Anda di halaman 1dari 37

@ 1

DASAR HUKUM PBB SEKTOR


PERKEBUNAN

UU
PBB

PER
DIRJEN

SE
DIRJEN

@ 2
 PBB Perkebunan, adalah Pajak Bumi dan Bangunan yang dikenakan atas
bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan
 Objek pajak PBB perkebunan adalah bumi dan/atau bangunan yang
berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan
 Kegiatan usaha perkebunan meliputi:
a) usaha budidaya tanaman perkebunan yang diberikan Izin Usaha
Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B)
b) usaha budidaya tanaman perkebunan yang terintegrasi dengan
usaha pengolahan hasil perkebunan yang diberikan Izin Usaha
Perkebunan (IUP)
 Bumi meliputi :
 areal yang dikenakan PBB Perkebunan
 Areal Produktif;
 Areal Belum Produktif
 Areal Tidak Produktif;
 Areal Pengaman; dan
 Areal Emplasemen;
 areal yang tidak dikenakan PBB Perkebunan, berupa Areal Lainnya
 Bangunan merupakan konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan/atau perairan.

@ 3
 Dasar Pengenaan PBB Perkebunan adalah NJOP
 NJOP : NJOP bumi + NJOP bangunan
 NJOP bumi : total luas areal objek pajak yang dikenakan x NJOP bumi per meter
persegi.
 NJOP bumi per meter persegi : hasil konversi nilai Bumi per meter persegi ke
dalam klasifikasi NJOP bumi (Peraturan Menteri Keuangan mengenai klasifikasi
NJOP bumi)
 Nilai bumi per meter persegi : total nilai bumi /total luas areal objek pajak
yang dikenakan PBB Perkebunan.
 Total nilai bumi merupakan jumlah dari perkalian luas masing-masing areal objek
pajak yang dikenakan PBB Perkebunan x nilai bumi per meter persegi masing-
masing areal objek pajak dimaksud.
 NJOP bangunan : total luas bangunan x NJOP bangunan per meter persegi
 NJOP bangunan per meter persegi merupakan hasil konversi nilai bangunan
per meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP bangunan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai klasifikasi NJOP bangunan.
 Nilai bangunan per meter persegi : total nilai bangunan /total luas bangunan.
 Total nilai bangunan merupakan jumlah nilai bangunan masing-masing
bangunan
 Nilai bangunan untuk masing-masing bangunan ditentukan sebesar biaya
pembangunan baru - penyusutan

@ 4
No Jenis Areal Pengertian Penentuan
1 Areal Areal yang berada di dalam perbandingan harga tanah
Produktif kawasan yang digunakan untuk yang ada disekitarnya + SIT.
kegiatan usaha perkebunan
yang telah ditanami tanaman
perkebunan

2 Areal Belum Areal yang berada di dalam penyesuaian terhadap nilai


Produktif kawasan yang digunakan untuk bumi per meter persegi untuk
kegiatan usaha perkebunan areal yang belum diolah pada
yang belum ditanami tanaman Areal Belum Produktif;
perkebunan meliputi areal
yang belum diolah, areal yang
sudah diolah tetapi belum
ditanami, dan areal pembibitan

3 Areal Tidak Areal yang berada di dalam Penyesuaian terhadap nilai


Produktif kawasan yang digunakan untuk bumi per meter persegi untuk
kegiatan usaha perkebunan areal yang belum diolah pada
yang tidak dapat diusahakan Areal Belum Produktif.
untuk kegiatan usaha
perkebunan.
@ 5
No Jenis Areal Pengertian Penentuan
4 Areal Areal yang berada di dalam Perbandingan harga tanah
Emplaseme kawasan yang digunakan sejenis yang ada
n untuk kegiatan usaha disekitarnya;
perkebunan yang diatasnya
dimanfaatkan untuk
bangunan dan/ atau
pekarangan serta fasilitas
penunjangnya.
5 Areal areal yang berada di dalam penyesuaian terhadap nilai
Pengaman kawasan yang digunakan untuk bumi per meter persegi
kegiatan usaha perkebunan Areal Produktif;
yang dimanfaatkan sbg
pendukung & pengaman
kegiatan usaha perkebunan

