Anda di halaman 1dari 22

SERTIFIKASI HUTAN RAKYAT

Oleh Didik Suharjito

Pokok-Pokok Bahasan

Pengertian Sertifikasi Ragam Sistem Sertifikasi (certification systems) untuk Kehutanan Ragam Obyek Sertifikasi Kehutanan Relevansi sertifikasi bagi Hutan Rakyat Sistem sertifikasi Hutan Rakyat: FSC: Standar: Prinsip, Kriteria, Indikator, verifier; Prosedur

LEI:
Standar: Prinsip, Kriteria, Indikator, verifier; Prosedur

PEFC:
Standar: Prinsip, Kriteria, Indikator, verifier (?); Prosedur

Pengertian Sertifikasi

Sertifikasi hutan (forest certification) merupakan instrumen berbasis pasar (market-based instrument) yang bertujuan untuk mendorong pengelolaan hutan lestari untuk beranekaragam nilai hutan, mencakup kayu, non-kayu, jasa, sosial budaya, dan pilihan masa depan. Sistem sertifikasi hutan mulai berkembang pada tahun 1990-an.

Ragam Sistem Sertifikasi (certification systems) Tiga sistem sertifikasi:

The American Tree Farm System (and the associated Sustainable Forestry Initiative (SFI)); The Forest Stewardship Council (FSC); The Programme for the Endorsement of Forest Certification Schemes (PEFC) (dulunya: the PanEuropean Forest Certification System). Inisiatif kehutanan berkelanjutan (the Sustainable Forestry Initiative/ SFI) diinisiasi pada awal tahun 1990-an oleh the American Forest and Paper Association (AF & PA)

A. The American Tree Farm System (ATFS) didirikan tahun 1941 sebagai suatu program yang ditawarkan oleh the American Forests Foundation; awalnya sebagai jalan untuk para pemilik tanah privat untuk mengindikasikan pengelolaan aktif mereka kepada publik; B. The Forest Stewardship Council (FSC) didirikan pada tahun 1993, sering dijadikan model oleh kelompok aktivis lingkungan dalam hal perangkat standard SFM dan pihak ketiga yang bertindak sebagai penilai dan audit yang teliti/ cermat, dan independen. FSC adalah sistem internasional dengan luas wilayah yang disertifikasi cukup signifikan mencakup Amerika Serikat, Kanada, dan Eropah (70%), dan beroperasi pada daerah tropis.

FSC memberikan akreditasi terhadap lebih dari 10 organisasi/ lembaga, terdapat lembaga pelaksana sertifikasi (certifier) yang mendominasi di lapangan yaitu 2 lembaga profit (SGS and SCS) dan 2 lembaga non-profit (Rainforest Alliance/ Smart Wood and Soil Association/Woodmark); Pada tahun 2004, FSC mengadopsi prosedur baru untuk unit hutan yang dikelola dengan intensitas rendah dan kecil (Small and Low Intensity Managed Forest/ SLIMFs, di USA disebut Family Forests, di Indonesia disebut Hutan Rakyat), untuk memfasilitasi akses usaha-usaha hutan skala kecil (hutan rakyat) pada sertifikasi FSC.

Inisiasi

nasional yang mengembangkan sistem sertifikasi, khususnya untuk hutan tropis yang adalah:
LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia) yang membangun saling pengakuan dengan FSC, MTCC (Malaysian Timber Certification Council) di Malaysia; CERFLOR di Brazil dan di Ghana

C. The Programme for the Endorsement of Forest Certification Schemes (PEFC) didirikan oleh pemilik hutan non-industri (private non-industrial forest owners), nama lainnya small-scale private forest atau hutan skala kecil di Eropah untuk memperbaiki akses usaha hutan skala kecil pada sertifikasi. Dewan PEFC didirikan pada Juni 1999 oleh organisasi nasional dari 11 negara; dan mempublikasikan persyaratan standar dan prosedur sertifikasi; Compliance dengan semua konvensi ILO. PEFC adalah organisasi non-profit, NGO yang didedikasikan untuk mempromosikan SFM melalui sertifikasi oleh pihak ketiga yang independen

PEFC adalah organisasi payung, mengabsahkan sistem sertifikasi hutan nasional yang dikembangkan melalui proses multi-stakeholder dan dirajut ke prioritas dan kondisi lokal Sekitar 30 sistem sertifikasi nasional sudah diabsahkan dan lebih dari 230 juta ha hutan disertifikasi (243 juta ha); Pemilik hutan: 856.596 Perusahaan (CoC): 8.886 (Maret 2012. IFCC (Indonesian forestry certification cooperation) sedang merintis menjadi lembaga pengembang sistem sertifikasi di Indonesia dan menjadi anggota PEFC.

Ragam Obyek Sertifikasi Kehutanan

Sertifikasi Unit Pengelolaan hutan (Forest Management Unit = FMU) Sertifikasi hasil hutan (chain of custody/ COC atau lacak balak) Sertifikasi pengelolaan hutan dengan produk utama kayu Sertifikasi pengelolaan hutan dengan produk utama bukan kayu (NTFP)

Pelabelan (labeling) untuk NTFPs:

Forest Management Certification: sistem verifikasi pihak ketiga ditawarkan oleh FSC; FairTrade Labelling: ditawarkan oleh the FairTrade Labelling Organizations (FLO), yang mencakup Max Havelaar and TransFair; Organic Certification: International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM). Anggotanya mencakup sistem setifikasi OCIA (Organic Crop Improvement Association), and Naturland);

GLOBAL REACH

More than 120 countries have some form of forest certification, many with their own national systems; There are two global forest certification schemes: FSC and PEFC; These two schemes involve a total of 31 263 CoC certifications and 149 million hectares (ha) and 245 million ha of certified forests respectively (FSC, 2012; PEFC, 2012). The FSC provides centralized accreditation for its certification, while the PEFC supports recognized national accreditation bodies.

