Anda di halaman 1dari 42

Pengintegrasian Pemanfaatan Hutan dan

Konservasi Melalui Pendekatan Lanskap


Ekosistem Hutan

Sonya Dewi dan


Ni’matul Khasanah

"PENGELOLAAN LANSKAP EKOSISTEM HUTAN UNTUK MENDUKUNG


TARGET NET SINK FOLU 2030"
ICRAF di INDONESIA
Transforming Lives and Landscapes with Trees

SEKILAS TENTANG ICRAF


● ICRAF mengadopsi nama World Agroforestry sebagai brand
name, akan tetapi International Centre for Research in
Agroforestry tetap menjadi nama legal. World Agroforestry
adalah pusat global penelitian dan pembangunan agroforestri
● Kantor pusat kami ada di Nairobi, Kenya, dengan 5 kantor
wilayah di Cameroon, India, Indonesia, Kenya and Peru
● Sebagai sebuah unit, program ICRAF di Indonesia merupakan
program terbesar di seluruh ICRAF global. Kegiatan penelitian
yang tersebar di area lokal di Indonesia maupun di tingkat
nasional dikoordinasikan melalui kantor kami di Bogor dan
beberapa kantor di daerah
● Sejak akhir 2019, ICRAF ber-merger dengan CIFOR secara
fungsional, tetapi masih merupakan 2 legal entities terpisah

Transforming Lives and Landscapes with Trees


Transforming Lives and Landscapes with Trees

VISI DAN MISI


Visi
Pemerataan di dunia dimana semua
orang mempunyai penghidupan yang
layak dengan dukungan dari lanskap
yang sehat dan produktif

Misi
Untuk mendapatkan berbagai
manfaat yang dihasilkan oleh
pepohonan yaitu perbaikan
penghidupan, ketahanan dan
keberlangsungan di masa depan, dari
skala petak lahan petani sampai skala
global
Transforming Lives and Landscapes with Trees

AGROFORESTRI: DEFINISI DAN TREND


• Agroforestri adalah interaksi antara pertanian semusim dan pepohonan pada berbagai skala:
• pada petak lahan petani dimana pepohohan dan tanaman semusim ditanam bersamaan untuk
menghasilkan pakan ternak, bahan bakar, pangan, bahan bangunan maupun pendapatan. Integrasi
dengan ternak dan budidaya ikan juga sering dilakukan (agro-silvo-fishery-pastoral)
• pada bentanglahan/lansekap dimana penggunaan lahan pertanian dan kehutanan secara
bersama-sama menghasilkan jasa lingkungan, yang kesemuanya berinteraksi melalui proses
ekologis dan melalui kebijakan terkait penggunaan lahan, perdagangan komoditi, perubahan iklim
dan permasalahan lingkungan lainnya
• Sistem agroforestri memperbaiki penghidupan dan memelihara fungsi ekologis, yang kemudian menghasilkan
jasa ekosistem pada skala lokal, regional dan global. Melalui serapan dan penumpukan karbon, agroforest
menyumbang secara positif regulasi iklim dan memitigasi perubahan iklim; agroforest menyangga DAS dari
fluktuasi curah hujan dan meningkatkan ketahanan; agroforest juga memelihara keanekaragaman hayati serta
berbagai jasa yang lain, diantaranya menjaga dan memperbaiki kesuburan tanah. Praktik agroforestri sangat
mendukung kesetaraan gender karena komoditi yang beragam yang bisa dikelola oleh wanita maupun pria
• Melalui pemetaan citra satelit, kami tengarai luasan agroforestri di Indonesia menurun dari sekitar 20 juta hektar
pada tahun 2000 menjadi 16.6 juta pada tahun 2005 dan 12 juta pada tahun 2010 dikarenakan alihguna lahan
menjadi pertanian/perkebunan intensif atau pemukiman
Transforming Lives and Landscapes with Trees
Net Sink FOLU 2030
&
Ekosistem Hutan
LATAR BELAKANG
• Presiden Joko Widodo telah menandatangani Indonesia Long-Term Strategy For Low Carbon and Climate Resilience 2050
(Indonesia LTS –LCCR 2050) (April, 2021). Indonesia telah menyampaikan Updated Nationally Determined Contribution
(NDC) ke Sekretariat UNFCCC (Juli, 2021). Target akselerasi penurunan emisi GRK: Net Sink dari sektor FOLU (Forestry
and Other Land Uses) pada tahun 2030. Menuju 2050, Indonesia optimis dapat tercapai Net Zero Emission
Transforming Lives and Landscapes with Trees