@ 6
STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT) PERKEBUNAN

Standar Investasi Tanaman (SIT) adalah jumlah biaya tenaga kerja, bahan dan alat
yang diinvestasikan untuk pembukaan lahan, penanaman, dan pemeliharaan
tanaman

SIT adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk satu jenis tanaman budidaya
perkebunan per hektar yang dihitung berdasarkan :
- komponen tenaga kerja;
- bahan dan alat;
mulai dari pengolahan tanah hingga tanaman menghasilkan

Catatan :
Penentuan SIT perkebunan diatur sebagai berikut :
a. Besarnya SIT perkebunan dihitung berdasarkan jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu
jenis tanaman budidaya perkebunan per hektar dalam satu tahun.
b. Apabila suatu jenis tanaman budidaya perkebunan dalam satu tahun mengalami lebih dari satu
kali periode tanam, maka besarnya SIT perkebunan dalam satu tahun dihitung sebesar standar
investasi untuk sekali periode tanam dikalikan jumlah periode tanam dalam satu tahun.

7
 PT BBA sebuah perkebunan di Sumatera memiliki/menguasai/mendapat
manfaat dari tanah dan bangunan dengan rincian:
Bumi/Tanah
1. Areal Kebun
a) Usia Tanaman 2 Tahun = 100 Ha
NDT = Rp 1.700/m²
SIT (TBM2) = Rp 22.966.086 per Ha
b) Tanaman sudah menghasilkan = 300 Ha
NDT = Rp 1.700/ m²
SIT (TM1) = 35.714.709 per Ha
2. Areal Emplasemen
a) Kantor = 0,5 Ha, NDT = Rp 14.000/ m²
b) Gudang = 1 Ha, NDT = Rp 10.000/ m²
c) Pabrik = 2 Ha, NDT = Rp 10.000/ m²
Bangunan
1. Kantor = 500 m², Nilai Bangunan = Rp 700.000/ m²
2. BGudang = 1.000 m², Nilai Bangunan = Rp 505.000/ m²
3. Pabrik = 4.000 m², Nilai Bangunan = Rp 365.000/ m²
Hitung PBB atas perkebunan bila NJOPTKP Rp 12.000.000

@ 8
 NJOP Bumi/Tanah
1. Areal Kebun
2. TBM2 Nilai Bumi (1.000.000 m² x Rp 1.700)
Rp 1.700.000.000
3. TBM2 SIT (100 Ha x Rp 22.966.086)
Rp 2.296.608.600
4. TM1 Nilai Bumi (3.000.000 m² x Rp Rp 1.700)
Rp 5.100.000.000
5. TM1 SIT (35.714.709 x Rp 35.714.709)
Rp 10.714.412.700
6. Subtotal
Rp 19.811.021.000

2. Areal Emplasemen
a) Kantor (5.000 m² x Rp 14.000)
Rp 70.000.000
b) Gudang (10.000 m² x Rp 10.000)
Rp 100.000.000
c) Pabrik (20.000 x Rp 10.000)
Rp 200.000.000
d) Subtotal
Rp 370.000.000
@ 9
2. Areal Emplasemen
a) Kantor (5.000 m² x Rp 14.000)
Rp 70.000.000
b) Gudang (10.000 m² x Rp 10.000)
Rp 100.000.000
c) Pabrik (20.000 x Rp 10.000)
Rp 200.000.000
d) Subtotal
Rp 370.000.000

3. Total NJOP Bumi


Rp 20.181.021.300

 NJOP Bangunan
1. Kantor = 500 m² x Rp 700.000/ m²
Rp 350.000.000
2. Gudang = 1.000 m² x Rp 505.000/ m²
Rp 505.000.000
3. Pabrik = 4.000 m² x Rp 365.000/ m²
Rp 1.460.000.000
4. Total NJOP Bangunan
Rp 2.315.000.000
@ 10
 NJOP Bumi dan Bangunan Rp 22.496.021.300
 NJOPTKP (Rp 12.000.000)
 NJOPKP Rp 22.484.021.300
 NJKP (40% x NJOPKP) Rp 8.993.608.520
 PBB Terutang (0,5% x NJKP) Rp 44.968.043

NDT atau Nilai Dasar Tanah sama dengan Nilai Bumi per
Meter Persegi. Ketentuan baru (Peraturan Dirjen Pajak
No. Per-31/PJ/2014) menggunakan istilah Nilai Bumi
per Meter Persegi.

