(1)
Peraturan Perundangan Lingkungan Hidup
Dan Tata Cara Pemenuhannya
Out Line
1 Peraturan Perundangan Lingkungan Hidup dan Persetujuan Lingkungan
Pasal 65 (1)
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.
VS
Pasal 67
4
PENGENDALIAN
Pencegahan 1 2 Penanggulangan
13 Instrumen : KLHS, Tata • Informasi
Ruang, BML, KBKL, AMDAL, • Isolasi
UKL/ UPL, Perizinan, ekonomi • Penghentian
LH, Per-UU, Anggaran basis • Cara lain sesuai
3
lingk, analisis risiko, audit, dll perkembangan iptek
Pemulihan
• Penghentian
• Remediasi
• Rehabilitasi
• Restorasi
PENGATURAN UUPPLH DALAM UUCK
UU 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja:
memperkuat penegakan
memperpendek birokrasi perizinan
hukum
“Izin Lingkungan tidak dihilangkan namun tujuan dan fungsinya diintegrasikan ke dalam
Perizinan Berusaha”
PERMEN LHK NO. 05 TAHUN 2021 Definisi
TATA CARA PENERBITAN PERSETUJUAN TEKNIS DAN
SURAT KELAYAKAN OPERASIONAL BIDANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
Laporan telah
Pembangunan diselesaikannya
Permohonan Pemeriksaan Penerbitan
Penapisan Fasilitas Alat pembangunan Penerbitan
Persetujuan Persetujuan Persetujuan Verivikasi
Mandiri Pengendali instalasi SLO
Teknis Teknis Teknis
Air/Emisi pengendali Air
Limbah/Emisi
• KepmenLH No.113 Tahun 2003 ttg BM Air Limbah Keg. Pertambangan Batubara
• KepmenLH No.202 Tahun 2004 ttg BM Air Limbah Keg.Pertambangan Emas &Tembaga.
• KepmenLH No.04 Tahun 2006 ttg BM Air Limbah Keg.Pertambangan Bijih Timah.
• KepmenLH No.09 Tahun 2006 ttg BM Air Limbah Keg.Pertambangan Bijih Nikel.
• PermenLH No.08 Tahun 2009 ttg BM Air Limbah Keg.Pembangkit Listrik Tenaga Thermal.
• PermenLH No.21 Tahun 2009 ttg BM Air Limbah Keg. Pertambangan Bijih Besi.
• PermenLH No.34 Tahun 2009 ttg BM Air Limbah Keg.Pertambangan Bijih Bauksit.
• PermenLH No. 19 Tahun 2010 ttg BM Air Limbah Keg.Migas serta Panas Bumi
• PermenLH No.02 Tahun 2011 ttg BM Air Limbah Keg.Gas Methan Batubara.
• PermenLH No.05 Tahun 2014 ttg BM Air Limbah Keg.Industri.
• PermenLHK No.P.68/MenLHK/Setjen/Kum.1/8/2016 ttg BM Air Limbah Keg. Domestik
• PermenLHK No.P.59/MenLHK/Setjen/Kum.1/8/2016 ttg BM Air Lindi Keg.TPA Sampah
• PermenLHK No.93/MenLHK/Setjen/Kum.1/8/2018 ttg pemantauan kualitas air limbah secara terus
menerus dan dalam jaringan bagi usaha dan/atau kegiatan .
• PermenLHK No.P.5/Menlhk/Setjen/Kum.1/2/2018 Standard dan Sertifikasi Kompetensi PJ
Operasional Pengolahan air limbah dan PJ Pengendalian Pencemaran Air.
HAK pasal 157-159 KEWAJIBAN Setiap orang wajib:
Setiap orang berhak: ❑ memelihara dan menjaga kelestarian
❑ mendapatkan informasi RPPA & pendidikan PPA dan fungsi Air;
❑ berpartisipasi dalam memantau kualitas Air ❑ melakukan pencegahan pencemaran
❑ menyampaikan pengaduan dan mengajukan keberatan atas
pencemaran Air
Air;
❑ mendapatkan perlindungan hukum dalam rangka ❑ ikut berpartisipasi dalam
memperjuangkan PPA penanggulangan dan pemulihan Air.
PermenLH
Pengelolaan Limbah di Pelabuhan
05/2009
PermenLH 18/2009
Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3
(DICABUT)
PERATURAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
PERATURAN TENTANG
PermenLH
Simbol dan Label Limbah B3
14/2013
PERATURAN TENTANG
PP No 18 Tahun 1999 Jo
PP No 85 Tahun 1999
PP No 22 Tahun 2021
1. PerMenlh No. 05 tentangPenyimpanan 1. Permen LHK No. 101 Tahun 2018 tentang 1. PermenLHK Nomor 05 tahun 2021 tentang
LB3 di Pelabuhan Pedoman Pemulihan Lahan Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan
2. PermenLH No. 13 Tahun 2014 tentang Terkontaminasi Limbah B3 Surat Kelayakan Operasional Bidang
Simbol dan Label Limbah B3 2. Permen LHK No. 74 Tahun 2019 tentang Pengendalian Pencemaran Lingkungan
3. PerMenlh No. 55/2016 tentang Program Kedaruratan Pengelolaan B3 2. PermenLHK Nomor 06 tahun 2021 Tentang
Karakteristik LB3 dan Limbah B3 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan
4. Peraturan MENLH Nomor 56 Tahun 2016 3. PermenLHK Nomor 01 tahun 2021 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
tentang Pengelolaan Limbah B3 tentang Program Penilaian Peringkat Beracun
FASYANKES; Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan 3. Permen LHK Nomor 19 tahun 2021 Tentang
Lingkungan Hidup Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah non B3
3
DEFINISI LIMBAH B3 DAN LIMBAH NONB3
LIMBAH
Kehati-hatian
Tanggung Jawab Mutlak Reduk
Polluter pays principle
si
LIMBAH
PENGURANGAN VOLUME
• Penghasil bertanggung jawab terhadap
limbah yg dihasilkan
From cradle to grave ➔ From cradle to cradle 3R (Reuse,
• Pemantauan sejak limbah dihasilkan sampai
Recycle,
dengan pengelola akhir Recovery)
• Orientasinya pemanfaatan limbah jika
memungkinkan.
Pengolah
Minimisasi Limbah an
• Mendahulukan reduksi dan hirarki
pengolahan limbah yg dihasilkan
Proximity Penimbun
• Pengelolaan/pengolahan sedekat mungkin an
dengan tempat dihasilkan / Landfill
Limbah
Waste SUBSTITUSI
ENERGI
menggantikan
Waste sebagian bahan
bahan baku untuk
Dispose energi
Definisi Sumber daya: faktor produksi terdiri atas tanah, tenaga Limbah berpotensi dimanfaatkan sebagai sumber
kerja, dan modal yang dipakai dalam kegiatan ekonomi untuk
menghasilkan barang jasa, serta mendistribusikannya (ref: daya sebagai faktor produksi untuk menghasilkan
KBBI). produk.