LATAR BELAKANG
• UU No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan PP No. 23 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan
dan PermenLHK No. 8 tahun 2021 tentang Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan
Hutan di Hutan Lindung dan Hutan Produksi diberikan payung kebijakan yang kuat terkait dengan
kemudahan Perizinan Berusaha, yaitu:
• mentransformasikan pemanfaatan berbagai hasil hutan yakni pemanfaatan kawasan, hasil hutan
kayu dan bukan kayu, jasa lingkungan dan pemungutan hasl hutan kayu dan bukan kayu dalam 1
(satu) Izin Berusaha melalui multiusaha kehutanan.
• Berbasis multiusaha kehutanan, maka pengelolaan kehutanan ke depan harus dikelola dengan pendekatan
lanskap ekosistem hutan, yang bertujuan untuk dapat menyeimbangkan aspek lingkungan, sosial dan
ekonomi pada satu wilayah kelola dengan mendorong kolaborasi berbagai pemangku kepentingan.
• Multiusaha kehutanan di areal Perijinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) yang dikelola berbasiskan
lanskap ekosistem hutan diyakini akan menjadi pilar penting untuk mendukung Net Sink FOLU pada tahun
2030.
• Pertanyaan: Bagaimana? .

Transforming Lives and Landscapes with Trees


Pendekatan Lanskap
Transforming Lives and Landscapes with Trees

Mengapa lanskap?
• Dalam menyeimbangkan aspek lingkungan, social dan ekonomi, skala menjadi
sangat penting:
✓ lingkungan: emergent landscape properties dalam proses ekologis dan
geofisik, a.l. kehati, DAS
✓ ekonomi: adanya ekternalitas lingkungan yang negative, a.l. kanalisasi
✓ sosial: adanya interaksi sosial dan antar drivers
• Permanence dan leakage susah terkendali apabila unit management IU/KP
dalam lanskap tidak terintegrasi
• Risk management: pengelolaan risiko dan bencana seperti kebakaran, aktivitas
illegal, banjir, dll. kurang efektif apabila koordinasi lemah

Transforming Lives and Landscapes with Trees


Transforming Lives and Landscapes with Trees

Jasa Lingkungan dan Kehati dari pepohonan

• Regulasi iklim melalui siklus karbon


• Proses hidrologis melalui water balance
• Pemeliharaan kehati melaui proses ekologis

Transforming Lives and Landscapes with Trees


Carbon cycling (Process in trees) Indicators (What)

• Flux
• C storage
Uncertainties Costs

Method (How)
• C-stock differences
with plot
inventories,
allometric modelling
• Upscaling from tree
to plot to time-
averaged C-stock of
Image Credit: http://farm4.static.flickr.com/3217/3081218761_d6d4aa2f72_o.gif
each land use
6CO2 + 6H2O + sunlight → C6H12O6 + 6O2 system to landscape
C6H12O6 + 6O2 → 6H2O + 6CO2 + energy
C-stock of the landscape is • Spatial dependence


and association do not
directly matter
• Temporal changes wrt
natural processes are
relatively slow
Transforming Lives and Landscapes with Trees

Jasa Lingkungan dan Kehati dari pepohonan

• Regulasi iklim melalui siklus karbon


• Proses hidrologis melalui water balance
• Pemeliharaan kehati melaui proses ekologis