SIT atau Standar Investasi Tanaman ditetapkan setiap


tahun oleh Kepala Kanwil DJP

@ 11
DASAR HUKUM PBB SEKTOR
PERHUTANAN

UU
PBB

PER
DIRJEN

SE
DIRJEN

@ 12
 Objek pajak PBB Perhutanan adalah bumi dan/atau
bangunan yang berada di dalam kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perhutanan
 Kegiatan usaha perhutanan meliputi kegiatan usaha
perhutanan yang diberikan:
a. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu termasuk
IUPHHK-RE;
b. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu;
c. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu;
d. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu;
e. Hak Pengusahaan Hutan;
f. Hak Pemungutan Hasil Hutan; atau
g. Izin lainnya yang sah, antara lain berupa
penugasan khusus terkait dengan usaha
pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan pada
hutan produksi.

@ 13
 Bumi meliputi:

a. areal yang dikenakan PBB Perhutanan


 Areal Produktif
1) areal yang ditanami pada Hutan Tanaman
2) areal blok tebangan pada Hutan Alam dengan izin
pemanfaatan/pemungutan hasil hutan kayu
3) areal blok pemanenan pada Hutan Alam dengan izin
pemanfaatan/pemungutan hasil hutan bukan kayu
 Areal Belum Produktif
1) areal yang belum ditanami baik areal yang belum diolah
dan/atau sudah diolah pada Hutan Tanaman
2) areal yang dapat ditebang selain blok tebangan pada Hutan
Alam dengan izin pemanfaatan/pemungutan hasil hutan kayu
3) areal yang dapat dipanen selain blok pemanenan pada Hutan
Alam dengan izin pemanfaatan/pemungutan hasil hutan bukan
kayu
 Areal Tidak Produktif
 Areal Pengaman
 Areal Emplasemen
b. areal yang tidak dikenakan PBB Perhutanan
berupa Areal Lainnya, yaitu areal yang berada di dalam kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perhutanan yang tidak dikenakan PBB

@ 14
 NJOP Bumi = total luas areal objek pajak yang
dikenakan x NJOP bumi per meter persegi
 NJOP bumi per meter persegi merupakan hasil
konversi nilai bumi per meter persegi ke dalam
klasifikasi NJOP bumi
 Nilai bumi per meter persegi = total nilai bumi /
total luas areal objek pajak yang dikenakan PBB
Perhutanan
 Total nilai bumi = jumlah dari perkalian luas
masing-masing areal objek pajak yang
dikenakan PBB Perhutanan dengan nilai bumi
per meter persegi masing-masing areal objek
pajak dimaksud

@ 15
 Areal Produktif ditentukan melalui hasil pembagian antara nilai bumi
Areal Produktif dengan luas Areal Produktif

a) untuk Hutan Alam


 Pendapatan bersih setahun x Angka Kapitalisasi.
 Pendapatan bersih = pendapatan kotor setahun - Biaya
Produksi setahun, sebelum tahun pajak.
 Pendapatan kotor setahun = jumlah produksi hasil hutan kayu
dan/atau bukan kayu setahun x harga jual rata-rata hasil hutan
dalam setahun sebelum tahun pajak.
 Harga jual rata-rata hasil hutan = harga jual rata-rata hasil
hutan kayu dan/atau bukan kayu yang terjadi secara wajar
 Biaya Produksi setahun = sebesar Rasio Biaya Produksi x
pendapatan kotor setahun

@ 16
b) untuk Hutan Tanaman
(penyesuaian nilai bumi per meter persegi areal
belum produktif x luas areal produktif ) + SIT.