8
Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah NonB3
Penyimpanan Sementara
PENGHASIL LIMBAH memerlukan Rincian Teknis TPS
yang tercantum pada
Persetujuan Lingkungan
Pengelolaan Pemanfaatan/Pengolahan/Penim
Limbah B3 bunan memerlukan Persetujuan
Teknis dan disahkan melalui SLO
Setiap Orang yang Daftar Limbah B3 Lampiran
menghasilkan Limbah IX
wajib melakukan
pengelolaan limbah Pengelolaan Limbah nonB3
tidak memerlukan izin dan
yang dihasilkannya
Persetujuan Teknis
Ketentuan Umum
12 Pengurangan Limbah NonB3
BAB
10 LAMPIRAN
Penyimpanan Limbah NonB3
Pemanfaatan Limbah NonB3
DITETAPKAN
Penimbunan Limbah NonB3 25 Oktober 2021
17
DOKUMEN RINCIAN TEKNIS (DRT) LIMBAH NON B3
1. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan kegiatan Pengelolaan Limbah
nonB3 wajib menyusun dokumen rincian teknis pengelolaan Limbah nonB3.
2. Dokumen rincian teknis dibuat sesuai dengan kegiatannya yaitu untuk kegiatan :
a. Pengurangan Limbah nonB3 (Lampiran VI);
b. Penyimpanan Limbah nonB3 (Lampiran VII);
c. Pemanfaatan Limbah nonB3 (Lampiran VIII);
d. Penimbunan Limbah nonB3 (Lampiran IX); dan
3. DRT memuat antara lain persyaratan fasilitas dan teknologi, standar yang diacu, prosedur
penyelenggaraan pengelolaan, neraca massa, rencana kajian, dan pemantauan.
4. DRT harus termuat dalam Persetujuan Lingkungan.
5. Tata cara penerbitan Persetujuan Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
18
PELAPORAN DAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LIMBAH NON B3
PEMANTAUAN :
1. Direktur Jenderal melakukan
pemantauan paling sedikit 1 (satu) kali MEMUAT
dalam 1 (satu) tahun terhadap kegiatan
dan neraca massa pengelolaan Limbah
nonB3. Jumlah
2. Pelaksanaan pemantauan sebagaimana Limbah Jenis
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam Kegiatan
Kode
rangka peningkatan kinerja pelaksanaan Limbah Neraca
pengelolaan Limbah nonB3 Massa
Nama
Limbah
19
PELARANGAN
21
PERATURAN MENTERI LHK
NOMOR 19 TAHUN 2021
TENTANG
TATACARA PENGELOLAAN
LIMBAH NON-B3
51
BATANG TUBUH
PERATURAN MENTERI LHK NOMOR 19 TAHUN 2021
12 48
BAB PASAL
10
LAMPIRAN
52
STRUKTUR BAB…..(1)
BAB I KETENTUAN UMUM
53
STRUKTUR BAB…..(2)
PERPINDAHAN LINTAS BATAS LIMBAH NON BAHAN
BAB VII BERBAHAYA DAN BERACUN
BAB X PELARANGAN
LAMPIRAN II
FORMAT LABEL LIMBAH NON BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN.
LAMPIRAN III
FORMAT PERMOHONAN PERSETUJUAN STANDAR PRODUK
LAMPIRAN IV
FORMAT BERITA ACARA PEMERIKSAAN KELENGKAPAN ADMINISTRASI
LAMPIRAN V
FORMAT BERITA ACARA PENYERAHAN LIMBAH NONB3
LAMPIRAN VI
FORMAT DOKUMEN RINCIAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH NONB3 UNTUK
KEGIATAN PENGURANGAN LIMBAH NONB3
LAMPIRAN VII
FORMAT DOKUMEN RINCIAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH NONB3 UNTUK
KEGIATAN PENYIMPANAN LIMBAH NONB3
55
Daftar Lampiran…..(2)
LAMPIRAN VIII
FORMAT DOKUMEN RINCIAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH NONB3 UNTUK
KEGIATAN PEMANFAATAN LIMBAH NONB3
LAMPIRAN IX
FORMAT DOKUMEN RINCIAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH NONB3 UNTUK
KEGIATAN PENIMBUNAN LIMBAH NONB3
LAMPIRAN X
FORMAT PELAPORAN
56
BAB I
KETENTUAN UMUM
57
LIMBAH non-B3
(Pasal 2)
DILAKUKAN
PENGELOLAAN
58
LINGKUP PENGELOLAAN LIMBAH NON-B3 (PASAL 3)
10
PENGURANGAN
Pasal 4
PEMANTAUAN PENYIMPANAN
DAN PELAPORAN Pasal 5 –
Pasal 46 – 49 Pasal 11
PENIMBUNAN
PENGANGKUTAN Pasal 21 –
Pasal 39
Pasal 38
59
BAB II
PENGURANGAN
LIMBAH NON-B3
60
Pengelolaan Limbah nonB3 II. Pengurangan Limbah non-B3 (PASAL 4)
Baku mutu
Emisi Termal
Lampiran 1 P19
Residu dari kegiatan
Termal, wajib dilakukan :
1. Penyimpanan
2. Pemanfaatan
3. penimbunan
61
BAB III
PENYIMPANAN
LIMBAH NON-B3
62
III. Penyimpanan Limbah non-B3 (PASAL 5 – PASAL 11)
Syarat Lokasi (Pasal 8) :
Fasilitas (pasal 5) : 1. Bebas Banjir
Persyaratan (Pasal 7) :
• Bangunan
Pengelolaan Limbah nonB3
2. Jarak Aman
1. Kriteria Lokasi
• Silo 3. Lokasi di area Pengasil
2. Kriteria Desain
• Waste Pile 4. Dapat dilakukan rekayasa teknologi
3. Memperhatikan
• Waste
Kapasitas Penyimpanan Kriteria Desain (Pasal 9) :
Impoundment
4. Tercantum dalam SOP Sesuai dengan fasilitas yang akan
• Sesuai IPTEK
digunakan (bangunan, silo, waste pile,
waset impoundment)
64
IV. Pemanfaatan Limbah non-B3 (PASAL 12) …(1)
limbah nonB3
Rincian dan tujuan pemanfaatan
harus termuat dalam persetujuan
Dilakukan oleh lingkungan penghasil limbah nonB3
2 Pemanfaat Langsung
limbah nonB3
Pemanfaatan
Sebagai Sebagai Limbah nonB3
Sebagai Sebagai sesuai dengan
Substitusi Substitusi Produk
Bahan Baku perkembangan
Bahan Baku Sumber Energi Samping
(Pasal 15) ilmu
(Pasal 13) (Pasal 14) (Pasal 16) pengetahuan
dan teknologi
a.Beton, batako, Memenuhi persyaratan 1. Pembuatan produk Harus memenuhi Belum tersedia
paving block, • Kalori > 2500 kkal/Kg menggunakan proses ketentuan: Standar Produk,
beton ringan, dan • TOX < 2% koagulasi. 1. dihasilkan dari proses maka:
• Sulfur < 1% Kristalisasi, oksidasi industri yang Pemanfaat
Kontruksi. terintegrasi dengan mengajukan
dan destilasi;
