Anda di halaman 1dari 45

KEBIJAKAN PENGAWASAN

LINGKUNGAN HIDUP

Vinda Damayanti, S.Si., M.Sc. Pasca Berlakunya


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang
Cipta Kerja

Disampaikan pada:
Rapat Koordinasi Penegakan Hukum dan Pengawasan
Lingkungan Hidup Tingkat Provinsi Jawa Tengah

FIRDAUS ALIM DAMOPOLII, ST., MM.


Kasubdit Penerapan Sanksi Administrasi LHK,
Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
15 Juni 2023 2023
INSTRUMEN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN
Pemerintah Pusat dan Daerah dapat menggunakan berbagai Instrumen Lingkungan Hidup untuk
mengendalikan kegiatan Pembangun Nasional dan Daerah dalam rangka mewujudkan amanat
Konstitusi UUD 1945 Pasal 14, UU 32/2009

UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1): “Setiap orang berhak ... KLHS Instrumen
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan ekonomi LH
Tata ruang
sehat ...” à Udara, Air, Lahan, Pesisir dan Laut
bersih dan sehat Baku Mutu PUU
Lingkungan berbasis LH
Kriteria Baku
Kualitas LH Usaha dan/atau Kerusakan LH
Anggaran
Sosial berbasis LH
Kegiatan AMDAL
Ekonomi Analisis Risiko
UKL-UPL LH

SPPL Audit LH
Instrumen lain sesuai kebutuhan

Pasal 33 ayat 4 UUD 1945: Kegiatan perekonomian [seperti Infrastruktur pelabuhan,


bandara, kereta api, angkutan darat, gedung] diselenggarakan berdasar prinsip...... ,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, ....”
Dasar Hukum Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan

UU No.37/2014
UU No. 5/1990
Konservasi Tanah & Air
Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati & Ekosistemnya
UU No. 4/2009
Mineral & Batubara
UU No. 18/2013
Pencegahan & Pemberantasan
Perusakan Hutan

UU No. 39/2014
Perkebunan
UU No. 41/1999
Kehutanan

UU No. 18/2008 UU No. 26/2007


Pengelolaan Sampah Penataan Ruang

UU No. 32/2009 UU No. 27/2007 jo. UU No.


Perlindungan & Pengelolaan 1/2014 Pengelolaan Wilayah
Lingkungan Hidup Pesisir & Pulau-pulau Kecil

UU No. 8/2010 Pencegahan & UU No. 6/2023


Pemberantasan TPPU Undang Undang Cipta Kerja
INSTRUMEN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DALAM UU CIPTA KERJA

1. Teguran Tertulis
PENGENAAN 2. Paksaan Pemerintah
ULTIMUM
SANKSI 3. Denda Administratif
REMEDIUM ADMINISTRATIF 4. Pencabutan Perizinan
5. Pembekuan Perizinan

PENYELESAIAN
1. Ganti Kerugian Publik
SENGKETA DI LUAR 2. Pemulihan Lingkungan
• Mempercepat PENGADILAN
Proses
Penegakan
Hukum PENYELESAIAN
1. Ganti Kerugian Negara
SENGKETA MELALUI
2. Pemulihan Lingkungan
PENGADILAN
1. Pidana Penjara
2. Denda Pindana
PREMUM PENEGAKAN HUKUM
3. Pidana Tambahan
REMEDIUM PIDANA • Pemulihan Lingkungan
• Perampasan Keuntungan
Penegakan Hukum LH Pasca UUCK

USAHA/KEGIATAN SENGAJA/LALAI
USAHA/KEGIATAN MELEBIHI BAKU MUTU USAHA/KEGIATAN
MEMILIKI
TANPA PERIZINAN AIR, AIR LAUT, UDARA TANPA PERIZINAN
PERIZINAN
BERUSAHA/PERSE AMBIEN, ATAU BERUSAHA/PERSE
BERUSAHA/PERSE
TUJUAN KERUSAKAN TUJUAN
TUJUAN LINGKUNGAN
PEMERINTAH PEMERINTAH
PEMERINTAH (PASAL 98 & 99)
(PASAL 82A) (PASAL 109)
(PASAL 82B)

PELANGGARAN TIDAK PELANGGARAN


MENIMBULKAN DAMPAK K2L MENIMBULKAN DAMPAK K2L

SANKSI
ADMINISTRATIF Prinsip SANKSI PIDANA

*K2L : Keselamatan, Kesehatan dan/atau Lingkungan Ultimum Remedium *K2L : Keselamatan, Kesehatan dan/atau Lingkungan
INTEGRASI PERSETUJUAN LINGKUNGAN KE DALAM PERIZINAN BERUSAHA

PP 22 TAHUN 2021
Penyelenggaran Perlindungan dan Persetujuan Lingkungan menjadi persyaratan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup
01 penerbitan Perizinan Berusaha/Persetujuan Pemerintah
à Perizinan Berusaha/Persetujuan Pemerintah tidak
bisa diterbitkan jika tidak ada Persetujuan Lingkungan;