 Areal Belum Produktif ditentukan melalui


perbandingan harga tanah yang ada di sekitarnya
 Areal Emplasemen ditentukan melalui perbandingan
harga tanah yang ada di sekitarnya
 Areal Pengaman ditentukan melalui penyesuaian
terhadap nilai bumi per meter persegi Areal Belum
Produktif;
 Areal Tidak Produktif ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak

@ 17
 NJOP bangunan = total luas bangunan x NJOP
bangunan per meter persegi.
 NJOP bangunan per meter persegi merupakan
hasil konversi nilai bangunan per meter
persegi ke dalam klasifikasi NJOP bangunan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri Keuangan mengenai klasifikasi NJOP
bangunan
 Nilai bangunan per meter persegi = total nilai
bangunan /total luas bangunan.
 Total nilai bangunan merupakan jumlah nilai
bangunan masing-masing bangunan.
 Nilai bangunan untuk masing-masing
bangunan sebagaimana = biaya
pembangunan baru - penyusutan.

@ 18
 PT ABC usaha perhutanan di Kalimantan tahun 2016 telah
menyampaikan SPOP sebagai berikut :
 Tanah
 Areal produktif : tanah hutan blok tebangan berupa kayu
meranti
Luas 200 Ha, kelas 198
 Areal belum produktif : tanah hutan non blok tebangan
Luas 4.000 Ha, kelas 198
 Areal Pengaman :
 Log ponds (tempat penampungan kayu di air) Rp 2,7 per
m2, luas 10 Ha, kelas 523
 Log yards (penumpukan kayu di darat), luas 5 Ha, kelas 198
 Areal lainnya berupa tanah rawa, luas 100 Ha, kelas 200
 Areal emplasemen
 Pabrik 20.000 m2, kelas 188
 Gudang 2.000 m2, kelas 188
 Kantor 1.000 m2, kelas 188
 Perumahan 10.000 m2, kelas 185

@ 19
 Bangunan
 Pabrik 1.000 m2, kelas 088
 Gudang 500 m2, Rp 264.000,00 per m2
 Kantor 1.000 m2, kelas 086
 Perumahan 5.000 m2, kelas 086
 Angka kapitalisasi adalah 8,5 sedangkan hasil bersih
tahun sebelumnya ialah sebesar Rp 1.000.000.000,00
 Hitung PBB yang harus dibayar oleh PT ABC dengan
NJOPTKP sesuai dengan PMK-23/PMK.03/2014
 Angka Kapitalisasi adalah angka pengali tertentu yang
digunakan untuk mengonversi pendapatan bersih
setahun menjadi nilai bumi Areal Produktif pada Hutan
Alam.
 Standar Investasi Tanaman yang selanjutnya disingkat SIT
adalah jumlah biaya tenaga kerja, bahan dan alat yang
diinvestasikan untuk pembukaan lahan, penanaman, dan
pemeliharaan tanaman.

@ 20
 NJOP BUMI
 Areal produktif = 8,5 x Rp 1.000.000.000,00 Rp 8.500.000.000,00
 Areal blm produktif = 40.000.000 x Rp 200,00 Rp 8.000.000.000,00

 Areal Pengaman :
 Log Ponds = 100.000 x Rp 2,7 Rp 270.000,00
 Log Yards = 50.000 x Rp 200,00 Rp 10.000.000,00
 Areal lainnya = 1000.000 x Rp 140,00 Rp 140.000.000,00

 Areal Emplasemen
 Pabrik = 20.000 x Rp 670,00 Rp 13.400.000,00
 Gudang = 2.000 x Rp 670,00 Rp 1.340.000,00
 Kantor = 1.000 x Rp 670,00 Rp 670.000,00
 Perumahan = 10.000 x Rp 910,00 Rp 9.100.000,00 +
 NJOP BUMI Rp 16.674.780.000,00