b.Industri semen. 2. Pembuatan produk proses utama sebagai permohonan
c. Pemadatan tanah. kertas, low grade produk sekunder; persetujuan
d.Pemanfaatan Memenuhi baku mutu paper, dan kertas 2. penggunaannya standar produk
lainnya lingkungan : chipboard; bersifat pasti; kepada Menteri
1. Baku Mutu Emisi 3. pembuatan base oil 3. kualitas produk yang
2. Baku Mutu Air Limbah dan bahan bakar dihasilkan bersifat
Kelengkapan
minyak; konsisten;
permohonan
4. peleburan logam; 4. memenuhi syarat dan
berupa hasil
5. pembuatan produk standar produk sesuai
kajian yang berisi:
berbahan dasar SNI
1. Waktu dan
logam, kertas, tujuan
plastik, dan kaca; 2. Lembaga
6. pembuatan pelaksana
Memenuhi Standar Produk pembenah tanah 3. Teknologi
Pasal 17): 7. Sesuai IPTEK 4. Hasil kajian
1. SNI
2. Standar yang ditetapkan
pemerintah/sector terkait
3. StandarInternasional 18
Pengelolaan Limbah nonB3 IV. Pemanfaatan Limbah non-B3 ..…(4)
PEMANFAATAN
LIMBAH NON-B3
LampiranII
P19
68
BAB V
PENIMBUNAN
LIMBAH NON-B3
69
V. Penimbunan Limbah non-B3 …(1)
PenimbusanAkhir
Pengelolaan Limbah nonB3
Sesuai
IPTEK
Tertuang dalam Dokumen
Rincian Teknis (DRT)
Penimbunan Limbah non-B3
70
V. Penimbunan Limbah non-B3 …(2)
PenimbusanAkhir
Ketentuan Penimbunan Limbah non-
Pengelolaan Limbah nonB3
B3 (Pasal 23)
Fasilitas Penimbunan (Pasal 21) : a. persyaratan fasilitas Penimbunan
1. Penimbusan Akhir Limbah non-B3;
2. Penempatan kembali di area bekas b. persyaratan lokasi fasilitas
tambang Penempatan di areal
Penimbunan Limbah non-B3; bekas tambang
3. Bendungan penampung limbah c. tata cara Penimbunan Limbah non-
4. Sesuai IPTEK B3; dan
d. penetapan penghentian kegiatan
Penimbunan Limbah non-B3.
Bendungan/penampung
Persyaratan Fasilitas Penimbunan limbah tambang
Persyaratan Fasilitas
Penimbunan 1. Memiliki desain fasilitas (Penimbusan akhir dan
1. Penimbusan Akhir (Pasal bendungan penampung)
24 - 25) 2. Memiliki system pelapis (Penimbusan akhir)
2. Penempatan kembali di 3. Memiliki kelengkapan fasilitas (Bendungan
area bekas tambang (Pasal Penampung dan Penempatan kembali)
26) 4. Memliki peralatan pendukung Sesuai
3. Bendungan penampung
5. Memiliki rencana penimbunan, penutupan dan IPTEK
limbah (Pasal 27)
pasca penutupas fasilitas
71
V. Penimbunan Limbah non-B3 …(3)
PenimbusanAkhir
Ketentuan Penimbunan Limbah non-
Pengelolaan Limbah nonB3
B3 (Pasal 23)
Fasilitas Penimbunan (Pasal 21) : a. persyaratan fasilitas Penimbunan
1. Penimbusan Akhir Limbah non-B3;
2. Penempatan kembali di area bekas b. persyaratan lokasi fasilitas
tambang Penempatan di areal
Penimbunan Limbah non-B3; bekas tambang
3. Bendungan penampung limbah c. tata cara Penimbunan Limbah non-
4. Sesuai IPTEK B3; dan
d. penetapan penghentian kegiatan
Penimbunan Limbah non-B3.
Bendungan/penampung
limbah tambang
Persyaratan Lokasi Penimbunan (Pasal 28)
a. sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
b. bebas banjir seratus tahunan;
c. permeabilitas tanah yang diukur sebagai
konduktivitas hidraulik paling besar 10-5 cm/detik
(sepuluh pangkat minus lima sentimeter per Sesuai
IPTEK
detik);
d. daerah yang secara geologis aman, stabil, tidak
rawan bencana, dan di luar kawasan lindung;
e. bukan merupakan daerah resapan air tanah;dan
f. hidrologi permukaan.
72
V. Penimbunan Limbah non-B3 …(4)
PenimbusanAkhir
Ketentuan Penimbunan Limbah non-
Pengelolaan Limbah nonB3
B3 (Pasal 23)
Fasilitas Penimbunan (Pasal 21) : a. persyaratan fasilitas Penimbunan
1. Penimbusan Akhir Limbah non-B3;
2. Penempatan kembali di area bekas b. persyaratan lokasi fasilitas
tambang Penempatan di areal
Penimbunan Limbah non-B3; bekas tambang
3. Bendungan penampung limbah c. tata cara Penimbunan Limbah non-
4. Sesuai IPTEK B3; dan
d. penetapan penghentian kegiatan
Penimbunan Limbah non-B3.
Bendungan/penampung
1. Pemeriksaan dan Pemeliharaan sarana dan limbah tambang
tata cara Penimbunan Limbah non-B3 prasarana fasilitas penimbun:
(Pasal 29) a) Sistem pendeteksi kebocoran
a. memperhatikan penempatan Limbah b) Sumur pantau
non-B3 pada lokasi fasilitas c) Saluran drainase
Penimbunan Limbah non-B3; d) Dinding tanggul
b. melakukan pengelolaan air lindi yang e) Pengolahan air lindi
ditimbulkan dari kegiatan Penimbunan 2. Pemantauan Lingkungan: Sesuai
Limbah non-B3; a) Air Tanah IPTEK
c. melakukan pemeriksaan dan b) Air Lindi
pemeliharaan sarana dan prasarana 3. Waktu pemantauan
Penimbunan Limbah non-B3; dan a) 1 kali dalam 1 bulan selama 2 tahun pertama
d. melakukan pemantauan lingkungan. beroperasi
b) 1 kali dalam 3 bulan untuk tahun berikutnya
73
V. Penimbunan Limbah non-B3 …(5)
PenimbusanAkhir
Ketentuan Penimbunan Limbah non-
Pengelolaan Limbah nonB3
B3 (Pasal 23)
Fasilitas Penimbunan (Pasal 21) : a. persyaratan fasilitas Penimbunan
1. Penimbusan Akhir Limbah non-B3;
2. Penempatan kembali di area bekas b. persyaratan lokasi fasilitas
tambang Penempatan di areal
Penimbunan Limbah non-B3; bekas tambang
3. Bendungan penampung limbah c. tata cara Penimbunan Limbah non-
4. Sesuai IPTEK B3; dan
d. penetapan penghentian kegiatan
Penimbunan Limbah non-B3.