Persyaratan dan kewajiban aspek lingkungan yang terdapat


dalam Persetujuan Lingkungan dimasukkan ke dalam
persyaratan dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku
usaha dan termuat dalam Perizinan Berusaha/Persetujuan
Pemerintah yang diterbitkan;
02
Matrik RKL-RPL dan Persetujuan Teknis yang termuat dalam

03
Persetujuan Lingkungan menjadi dasar pelaksanaan pengawasan
perizinan dan penegakan hukum bila terjadi pelanggaran terhadap
klausul persyaratan dan kewajiban lingkungan yang termuat
dalam Perizinan Berusaha terkait Persetujuan Lingkungan.
Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh Menteri, gubernur atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya namun tetap
memberi ruang kewenangan bagi Pemerintah Pusat yang
diwakili oleh Menteri (second line enforcement) untuk dapat
melakukan pengawasan lingkungan terhadap pelanggaran yang
04
sifatnya serius yang kewenangan pengawasannya dilakukan
gubernur atau bupati/walikota.
Pengawasan
Lingkungan Hidup
Pasal 1 angka 98 PP No. 22 Tahun 2021

“ Kegiatan yang dilaksanakan secara langsung


atau tidak langsung oleh Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup (PPLH) untuk mengetahui
dan/atau menetapkan tingkat ketaatan
penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan
dalam Perizinan Berusaha atau
Persetujuan Pemerintah serta peraturan
perundang-undangan di bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
PEJABAT PENGAWAS
LINGKUNGAN HIDUP
(PPLH)
Pasal 1 angka 98 PP No. 22 Tahun 2021

Pejabat Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup


yang selanjutnya disebut Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup adalah pegawai negeri sipil
yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan pengawasan
dan/atau penegakan hukum Lingkungan Hidup.
Kewenangan Pengawasan
(Pasal 71 ayat (1) dan Pasal 72
UU 32/2009 jo. UU Cipta Kerja)

Pemerintah Pusat / Ketaatan Penanggungjawab


Pemerintah Daerah Pengawasan Usaha dan/atau Kegiatan

Perizinan Berusaha dan Persetujuan


Pemerintah terkait persetujuan lingkungan
yang diterbitkan oleh:

Pemerintah Pusat Menteri


Pemerintah Provinsi Gubernur
Pemerintah Kabupaten/Kota Bupati /
Walikota
Pasal 493 ayat (1) s.d (3) PP 22 Tahun 2021
KEWENANGAN PENGAWASAN
OLEH MENTERI, GUBERNUR DAN BUPATI/WALIKOTA

PENGECUALIAN
Pasal 493 ayat (4) s.d. (6)
Analisis mengenai PP 22 Tahun 2021 Perizinan Berusaha atau
dampak lalu lintas Persetujuan Pemerintah
terkait Persetujuan
Lingkungan mensyaratkan
SLO dan belum dipenuhi
Pengawasan oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
perhubungan, gubernur,
Pengawasan dilakukan terhadap
bupati/wali kota sesuai
kewajiban lainnya dalam
kewenangan
Persetujuan Lingkungan
Menteri, Gubernur, Bupati / Walikota

Pendelegasian Penetapan PPLH Peraturan PPLH


Kewenangan
02 Dalam pengawasan kepada 03 Dalam pelaksanaan
pengawasan menetapkan 04 Ketentuan mengenai
PPLH diatur dalam
pejabat/instansi teknis yang Pejabat Pengawas Peraturan Pemerintah
bertanggung jawab di Lingkungan Hidup yang
bidang Perlindungan Dan merupakan pejabat
Pengelolaan Lingkungan fungsional
Hidup
(Pasal 71 ayat (2), (3) dan (4)
UU 32/2009 jo. UU Cipta Kerja)
PELAKSANAAN
PENGAWASAN
(Pasal 496 PP 22 Tahun 2021)

(1) Pengawasan dilakukan oleh Pejabat Pengawas


Lingkungan Hidup

(2) Pengawasan dilakukan dengan cara:

PENGAWASAN LANGSUNG
Dilakukan dengan mendatangi lokasi Usaha dan/atau Kegiatan.

