Anda di halaman 1dari 10

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 139/PMK.

03/2014
TENTANG
KLASIFIKASI DAN PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK SEBAGAI
DASAR PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DIREKTORAT PERATURAN PERPAJAKAN I


2015
LATAR BELAKANG

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
1. Pengalihan kewenangan pemungutan PBB-P2 ke Pemda dilaksanakan
terakhir pada 1 Januari Tahun 2014
2. Dalam Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang PDRD disebutkan bahwa objek
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh
orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan
3. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan
kawasan adalah semua tanah dan bangunan yang digunakan oleh
perusahaan perkebunan, perhutanan, dan pertambangan di tanah yang
diberi hak guna usaha perkebunan, tanah yang diberi hak pengusahaan
hutan, dan tanah yang menjadi wilayah usaha pertambangan
PERMASALAHAN

UU UU
PDRD PBB EFEK SOLUSI

mendefinisikan Belum ada


Ketidakpastian
PBB-P2 adalah batasan yang jelas
hukum
kecuali kawasan atas objek pajak
yang digunakan PBB sektor
untuk kegiatan perkebunan, PMK
usaha perhutanan, dan
perkebunan, pertambangan Potensi
perhutanan, dan Sengketa
pertambangan dengan
Pemda
OBJEK PAJAK PBB PASAL 2

Objek Pajak Sektor Perkebunan


PBB

Sektor Perhutanan

Bumi dan/atau
Bangunan

Sektor Pertambangan

Sektor Lainnya
PASAL 3

Objek PBB Bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam kawasan


Sektor yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan
Perkebunan

usaha budidaya tanaman perkebunan yang diberikan Izin Usaha Perkebunan


untuk Budidaya (IUP-B)
Kegiatan Usaha
Perkebunan Usaha budidaya tanaman perkebunan yang terintegrasi dengan usaha
pengolahan hasil perkebunan yang diberikan Izin Usaha Perkebunan

Kawasan yang wilayah yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan yang mempunyai
digunakan untuk hak guna usaha atau yang sedang dalam proses mendapatkan hak guna usaha
kegiatan usaha wilayah di luar hak guna usaha atau yang sedang dalam proses mendapatkan
perkebunan hak guna usaha yang merupakan satu kesatuan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan.

Wilayah yang
1. wilayah yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan yang hak
sedang dalam guna usahanya sedang dalam proses perpanjangan; dan
proses 2. wilayah yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan dan telah
mendapatkan hak memiliki izin usaha perkebunan yang hak guna usahanya wajib
guna usaha
diselesaikan
Objek PBB Bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam kawasan yang
Sektor digunakan untuk kegiatan usaha perhutanan
Perhutanan

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)


AL4
S Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK)
PA
kegiatan
Izin Usaha Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)
usaha
perhutanan Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHBK)
Hak Pengusahaan Hutan (HPH)

kegiatan usaha Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH)


perhutanan
yang diberikan Izin lainnya yang sah, antara lain berupa penugasan khusus
terkait dengan usaha pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan
pada Hutan Produksi

Kawasan yang 1. wilayah yang digunakan untuk kegiatan usaha perhutanan yang diberikan izin;
digunakan dan
untuk kegiatan 2. wilayah di luar wilayah yang digunakan untuk kegiatan usaha perhutanan yang
usaha diberikan izin yang merupakan satu kesatuan dan digunakan untuk kegiatan
perhutanan usaha perhutanan.
5
PASAL

Objek PBB Sektor bumi dan/atau bangunan, yang berada di dalam kawasan
Pertambangan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan

meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang


Minyak Bumi
dilaksanakan melalui Kontrak Kerja Sama (KKS) atau
dan Gas Bumi
bentuk kontrak kerja sama lainnya yang sah

meliputi kegiatan eksplorasi, studi kelayakan dan


Panas Bumi
Kegiatan Usaha eksploitasi yang diberikan izin usaha pertambangan
Pertambangan

Mineral dan meliputi kegiatan eksplorasi dan operasi produksi yang


Batubara diberikan IUP, IUPK, IPR, atau ijin lainnya yang sejenis

Kawasan yang Wilayah Kerja, Wilayah Izin Pertambangan, atau wilayah sejenisnya
digunakan
untuk kegiatan wilayah di luar Wilayah Kerja, Wilayah Izin Pertambangan, atau wilayah
usaha sejenisnya yang merupakan satu kesatuan dan digunakan untuk kegiatan
pertambangan usaha pertambangan
Sektor Lainnya
 objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan, selain objek
pajak sektor perkebunan, sektor perhutanan, dan
sektor pertambangan yang tidak berada dalam
wilayah kabupaten/kota. (PASAL 6)
PASAL 7
Klasifikasi NJOP Bumi dan 1. dalam Lampiran PMK
klasifikasi NJOP Bangunan untuk 2. nilai jual Bumi dan nilai jual Bangunan lebih besar dari
objek pajak sektor perkebunan, nilai jual tertinggi Klasifikasi NJOP yang tercantum
sektor perhutanan, sektor dalam Lampiran PMK, nilai jual Bumi dan nilai jual
pertambangan, dan sektor Bangunan tersebut ditetapkan sebagai NJOP Bumi dan
lainnya NJOP Bangunan.

PASAL 8 menetapkan besarnya NJOP, setiap tahun untuk masing-masing:


1. kabupaten/kota;
Kepala Kanwil DJP atas 2. wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam hal
nama Menteri Keuangan terdapat lebih dari satu Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam
satu kabupaten/kota; atau
3. wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak yang ditunjuk.

PASAL 9 PASAL 10
Ketentuan mengenai Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini penetapan besarnya Pajak
tata cara penetapan Bumi dan Bangunan terutang untuk tahun pajak 2013 dan tahun-tahun
NJOP diatur lebih pajak sebelumnya dilakukan dengan menggunakan klasifikasi dan
lanjut dengan besarnya NJOP sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Peraturan Direktur Nomor 150/PMK.03/2010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual
Jenderal Pajak. Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.
TERIMA
KASIH......

Anda mungkin juga menyukai