Misi
Untuk mendapatkan berbagai
manfaat yang dihasilkan oleh
pepohonan yaitu perbaikan
penghidupan, ketahanan dan
keberlangsungan di masa depan, dari
skala petak lahan petani sampai skala
global
Transforming Lives and Landscapes with Trees
LATAR BELAKANG
• UU No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan PP No. 23 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan
dan PermenLHK No. 8 tahun 2021 tentang Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan
Hutan di Hutan Lindung dan Hutan Produksi diberikan payung kebijakan yang kuat terkait dengan
kemudahan Perizinan Berusaha, yaitu:
• mentransformasikan pemanfaatan berbagai hasil hutan yakni pemanfaatan kawasan, hasil hutan
kayu dan bukan kayu, jasa lingkungan dan pemungutan hasl hutan kayu dan bukan kayu dalam 1
(satu) Izin Berusaha melalui multiusaha kehutanan.
• Berbasis multiusaha kehutanan, maka pengelolaan kehutanan ke depan harus dikelola dengan pendekatan
lanskap ekosistem hutan, yang bertujuan untuk dapat menyeimbangkan aspek lingkungan, sosial dan
ekonomi pada satu wilayah kelola dengan mendorong kolaborasi berbagai pemangku kepentingan.
• Multiusaha kehutanan di areal Perijinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) yang dikelola berbasiskan
lanskap ekosistem hutan diyakini akan menjadi pilar penting untuk mendukung Net Sink FOLU pada tahun
2030.
• Pertanyaan: Bagaimana? .
Mengapa lanskap?
• Dalam menyeimbangkan aspek lingkungan, social dan ekonomi, skala menjadi
sangat penting:
✓ lingkungan: emergent landscape properties dalam proses ekologis dan
geofisik, a.l. kehati, DAS
✓ ekonomi: adanya ekternalitas lingkungan yang negative, a.l. kanalisasi
✓ sosial: adanya interaksi sosial dan antar drivers
• Permanence dan leakage susah terkendali apabila unit management IU/KP
dalam lanskap tidak terintegrasi
• Risk management: pengelolaan risiko dan bencana seperti kebakaran, aktivitas
illegal, banjir, dll. kurang efektif apabila koordinasi lemah
• Flux
• C storage
Uncertainties Costs
Method (How)
• C-stock differences
with plot
inventories,
allometric modelling
• Upscaling from tree
to plot to time-
averaged C-stock of
Image Credit: http://farm4.static.flickr.com/3217/3081218761_d6d4aa2f72_o.gif
each land use
6CO2 + 6H2O + sunlight → C6H12O6 + 6O2 system to landscape
C6H12O6 + 6O2 → 6H2O + 6CO2 + energy
C-stock of the landscape is • Spatial dependence
∑
and association do not
directly matter
• Temporal changes wrt
natural processes are
relatively slow
Transforming Lives and Landscapes with Trees
Interseption
Surface flow
Soil quick
flow
Percolation
Soil water
Infiltrati
on
Baseflow
Transforming Lives and Landscapes with Trees
MANFAAT AGROFORESTRI
PADA SKALA PLOT DAN BENTANG LAHAN
• Meningkatkan produktivitas, kelestarian, resilience dan mempunyai adoptabilitas yang tinggi sehingga inklusivitas bisa
ditingkatkan melalui kemitraan yang berpotensi menurunkan konflik
• Pada skala plot, produktivitas per unit lahan dalam bentuk Land Equivalent Ratio lebih tinggi dibandingkan praktik
monokultur, apabila agroforestri dirancang dengan baik
• Campuran species yang dikelola dalam sistem agroforestri bisa sangat beragam dan mengakomodir kearifan lokal dan
kebutuhan serta kemampuan petani
• Fleksibilitas dan distribusi tenaga kerja sepanjang tahun, serta keadilan gender: partisipasi dan diferensiasi di sepanjang
rantai pengelolaan dan pemasaran
• Pada tingkat bentanglahan, agroforestri memberikan solusi multifungsi antara produksi, lindung dan konservasi
• Peningkatan tutupan pohon menurunkan emisi GRK dan menyumbang mitigasi perubahan iklim
• Agroforest menyangga DAS dari fluktuasi curah hujan sebagai bagian penting dari adaptasi perubahan iklim bisa
dipadukan
• Praktik agroforestri bisa menjaga kesuburan tanah dan kelembaban mikro
• Agroforest juga memelihara (agro)biodiversity pada skala plot maupun meningkatkan konektivitas habitat
Transforming Lives and Landscapes with Trees
0.8 ha 0.6 ha
Produktivitas agroforestri:
Crop: 4 ton/ha
Produktivitas (ton/ha) Equivalent
Buah: 9 ton/ha Komponen
Agroforestri Monokultur area (ha)
Crop 4 5 0.8
1 ha Buah 9 15 0.6
Land equivalent ratio 1.4
Contoh Analisa
kelayakan agroforestry
Agroforestri Kelapa Sawit
Metode untuk Mencari Opsi Agronomis
• Plot eksperimen
• Model simulasi, salah satunya
menggunakan model WaNuLCAS (Water,
Nutrient and Light Capture in Agroforestry
Systems)
• Simulasi scenario dan analisa life cycle
2008
Agroforestri
Kelapa Sawit
di Tome Acu
Brazil
Plot
percontohan
untuk menguji
keberlanjutan
produksi kelapa
sawit dalam
sistem
agroforestri
Monokultur vs Agroforestri
Kebun kelapa sawit + coklat menyumbang lebih banyak air pada cadangan air tanah dan menghasilkan
benefit cost ratio (BCR) yang lebih tinggi. Land Equivalent Ratio mencapai 1.44, menunjukkan potensi ‘land
sparing’ yang cukup tinggi dibandingkan kebun monokultur untuk masing-masing komoditi secara terpisah.