@ 21
 Bangunan
 Pabrik = 1.000 x Rp 264.000,00 Rp 264.000.000,00
 Gudang = 500 x Rp 264.000,00 Rp 132.000.000,00
 Kantor = 200 x Rp 310.000,00 Rp 62.000.000,00
 Perumahan = 5.000 x Rp 310.000,00 Rp 1.550.000.000,00 +

 NJOP Bangunan Rp 2.008.000.000,00


 NJOP Bumi dan Bangunan Rp 18.682.780.000,0
 NJOPTKP Rp 12.000.000,00 –
 NJOPKP Rp 18.670.780.000,00
 PBB terutang = 0,5% x 40% x Rp 18.670.780.000,00 Rp 37.341.560,00

@ 22
PBB SEKTOR PERTAMBANGAN

NON ENERGI
MIGAS PANAS
BUMI

MIGAS

NON MIGAS
GALIAN C

@ 23
DASAR HUKUM PBB PERTAMBANGAN MINYAK BUMI, GAS
BUMI, DAN PANAS BUMI
UU
PBB

PMK

PER
DIRJEN

SE
DIRJEN

@ 24
 PBB sektor pertambangan untuk pertambangan Minyak Bumi
dan Gas Bumi yang selanjutnya disebut PBB Migas adalah PBB
atas bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak
Bumi dan Gas Bumi.
 Objek pajak PBB Migas adalah bumi dan/atau bangunan yang
berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi.
 Objek pajak PBB Panas Bumi adalah bumi dan/atau bangunan
yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha pertambangan Panas Bumi.
 Bumi sebagaimana terdiri dari:
 permukaan bumi, meliputi:

 tanah dan/atau perairan pedalaman (onshore); dan


 perairan lepas pantai (offshore)
 tubuh bumi.
 Bangunan merupakan konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan

@ 25
 Kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas
Bumi, atau Panas Bumi meliputi :
 Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya; dan
 Wilayah di luar Wilayah Kerja atau Wilayah
Sejenisnya yang merupakan satu kesatuan
dan digunakan untuk kegiatan usaha
pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi,
atau Panas Bumi
 wilayah penunjang kegiatan usaha
pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi,
atau Panas Bumi yang menjadi bagian
yang secara fisik tidak terpisahkan dengan
permukaan bumi yang dikenakan PBB
Migas atau PBB Panas Bumi di dalam
Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya.

@ 26
 Bumi terdiri dari:
 permukaan bumi, meliputi:

 tanah dan/atau perairan pedalaman (onshore); dan


 Areal yang dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi
 Areal Produktif;
 Areal Belum Produktif;
 Areal Tidak Produktif; dan
 Areal Emplasemen;

 Areal yang tidak dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi,
berupa Areal Lainnya
 perairan lepas pantai (offshore)
 areal yang dikenakan PBB Migas, berupa Areal Offshore
 areal yang tidak dikenakan PBB Migas, berupa Areal Lainnya

 tubuh bumi, meliputi :


 Tubuh Bumi Eksplorasi;
 Tubuh Bumi Eksploitasi.
 Bangunan merupakan konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan/atau perairan

@ 27
 Dasar Pengenaan PBB Migas dan PBB Panas Bumi adalah NJOP
 NJOP : NJOP Bumi + NJOP bangunan.
 NJOP bumi untuk:
 permukaan bumi : total luas areal yang dikenakan PBB Migas atau PBB
Panas Bumi x NJOP bumi per meter persegi;
 tubuh bumi : luas Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya x NJOP bumi per
meter persegi.
 NJOP bumi per meter persegi merupakan hasil konversi nilai bumi per
meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP bumi sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai klasifikasi NJOP Bumi.