Bendungan/penampung
limbah tambang
penetapan penghentian kegiatan
Penimbunan Limbah non-B3 (Pasal 34)
1. Penutupan fasilitas penimbunan
limbah nonB3
2. Pemeliharaan fasilitas penimbunan
limbah nonB3 Sesuai
3. Pemantauan fasilitas penimbunan IPTEK
limbah nonB3
a) Penimbusan Akhir: 31 Tahun
b) Penempatan kembali di area
bekas tambang: 6 tahun
c) Bendungan : 11 Tahun 25
BAB VI
PENGANGKUTAN
LIMBAH NON-B3
75
5. Pengangkutan Limbah non-B3 (Pasal 39)
wajib dilengkapi dengan
Berita Acara Penyerahan
Pengelolaan Limbah nonB3
Limbah nonB3
(BAPL)
PENGHASIL
LIMBAH
NONB3
PENGANGKUT LIMBAH NONB3
77
Pengelolaan Limbah nonB3 VII. Perpindahan Lintas Batas Limbah non-B3 (Pasal 40)
78
BAB VIII
DOKUMEN RINCIAN TEKNIS
LIMBAH NON-B3
79
Pengelolaan Limbah nonB3 VIII. DOKUMEN RINCIAN TEKNIS (DRT) LIMBAH NON-B3 (Pasal 41)
80
CONTOH DRT
BAB IX
KLARIFIKASI STATUS
LIMBAH
82
IX. KLARIFIKASI STATUS LIMBAH(PASAL 44)
1. Menteri memfasilitasi penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang memerlukan klarifikasi status
Limbah yang dihasilkannya.
Pengelolaan Limbah nonB3
2. Penghasil Limbah dapat mengajukan permohonan klarifikasi status limbah kepada Direktur Jenderal.
83
BAB X
PELARANGAN
84
Pengelolaan Limbah nonB3 X. PELARANGAN DALAM PENGELOLAAN LIMBAH NON B3 (Pasal 45)
36
BAB XI
PEMANTAUAN DAN
PELAPORAN
86
PELAPORAN DAN
PEMANTAUAN 1 kali dalam 1 Tahun
PENGELOLAAN
Pengelolaan Limbah nonB3
87
DASAR HUKUM PENGELOLAAN
SAMPAH
UU 18/2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH:
PP 81/2012:
Pasal 17 ayat (3): Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas
lainnya dalam melakukan pemilahan sampah wajib menyediakan sarana
pemilahan sampah skala kawasan.
PP 81/2012:
“Sampah adalah Sisa Kegiatan Tidak termasuk tinja dan sampah spesifik
Sampah Spesifik
” Sampah yang mengandung B3 (batere bekas, obat bekas)
Sampah yang mengandung limbah B3 (sampah medis)
Sampah akibat bencana
Puing bongkaran
Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah
Sampah yang timbul tidak secara periodik (sampah hasil kerja bakti
KONSEKUENSI UU 18/2008
DAMPAK NEGATIF:
• Kesehatan Masyarakat
• Kesehatan Lingkungan
• Bencana
DAMPAK POSITIF:
• Lingkungan Hidup
• Kesehatan Masy.
• Nilai Ekonomi
PARADIGMA BARU PELAKSANAAN PRINSIP TSB DILAKUKAN KEGIATAN:
PENGELOLAAN SAMPAH 1. 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE).
+ MENGUTAMAKAN 2. EXTENDED PRODUCER’S RESPONSIBILITY (EPR).
PRINSIP SAMPAH SEBAGAI 3. WASTE TO ENERGY.
SUMBERDAYA
4. PENGELOLAAN AKHIR YANG ENVIRONMENTAL
+ MENGUTAMAKAN FRIENDLY (SANITARY LANDFILL).
PRINSIP PENGENDALIAN
PENCEMARAN
KEUNTUNGAN CARA INI:
1. MENGHEMAT SUMBERDAYA.
2. BEBAN PENCEMAR BERKURANG.
3. BERNILAI EKONOMIS & MEMBUKA LAPANGAN KERJA.
4. OPERATIONAL COST RENDAH.
5. BEBAN TPA BERKURANG.
PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
AKTOR DAN KORBAN KASUS LINGKUNGAN HIDUP
PERUSAHAAN
PELANGGAR/
PENCEMAR
KASUS
LINGKUNGAN NASIONAL
LINGKUNGAN
HIDUP
PROVINSI
MASYARAKAT PIHAK
KORBAN
BERWAJIB
KABUPATEN/
NEGARA KOTA
KARAKTERISTIK DAN DAMPAK KEJAHATAN SUMBERDAYA ALAM
KERUGIAN JASA
KOMPLEKS LINGKUNGAN & BENCANA EKOLOGIS
DINAMIS RUANG
KEHATI
DAN LINGKUP LUAS
TERORGANISIR
KESEHATAN KERUGIAN
MASYARAKAT SERIOUS EKONOMI
EXTRAORDINARY CRIME
IMPACT
KERUGIAN
KEWIBAWAAN KEUANGAN
NEGARA NEGARA DAMPAK
JANGKA
PANJANG
20 Pasal dihapus
3 Pasal tambahan
Penegakan Hukum LHK Pasca UUCK
USAHA/KEGIATAN SENGAJA/LALAI
USAHA/KEGIATAN MELEBIHI BAKU MUTU USAHA/KEGIATAN
MEMILIKI
TANPA PERIZINAN AIR, AIR LAUT, UDARA TANPA PERIZINAN
PERIZINAN
BERUSAHA/PERSE AMBIEN, ATAU BERUSAHA/PERSE
BERUSAHA/PERSE
TUJUAN KERUSAKAN TUJUAN
TUJUAN LINGKUNGAN
PEMERINTAH PEMERINTAH
PEMERINTAH (PASAL 98 & 99)
(PASAL 82A) (PASAL 109)
(PASAL 82B)
SANKSI
ADMINISTRATIF Prinsip SANKSI PIDANA
*K2L : Keselamatan, Kesehatan dan/atau Lingkungan Ultimum Remedium *K2L : Keselamatan, Kesehatan dan/atau Lingkungan
BAB I: KETENTUAN UMUM
1. Teguran Tertulis
PENGENAAN 2. Paksaan Pemerintah
ULTIMUM
SANKSI 3. Denda Administratif
REMEDIUM ADMINISTRATIF 4. Pencabutan Perizinan
5. Pembekuan Perizinan
PENYELESAIAN
1. Ganti Kerugian Publik
SENGKETA DI LUAR 2. Pemulihan Lingkungan
• Mempercepat PENGADILAN
Proses
Penegakan
Hukum PENYELESAIAN
1. Ganti Kerugian Negara
SENGKETA MELALUI
2. Pemulihan Lingkungan
PENGADILAN
1. Pidana Penjara
2. Denda Pindana
PREMUM PENEGAKAN HUKUM
3. Pidana Tambahan
REMEDIUM PIDANA • Pemulihan Lingkungan
• Perampasan Keuntungan
ASAS-ASAS PENGUATAN KEBIJAKAN PASCA UU 11/2020
Batas
Perencanaan Kajian Lingkungan Hidup
PENCEGAHAN Spatial
Kawasan
Strategis (KLHS)
Hutan
Surat Kelayakan
KEHATI- • STANDARD Persetujuan Persetujuan
• EIA Operasional
HATIAN Lingkungan Teknis
(SLO)
111
PENGATURAN AMDAL, UKL-UPL, SPPL DAN PERIZINAN
BERUSAHA DALAM UU CK
UNTUK
INSTANSI
PENGAWASAN
PEMERINTAH
LINGKUNGAN
UNTUK HIDUP
PELAKU
USAHA
PENGAWASAN
LINGKUNGAN
HIDUP
Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
DASAR
Angka 25 Pasal 71 ayat (1) “Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah melakukan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas
ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang pelindungan
HUKUM
dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 492 ayat (1) “Menteri, gubernur atau bupati/wali kota wajib
melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam Perizinan
Berusaha atau Persetujuan Pemerintah terkait Persetujuan
Lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup..