Emisi GRK dan emission saving
80
Monoculture
+ Cocoa
+ Pepper
Emission saving, %
60 60%
40
C debt, Mg C Ha-1
Merancang Agroforestri Kelapa Sawit
• Komoditi utama suatu system AF disarankan minimal 30% untuk tetap profitable.
Diperlukan analisa tradeoff fisiologi tanaman sawit dan profitability untuk
menemukan minimum % sawit dalam agroforestry kelapa sawit
• Jenis-jenis tanaman yang berpotensi bisa dipadupadankan dengan tanaman sawit
adalah:
Pepohonan -- meranti, jati, coklat atau jenis pohon buah-buahan yang memiliki perakaran
dalam
Lada atau merica
Jenis tumbuhan hutan yang memiliki nilai ekonomi baik atau dimanfaatkan secara terus-
menerus oleh masyarakat setempat.
• Jarak tanam antara sawit dengan tanaman lainnya sebaiknya tidak hanya
memperhatikan horizontal spacing tapi juga vertical spacing
• Stabilitas supply untuk memenuhi kapasitas pengolahan pabrik kelapa sawit
dapat dipenuhi melaui peningkatan kapasitas petani swadaya sehingga produksi
(quality dan quantity) memenuhi standard pengolahan pabrik.
Transforming Lives and Landscapes with Trees
KENDALA AGROFORESTRI
Aspek Kendala
Biofisik • Pemilihan jenis dan design harus terinformasikan sehingga kompetisi antar species untuk mendapatkan sinar matahari, air dan
nutrisi tanah serta alelopati bisa dihindari
• Varietas yang cocok dengan kondisi lokal
• Akses benih unggul
• Kesesuaian lahan untuk agrosilvicultural, silvopastoral, agrosilvopastoral belum banyak dibahas
Ekonomi • Memerlukan modal awal sehingga petani perlu bantuan, mungkin dalam bentuk akses ke kredit
• Meskipun dengan adanya campuran tanaman semusim, panen bisa dilakukan dengan cepat tetap akan ada gap pendapatan
pada awalnya, kalau dibandingkan system monokultur tanaman semusim
• Kepemilikan lahan yang cukup untuk mengusahakan agroforestry sebagai SUT yang viable
• Akses pasar dan rantai nilai yang kurang memadai
Sosial dan SDM • Petani memerlukan pengetahuan dan teknologi yang baik untuk menerapkan agroforestry modern dan produktif
• Perlu penyuluhan dan pendampingan
• Perlu plot demonstrasi
Kelembagaan dan • Aksi kolektif untuk akses ke pasar tidak mudah dijalin
kebijakan • Akses lahan acapkali rendah
• Kebijakan cross-sectoral belum ada: dikotomi lahan pertanian dan kehutanan menyebabkan program dan dukungan
agroforestry tidak ada dan fungsi ekologis tidak diindahkan
Pengetahuan dan • Karena sifatnya tahunan, pengetahuan, terutama pengetahuan lokal yang dikumpulkan secara sistematis belum banyak
teknologi berkembang dan belum didokumentasikan dengan baik
Model bisnis dalam
kemitraan agroforestry
Transforming Lives and Landscapes with Trees
SCALING UP MBBA
Kesimpulan
• Dalam mencapai net sink FOLU pada tahun 2030 sebagai target NDC,
sektor Kehutanan bisa berkontribusi besar melalui dua hal:
• Koordinasi dan integrasi pada tingkat ekosistem hutan melalui tatakelola
multilevel serta penguatan KPH mulai dari perencanaan, operasional dan
Monitoring & Evaluation dari IKU yang disusun secara SMART dalam hal
karbon dan jasa lingkungan secara menyeluruh serta mekanisme insentifnya;
• Implementasi kemitraan model bisnis berbasis agroforestry terpadu dari hulu
ke hilir untuk komoditas dengan nilai ekonomi tinggi dan penghasil jasa
lingkungan melalui agroforestri antar IU, petani, off-takers, pemerintah,
BUMD(es), koperasi, lembaga keuangan