 NJOP bangunan : total luas bangunan x NJOP bangunan per meter persegi.
 NJOP bangunan per meter persegi merupakan hasil konversi nilai
bangunan per meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP bangunan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai
klasifikasi NJOP Bangunan.
 Nilai bangunan per meter persegi merupakan total nilai bangunan/
total luas bangunan.
 Total nilai bangunan : ∑nilai bangunan masing-masing bangunan
 Nilai bangunan masing-masing bangunan ditentukan melalui
pendekatan biaya yaitu sebesar biaya pembangunan baru - penyusutan

@ 28
 Nilai bumi per meter persegi pada tahap Eksplorasi :

 permukaan bumi onshore : total nilai bumi / total luas areal yang dikenakan
PBB Migas atau PBB Panas Bumi;
 Total nilai bumi untuk permukaan bumi onshore :
• ∑ (areal yang dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi x nilai bumi per
meter persegi)
 permukaan bumi offshore, ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak
 Tubuh Bumi Eksplorasi, ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

 Nilai bumi per meter persegi pada tahap Eksploitasi :


 permukaan bumi onshore : total nilai bumi / total luas areal yang dikenakan
PBB Migas atau PBB Panas Bumi;
 Total nilai bumi untuk permukaan bumi onshore :
• ∑ (areal yang dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi x nilai bumi per
meter persegi)
 permukaan bumi offshore, ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak;
 Tubuh Bumi Eksploitasi, dalam hal:
 terdapat hasil produksi yang terjual : nilai bumi untuk Tubuh Bumi
Eksploitasi /luas Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya;

@ 29
 Untuk PBB Migas

• Nilai bumi = Angka Kapitalisasi x [(hasil produksi Minyak Bumi yang


terjual dalam satu tahun sebelum tahun pajak x harga minyak mentah
Indonesia) + (hasil produksi Gas Bumi yang terjual dalam satu tahun
sebelum tahun pajak x harga Gas Bumi)].

• harga minyak mentah Indonesia, menggunakan harga yang


ditetapkan dalam APBN/APBN Perubahan satu tahun sebelum tahun
pajak;

• harga Gas Bumi, sebesar 17,96% dari harga minyak mentah Indonesia
yang ditetapkan dalam APBN/APBN Perubahan satu tahun sebelum
tahun pajak;
• harga uap dan/atau listrik, sebesar rata-rata harga kontrak uap
dan/atau listrik yang berlaku yang ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak; dan

• kurs, menggunakan kurs dalam APBN/APBN Perubahan satu tahun


sebelum tahun pajak.
• Menteri Keuangan dapat menetapkan harga minyak mentah
Indonesia, harga Gas Bumi, harga uap, harga listrik, dan kurs

@ 30
 Untuk PBB Panas Bumi yang pembangkit listriknya dikelola sendiri oleh
Wajib Pajak:

• Nilai bumi = Angka Kapitalisasi x [(hasil produksi uap yang terjual


dalam satu tahun sebelum tahun pajak x harga uap) + (hasil produksi
listrik yang terjual dalam satu tahun sebelum tahun pajak x harga
listrik)].

 Untuk PBB Panas Bumi yang pembangkit listriknya tidak dikelola


sendiri oleh Wajib Pajak:

• Nilai bumi = Angka Kapitalisasi x hasil produksi uap yang terjual


dalam satu tahun sebelum tahun pajak x harga uap.
 tidak terdapat hasil produksi yang terjual, merupakan nilai bumi per
meter persegi untuk Tubuh Bumi Eksplorasi

 Nilai bumi per meter persegi masing-masing areal ditentukan dengan


menggunakan harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli yang
terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual-beli,
ditentukan melalui perbandingan harga objek lain yang sejenis.

@ 31
 PT. ABCD, sebuah usaha tambang minyak bumi yang beroperasi di
Sulawesi menguasai atau memperoleh manfaat dari bumi dan
bangunan dengan rincian sbb:

 Bumi (Tanah )
 Areal Produktif : 200 Ha; Nilai = Rp300,-/M2
 Areal Belum Produktif : 300 Ha; Nilai = Rp200,-/M2
 Areal tidak produktif : 100 Ha; Nilai = Rp150,-/M2
 Areal Pengaman: 1 Ha; Nilai = Rp150,-/M2

