Anda di halaman 1dari 39

Dr. Ir. Agus Justianto, M.Sc.

Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Jakarta, 28 September 2021

KEBIJAKAN MULTIUSAHA KEHUTANAN


DALAM MENGAKTUALISASIKAN PENGELOLAAN LANSKAP EKOSISTEM
HUTAN UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET NET SINK FOLU
2030 1
Luas Kawasan Hutan 125,92 Juta ha

56,008,229.37

2
Kajian Lingkungan Hidup (Environmental Assessment) dapat didayagunakan sebagai
Environmental Safeguard agar pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan secara
berkelanjutan dan berwasan lingkungan – Menegakkan Kedaulatan Lingkungan
3 Hidup
Dalam rangka memantapkan pengarusutamaan (mainstreaming)
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals
KONTRIBUSI (SDGs) di KLHK, dibentuk Tim melalui Surat Keputusan Menteri LHK Nomor
KLHK SK.346/MenLHK/Setjen/Set.1/8/2018 tentang Pembentukan Tim Pelaksana,
Pokja dan Tim Pakar TPB/SDGs tahun 2017

4
5
ARAHAN PRESIDEN 6
Pidato Presiden RI Pada Sidang Paripurna MPR RI Dalam Rangka Pelantikan Presiden dan
Wakil Presiden Periode 2019-2024 pada tanggal 20 Oktober 2019 menyampaikan:

“Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan dua


UU besar. Yang pertama, UU Cipta Lapangan Kerja.
Yang kedua, UU Pemberdayaan UMKM. Masing-masing UU
tersebut akan menjadi Omnibus Law, yaitu satu UU yang
sekaligus merevisi beberapa UU”

UU CIPTA KERJA TELAH DITERBITKAN DAN REFORMASI PERIZINAN


BERUSAHA AKAN TERUS DILAKUKAN UNTUK MEWUJUDKAN
KEMUDAHAN BERUSAHA DI INDONESIA

TA
IMPLEMENTASI UU NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA
DIMAKSUDKAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING INVESTASI
INDONESIA
7
8

KONDISI SEBELUM
OMNIBUS LAW
Pelaksanaan kegiatan
usaha`menggunakan
pendekatan
Izin (license approach)
dimana setiap kegiatan
usaha harus memiliki
izin

Belum tersedia standar


yang Ditetapkan
Pemerintah untuk
melakukan suatu usaha
9
10
Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

AMANAT UUCK 11/2020

13
14
15
16
17
SEBELUM JENIS IZIN USAHA PEMANFAATAN HUTAN
18

UU CK Kewenangan pemberi izin


Setiap izin Usaha satu
kegiatan (Pemerintah Pusat, Daerah)
A. Izin Pemanfaatan Hutan Lindung terdiri dari:
1. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Dokumen Lingkungan Per
Jangka Waktu Izin Berbeda- Jenis Izin Usaha
2. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan
beda
3. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu Sanksi Administratif (Denda,
B. Izin Pemanfaatan Hutan Produksi terdiri dari: Pembatasan luas dan hanya Pencabutan)
1. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan IUPHHK Perubahan Luas Areal Iziin
2. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan
3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Bukan
Usaha di Permen
Subyek tertentu pada Suatu
Kayu Izin Usaha Peta Arahan Pemanfaatan
4. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu HP di Permen
Iuran Izin Usaha Per Jenis
Kegiatan Usaha SILIN/RIL/S-PHPL di Permen

C. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu : Tata cara perizinan
1. Kapasitas < 2000 M3/Tahun Pemberian Izin berbasis
(dalam Permen)
2. Kapasitas 2000 M3/Tahun - < 6000 M3/Tahun
kewenangan
3. Kapasitas 2000 M3/Tahun ≥ 6000 M3/Tahun
D. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Bukan Kayu : Pengaturan Legalitas
1. Skala Kecil perdagangan ekspor di Permen Belum mengatur Integrasi
2. Skala Menengah Perizinan pemanfaatan hutan
3. Skala Besar Perizinan pengolahan hulu dan dan pengolahan hasil hutan
lanjutan perizinan terpisah
PERIZINAN BERUSAHA PEMANFAATAN HUTAN 19
PASCA UU CK Perizinan Berusaha Berbasis Kewenangan pemberi Perizinan
Resiko Berusaha oleh Pemerintah Pusat
Dokumen Lingkungan Terintegrasi
A. Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan Lindung :
Satu Perizinan Berusaha utk Dengan PBPH
1. Kegiatan Usaha Pemanfaatan Kawasan Multiusaha
2. Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sanksi Adm (Denda, Penghentian
Jangka Waktu Perizinan Berusaha operasional, pencabutan)
3. Kegiatan Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu
maksimal
Subyek Perizinan Berusaha
B. Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan Produksi : Pembatasan Luas & Jumlah
1. Kegiatan Usaha Pemanfaatan Kawasan
(perseorangan, Kop, BUMD,
Perizinan Berusaha BUMS, BUMN)
2. Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan
3. Kegiatan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Peta Arahan Pemanfaatan HL &
Iuran Perizinan Berusaha Single
Kayu HP di PP
Tarif
4. Kegiatan Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu
SILIN/RIL/S-PHPL di PP
Perubahan Luas Areal Perizinan
Berusaha di PP
PEMULIHAN LINGKUNGAN
Pemberian Perizinan Berusaha
C. Perizinan Berusaha Pengolahan Hasil Hutan : Integrasi Perizinan pemanfaatan
1. Kayu
berbasis Resiko (RBA)
hutan dan pengolahan hasil hutan
a.Kapasitas < 2000 M3/Tahun diatur di PP
b.Kapasitas 2000 M3/Tahun S.D < 6000 M3/Tahun
c. Kapasitas 2000 M3/Tahun ≥ 6000 M3/Tahun Tata cara perizinan diatur di PP
2. Bukan Kayu ( Kecil, Menengah, Besar) Perizinan Berusaha
Legalitas perdagangan ekspor pengolahan hulu dan
diatur di PP lanjutan terintegrasi
IUPHHK (PRA UUCK) PBPH MULTIUSAHA KEHUTANAN
(PASKA UUCK)
IUPHHK-
IUPJL HA/RE
PEMANFAATAN
KAWASAN
PEMUNGUTAN
HASIL HUTAN
KAYU
IZIN
PEMUNGUTAN HASIL PEMANFAATAN
KAYU JASA
LINGKUNGAN

PEMUNGUTAN
HASIL HUTAN MULTI USAHA
IZIN
BUKAN KAYU multibusiness
PEMUNGUTAN HASIL
BUKAN KAYU
PEMANFAAT
AN HASIL
PEMANFAATA HUTAN
N HASIL KAYU
HUTAN
IUPHHB IUPHHK- BUKAN KAYU
K HTI

1. Pemanfaatan HP melalui pemberian


1. Pemanfaatan HP melalui pemberian
izin per jenis kegiatan (IUPK, IUPJL,
perizinan berusaha pemanfaatan hutan;
IUPHHK, IUPHHBK, IPHHK, IPHHBK);
2. BEYOND TIMBER - SOCIAL FORESTRY -
2. TIMBER ORIENTED
MULTIBUSINESS
3. Pemanfaatan nilai lahan hutan kurang
3. Pemanfaatan nilai lahan hutan lebih optimal.
20
optimal. 6
Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI


DAN HUTAN LINDUNG BERKELANJUTAN
PASCA UU 11/2020 – PP 23/2021

21
SIKLUS
PENGAMBILAN
KEBIJAKAN PHL

22
REKONFIGURASI PENGELOLAAN HUTAN

HUTAN SEBAGAI SATU KESATUAN EKOSISTEM


(Landscape Management)
Ecologically Sensible, Socially Acceptable, Economically Feasible

Pengelolaan Landscape/SFM

KELOLA KELOLA KELOLA


SOSIAL LINGKUNGAN EKONOMI
PENGUATAN AKSES MULTIUSAHA
LEGAL MASYARAKAT KEHUTANAN
PERSETUJUAN LINGKUNGAN

PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL DAN


PERIZINAN BERUSAHA

23
24
HUTAN PRODUKSI (HPT, HP, HPK)
(67,61 JT HA) Potensi sbg Potensi sbg
Carbon Pool Carbon Sink
melalui melalui PERIZINAN
Moratorium BERUSAHA
Pemberian Izin PEMANFAATAN
TELAH DIBEBANI IZIN HP di P. Jawa BELUM DIBEBANI IZIN Baru HUTAN dengan
33,27 JT HA* 1,84 JT HA 32,50 JT HA MULTI USAHA