PENGAWASAN TIDAK LANGSUNG


Dilakukan melalui penelaahan data laporan penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan dan/atau dari Sistem Informasi
Lingkungan Hidup
Hasil pengawasan tidak langsung menunjukkan pelanggaran
berulang atau mengindikasikan timbulnya ancaman serius terhadap
Lingkungan Hidup, PPLH melakukan pengawasan
JENIS PENGAWASAN
PENGAWASAN INSIDENTAL
a. pelanggaran yang terdeteksi
b. Adanya pengaduan masyarakat terkait dugaan Pencemaran LH
dan/atau kerusakan LH
c. Adanya laporan dari pengelola kawasan atas pelanggaran
pelaksanaan RKL-RPL rinci oleh Pelaku Usaha dalam kawasan

PENGAWASAN REGULER
Dilaksanakan sesuai dengan perencanaan setiap tahun berdasarkan
Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah terkait Persetujuan
Lingkungan
Pengaduan
Penyampaian informasi secara lisan maupun tulisan dari setiap pengadu kepada instansi
penanggungjawab, mengenai dugaan terjadinya pelanggaran, potensi dan/atau dampak di

DEFINISI
Permenlhk Nomor
bidang lingkungan hidup dan/atau kehutanan dari usaha dan/atau kegiatan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan/atau pasca pelaksanaan.
P.22/MENLHK/SETJEN/SET.1/3
/2017 Tentang Tata Cara Pengelolaan Pengaduan
Pengelolaan Pengaduan kegiatan yang meliputi penerimaan, penelaahan, verifikasi, perumusan laporan hasil, dan
Dugaan Pencemaran dan/atau tindak lanjut hasi lpengaduan.
Perusakan Lingkungan Hidup
dan/atau Perusakan Hutan
Usaha dan/atau kegiatan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan/atau

OBJEK pelaksanaan yang berpotensi dan/atau menimbulkan dampak terhadap lingkungan


hidup dan/atau kehutanan, yang terdiri atas kasus:

PENGADUAN
a. Tidak memiliki / tidak Sesuai Izin
b. Pencemaran dan/atau perusakan LH i. Konflik Tenurial Kawasan Hutan
c. Perusakan Hutan j. Pemanfatan Sumber Daya Genetik dan
d. Pengelolaan LB3 yang tidak sesuai PengetahuanTradisional
e. Pembalakan Liar k. Usaha/Kegiatan Lainnya yg bertentangan
f. Pembakaran Hutan dan Lahan dengan peraturan perundangan LH,
g. Perambahan Kawasan Hutan Kehutanan dan SDAE
h. Perburuan, Peredaran, dan Perdagangan TSL
illegal
INSTANSI PENGELOLA PENGADUAN

01 Kementerian LHK
• Izin yang diterbitkan Menteri
• Izin yang diterbitkan Gubernur/Bupati/Walikota apabila
dianggap terjadi pelanggaran serius 01
• Usaha/kegiatan dengan dampak pencemaran lintas provinsi

02 Instansi Tingkat Provinsi


• Izin diterbitkan Gubernur
• Pengaduan kepada Bupati/Walikota tidak dikelola


Usaha/kegiatan lintas kabupaten
Pengaduan kepada KPH tidak dikelola
03
03 Instansi Tingkat Kabupaten
Izin yang diterbitkan Bupati/Walikota 02

04 Kesatuan Pengelola Hutan


Usaha dan/atau kegiatan yang berada dalam
wilayah KPH
04
TAHAPAN PENGELOLAAN
PENGADUAN
1. Verifikasi Administrasi: penelitian
dokumen untuk mendapatkan
1. Rekomendasi; SA, PSLH,
fakta administrasi yang ada
Pidana, Operasi,
Proses penerimaan informasi, 2. Verifikasi lapangan: pemeriksaan
pelimpahan unit lain dll
pemenuhan syarat minimal dan lapangan untuk mencari fakta
klarifikasi/konfirmasi data 2. Jawaban ke Pengadu
lapangan

B D
pengaduan sampai register

VERIFIKASI PERUMUSAN TINDAK LANJUT


PENERIMAAN PENELAAHAN
LAPORAN

A Proses meneliti substansi


pengaduan untuk klasifikasi
pengaduan dan menentukan
C Kesimpulan: Pengaduan terbukti
/tidak terbukti dan/atau
ditemukan pelanggaran lain
E
instansi penanggungjawab
PENGAWASAN
LAPIS KEDUA
Pasal 73 UU 32 Tahun 2009 jo. UU Cipta Kerja

“ Menteri dapat melakukan pengawasan


terhadap ketaatan penanggung jawab usaha
dan/ atau kegiatan yang Perizinan Berusaha
atau persetujuan Pemerintah Daerah
diterbitkan oleh Pemerintah Daerah jika
Menteri menganggap terjadi pelanggaran
yang serius di bidang pelindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
KEWENANGAN
PEJABAT PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP
(Pasal 74 UU 32/2009 jo. UU Cipta Kerja / Pasal 495 PP 22 Tahun 2021)

Melaksanakan pemantauan; Membuat rekaman audio visual

Meminta keterangan; Mengambil sampel

Membuat salinan dari dokumen Memeriksa instalasi dan/atau alat


dan/atau membuat catatan yang transportasi; dan/atau
diperlukan;
Memeriksa peralatan
Memasuki tempat tertentu;
Menghentikan pelanggaran
Memotret; tertentu
PENGHENTIAN
PELANGGARAN TERTENTU
Dilakukan oleh PPLH apabila Usaha dan/atau Kegiatan telah
menimbulkan ancaman serius
(Pasal 499 PP 22 Tahun 2021)