 Bangunan :
 Pabrik : 50.000 M2; Nilai = Rp365.000,-/M2
 Gudang : 5.000 M2; Nilai = Rp429.000,-/M2
 Kantor : 2.000 M2; Nilai = Rp505.000,-/M2
 Perumahan : 10.000 M2; Nilai = Rp595.000,-/M2

@ 32
 Hasil penjualan minyak bumi setahun sbb:

 Triwulan pertama produksi sebesar: 25.000 barrel dengan harga US


$45 per barrel
 Triwulan kedua produksi sebesar: 30.000 barrel dengan harga US
$46 per barrel
 Triwulan ketiga produksi sebesar 33.000 barrel dengan harga US
$45,5 per barrel
 Triwulan keempat produksi sebesar 34.000 barrel dengan harga US
$46 per barrel.

 Angka Kapitalisasi = 9,5


 Kurs yang berlaku: 1 US $ = Rp9.150,00
 Hitung PBB yang menjadi kewajiban PT.ABCD tersebut apabila
NJOPTKP ditentukan sebesar Rp12.000.000,00

@ 33
 Hasil Penjualan minyak bumi setahun sebagai berikut:
 Triwulan pertama: 25.000 x 45 x 9.150 = Rp10.293.750.000,-
 Triwulan kedua: 30.000 x 46 x 9.150 = Rp12.627.000.000,-
 Triwulan ketiga: 33.000 x 45,5 x 9.150 = Rp13.738.725.000,-
 Triwulan keempat: 34.000 x 46 x 9.150 = Rp14.310.600.000,- +
 Total hasil penjualan setahun = Rp50.970.075.000,-

 A. NJOP Bumi:
 Tubuh bumi eksploitasi = 9,5 x 50.970.075.000 =
Rp484.215.713.000,-
 Areal Produktif = 200 x 10.000 x 300,- = Rp
600.000.000,-
 Areal Belum Produktif = 300 x 10.000 x 200 = Rp
600.000.000,-
 Areal Tidak Produktif: 100 x 10.000 x 150 = Rp
150.000.000,-
 Areal Pengaman = 1 x 10.000 x 150 = Rp
1.500.000,-

@ 34
 HasAreal Emplasemen:
 Pabrik: 20 x 10.000 x 900 = Rp 180.000.000,-
 Gudang: 2 x 10.000 x 900 = Rp 18.000.000,-
 Kantor: 10.000 x 1.000 = Rp 10.000.000,-
 Perumahan: 5 x 10.000 x 1.100 = Rp 55.000.000,- +
 Jumlah Nilai Bumi: = Rp 485.830.213.000,-

 Nilai Bumi/M2 = 485.830.213.000/6.290.000” = Rp77.238,51


 Hasil konversi: Klas 105 = Rp78.000,-/M2
 NJOP Bumi seluruhnya = 6.290.000 x Rp78.000 =
Rp490.620.000.000,-
 ” penjumlahan luas areal yang dikenakan PBB

@ 35
 NJOP Bangunan:
 Pabrik: 50.000 x 365.000 = Rp 18.250.000.000,-
 Gudang: 5.000 x 429.000 = Rp 2.145.000.000,-
 Kantor: 2.000 x 505.000 = Rp 1.010.000.000,-
 Perumahan: 10.000 x 595.000 = Rp 5.950.000.000,- +
 Jumlah Nilai Bangunan: = Rp 27.355.000.000,-

 Nilai Bangunan/M2 = 27.355.000.000/67.000 = Rp408.283,58


 Hasil konversi: Klas 082 = Rp408.000,-/M2
 NJOP Bangunan seluruhnya = 67.000 x Rp408.000 = Rp27.336.000.000,-
 Jumlah total NJOP Bumi dan Bangunan: = Rp517.956.000.000,-
 NJOPTKP: = Rp 12.000.000,- -
 NJOP untuk perhitungan PBB: = Rp517.944.000.000,-
 PBB= 0,5% x 40% x 517.944.000.000 = Rp1.035.888.000,-

@ 36
Terima Kasih

SELESAI
@ 37

Anda mungkin juga menyukai