Pengawasan
Lingkungan Hidup
Pasal 1 angka 98 PP No. 22 Tahun 2021
PENGECUALIAN
Pasal 493 ayat (4) s.d. (6)
Analisis mengenai PP 22 Tahun 2021 Perizinan Berusaha atau
dampak lalu lintas Persetujuan Pemerintah
terkait Persetujuan
Lingkungan mensyaratkan
SLO dan belum dipenuhi
Pengawasan oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
perhubungan, gubernur,
Pengawasan dilakukan terhadap
bupati/wali kota sesuai
kewajiban lainnya dalam
kewenangan
Persetujuan Lingkungan
Menteri, Gubernur, Bupati / Walikota
PENGAWASAN LANGSUNG
Dilakukan dengan mendatangi lokasi Usaha dan/atau Kegiatan.
Persetujuan Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara
o Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah;
o Pemenuhan Baku Mutu Emisi;
o Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan B3
Pengelolaan LB3
Sebelum UUCK berupa :
- Izin Lingkungan Pengelolaan Non Limbah B3/Sampah
- Izin Perlindungan dan
Pengelolaan LH
KEWENANGAN
PEJABAT PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP
(Pasal 74 UU 32/2009 jo. UU Cipta Kerja / Pasal 495 PP 22 Tahun 2021)
TUJUAN
Untuk mencegah:
a.dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan
Pencemaran dan/atau Kerusakan LH
b.kerugian yang lebih besar bagi LH jika tidak segera dihentikan
Pencemaran dan/atau Kerusakan LH
Pengenaan
Sanksi
Administratif
Pidana Penjara
Penegakan
Denda Pidana
Hukum
Pidana Pidana Tambahan: Pemulihan Lingkungan
Perampasan Keuntungan
Pemberatan ke Pidana
1. Pelanggaran baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau
baku mutu gangguan lebih dari satu kali
2. Tidak melaksanaan Paksaan Pemerintah;
July 2022
(after Restoration)
ADMINISTRATIVE
SANCTION
November 2017
(before Restoration)
DAMPAK PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF
ADMINISTRATIVE
SANCTION
DAMPAK PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF
Before
Sanction
After
Sanction
PENGAWASAN VS SANKSI ADMINISTRATIF
136
Jenis Jenis Limbah di Industri
INPUT
OUTPUT
• Material Anorganik
Contoh: Logam Berat (arsen, merkuri, Tembaga, Crom, Seng dan Barium
• Material Organik
Contoh: Material mengandung Karbon (Karbohidrat, Protein, Lemak, dll)
• Polutan Makroskopis
Contoh: Pencemar dengan ukuran besar seperti sampah,
plastik, dll
UDARA AMBIEN
Industri
Kebisingan
Gangguan
Getaran
Ruangan PERMENAKER
Kebauan
Jenis Jenis emisi:
• EMISI NORMAL :
berasal dari sumber-sumber yang terkontrol dan disalurkan melalui
cerobong sehingga dapat diukur atau dipantau besarannya
• EMISI ABNORMAL
berasal dari sumber-sumber titik kecil, yaitu yang berasal dari emisi
fugitive, proses start up, shutdown, dan perawatan. Sumber ini lebih
sulit dikontrol dan diukur
• EMISI SEMENTARA/AKSIDENTAL
berasal dari kebocoran dan tumpahan kecil; ledakan dan kebakaran
(PERMENLH_12_2010)
Emisi Fugitive adalah Emisi yang secara teknis tidak
dapat melewati cerobong, ventilasi atau system
pembuangan Emisi yang setara seperti:
Sumber: http://www.newsustainabilityinc.com/wp-content/uploads/2014/07/slide_8.jpg
154
The Great Smog of '52 or Big Smoke in London
http://images.china.cn/attachement/jpg/site1007/20130819/00114320db41137bdb2e06.jpg
http://en.wikipedia.org/wiki/Great_Smog#/media/File:Nelson%27s_Column_during_the_Great_Smog_of_1952.jpg
Tobata-ku (1950’s)
80t/km2・amount
of monthly dust fall
Sumber:
http://scienceunraveled.com/wp-content/uploads/2013/08/AirpollutionpathwaysUSEPA1.jpg
158
B3 Adalah...