In some countries, forests may be certified by both the FSC and a PEFC affiliate, such as the Sustainable Forestry Initiative in the United States of America. More than 30 % of the worlds industrial roundwood supply is now sourced from certified forests, The certification of related products, including paper, pulp, panels and plywood, is also increasing. The number of CoC certifications rose by 88 percent between 2009 and 2010 (UNECE, 2010), with 3 000 new certificates issued in 2011.

There is increasing interest in developing national forest certification standards: Australia, Brazil, Chile, Indonesia and Malaysia, among others, already have operational national forest certification standards, and Gabon recently completed a process to develop its national forest certification scheme. China has initiated intensive work on a national forest certification scheme and related standards. China is a huge timber importer and the worlds largest exporter of secondary processed wood products, with a value estimated at around US$17 billion per year (ITTO, 2010).

Relevansi Hutan Rakyat sebagai Domain Sertifikasi

Sertifikasi terhadap produk-produk hutan, khususnya hutan alam, didorong oleh persoalan-persoalan ekologis dan sosial yang ditimbulkan dalam pengusahaan hutan. Konsumen produk hutan menuntut terhadap pelaku pengusahaan hutan untuk melakukan pengelolaan dengan prinsip-prinsip kelestarian ekologis, ekonomi (produksi), dan sosial budaya. Produk-produk hutan rakyat telah memasuki pasar (lokal dan internasional) dan mengandung potensi kerusakan ekologis; Bagaimana biaya dan manfaat yang berkaitan dengan sertifikasi hutan rakyat ? Bagaimana insentif dan promosi kebijakan publik untuk mendorong perluasan praktek pengelolaan hutan rakyat ?

Potensi Pasar Produk-produk dari Hutan Rakyat

Praktek Hutan Rakyat di Jawa yang menghasilkan produk kayu untuk diperdagangkan diusahakan pada lahan-lahan di kawasan budidaya non kehutanan (KBNK); Sedangkan di luar Jawa, mulai berkembang praktek Hutan Rakyat yang berorientasi menghasilkan kayu di kawasan budidaya kehutanan (KBK); Pelaku Hutan Rakyat (petani individual, kelompok atau koperasi) pada umumnya menjual produk dalam bentuk log (gelondongan) atau pohon berdiri (tegakan). Seluruh produk kayu yang berasal dari Hutan Rakyat diolah di dalam negeri oleh pabrik-pabrik pengolah kayu yang ada pada tingkat desa, kecamatan, kabupaten maupun propinsi. Sebagian dari produk -produk olahan ini yang kemudian diperdagangkan di pasar luar negeri.

Berdasarkan macam industri pengolahan kayu dan produk yang dihasilkan oleh industri tersebut, (dari hasil olahan produk kayu yang berasal dari Hutan Rakyat):
(1) (2)

(3)
(4)

(5)

Peti kemas untuk buah-buahan, sayuran, minuman, telor; Papan, usuk, reng dan balok untuk meuble atau bahan bangunan; Particle board (misalnya dibuat oleh PT. Paparti Indonesia); Bahan pulp kertas (diproduksi di Bekasi Timur); Laminating board, drawer side dan buld joint

Produksi PT. Daya Tama, PT. Tata Lestari Rimba Buana, dan PT. Margoyoso di Jawa Tengah di ekspor ke Jepang dan Korea); Joint board (diproduksi oleh PT. Kayu Lapis Indonesia dan PT. BMW di Jawa Tengah); Blockboard dan laminating (diproduksi oleh PT. Nusantara Plywood di Jawa Timur); dan Kertas yang diproduksi oleh pabrik kertas Leces di Probolinggo.

Pemasaran/perdagangan kayu yang berasal dari Hutan Rakyat sebagian besar menempuh rantai yang panjang; Dalam pasar yang kompetitif, petani hutan skala kecil mencari sertifikasi sebagai response terhadap permintaan pembeli atas bahan baku bersertifikat yang berasal dari hutan yang dikelola secara baik dan memenuhi standar dan kriteria; Petani hutan masih mengalami kesulitan dalam hal tambahan biaya untuk kegiatan sertifikasi;

Salah satu standar sertifikasi internasional yang dapat digunakan oleh petani hutan adalah Small and Low Intensity Managed Forest standards (SLIMFs) ; sedangkan standar sertifikasi yang dikembangkan di Indonesia adalah sistem sertifikasi PHBML (Pengelolaan Hutan berbasiskan Masyarakat Lestari) yang dibangun oleh LEI. PEFC memberikan perhatian kepada kelompok/ koperasi petani hutan skala kecil dan mencoba untuk menyesuaikan biaya sertifikasi dan struktur operasionalnya; Sedangkan the Sustainable Forest Initiative (SFI) in the United States telah membangun kemitraan dengan the Tree Farm program untuk menjangkau petani hutan skala kecil dan membantu memecahkan persoalan biaya sertifikasi.

Daftar Pustaka
Butterfield, R., E. Hansen, R. Fletcher, and H. Nikinmaa. 2005. Forest Certification And Small Forest Enterprises: Key Trends And Impacts - Benefits And Barriers. Forest Trends and Rainforest Alliance. Shanley, P., A. Pierce, and S. Laird. 2005. Beyond Timber: Certification Of Non-timber Forest Products. Forest Trends, CIFOR, dan People & Plant Brown, L., D. Robinson, M. Karmann. 2002. The Forest Stewardship Council and Non-Timber Forest Product Certification: A discussion paper.

Anda mungkin juga menyukai