Carbon Pool Carbon Sink

Alokasi utk Berupa Hutan Alam


Alokasi utk Reforma Alokasi utk Non HP/HPT diluar
Perhutanan Sosial Primer / Gambut
Agraria (TORA) Kehutanan (HPK) PIPPIB
(PIAPS) (PIPPIB)
2,29 JT HA 4,85 JT HA 7,33 JT HA
8,42 JT HA 9,60 JT HA

DIBERIKAN melalui PERIZINAN


* Dibebani izin : Pemanfaatan, BERUSAHA PEMANFAATAN HUTAN
Penggunaan, dan atau Berbasis MULTI USAHA
Pengelolaan

25
LUAS IZIN USAHA PEMANFAATAN HHK PADA HUTAN PRODUKSI SAAT INI

Hutan Tanaman Industri (HTI)


Unit : 294
Luas : ± 11.239.431,61 ha

Hutan Alam (HA/HPH) 567 UNIT


Unit : 257 IZIN USAHA
Luas : ± 18.730.642,56 ha
PEMANFAATAN
HUTAN
Restorasi Ekosistem (RE) ± 30.591.810,71 ha
Unit : 16
Luas : ± 621.736,54 ha
26
PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI
PERLINDUNGAN
KEANERAGAMAN HAYATI
PENURUNAN
PERLINDUNGAN DAN
DEFORESTASI-DEGRADASI – PENYERAPAN KARBON
567 UNIT DEKOMPOSISI GAMBUT
PEMULIHAN EKOSISTEM
GAMBUT

IZIN USAHA PENGAYAAN / PENYIMPANAN KARBON


PEMANFAATAN HASIL PENANAMAN
HUTAN KAYU
SILVIKULTUR
INTENSIF (SILIN)
HUTAN OUTCOMES
PERIZINAN BERUSAHA PRODUKSI RIL-RENDAH EMISI
CARBON
PEMANFAATAN HUTAN (RIL-C) TUTUPAN LAHAN

MULTIUSAHA SVLK PRODUKTIVITAS

JANGKA BENAH PNBP


REVISI RKU DAN PENINGKATAN PRINSIP SAWIT MENJADI
ADDENDUM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN KEHUTANAN EKSPORT HASIL HUTAN
DOKUMEN BERKELANJUTAN
PERPANJANGAN SIKLUS CIPTA KERJA
LINGKUNGAN
TEBANG

27
Kebijakan Pengelolaan Hutan Lestari
1. Implementasi UU Nomor 11/2020 tentang Cipta Kerja menjadi momentum bagi pemegang perizinan
berusaha untuk meningkatkan kinerja Kelola usahanya dengan memberikan peluang kerja sama investasi
dalam pemanfaatan hutan bersama stakeholders.
2. Menjamin pemenuhan bahan baku dari perizinan berusaha yang melaksanakan multiusaha untuk
mendukung daya saing industri pengolahan kayu dan industri lainnya (industri berbasis serat : pulp paper
dan rayon, industri panel kayu, industri lanjutan serta industri bioenergi, pangan, pakan, dan obat-obatan).
3. Membangun kluster usaha kehutanan terintegrasi hulu, hilir dan pasar, baik di kawasan ekonomi khusus
maupun kawasan ekonomi potensial lainnya untuk peningkatan efisiensi dan daya saing produk.
4. Memberikan fasilitasi dan dukungan permodalan bagi perizinan berusaha melalui pola pengelolaan
keuangan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (pengganti BLU Kehutanan).
5. Menjamin keberlangsungan usaha dengan pemberian jangka waktu perizinan berusaha yang panjang,
pemberian insentif pengenaan DR hanya untuk kayu hutan alam (tumbuh alami) bukan lagi berdasarkan
izin.
6. Menerapkan sistem silvikultur (multi sistem silvikultur dan Teknik SILIN) serta pemanenan berdampak
rendah (Reduced Impact Logging) dalam pengelolaan hutan sesuai kondisi tapak.
7. Memberikan fasilitasi pemegang perizinan berusaha untuk membangun industri pengolahan hasil hutan di
areal kerjanya.
8. Mengembangkan konfigurasi baru bisnis kehutanan dengan mengedepankan peran masyarakat dan UKM
(Kelompok Usaha Perhutanan Sosial-KUPS).