Reagen bekas
Kemasan bekas
Slag
Olie bekas Aki bekas
Limbah infectius
Tanah terkontaminasi
DampakK MERCURY diMinamata -
Jepang
Gambaran Dampak Akibat Limbah B3
Trend Dampak B3 dan Limbah B3 terhadap lingkungan dan Kesehatan manusia
B3 LB3
• Sifat dan karakrteristik Bahaya /beracun • Sifat dan karakteritik bahaya/ racun lebih rendah dari B3 nya
sangat tinggi • Merupak limbah /Sisa kegiatan (bukan asset)
• Sebagai asset (punya nilai tinggi) • Sifat dan karakteristik bahaya /racun perlu diuji ( acute/kronis/sub-
• Memiliki MSDS kronis)
• Isue terhadap dampak kesehatan lebih • Isu terhadap damapak lingkungan lebih diutamakan
utama
• Pengaturan lebih ketat • Peraturan/ penegakan hukum lemah dan sulit diterapkan
166
POTENSI BAHAYA SAMPAH B3
2016
Mapping
• PROSES MAPPING
- Identifikasi Sumber Air Limbah
- Identifikasi Karakteristik Air Limbah
- Identifikasi Kapasitas Air Limbah dan Fluktuasinya
- Identifikasi Kemungkinan adanya material inhibitor
- chemical yang digunakan
- kemampuan operator ( Sertifikasi EPCM)
- Identifikasi Unit Proses IPAL/STP
175
CONTOH IDENTIFIKASI SUMBER AIR LIMBAH
Industri Textile
LAB SIZING & DESIZING SCOURING Bleaching Mercerazing Dyeing Dyeing DOMESTIK
High COD/BOD OG, pH>, Panas pH>, TDS> pH>BOD> BOD>, TDS>pH> BOD>, TDS>pH> OG, NH3
SCREEN
Cooling
SCREEN
Inhibitor SCREEN GREASE TRAP
GREASE TRAP
PRE-TREATMENT Cooling
STP
EQUALIZATION
TANK
Note :
Sizing : pengkanjian COD 400-7.000 mg/lt EFFLUENT WATER
Desizing : penghila-ngan kanji (PermenLHK No. 68
Tahun 2016
Scouring : pengikisan
IPAL
Bleaching : penggelan-tangan
Mercerisation
EFFLUENT WATER
Dyeing : pewarnaan (PermenLH No. 05 Tahun 2014
Printing : pencetakan Integrasi
Finishing SLUDGE 176
Contoh Identifikasi Sumber Limbah Pabrik
Kelapa Sawit (PKS)
Pencucian
Sterilisasi Klarifikasi Hydrocyclone
mesin/utilitas
Debit, Q ; Debit, Q ;
pH : 5 pH : 4.5 Debit, Q ; Debit, Q ;
COD : 47.000 mg/lt COD : 64.000 mg/lt pH : 4.5 pH : 7
BOD : 23.000 mg/lt BOD : 29.000 mg/lt COD : 15.000 mg/lt COD : 1.000 mg/lt
NH3 : 20 mg/lt NH3 : 40 mg/lt BOD : 5.000 mg/lt BOD : 500 mg/lt
TN : 500 mg/lt TN : 1200 mg/lt NH3 : - mg/lt NH3 : - mg/lt
TSS:5000 mg/lt TSS:23.000 mg/lt TN : 100 mg/lt TN : 10 mg/lt
OG : 4.000 mg/lt OG : 7.000 mg/lt TSS:7.000 mg/lt TSS:700 mg/lt
OG ; 300 mg/lt OG ; 20 mg/lt
WWTP System
Debit, Q ; Land
pH : 7
Aplikasi
BOD < 5.000 mg/lt
Debit, Q ;
pH : 7
WWTP COD < 350 mg/lt Effluent
Contoh Identifikasi Sumber
Limbah Domestik
Kithcen Set Closet Mesin Cuci
OG, pH< TSS> COD 400-700 Floordrain MBAS>
COD 2000-4000 mg/lt mg/lt
Pre Treatment
Screen
Grease Trap
STP System
EFFLUENT WATER
(PermenLHK No. 68 Tahun 2016 Effluent
178
IDENTIFIKASI SUMBER AIR LIMBAH
INTEGRASI
PENCUCIAN AIR REBUSAN AIR PERASAN LOUNDRY DAPUR TOILET
COD 800 mg/lt COD 10.000 mg/t 1.000 mg/t COD 1.000 mg/t COD 2000 mg/lt COD 400 mg/lt
GREASE
ANAEROB
TRAP
EQUALIZATION
EQUALIZATION DOMESTIK
TANK
180
KARAKTERISTIK AIR LIMBAH
Karakteristik
Air Limbah
Air Limbah
senyawa organik
(karbon yang dikombinasi
elemen O, N, P, dan/atau H)
Biologis Kimiawi
senyawa anorganik
Karakter Karakter (klorida, ion hydrogen,
Biologi Kimia
nitrogen, fosfor, logam berat
dan asam)
Mikroorganisme:
bakteri, algae, virus, fungi Gas-gas
Parameter Karakteristik
Parameter Pencemar Parameter Karakteristik
Organik terurai BOD5 Biochemical Oxygen Demand atau Kebutuhan
Oksigen Biokimia
Organik Sulit Terurai COD Chemical Oxygen Demand atau Kebutuhan Oksigen
Kimia
Nutrien TN Total Nitrogen atau Nitrogen Total
TP Total Phospjat atau Pospor Total
Padatan Tersuspensi TSS Total Suspended Solid
TUR Kekeruhan atau turbidity
Terapung O&G Minyak dan lemak
MBAS Methylene Blue Active Substance atau Deterjen
Sintesis
Logam Berat Cd, Cu,, Cr, Hg, Ni cadmium, tembaga, crom, merkuri, nikel
Anorganik Terlarut TSS, DHL, Ca, F, Total suspended Solid, Haya Hantar Listrik, kalsium,
Mn, CN, Cl2 florida, mangan, sianida, klorin
Asam Basa pH derajat keasaman
patogen Koliform
Parameter Kualitas dan Dampaknya
Parameter Keterangan
Bulk Organic Parameter
TOC Dapat beracun ; mengurangi oksigen terlarut
COD Dapat beracun ; mengurangi oksigen terlarut
BOD Mengurangi oksigen terlarut badan air penerima
Minyak dan Lemak / TPH Merusak vegetasi dan kehidupan akuatik
Parameter Fisik
TSS Mempengaruhi turbiditas ; meracuni kehidupan akuatik
pH Asam dan basa dapat meracuni kehidupan akuatik
Temperatur Mempengaruhi kehidupan akuatik
Warna Mempengaruhi aestetik dan merusak algae
Bau Mempengaruhi kehidupan akutik dan manusia ; aestetik
Potensial redoks Meracuni kehidupan akuatik
Parameter Kontaminan Spesifik
NH3 / NO3 Meracuni kehidupan akuatik ; eutrofikasi
Fosfat Eutrofikasi
Logam berat Meracuni kehidupan akuatik dan manusia
Surfaktan Meracuni kehidupan akuatik dan manusia ; aestetik
Sulfida Meracuni kehidupan akuatik dan manusia ; aestetik
Fenol Meracuni kehidupan akuatik dan manusia ; aestetik
Toxic Organics Meracuni kehidupan akuatik dan manusia
Sianida Meracuni kehidupan akuatik dan manusia
KARAKTERISTIK DAN SUMBER AIR LIMBAH (Metcalf 2003)
(1)
Karakteristik Komponen Sumber
FISIK Padatan Air limbah industri, domestik, dan erosi tanah
tersuspensi
Warna Air limbah industri dan domestik
Bau Dekomposisi air limbah dan air limbah industri
Limbah padat/limbah B3
• Sludge
PRINSIP PENGOLAHAN
191
Faktor Penentu Unit Operasi IPAL
Spesifikasi teknis dan tata cara pengoperasian IPAL
ditentukan oleh :
• Karakteristik limbah cair yang masuk ke IPAL (infuen)
Termasuk Debit
• Karakteristik efluen yang diinginkan
• Kondisi lahan tapak IPAL
• Ketersediaan biaya : investasi dan operasi
• Ketersediaan SDM
Kapasitas pengolahan Air Limbah dipengaruhi oleh :
• Debit air limbah yang dihasilkan
• Waktu detensi dalam suatu unit pengolahan,
• Jenis unit Proses yang digunakan
• Ketersediaan lahan,
• Ketersediaan biaya dan SDM
Basic Engineering Design (BED)
BED Merupakan Dasar Dalam Operasional IPAL, Dimana Kapasitas Dan
Karakteristik Influent Yang Boleh Masuk Dan Target Effluent Yang Akan Dicapai
Contoh BED
194
• Rencana Proses
a. Senyawa/material An-solube
Unit Proses = Proses Kimia-Fisika
Efisiensi = 20 – 50 % atau lebih (tergantung
karakteristik)
Karakteristik Lumpur = Flok Relatif/sedang, dengan DAF
200
Pra pengolahan (pre-treatment)
1. Penyaringan (screening)
• Memisahkan padatan berukuran besar.
• Mengurangi beban organik air limbah
2. Penangkapan minyak dan lemak
• Menghindari terganggunya aktivitas bakteri dalam pengolahan biologis
• Menghindari penyumbatan aliran
3. Bak ekualisasi
• Menyamakan debit dan konsentrasi air limbah sehingga pengolahan biologis dapat berjalan efektif
• Mengatur pH dan penambahan nutrisi bagi aktivitas mikroba dalam pengolahan biologis
• Secara umum, tahap pra pengolahan dapaT mengurangi konsentrasi parameter BOD (Biochemical Oxygen
Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) hingga 35 %, serta parameter minyak-lemak
sebesar 65 %.
201
KIMIA-FISIKA
Screen
Reduksi Minyak & Lemak
Equalization Process
pH Control
Reduksi TSS, COD/BOD,
Colour
202
Unit Saringan
Tujuan : untuk menyaring material kasar yang terbawa di influen
Ukuran Kisaran Tipe dan material
material ukuran Screen
kasar bukaan
Saringan drum berputar (rotary drum screen) Kasar (coarse) 2,5 – 5 Jaring baja tahan karat
Sedang (medium) 0,25 – 2,5 Jaring baja tahan karat
204
PROSES EQUALISASI
Menstabilkan/menghomogenkan
debit/konsentrasi air limbah
Kelengkapan
• Mixing :
Menghindari pengendapan dan homogenisasi konsentrasi air limbah.
Mengatur pH sehingga
TUJUAN
proses koagulasi optimal
Pengolahan primer (primary treatment)
➢ Pengolahan primer merupakan pengolahan air limbah dengan Menggunakan prinsip fisika
dan kimia.
➢ Teknologi pengolahan primer yang digunakan adalah pengendapan (primary sedimentation).
Pengendapan diperlukan untuk memperlambat aliran air limbah sehingga dapat
mengendapkan padatan-padatan yang tidak tersaring seperti pasir, kerikil, sisik ikan, serpihan
daging ikan, dll.
➢ Padatan-padatan tersebut dipisahkan agar tidak mengganggu tahap selanjutnya seperti
menyumbat pipa dan merusak peralatan.
➢ Tahap pengendapan juga dapat dibantu dengan menggunakan bahan kimia berupa
koagulan dan/atau flokulan, bila kandungan total padatan tersuspensi (total suspended solid,
TSS) dari air limbah sangat tinggi.
➢ Dengan menggunakan teknologi pengolahan primer, kandungan TSS dapat diturunkan
hingga 60%.
208
Pengendapan / Clarifier
inlet outlet
HSL = Q/A
Q = x m3/hr
A=Л.r 2
• Teknologi Pengolahan Sekunder Yang Dapat Digunakan Adalah Proses Biologis, Baik Secara Anaerobic
Maupun Aerobic
• Untuk Air Limbah Dengan Kandungan Bahan Organik (BOD Atau COD) Yang Tinggi Seperti Industri
Perikanan (Dari Data Primer, Karakteristik Inlet IPAL Industri Perikanan Memiliki BOD Dan COD Yang Tinggi),
Disarankan Untuk Terlebih Dahulu Menggunakan Proses Biologis Secara Anaerobik Sebelum Proses
Aerobik.
• Penggunaan Proses Anaerobik Dapat Menurunkan Kebutuhan Lahan Ipal, Mengurangi Beban Pengolahan Air
Limbah Secara Biologis Aerobik, Dan Mengurangi Biaya Penanganan Lumpur.
• Penggunaan Proses Biologis Secara Anaerobik Dapat Menurunkan Konsentrasi Parameter Tss Hingga 55 %
Dan Konsentrasi Parameter Bod Dan Cod Sebesar 65 %. Sedangkan Penggunakan Proses Biologis Secara
Aerobik Dapat Menurunkan Konsentrasi Parameter Tss Hingga 80 % Dan Konsentrasi Parameter Bod Dan Cod
Sebesar 90 % (Untuk Konsentrasi Cod Di Bawah 1000 Mg/L).
• Dengan Menggunakan Proses Pengolahan Air Limbah Sekunder, Kandungan Parameter Minyak-lemak Dalam
Air Limbah Juga Dapat Diturunkan Hingga 90 %.
Proses Biologi
Everyone need food
DO MLVSS
BOD5 Microbes
COD O2 Microbes
Microbes
Organic Aerobic
Heat
Microbes
Nutrient H2O
CO2
Aerobic system
Consume of organic matter with microorganism
Anaerobic system
DO
High Microbes CH4
High O2 Microbes
BOD5
COD Anaerobic H2O
Organic
Microbes
CO2
Nutrient
213
Proses Biologi
217
Sludge Treatment
Fis-Kim
Biologi Thickener
Cake
SLURRY
• Slurry, kadar S.S 1,5 – 2,5%
• Kapasitas Slurry
✓ Berdasarkan hasil Jartest
✓ Berdasarkan Estimasi ,
Fis-Kim : 10 -30% Debit Air limbah, tergantung
karakteristik air limbah, Typical 15%
Biologi : tergantung Tipe Process Biologi (
Anaerob/Aerob), jika Aerob tergantung MLSS,
biasanya 2,5 – 5 %, typical 3,5%
✓ Berdasarkan Pengukuran Aktual di lapangan
219
TYIPE SLUDGE DEWATERING SYSTEM
220
TEKNOLOGI APLIKASI
221
TEKNOLOGI APLIKASI
SEDIMENTASI - DAF System
Anaerobic System
Extended Aeration
Biotechnologi
SBR sequence batch reactor
MBR membrane bio reactor
MBBR moving bed bio reactor
RBC rotating bio contactor
TF Trikling Filter
222
SEDIMENTATION
223
DAF (Dissolved Air Flotation)
Proses Flotasi / DAF merupakan sistem
pengolahan air kombinasi koagulasi-
flokulasi-pemisahan dg flotasi
Page 224
Anaerobic Treatment
ANAEROBIC
UASB-EGSB
ANAEROBIC
LAGOON
225
Extended Aeration
(Activated Sludge)
BIOReactor / Biotechnologi
227
CONTOH PROCESS BLOCK DIAGRAM
228
Sequencing Batch Reactor (SBR)
229
MBR system
• Tidak di perlukan 2nd & 3rd clarifier, lahan yang lebih kecil (small foot
print).