TUJUAN
Untuk mencegah:
a.dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan
Pencemaran dan/atau Kerusakan LH
b.kerugian yang lebih besar bagi LH jika tidak segera dihentikan
Pencemaran dan/atau Kerusakan LH

CONTOH PENGHENTIAN PELANGGARAN TERTENTU

a. Penutupan saluran pembuangan Air Limbah;


b. Pembongkaran saluran pembuangan Air Limbah;
c. Penghentian operasi sumber Emisi;
d. Penutupan lokasi pembuangan limbah; dan/atau
e. Upaya lainnya yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran tertentu

Dilakukan melalui pemasangan plang penghentian pelanggaran tertentu dan/atau


pemasangan garis PPLH dan membuat berita acara penghentian pelanggaran tertentu.
Tindak Lanjut Pengawasan

Pengenaan
Sanksi
Administratif

Pidana Penjara
Penegakan
Denda Pidana
Hukum
Pidana Pidana Tambahan: Pemulihan Lingkungan
Perampasan Keuntungan

Penyelesaian Di Luar Pengadilan


Sengketa
Lingkungan Melalui Pengadilan
Hidup
DASAR HUKUM SANKSI ADMINISTRATIF
UU 32 Tahun 2009 jo. UU 6 Tahun 2023
SECOND LINE LAW ENFORCEMENT
KEWENANGAN PEMERINTAH TEGURAN
Pasal 77
TERTULIS
Pasal 76 ayat (1)
Menteri dapat menerapkan sanksi administratif terhadap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam hal
Pemerintah Pusat atau PAKSAAN Menteri menganggap Pemerintah Daerah secara sengaja
Pemerintah Daerah
menerapkan sanksi
PEMERINTAH tidak menerapkan sanksi administratif terhadap
pelanggaran yang serius di bidang pelindungan dan
administratif kepada
pengelolaan lingkungan hidup.
penanggung jawab usaha DENDA
dan/atau kegiatan jika dalam
pengawasan ditemukan ADMINISTRATIF
pelanggaran terhadap Perizinan PEMBERATAN SANKSI
Berusaha, atau persetujuan Pasal 114
Pemerintah Pusat atau PEMBEKUAN IZIN
Pemerintah Daerah. Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
tidak melaksanakan paksaan pemerintah dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
PENCABUTAN IZIN banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
JENIS SANKSI ADMINISTRATIF
(Pasal 508 PP 22 Tahun 2021)
Teguran Tertulis- Pasal 510 Paksaan Pemerintah- Pasal 511
v Diterapkan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
Diterapkan apabila penanggung jawab Usaha melaksanakan perintah dalam teguran tertulis dalam jangka
dan/atau Kegiatan melanggar ketentuan dalam waktu yang ditetapkan.
Perizinan Berusaha, atau Persetujuan Pemerintah v Dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran tertulis terhadap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang:
atau Pemerintah Daerah terkait Persetujuan • Melaksanakan pelanggaran terhadap kewajiban Perizinan
Lingkungan, dan peraturan perundang-undangan Berusaha atau Persetujuan Pememerintah terkait
di bidang Perlindungan dan Pengelolaan Persetujuan Lingkungan dan Peraturan Perundang-
Undangan
Lingkungan Hidup yang bersifat administratif, • Menimbulkan ancaman yang sangat serius bagi manusia
antara lain: dan Lingkungan Hidup
a. tidak membuat dan menyampaikan laporan; • Menimbulkan dampak lebih besar dan lebih luas jika tidak
segera dihentikan pencemaran Lingkungan Hidup
b. tidak memasang simbol dan/atau label pada dan/atau keruskan Lingkungan Hidup
kemasan Limbah B3; dan/atau • Menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi Lingkungan
c. tidak memasang tanda titik penaatan Hidup jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau
kerusakannya.

Pencabutan Perizinan Berusaha – Pasal 522


Pembekuan Perizinan Berusaha – Pasal 521
a) Tidak melaksanakan kewajiban dalam paksaan pemerintah;
Penanggung jawab usaha dan/kegiatan yang: b) Tidak membayar denda administratif
c) Tidak membayar denda atas keterlambatan pelaksanaan
a) Tidak melaksanakan paksaan pemerintah; paksaan pemerintah
b) Tidak membayar denda administratif; dan/atau d) Tidak melaksanakan kewajiban dalam pembekuan Perizinan
c) Tidak membayar denda setiap keterlambatan Berusaha dan/atau Persetujuan Pemerintah; dan/atau
e) Melakukan pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
atas paksaan pemerintah. kerusakan Lingkungan Hidup yang tidak dapat
ditanggulangi atau sulit dipulihkan.
KRITERIA DENDA ADMINISTRATIF

Tidak memiliki Persetujuan Menyusun AMDAL tanpa sertifikat


Lingkungan namun telah memiliki kompetensi penyusun Amdal
Perizinan Berusaha; ;