28
15
PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
HULU, HILIR & PASAR

Tata Hutan dan Usaha PNBP Pemasaran Hasil Hutan


Rencana Pengelolaan Pemanfaatan Pemanfaat (Penjaminan Legalitas
Kawasan Hutan Hutan an Hutan Hasil Hutan)

Perizinan Berusaha Penatausahaan


Pemanfaatan Hutan Hasil Hutan Pengolahan BINDALWAS dan
(PUHH) Hasil Hutan Sanksi administratif

HULU HILIR PASAR


PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG

BATASAN LUAS, BATASAN JANGKA WAKTU, JUMLAH PERIZINAN, PENATAAN LOKASI 30


(BIOGEOFISIK DAN
POTENSI HUTAN)
31
Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PENCAPAIAN TARGET
NET SINK FOLU 2030

33
Pertama, pengurangan emisi dari degradasi dan deforestasi hutan (REDD+) yang selalu
jadi pokok perhatian di sektor kehutanan.

Kegiatan-
kegiatan Kedua, menjalankan sustainable forest management. Setidaknya, ada tiga langkah
mencapai ini, yaitu, menerapkan pengurangi dampak pembalakan di HPH supaya
yang penebangan tak mengakibatkan emisi, mendorong generasi alami hingga penerapan
sistem silvikultur intensif.
berkontribusi
terhadap
penurunan Ketiga, rehabilitasi lahan. Rehabilitasi lahan, dengan sistem rotasi termasuk bagi
pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan ataupun daerah aliran sungai.
emisi sektor
kehutanan :
Keempat, pengelolaan lahan gambut yang dinilai berkontribusi paling besar dalam
penurunan emisi, perlu pemulihan vegetasi, pengayaan tanaman di gambut terdegradasi
dan pengelolaan tata air.

34
Updated NDC

1st NDC

Updated NDC

Dokumen Updated NDC telah disampaikan kepada


Long Term Strategy on Sekretariat UNFCCC tanggal 21 Juli 2021. Pada updated
Low Carbon and
Climate Resilience (LTS NDC yang telah disusun, Indonesia berkomitmen
LCCR 2050) menaikkan ambisi adaptasi perubahan iklim, dengan
memasukkan aksi-aksi yang lebih nyata, adaptasi di
sektor kelautan, serta lebih terintegrasi dengan isu-isu
penting lainnya, seperti keanekaragaman hayati dan
Tiga Dokumen tersebut menggambarkan
keseriusan Pemerintah Indonesia untuk desertifikasi
mengurangi level emisi GRK
36
a. Target mencapai netral karbon pada tahun 2060 telah menjadi Menuju Net Zero
komitmen Indonesia kepada masyarakat dunia melalui penyampaian Emission
Dokumen Long-term Strategy on Low Carbon and Climate Resilience
2050 (LTS-LCCR 2050) kepada UNFCCC sebagai mandat dari Paris
Agreement/Perjanjian Paris yang telah diratifikasi menjadi UU Nomor
16 Tahun 2016 Tentang Pengesahan Paris Agreement To The United
Nations Framework Convention On Climate Change.
b. Dokumen LTS-LCCR 2050 menegaskan arah kita menuju net-zero
emissions dengan tetap mempertimbangkan kondisi ekonomi yang
bertumbuh, berketahanan iklim dan berkeadilan," Pada target netral
karbon 2060 hal tersebut didasari dari proyeksi pembangunan
Indonesia yang diperkirakan mencapai puncak pembangunan dengan
emisi sebesar-besarnya antara tahun 2030 hingga tahun 2040, dan
terus melandai hingga tahun 2050-2060.
c. Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi dari lima sektor yang
meliputi sektor Energi, Limbah, Industri, Pertanian dan Kehutanan.
Selain itu, Indonesia berkomitmen dalam meningkatkan ketahanan
iklim melalui ketahanan ekonomi, sosial dan sumber penghidupan,
serta ekosistem dan lanskap.

37
Kontribusi Pengelolaan Hutan Lestari Terhadap
Pencapaian Target NDC PHL berkontribusi pada
10 kegiatan aksi
pencapaian target NDC

Penerapan praktek PHL


pada PBPH; SILIN dan
RIL-C sangat penting
dalam mencapai target
NDC

Multiusaha kehutanan
mendukung efisiensi
pemanfaatan hutan
dengan kontribusi positif
terhadap target NDC
38
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai