harga listrik sebesar Rp998,00 per kwh ( sembilan ratus
sembilan puluh delapan rupiah per kilo watt hours).
DASAR HUKUM PBB PERTAMBANGAN MIGAS

UU
PBB

PER
DIRJEN

SE
DIRJEN
NJOP PERTAMBANGAN MIGAS
No Jenis Areal Pengertian Penentuan NJOP
1 Permukaan Areal Produktif, Areal Belum Perbandingan harga tanah
Bumi: Produktif, Areal Tidak Produktif, sekitarnya dengan penyesuaian
a. Areal Areal Emplasemen, Areal seperlunya.
Daratan Pengaman, dan Areal Lainnya.
(onshore)
b. Areal Areal Produktif, Areal Belum Perbandingan harga
Perairan Produktif, Areal Tidak Produktif, perairan/daratan sekitarnya dengan
Lepas Pantai Areal Emplasemen, Areal penyesuaian seperlunya.
(offshore) Pengaman, dan Areal Lainnya.

2 Tubuh Bumi Hasil Produksi Tambang berupa Angka Kapitalisasi x Penjualan Hasil
minyak bumi dan/atau gas bumi. Produksi dalam satu tahun sebelum
tahun pajak berjalan. (Nilai Jual
Pengganti)

3 Bangunan Bangunan di areal onshore Biaya Pembangunan Baru Bangunan


maupun di areal offshore dikurangi penyusutan Fisik (Nilai
Perolehan Baru )
32
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI
SE- 25/PJ.6/1999 tgl 23-4-1999

 Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil penjualan energi panas bumi/
listrik dalam satu tahun sebelum tahun pajak
berjalan

 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau


diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya

 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik

33
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI
PANAS BUMI DAN GALIAN C
SE-26/PJ.6/1999 tgl. 23-4-1999

 Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil bersih galian tambang dalam
satu tahun sebelum tahun pajak berjalan

 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau


diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya

 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik

34
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS GALIAN C
SE- 27/PJ.6/1999 tgl 23-4-1999

 Areal produktif :
NJOP = Angka kapitalisasi tertentu X hasil bersih
galian tambang dalam setahun sebelum tahun pajak
berjalan

 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau


diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru
setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
Catatan : NJOP atas Objek Pajak sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan
Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama ditetapkan sesuai dengan yang diatur dalam
kontrak yang berlaku
(Pasal 10) 35
NURUL RAHAYUNI
USWATUN AZMI MULIANA
(A1C016124) (A1C016128)

RIRIN YULIANA RISA MARTIA


HARDIANTI ARYANTI
(A1C016133) (A1C016134)

RISKIYANA
HIDAYATI
(A1C016136)

KELOMPOK 8

Anda mungkin juga menyukai