Transforming Lives and Landscapes with Trees


• Spatial dependence (where trees
G are in the watershed) matter; spatial
E associations (interactions among
N trees) do not matter directly
R • Temporal dynamics wrt natural
I processes are quick
V
E
R
Evapotranspiratio
n

Interseption

Surface flow

Soil quick
flow
Percolation
Soil water
Infiltrati
on

Baseflow
Transforming Lives and Landscapes with Trees

Jasa Lingkungan dan Kehati dari pepohonan

• Regulasi iklim melalui siklus karbon


• Proses hidrologis melalui water balance
• Pemeliharaan kehati melaui proses ekologis:
Proses ekologis, spatial dependence dan spatial associations sangat
menentukan (what trees are where and neighboring to what trees are
where and …); kualitas habitat, fragmentasi, konektivitas menentukan
pemeliharaan kehati

Transforming Lives and Landscapes with Trees


Integrasi
pada tingkat eksosistem hutan
Transforming Lives and Landscapes with Trees

Pengintegrasian Pemanfaatan Hutan dan Konservasi


Ekosistem Hutan
1. Perencanaan:
a) Integrasi spasial: zonasi dan perencanaan spasial – alokasi, blocking lindung dan budidaya multiusaha,
kemitraan - yang diintegrasikan antar skala manajemen dari tingkat IU, KPH, kabupaten dan provinsi
yaitu dari RKU-RKT, RPHJP-RKU-RKT, RTRW
b) Integrasi non-spasial: RKU-RKT, visi dan misi KPH, renstra, RPJP, RPJMD diintegrasikan sebagai
pembangunan hijau, pembangunan rendah karbon
2. Tata kelola multi-level, kemitraan dalam operasional dan pendanaan, pengendalian bencana:
pembagian peran dan tanggung jawab pada tingkat yurisdiksi dan lanskap;
3. Net sink yang memayungi bukan hanya karbon, tetapi jasa lingkungan dan kehati secara
menyeluruh;
4. Atribusi dan bundle of rights yang adil dan efektif dalam kerangka insentif jasa lingkungan;
5. M&E di bawah koordinasi KPH, terintegrasi ke yurisdiksi: (1) Principle, Criteria and Indicators
(PCI) yang tepat skala dan sasaran, terutama dalam ketiga aspek lingkungan, sosial dan ekonomi;
(2) peran dan tanggung jawab; (3) sistem informasi yang terhubung dengan sistem nasional
Green Growth expected Macro indicators
outcomes
Sustained economic growth 1. Growth of Gross Regional Domestic Product
2. Employment
3. Income
Inclusive and equitable growth 1. Ratio of income and firm profitability
2. Ratio of land managed by smallholders and concessions
Social, economic and 1. Rate of agroforestry expansion
2. Linkages between land-based and other sectors
environmental resilience 3. Profitability of smallholder-managed land use system
Healthy and productive ecosystems 1. Deforestation rate
2. Tree cover gain
providing services 3. Sedimentation
4. Surface runoff
5. Habitat fragmentation/DIFA
6. Fire risk areas
Greenhouse gas emission reduction 1. Gross emission rate from mineral soil
2. Gross emission from peat areas
3. Sequestration rate
Integrasi
pada tingkat unit manajemen
dan plot
Transforming Lives and Landscapes with Trees

Agroforestri sebagai praktik pengintegrasian pemanfaatan


Hutan dan Konservasi pada tingkat unit manajemen
• Multi usaha kehutanan: pemanfaatan berbagai hasil hutan yakni pemanfaatan
kawasan, hasil hutan kayu dan bukan kayu, jasa lingkungan dan pemungutan hasil
hutan kayu dan bukan kayu dalam 1 (satu) Izin Berusaha
• Dalam sistem agroforestry, petani skala kecil bisa mengelola berbagai species yang
menghasilkan bioenergy, meningkatkan diversitas pangan, komoditas bernilai
ekonomi tinggi baik kayu maupun bukan kayu, memenuhi berbagai kebutuhan
subsistence bagi petani skala kecil
• Praktik agroforestry menghasilkan berbagai jasa lingkungan, baik pada tingkat plot
maupun lanskap

Transforming Lives and Landscapes with Trees


Transforming Lives and Landscapes with Trees

MANFAAT AGROFORESTRI
PADA SKALA PLOT DAN BENTANG LAHAN
• Meningkatkan produktivitas, kelestarian, resilience dan mempunyai adoptabilitas yang tinggi sehingga inklusivitas bisa
ditingkatkan melalui kemitraan yang berpotensi menurunkan konflik
• Pada skala plot, produktivitas per unit lahan dalam bentuk Land Equivalent Ratio lebih tinggi dibandingkan praktik
monokultur, apabila agroforestri dirancang dengan baik
• Campuran species yang dikelola dalam sistem agroforestri bisa sangat beragam dan mengakomodir kearifan lokal dan
kebutuhan serta kemampuan petani
• Fleksibilitas dan distribusi tenaga kerja sepanjang tahun, serta keadilan gender: partisipasi dan diferensiasi di sepanjang
rantai pengelolaan dan pemasaran
• Pada tingkat bentanglahan, agroforestri memberikan solusi multifungsi antara produksi, lindung dan konservasi
• Peningkatan tutupan pohon menurunkan emisi GRK dan menyumbang mitigasi perubahan iklim
• Agroforest menyangga DAS dari fluktuasi curah hujan sebagai bagian penting dari adaptasi perubahan iklim bisa
dipadukan
• Praktik agroforestri bisa menjaga kesuburan tanah dan kelembaban mikro
• Agroforest juga memelihara (agro)biodiversity pada skala plot maupun meningkatkan konektivitas habitat
Transforming Lives and Landscapes with Trees

Land Equivalent Ratio (LER)


• Rasio area sistem monokultur dengan area sistem
agroforestri yang diperlukan untuk memberikan
produksi yang sama pada tingkat pengelolaan yang
sama. Merupakan jumlah dari rasio masing-masing
komoditi dalam sistem agroforestri.
• Luas lahan relatif yang dibutuhkan dalam sistem
penanaman monokultur untuk menghasilkan hasil
yang sama seperti dalam sistem agroforestri.
• Mengapa LER penting? Apa implikasinya? Green
Growth, i.e., dengan luas yang sama, bisa membawa
manfaat ekonomi lebih besar, lebih resilient terhadap
fluktuasi harga-cuaca-hama/penyakit, lebih baik
dalam pembagian tenaga kerja dalam setahun, lebih
leluasa berbagi peran antar perempuan dan laki-laki
dalam mengelola lahan.

Transforming Lives and Landscapes with Trees


Transforming Lives and Landscapes with Trees

Land Equivalent Ratio (LER)


Produktivitas monokultur:
Crop: 5 ton/ha
Buah: 15 ton/ha

0.8 ha 0.6 ha

Produktivitas agroforestri:
Crop: 4 ton/ha
Produktivitas (ton/ha) Equivalent
Buah: 9 ton/ha Komponen
Agroforestri Monokultur area (ha)
Crop 4 5 0.8
1 ha Buah 9 15 0.6
Land equivalent ratio 1.4
Contoh Analisa
kelayakan agroforestry
Agroforestri Kelapa Sawit
Metode untuk Mencari Opsi Agronomis
• Plot eksperimen
• Model simulasi, salah satunya
menggunakan model WaNuLCAS (Water,
Nutrient and Light Capture in Agroforestry
Systems)
• Simulasi scenario dan analisa life cycle
2008
Agroforestri
Kelapa Sawit
di Tome Acu
Brazil
Plot
percontohan
untuk menguji
keberlanjutan
produksi kelapa
sawit dalam
sistem
agroforestri
Monokultur vs Agroforestri

Sawit monokultur Sawit agroforestry, 5 tahun


Tomé Açu, Pará, Brazil. Dendê Project
Photo: Debora Castellani
Tiga Konsep Utama
▪ Persiapan lahan tanpa bakar (tebang dan mulsa
o Manual
o Mekanik
▪ Jenis tanaman intercrop:
o Keragaman tinggi (direct economic value): Cacao,
Banana, Gliricidia sepium, Acai (Eutherpe deracea),
Calophyllum brasiliense, Tabebuia serratifolia,
Oenocarpus bacaba
o Keragaman rendah (soil fertility enhancing): Inga
edulis, Gliricidia sepium, legume cover crops (Mucuna,
Calopogonium, Pueraria, Crotalaria)
▪ Pupuk organik
Temuan Penelitian di Brazil
• Plot percontohan dengan petani cukup sukses: hasil sawit setara
dengan monokultur (per ha), meskipun dengan jumlah pohon lebih
sedikit; hasil coklat juga tinggi
• Agroforestri kelapa sawit cocok untuk dibudidayakan oleh petani
• Diperlukan sistem yang mudah diadopsi untuk menyesuaikan dengan
konteks yang spesifik dimiliki oleh kluster petani/co-design
• Potensi untuk upscaling di area ini cukup tinggi
• Diperlukan program dan kebijakan untuk menangani beberapa
kendala yang berupa bantuan teknis, ketersediaan bibit, fasilitas
pemrosesan dan akses pasar
Analisa dengan Model Simulasi
▪ Apakah agroforestri • Kelapa sawit
Tanaman campuran memiliki
kelapa sawit monokultur distribusi akar dan respons
memberikan Analisa
• Kelapa sawit + cacao terhadap kekeringan yang
beberapa
manfaat secara sistem
berbeda
ekonomi dan agroforestri • Kelapa sawit + Lada
lingkungan? menggunakan
model simulasi: 25 year cycle || Double row arrangement
Water, Nutrient
▪ Apakah ada dasar and Light Indikator produktivitas Indikator Lingkungan
untuk Capture in
Agroforestry dan ekonomi • Carbon stock
mengharapkan System • Land Equivalent Ratio • Ground water recharge
agroforestri kelapa (WaNuLCAS)
sawit dapat • NPV atau return to land
diadopsi? • Returns to Labour
• BCR
Produktivitas, Indikator
Lingkungan dan Ekonomi
Produktivitas dan indicator lingkungan Indikator ekonomi
Relatif terhadap
Relatif terhadap hutan alami
Sistem monokultur NPV RtL
BCR
Groundwater (USD ha-1) (USD Person day-1)
LER1) C stock
recharge
Kelapa sawit monokultur 1.00 0.20 1.02 11062 30.9 2.5
Kelapa sawit + Coklat 1.44 0.15 1.13 14656 30.4 3.1
Kelapa sawit + Lada 0.99 0.13 0.87 21603 12.9 2.1

Kebun kelapa sawit + coklat menyumbang lebih banyak air pada cadangan air tanah dan menghasilkan
benefit cost ratio (BCR) yang lebih tinggi. Land Equivalent Ratio mencapai 1.44, menunjukkan potensi ‘land
sparing’ yang cukup tinggi dibandingkan kebun monokultur untuk masing-masing komoditi secara terpisah.
Emisi GRK dan emission saving
80
Monoculture
+ Cocoa
+ Pepper
Emission saving, %