Karena kelalaiannya, melaksanakan


Tidak memiliki
Persetujuan Lingkungan perbuatan yang mengakibatkan
dan Perizinan Berusaha; dilampauinya
1.Baku Mutu Udara Ambien,
2. Baku Mutu Air,
3. Baku Mutu Air Laut,
4. Baku mutu gangguan,
5. dan/atau Kriteria Baku Kerusakan LH,
yang tidak sesuai dengan Perizinan
Berusaha terkait Persetujuan
Melaksanakan perbuatan yang Lingkungan yang dimilikinya;
melebihi Baku Mutu Air
Limbah, Baku Mutu Emisi
sesuai dengan Perizinan Berusaha Melaksanakan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau
kerusakan LH, di mana perbuatan tersebut
dilakukan karena kelalaian dan tidak
Tidak melaksanakan kewajiban mengakibatkan bahaya kesehatan
dalam Perizinan Berusaha terkait manusia, luka, luka berat, dan/atau
Persetujuan Lingkungan matinya orang;
;
JENIS SANKSI ADMINISTRATIF
Denda Administratif
(Pasal 514-520 PP 22 Tahun 2021)
NO KRITERIA BESARAN DENDA ADMINISTRATIF BESARAN DENDA
NO KRITERIA
ADMINISTRATIF
1 Tidak memiliki 2,5% (dua koma lima persen) dikali nilai investasi Usaha dan/atau
Persetujuan Lingkungan Kegiatan diterapkan paling banyak Rp 3 Milyar 6 Karena kelalaiannya, melaksanakan perbuatan yang Paling banyak
namun telah memiliki mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku Rp 3 Milyar
Perizinan Berusaha mutu air, baku mutu air laut, baku mutu gangguan, dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang tidak sesuai
2 Tidak memiliki 5% (lima persen) dari nilai investasi Usaha dan/atau Kegiatan dan dengan Perizinan Berusaha untuk Persetujuan Lingkungan
Persetujuan Lingkungan paling banyak Rp 3 Milyar yang dimilikinya
dan tidak memiliki
Perizinan Berusaha 7 Melaksanakan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran Paling banyak
dan/atau perusakan lingkungan hidup, di mana perbuatan Rp 3 Milyar
3 Melaksanakan perbuatan • Dihitung berdasarkan unit beban pencemar yang melebihi BMAL tersebut dilakukan karena kelalaian dan tidak mengakibatkan
yang melebihi baku mutu dan/atau BME sumber tidak bergerak bahaya kesehatan manusia, dan/atau luka dan/atau luka
air limbah dan/atau baku • Dihitung berdasarkan selisi konsentrasi actual Air Limbah atau berat, dan/atau matinya orang,
mutu emisi sesuai emisi dengan konsentrasi baku mutu dikali dengan debit/laju alir
dengan perizinan dan lamanya waktu pelanggaran.
berusaha • Dihitung secara akumulasi setiap parameter yang dilampaui
BMAL/BME diterapkan paling banyak Rp 3 Milyar

4 Tidak melaksanakan • Ringan Rp 1 juta – Rp 5 juta


kewajiban dalam • Sedang Rp 10 juta – Rp 15 juta
Perizinan Berusaha untuk • Berat Rp 20 juta – Rp 25 juta
Persetujuan Lingkungan • Akumulasi paling banyak Rp 3 Milyar

5 Menyusun AMDAL tanpa 10% dari biaya penyusunan Amdal atau UKL-UPL
sertifikat kompetensi
penyusun Amdal
DASAR HUKUM SANKSI ADMINISTRATIF
UU 32 Tahun 2009 jo. UU 6 Tahun 2023
SECOND LINE LAW ENFORCEMENT
KEWENANGAN PEMERINTAH TEGURAN
Pasal 77
TERTULIS
Pasal 76 ayat (1)
Menteri dapat menerapkan sanksi administratif terhadap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam hal
Pemerintah Pusat atau PAKSAAN Menteri menganggap Pemerintah Daerah secara sengaja
Pemerintah Daerah
menerapkan sanksi
PEMERINTAH tidak menerapkan sanksi administratif terhadap
pelanggaran yang serius di bidang pelindungan dan
administratif kepada
pengelolaan lingkungan hidup.
penanggung jawab usaha DENDA
dan/atau kegiatan jika dalam
pengawasan ditemukan ADMINISTRATIF
pelanggaran terhadap Perizinan PEMBERATAN SANKSI
Berusaha, atau persetujuan Pasal 114
Pemerintah Pusat atau PEMBEKUAN IZIN
Pemerintah Daerah. Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
tidak melaksanakan paksaan pemerintah dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
PENCABUTAN IZIN banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
SIFAT SANKSI
ADMINISTRATIF
Adanya pengawasan sebagai upaya
preventif atau pencegahan
PREVENTIF

Pengekangan yang dibuktikan dengan


menerapkan Sanksi Administratif
REPRESIF

Tanpa melalui NON-


proses pengadilan
YUSTISIAL
JENIS SANKSI ADMINISTRATIF
(Pasal 508 PP 22 Tahun 2021)
Teguran Tertulis- Pasal 510 Paksaan Pemerintah- Pasal 511
v Diterapkan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
Diterapkan apabila penanggung jawab Usaha melaksanakan perintah dalam teguran tertulis dalam jangka
dan/atau Kegiatan melanggar ketentuan dalam waktu yang ditetapkan.
Perizinan Berusaha, atau Persetujuan Pemerintah v Dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran tertulis terhadap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang:
atau Pemerintah Daerah terkait Persetujuan • Melaksanakan pelanggaran terhadap kewajiban Perizinan
Lingkungan, dan peraturan perundang-undangan Berusaha atau Persetujuan Pememerintah terkait
di bidang Perlindungan dan Pengelolaan Persetujuan Lingkungan dan Peraturan Perundang-
Undangan
Lingkungan Hidup yang bersifat administratif, • Menimbulkan ancaman yang sangat serius bagi manusia
antara lain: dan Lingkungan Hidup
a. tidak membuat dan menyampaikan laporan; • Menimbulkan dampak lebih besar dan lebih luas jika tidak
segera dihentikan pencemaran Lingkungan Hidup
b. tidak memasang simbol dan/atau label pada dan/atau keruskan Lingkungan Hidup
kemasan Limbah B3; dan/atau • Menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi Lingkungan
c. tidak memasang tanda titik penaatan Hidup jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau
kerusakannya.

Pencabutan Perizinan Berusaha – Pasal 522


Pembekuan Perizinan Berusaha – Pasal 521
a) Tidak melaksanakan kewajiban dalam paksaan pemerintah;
Penanggung jawab usaha dan/kegiatan yang: b) Tidak membayar denda administratif
c) Tidak membayar denda atas keterlambatan pelaksanaan
a) Tidak melaksanakan paksaan pemerintah; paksaan pemerintah
b) Tidak membayar denda administratif; dan/atau d) Tidak melaksanakan kewajiban dalam pembekuan Perizinan
c) Tidak membayar denda setiap keterlambatan Berusaha dan/atau Persetujuan Pemerintah; dan/atau
e) Melakukan pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
atas paksaan pemerintah. kerusakan Lingkungan Hidup yang tidak dapat
ditanggulangi atau sulit dipulihkan.
KRITERIA DENDA ADMINISTRATIF

Tidak memiliki Persetujuan Menyusun AMDAL tanpa sertifikat


Lingkungan namun telah memiliki kompetensi penyusun Amdal
Perizinan Berusaha; ;

Karena kelalaiannya, melaksanakan


Tidak memiliki
Persetujuan Lingkungan perbuatan yang mengakibatkan
dan Perizinan Berusaha; dilampauinya
1.Baku Mutu Udara Ambien,
2. Baku Mutu Air,
3. Baku Mutu Air Laut,
4. Baku mutu gangguan,
5. dan/atau Kriteria Baku Kerusakan LH,
yang tidak sesuai dengan Perizinan
Berusaha terkait Persetujuan
Melaksanakan perbuatan yang Lingkungan yang dimilikinya;
melebihi Baku Mutu Air
Limbah, Baku Mutu Emisi
sesuai dengan Perizinan Berusaha Melaksanakan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau
kerusakan LH, di mana perbuatan tersebut
dilakukan karena kelalaian dan tidak
Tidak melaksanakan kewajiban mengakibatkan bahaya kesehatan
dalam Perizinan Berusaha terkait manusia, luka, luka berat, dan/atau
Persetujuan Lingkungan matinya orang;
;
JENIS SANKSI ADMINISTRATIF
Denda Administratif
(Pasal 514-520 PP 22 Tahun 2021)
NO KRITERIA BESARAN DENDA ADMINISTRATIF BESARAN DENDA
NO KRITERIA
ADMINISTRATIF
1 Tidak memiliki 2,5% (dua koma lima persen) dikali nilai investasi Usaha dan/atau
Persetujuan Lingkungan Kegiatan diterapkan paling banyak Rp 3 Milyar 6 Karena kelalaiannya, melaksanakan perbuatan yang Paling banyak
namun telah memiliki mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku Rp 3 Milyar
Perizinan Berusaha mutu air, baku mutu air laut, baku mutu gangguan, dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang tidak sesuai
2 Tidak memiliki 5% (lima persen) dari nilai investasi Usaha dan/atau Kegiatan dan dengan Perizinan Berusaha untuk Persetujuan Lingkungan
Persetujuan Lingkungan paling banyak Rp 3 Milyar yang dimilikinya
dan tidak memiliki
Perizinan Berusaha 7 Melaksanakan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran Paling banyak
dan/atau perusakan lingkungan hidup, di mana perbuatan Rp 3 Milyar
3 Melaksanakan perbuatan • Dihitung berdasarkan unit beban pencemar yang melebihi BMAL tersebut dilakukan karena kelalaian dan tidak mengakibatkan
yang melebihi baku mutu dan/atau BME sumber tidak bergerak bahaya kesehatan manusia, dan/atau luka dan/atau luka
air limbah dan/atau baku • Dihitung berdasarkan selisi konsentrasi actual Air Limbah atau berat, dan/atau matinya orang,
mutu emisi sesuai emisi dengan konsentrasi baku mutu dikali dengan debit/laju alir
dengan perizinan dan lamanya waktu pelanggaran.
berusaha • Dihitung secara akumulasi setiap parameter yang dilampaui
BMAL/BME diterapkan paling banyak Rp 3 Milyar

4 Tidak melaksanakan • Ringan Rp 1 juta – Rp 5 juta


kewajiban dalam • Sedang Rp 10 juta – Rp 15 juta
Perizinan Berusaha untuk • Berat Rp 20 juta – Rp 25 juta
Persetujuan Lingkungan • Akumulasi paling banyak Rp 3 Milyar

5 Menyusun AMDAL tanpa 10% dari biaya penyusunan Amdal atau UKL-UPL
sertifikat kompetensi
penyusun Amdal
WEWENANG PENERAPAN
SANKSI ADMINISTRATIF
Perizinan Berusaha dan Persetujuan
01 MENTERI Pemerintah yang diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat

Perizinan Berusaha dan Persetujuan


02 GUBERNUR Pemerintah yang diterbitkan oleh
Pemerintah Provinsi

Perizinan Berusaha dan Persetujuan


03 BUPATI / WALI KOTA Pemerintah yang diterbitkan oleh
Kab/Kota

Pendelegasian Pasal 507


Menteri, gubernur atau bupati/wali kota dalam pengenaan Sanksi Administratif
dapat mendelegasikan kewenangannya kepada pejabat yang membidangi
penegakan hukum atau perangkat daerah yang membidangi Lingkungan Hidup
PENCABUTAN SANKSI ADMINISTRATIF

Menteri, gubernur atau bupati/wali kota


sesuai kewenangannya, melakukan
pencabutan keputusan Sanksi
Administratif apabila berdasarkan hasil
pengawasan pelaksanaan Sanksi
Administratif penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan telah menaati seluruh
kewajiban dalam Sanksi Administratif
PEMBERATAN
SANKSISANKSI ADMINISTRATIF
ADMINISTRATIF
Dalam hal penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan
tidak melaksanakan Sanksi Administratif dan/atau
ditemukan pelanggaran selain yang tertuang dalam
keputusan Sanksi Administratif, pejabat berwenang dapat
melakukan pemberatan sanksi meliputi:
a. Penyelesaian Sengketa Lingkungan; dan/atau
b. Pidana.
Pemberatan ke Penyelesaian Sengketa
Lingkungan
Contoh kasus:
1. Perhitungan kerugian lingkungan akibat tumpahan minyak;
2. Pemulihan lahan terkontaminasi;
3. Ganti rugi kerusakan lahan;

Pemberatan ke Pidana
1. Pelanggaran baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau
baku mutu gangguan lebih dari satu kali
2. Tidak melaksanaan Paksaan Pemerintah;
DAMPAK PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF

Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3

Juli 2022
(Setelah Pemulihan)

SANKSI
ADMINISTRATIF

November 2017
(sebelum Pemulihan)
DAMPAK PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF

April 2019 Juli 2022


(Sebelum Pemulihan) (Setelah Pemulihan)

SANKSI
ADMINISTRATIF
DAMPAK PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF

Sebelum
Sanksi

Papan Tanda
Titik Penaatan Housekeeping
di Outfall Pengelolaan
Pembuangan Limbah B3
Air Limbah

Setelah
Sanksi
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP


Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum
berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain
atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu
PASAL 87 AYAT (1)


Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan
dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup
bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi dari usaha dan/atau kegiatannya.
PASAL 88


Instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup
berwenang mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian
lingkungan hidup
PASAL 90 AYAT (1)
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP
DASAR HUKUM Sengketa Lingkungan Hidup: Perselisihan antara dua pihak atau
lebih yang timbul dari kegiatan yang BERPOTENSI dan/atau telah
BERDAMPAK pada lingkungan hidup
UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
UU NO 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Berpotensi Berdampak

• Kegiatan tahap perencanaan • Kegiatan telah beroperasi


Permen LH no. 04 Tahun 2013 Tentang (sebelum/pasca putusan Pejabat • Adanya pencemaran dan/atau
Penyelesaian Sengketa Lingkungan TUN) kerusakan LH
• Terdapat pihak yang merasa • Adanya kerugian LH dan/atau
dirugikan masyarakat
• Adanya perselisihan • Adanya perselisihan
Permen LH No. 07 Tahun 2014 Tentang • Pihak yang dirugikan mengajukan
Kerugian Lingkungan Hidup Akibat
• Pihak yang dirugikan memilih PSLH
Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan
gugatan ke PTUN
Hidup
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP
Di luar Pengadilan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
(PSLH) Melalui Pengadilan

