Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PERLINDUNGAN HUTAN INSEKTISIDA

Galih Citra Yogyanti

E14110038

Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor 2013

Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan,

perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman. Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya (tanaman) dan dengan langsung meracuni si serangga tersebut. Pemberantasan hama dengan cara menggunakan bahan kimia pembunuh serangga atau insektisida menjadi cepat populer karena hasilhnya cepat terlihat. Akan tetapi, benyak juga akibat buruknya dan berbahaya, baik bagi tanaman, ternak, maupun manusia. Bahkan beberapa insektisida telah dilarang beredar karena pengaruh samping berupa pencemaran. Ada empat faktor utama yang memungkinkan hama dan penyakit dapat berkembang dengan baik, yaitu adanya tanaman inang (tanaman hutan) yang rentan dalam jumlah cukup, adanya hama dan patogen yang ganas, kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangan hama dan penyakit tersebut, dan manusia yang ikut mendukung timbul atau tidaknya suatu hama-penyakit. Hamapenyakit menyerang tanaman hutan mulai dari biji, bibit di persemaian, tanaman muda di lapangan, tegakan siap tebang, sampai pada hasil hutan yang berada dipenyimpanan. Serangan hama-penyakit juga tidak memilih, hampir seluruh bagian tanaman diserangnya mulai 3dari akar, batang, sampai pada daun. Perlindungan terhadap hama-penyakit akan mulai dirasakan pentingnya apabila sudah terjadi serangan yang sangat hebat (outbreak/eksplosif/wabah), yang sebenarnya keberadaan hama-penyakit tersebut telah lama, tetapi karena akibatnya belum dirasakan atau masih sedikit jadi tidak dipedulikannya atau dibiarkan saja. Akibatnya lagi hama-penyakit makin merajalela sampai akhirnya menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 batasan dari pestisida adalah semacam zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk : 1. Memberantas atau mencegah hama, penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

2. Memberantas gulma. 3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. 4. Mengatur/merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman (tidak termasuk pupuk). 5. Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan peliharaaan/ternak. 6. Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga. 7. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang perlu yang dilindungi. Bentuk, Sifat dan Jenis Insektisida Insektisida banyak dibuat oleh pabrik-pabrik di dalam dan luar negeri yang memanfaatkan kemajuan para ahli kimia, ahli pertanian (khusunya ahli serangga dan hama tanaman) untuk mewujudkan insektisida ramah lingkungan dengan memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut: Daya bunuhnya. Penggunaan yang mudah. Daya tahan terhadap iklim. Berbahaya atau tidak terhadap manusia dan hewan-hewan peliharaan. Berbahaya atau tidak terhadap predator. Pengunaan dapat dipertanggungjawabkan.

Umumnya bentuk insektisida terdiri dari empat golongan sebagai berikut: 1. Dust (Serbuk) berkode D. Dapat ditaburkan pada tanaman yang terserang hama atau dilarutkan dalam air untuk selanjutnya dimanfaatkan dalam penyemprotan-penyemprotan. 2. Emulsion Concentrated (Cairan) berkode EC. Dibuat secara cairan yang dilarutkan dalam sejenis minyak. Penggunaannya harus dilarutkan dalam air agar tercapai kepekatan tertentu sesuai dengan kebutuhan/keperluan.

3. Granular (butiran) berkodeG. Digunakan dengan menaburkan diatas larikan-larikan tanah atau pada tanah sekitar tanaman, kemudian ditutup atau ditimbuni tanah. Pada waktu terjadinya hujan atau waktu dilakukan penyiraman, butiran ini akan hancur dan meresap kedalam tanah sehingga hama akan terbasmi. 4. Fumigan (gas/asap) berkode F Digunakan dalam penyemprotan/fumigasi untuk membasmi hama tanaman misalnya BHC, Methylbromida dan lain-lain. Mengenai sifat insektisida dapat dikategorikan 9 golongan berikut ini: 1. Yang melakukan kontak dan racun kontak segera bereaksi pada urat saraf serangga atau hama tanaman sehingga menimbulkan kematian 2. Yang mematikan lambung dan racun perut segera bereaksi pada alat pencernaan serangga atau hama tanaman sehingga menimbulkan kematian. 3. Yang mengganggu atau mematikan sistem pernafasan serangga atau hama tanaman. 4. Yang efek residunya tahan lama, insektisida yang disemprotkan daya bunuhnya tetap akan aktif walaupun disemprotkan hanya satu kali yang bertahan sampai satu minggu. 5. Insektisida yang sistemik, apabila dilarutkan akan diserap oleh tanaman sehingga hama tanaman yang menghisap zat cair akan segera mati. 6. Yang daya penyerapan atau pemasukannya ke dalam jaringan daun lebih aktif daripada insekta lainnya. Misalnya folidol. 7. Insektisida yang dapat mematikan bakal serangga atau ulat sejak masih dalam kandungan telur (ovisida). 8. Insektisida yang khusus dapat mematikan tungau (Acarisida). 9. Insektisida yang dapat mematikan nematoda (Nematisida). Disamping itu kita mengenal insektisida organis (berasal dari tanaman, misalnya akar