60 60%

40

20 Agroforestri sawit+coklat bisa mencapai


target 60% emission saving dengan initial
C debt10 Mg ha-1.
0
0 10 20 30 40

C debt, Mg C Ha-1
Merancang Agroforestri Kelapa Sawit
• Komoditi utama suatu system AF disarankan minimal 30% untuk tetap profitable.
Diperlukan analisa tradeoff fisiologi tanaman sawit dan profitability untuk
menemukan minimum % sawit dalam agroforestry kelapa sawit
• Jenis-jenis tanaman yang berpotensi bisa dipadupadankan dengan tanaman sawit
adalah:
Pepohonan -- meranti, jati, coklat atau jenis pohon buah-buahan yang memiliki perakaran
dalam
Lada atau merica
Jenis tumbuhan hutan yang memiliki nilai ekonomi baik atau dimanfaatkan secara terus-
menerus oleh masyarakat setempat.
• Jarak tanam antara sawit dengan tanaman lainnya sebaiknya tidak hanya
memperhatikan horizontal spacing tapi juga vertical spacing
• Stabilitas supply untuk memenuhi kapasitas pengolahan pabrik kelapa sawit
dapat dipenuhi melaui peningkatan kapasitas petani swadaya sehingga produksi
(quality dan quantity) memenuhi standard pengolahan pabrik.
Transforming Lives and Landscapes with Trees

KENDALA AGROFORESTRI
Aspek Kendala
Biofisik • Pemilihan jenis dan design harus terinformasikan sehingga kompetisi antar species untuk mendapatkan sinar matahari, air dan
nutrisi tanah serta alelopati bisa dihindari
• Varietas yang cocok dengan kondisi lokal
• Akses benih unggul
• Kesesuaian lahan untuk agrosilvicultural, silvopastoral, agrosilvopastoral belum banyak dibahas
Ekonomi • Memerlukan modal awal sehingga petani perlu bantuan, mungkin dalam bentuk akses ke kredit
• Meskipun dengan adanya campuran tanaman semusim, panen bisa dilakukan dengan cepat tetap akan ada gap pendapatan
pada awalnya, kalau dibandingkan system monokultur tanaman semusim
• Kepemilikan lahan yang cukup untuk mengusahakan agroforestry sebagai SUT yang viable
• Akses pasar dan rantai nilai yang kurang memadai
Sosial dan SDM • Petani memerlukan pengetahuan dan teknologi yang baik untuk menerapkan agroforestry modern dan produktif
• Perlu penyuluhan dan pendampingan
• Perlu plot demonstrasi
Kelembagaan dan • Aksi kolektif untuk akses ke pasar tidak mudah dijalin
kebijakan • Akses lahan acapkali rendah
• Kebijakan cross-sectoral belum ada: dikotomi lahan pertanian dan kehutanan menyebabkan program dan dukungan
agroforestry tidak ada dan fungsi ekologis tidak diindahkan
Pengetahuan dan • Karena sifatnya tahunan, pengetahuan, terutama pengetahuan lokal yang dikumpulkan secara sistematis belum banyak
teknologi berkembang dan belum didokumentasikan dengan baik
Model bisnis dalam
kemitraan agroforestry
Transforming Lives and Landscapes with Trees

MENGAPA PERLU MODEL BISNIS SOSIAL


BERBASIS AGROFORESTRI [kemitraan HTI]
• Kebakaran hutan dan lahan termasuk pada area di sekitar dan di dalam awasan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu –
Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI). Kebakaran dan degradasi hutan dan lahan menimbulkan kerugian langsung bagi
perusahaan karena kematian tanaman yang diusahakan dan kerugian tidak langsung akibat terhambatnya proses produksi.
Selain itu dampak ekonomi maupun sosial yang lebih luas sangat besar
• Dalam rangka mencapai pengelolaan hutan secara berkelanjutan dan terjaganya ekosistem sehat yang menghasilkan jasa
lingkungan yang baik, dengan mengurangi kejadian kebakaran hutan, beberapa program untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat desa sekaligus menjaga lingkungan telah diluncurkan.
• Penerapan agroforestri bisa menjadi bagian solusi peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pemeliharaan ekosistem
pada area di dalam dan sekitar kawasan hutan produksi, karena beberapa karakteristiknya dalam mendukung produktivitas,
keberlangsungan dan ketahanan, serta adoptabilitas-nya dalam berbagai konteks
• Analisis yang dilakukan oleh World Agroforestry pada 2017 pada beberapa desa menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan
dalam program terhenti karena proses perguliran tidak terjadi, karena berbagai kendala mulai dari perencanaan dan
implementasi. Pemilihan jenis kegiatan yang kurang tepat dengan kapasitas sumber daya manusia di desa dan pemasaran
produk hasil budidaya yang tidak direncanakan dengan matang adalah sebagian dari faktor penyebab ketidak-berhasilan
proses perguliran kegiatan.
• Pendekatan secara menyeluruh dari proses produksi, pemasaran dan industri hilir jika ada, dengan mempertimbangkan
faktor-faktor pendukung termasuk sistem kelembagaan dan pendanaan perlu dirancang secara matang
Transforming Lives and Landscapes with Trees