PRINSIP PSLH

PSLH dapat ditempuh melalui pengadilan atau


di luar pengadilan

PSLH dilakukan secara suka rela para pihak yang


bersengketa

Gugatan melalui pengadilan hanya ditempuh jika


upaya PSLH di luar pengadilan yg dipilih dinyatakan
tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak
yang bersengketa
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
SUBYEK HUKUM Kewenangan Penyidik LHK
UU No 11 Tahun 20220 ttg Cipta Kerja

PERSEORANGAN KORPORASI UU No 5 Tahun 1990 ttg Konservasi SDA Hayati


& Ekosistemnya

UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

TINDAK PIDANA UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah


LHK
UU No 32 Tahun 2009 tentang PPLH

THE
UU No 18 Tahun 2013 Perlindungan &
OPPORTUNITIES
Pemberantasan Perusakan Hutan
SENGAJA LALAI
UU No 37 tahun 2014 Konservasi Tanah & Air

UNSUR UU No 8 tahun 2010 tentang Pencucian Uang


PENGATURAN UUPPLH PIDANA DALAM UUCK
Pasal 98 ayat (1) Pasal 100 Pasal 104
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan 1. Setiap orang yang melanggar baku mutu Setiap orang yang melakukan dumping
perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya air limbah, baku mutu emisi, atau baku limbah dan/atau bahan ke media lingkungan
baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu gangguan dipidana, dengan pidana hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud
mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana
lingkungan hidup, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling (tiga miliar rupiah). paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling 2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud rupiah)
sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) pada ayat (1) hanya dapat dikenakan
dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 apabila sanksi administratif yang telah
(sepuluh miliar rupiah) dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran
dilakukan lebih dari satu kali
Pasal 99 ayat (1) Pasal 103 Pasal 105
Setiap orang yang karena kelalaiannya Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 Setiap orang yang memasukkan limbah ke
mengakibatkan dilampauinya baku mutu dan tidak melakukan pengelolaan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
udara ambien, baku mutu air, baku mutu air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan dipidana dengan pidana penjara paling 69 ayat (1) huruf c dipidana dengan pidana
hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda
tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar miliar rupiah) dan paling banyak
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah)
rupiah)
PENGATURAN UUPPLH PIDANA DALAM UUCK
Pasal 106 Pasal 107
Setiap orang yang memasukkan limbah B3 Setiap orang yang memasukkan B3 yang dilarang
ke dalam wilayah Negara Kesatuan menurut peraturan perundang–undangan ke dalam
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam Pasal 69 ayat (1) huruf d, dipidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf
b, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5
dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
(lima) tahun dan paling lama 15 (lima
dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima
belas) tahun dan denda paling sedikit miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) (lima belas miliar rupiah).
dan paling banyak Rp15.000.000.000,00
(lima belas miliar rupiah) Pasal 119
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 114 Undang-Undang ini, terhadap badan usaha dapat
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib
kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan berupa:
pemerintah dipidana dengan pidana penjara a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling tindak pidana;
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar b. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha
rupiah). dan/atau kegiatan;
c. perbaikan akibat tindak pidana;
d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan
tanpa hak; dan/atau
e. penempatan perusahaan di bawah pengampuan
paling lama 3 (tiga) tahun.
Pasal 33 UU 30 Tahun 2014

(1) Keputusan dan/atau Tindakan yang


ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Badan
dan/ata Pejabat Pemerintahan yang berwenang
bersifat mengikat dalam penyelenggaraan
pemerintahan
ASAS
CONTRARIUS
(2) Keputusan dan/atau Tindakan yang ditetapkan
dan/atau dilakukan oleh Badan dan/atau Pejabat
ACTUS
Pemerintahan yang berwenang tetap berlaku hingga
berakhir atau dicabutnya Keputusan atau
dihentikannya Tindakan oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang berwenang.
Ketentuan Peralihan – Pasal 562 PP 5/2021

Ketentuan pelaksanaan Perizinan Berusaha Berbasis


Risiko yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini
dikecualikan bagi Pelaku Usaha yang Perizinan
Berusahanya telah disetujui dan berlaku efektif
sebelum PP ini berlaku termasuk persyaratan-
persyaratan yang telah dipenuhi, kecuali ketentuan
dalam PP ini lebih menguntungkan bagi Pelaku
Usaha;

Pelaku Usaha yang telah memperoleh Perizinan


Berusaha namun belum berlaku efektif sebelum
Peraturan Pemerintah ini berlaku, Perizinan Berusaha
diproses sesuai dengan ketentuan dalan PP ini.
TERIMA KASIH

WE FIGHT AGAINST X-CRIME

Anda mungkin juga menyukai