tuba mengandung rotenone, tembakau dengan nikotin, dll), sedangkan insektisida sintesis (dibuat didalam pabrik secara kimiawi, banyak mengandung logam berat seperti air raksa, timah, arsenat, seng, fosfor dll). Pembagian menurut asal bahan yang digunakan : 1. Insektisida kimia sintetik, insektisida yang banyak kita kenal seperti organofosfor, karbamat, piretroid sintetik. 2. Insektisida botani (berasal dari ekstrak tumbuhan) Ekstrak sejenis bunga krisan (Chrisanthemum sp-

Compositae/Asteraceae) (piretrin). Dalam kemajuannya insektisida ini telah dibuat secara sintetik dan disebut sintetik piretroid (permetrin, sipermetrin , sihalotrin dll) Ekstrak biji nimba (azadirahtin- Nimbo 0,6 AS) Ekstrak akar tuba (rotenon- Biocin 2 AS)

3. Insektisida dari mikroorganisme Beauveria bassiana (Bevaria P, Bassiria AS) Bacllus thuringigiensis (Bactospeine WP, Thuricide HP, Turex WP).

4. Pembagian yang umum, yang banyak digunakan adalah berdasar batasan golongan kimia dan cara kerja yang khas yaitu : a. Anorganik (tembaga arsenat, boraks, merkuri klorida) b. Organochlorine (DDT, aldrin, dieldrin, endosulfan) c. Organofosfor (organophosphorus) Organophosphate (dicrotophos, monocrotophos, naled) Organothiophosphate (phenthoate, dimethoate, omethoate, poksim, chlorpyrifos, diazinon, fenitrothion, profenofos, trichlorfon dll) Phosphoramidate (fenamiphos, mephosfolan, phosfolan) Phosphoramidothioate (acephat, isofenphos, methamidophos) Phosphorodiamide (dimefox, mazidox)

d. Karbamat (carbamate) (carbaryl, bendiocarb) Benzofuranyl methylcarbamate (carbofuran, carbosulfan, benfuracarb) Dimethylcarbamate (dimetan, dimetilan, pirimicarb) Oxime carbamate (methomyl, oxamyl, thiodicarb)

Phenyl methylcarbamate (fenobucarb, isoprocarb, propoxur)

e. Pyrethroid Pyrethroid ester (allethrin, cyfluthrin, cyhalothrin,cypermethrin,

deltamethrin, fenpropathrin, fenvalerate, fluvalinate, transfluthrin dll) Pyrethroid ether (etofenprox, flufenprox)

f. IGR (insect growth regulator) Chitin synthesis inhibitor (menghambat sintesis chitin (buprofezin, cyromazin, diflubenzuron, luvenuron) Moulting hormones agonist (menghambat pembentukan kepongpong) (halofenozide, tebufenozide, a-ecdysone). Juvenile hormone mimic(mengganggu secara hormonal serangga tetap dalam fase larva (fenoxycarb, hydroprene, methoprene). g. Dinitrophenol (dinex, dinoprop, DNOC) h. Flourine (barium hexafluorosilicate, sodium hexafluorosilicate). i. Formamidine (amitraz, chlordimeform) j. Nereistoxin analog (cartap, bensultap, thiosultap) k. Nicotinoid (imidacloprid, acetamiprid, thiametoxam) l. Pyrazol (fipronil)

m. Insektisida botani n. Insektisida antibiotik (abamectin, ivermectin, spinosad) o. Insektisida fumigant (chloropicrin, ethylene dibromide, phosphine)

Anda mungkin juga menyukai