MODEL BISNIS SOSIAL


BERBASIS AGROFORESTRI (MBBA)
• MBBA adalah rangkaian kegiatan produksi hasil pertanian dan kehutanan untuk komoditas tertentu hingga
mencapai rantai nilai pemasaran. Model bisnis yang diharapkan mampu mengawal suatu komoditas mulai
proses produksi sampai menjadi keuntungan. Penerapan MBBA diharapkan memberikan manfaat ekonomi,
sosial dan ekologi secara nyata dan berkelanjutan.
• Membangun model bisnis yang didahului dengan melakukan kajian-kajian berbasis bukti dan data di
lapangan, dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat dan dilakukan secara terpadu dengan
melihat berbagai aspek diharapkan dapat diterapkan dan memberikan manfaat secara berkelanjutan.
• Wadah kemitraan terpadu perlu dibentuk dalam melaksanakan pendekatan sistem ini. Kemitraan ini perlu
merumuskan Model Bisnis Sosial Berbasis Agroforestri (MBBA) yang akan menjadi landasan dan pedoman kerja
kemitraan terpadu. Kelompok parapihak: pengelola konsesi hutan produksi, petani, penyuluh, MSME,
pengelola koperasi, BUMDes, lembaga pengembangan masyarakat, lembaga penelitian, mitra pembangunan,
pemerintah, penyandang dana, lembaga keuangan yang menyasar pedesaan, investor, swasta, kalangan
akademis, LSM.
• Kerangka kerja penyusunan MBBA membahas tentang tahapan produksi sampai ke rantai nilai komoditas
agroforestri beserta faktor pendukung, faktor pemungkin, pendanaan dan kelembagaan, disertai langkah-
langkah yang perlu diambil untuk menuju implementasi MBBA, khususnya hal-hal mengenai kelembagaan,
pendanaan serta pemantauan dan evaluasi
Transforming Lives and Landscapes with Trees

SCALING UP MBBA

ICRAF telah mengembangkan (pada


tahun 2020):
• Panduan Penyusunan Model Bisnis
Sosial Berbasis Agroforestri terpadu
di kawasan hutan;
• Pedoman Pemantauan dan Evlaluasi
Pelaksanaan dan Capaian Model
Bisnis Sosial Berbasis Agroforestri;
• Studi kasus pengembangan model
bisnis terpadu di dua desa di
Sumatera Selatan

Transforming Lives and Landscapes with Trees


Transforming Lives and Landscapes with Trees

Kesimpulan
• Dalam mencapai net sink FOLU pada tahun 2030 sebagai target NDC,
sektor Kehutanan bisa berkontribusi besar melalui dua hal:
• Koordinasi dan integrasi pada tingkat ekosistem hutan melalui tatakelola
multilevel serta penguatan KPH mulai dari perencanaan, operasional dan
Monitoring & Evaluation dari IKU yang disusun secara SMART dalam hal
karbon dan jasa lingkungan secara menyeluruh serta mekanisme insentifnya;
• Implementasi kemitraan model bisnis berbasis agroforestry terpadu dari hulu
ke hilir untuk komoditas dengan nilai ekonomi tinggi dan penghasil jasa
lingkungan melalui agroforestri antar IU, petani, off-takers, pemerintah,
BUMD(es), koperasi, lembaga keuangan

Transforming Lives and Landscapes with Trees


TERIMA KASIH

www. worldagroforestry.org | blog. worldagroforestry.org

Anda mungkin juga menyukai