• Hasil effluent quality yang lebih bagus dan stabil.
• Sludge yang di hasilkan sedikit
• Nutrient removal
230
MBBR moving bed bio reactor
air blower
sludge out 7
9 nitrate recycle
4
feed waste water NaOCl
1 2
influent
RAS
anoxic
DO 0-.0.5
effluent
8
separator
3rd treatment
sludge settling feed tank
for toxic bacteria
sludge floating
3
5 recycle (RAS+WAS)
wastage activated sludge (WAS)
232
233
TEKNOLOGI LAIN
Electrocoagulation
AOP (Advance Oxydation Process)
Wet Land (Waste Water Garden)
234
235
Performance Control
- pH or DO Control
Mikroskop
DO Spectrofometer
meter
pH
meter
pH
SV-30 control paper
Process Block Diagram WWTP
TYPICAL – COD Tinggi
Influent
Biogas Flare
Treatment
Anaerobic
SHT
Sum Pit Tank
Clarifier
Grease Trap
Clarifier
Beltpress
Equalization Buffer Tank 2
Tank
Influent SHT
Sum Pit
Clarifier
Grease Trap
Clarifier
Beltpress
Equalization Buffer Tank 2
Tank
Aeration Cake
(Extended) Filter Tank
1000 m3/day
Influent SHT
Sum Pit Anaerobic
Tank Clarifier
Grease Trap
Equalization
Desinfectan
Tank
IPLT
Anoxic Filter Tank
10 m3/day
Aeration
Attach Growth Control Tank Effluent
Process Block Diagram WWTP
TYPICAL – Textile
Influent SHT
Sum Pit
Clarifier
Grease Trap
Clarifier
Beltpress
Equalization Buffer Tank 2
Tank
Aeration Cake
(Extended) Filter Tank
1000 m3/day
243
KENDALA PENGELOLAAN AIR LIMBAH
KETERSEDIAAN
BIAYA INVESTASI, SUMBER DAYA
KETERSEDIAAN LAHAN OPERASI DAN MANUSIA UNTUK
PERAWATAN PENGELOLAAN AIR
LIMBAH
SOLUSI PENGELOLAAN
• IPAL Dapat Dibangun Pada Posisi “Underground”, Di Lahan Parkir Atau
Taman
• Pilih Teknologi Yang Mudah Dan Murah Dalam Operasi
• Hindarkan Padatan Dan Sampah Dari Air Limbah
• Hindarkan Pemakaian Bahan Kimia Yang Dapat Mematikan Bakteri
245
Tugas Kelompok
Relokasi Pabrik
PPU untuk Industri Out put
Udara
Ambien
Input
(Raw
material)
Proses
• Pemukiman Industri
Peruntukan Jalan Non Jalan Kebisingan
• Komersial, dari/atau
pelestarian &
pertanian, peruntukan
pencagangan
perkebunan lain yang
udara bersih.
• Peruntukan mensyaratka Kebauan
lain yang Tipe baru In-used
n kelas yang
mensyaratkan sama.
kelas yang
sama.
• Menteri menetapkan nilai konsentrasi ambien tertinggi di setiap kelas WPPMU (Wilayah Perlindungan & Pengelolaan Mutu Udara).
• Setiap orang wajib menjaga agar kegiatannya tidak menyebabkan baku mutu udara ambien terlampaui.
• Untuk memastikan baku mutu udara ambien terjaga, Menteri menetapkan baku mutu emisi.
Pasal 184 ayat (5): dalam hal WPPMU belum ditetapkan, status mutu udara ambien ditentukan dg cara membandingkan hasil
pemantauan dg baku mutu udara ambien
Sumber: Sosialisasi PP 22/ 2021, Oleh Ir. Ary Sudijanto, M.Sc, Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Usaha Dan Kegiatan,
Ditjen Planologi Kehutanan Dan Tata Lingkungan, KLHK, 2021
Contoh Sumber Emisi PLTSa
6
5
1
Pre-treatment sampah Steam Boiler Steam Turbine Sumber Emisi
Generator ( 1 stack)
Steam
Flue gas
7 8
Unloading Pemasukan sampah Pembakaran sampah di
dan Pengisian bunker ke sistem feeding Pengendalian gas
grate stoker
buang
(furnace)
2 3 4
9 Residu/abu
11 10
Stack
Pembuangan Pengumpulan Pengelolaan Fly Ash
Bottom Ash FABA
Emisi Fugitif
Emisi Fugitif adalah Emisi yang secara teknis tidak dapat melalui cerobong atau sistem pembuangan emisi
yang setara (Permen LHK No. 11/2021)
Emisi Fugitif adalah emisi yang tidak tertangkap oleh sistem penangkap yang sering kali disebabkan oleh
kebocoran peralatan, proses evaporasi, dan gangguan tiupan angin (European Environmental Agency)
Emisi Fugitif adalah kebocoran dan pelepasan gas atau uapyang tidak teratur dari wadah bertekanan
seperti peralatan, tangka penyimpanan, saluran pipa, sumur, atau peralatan lainnya – sebagain besar dari
kegiatan industry (Wikipedia.org)
Contoh :
- Kebocoran dari valve, sambungan pipa, seal mekanikal dll
- Penguapan dari Kolam IPAL
- Loading dan unloading material
- Lubang ventilasi penambangan
- Debu dari sisi jalanan
Ilustrasi Emisi Fugitif Pada Sistem Penangkap Emisi
Wet Scrubber
Electrostatic Precipitator (ESP/SP)
Cyclone
Baghouse Filter
DUST COLLECTOR
SCR Selective Catalytic Reduction
Penimbunan Limbah B3
Siklus Pengelolaan Limbah B3
EKSPOR
❖ Di setiap mata rantai pengelolaan dilakukan pencatatan dan pengendalian dengan izin untuk memastikan
dipenuhinya persyaratan lokasi, fasilitas, teknologi, dan baku mutu.
❖ Setiap perpindahan limbah B3 disertai dengan manifes untuk memastikan pengelolaan dilakukan sesuai prinsip from
cradle to grave (penghasil ke penimbusan akhir) atau cradle to cradle (penghasil ke industri pemanfaat/ recycle).
Pengelolaan Limbah nonB3
PENGATURAN LIMBAH NONB3
Pengelolaan Limbah non B3 dilakukan terhadap:
1. Limbah non B3 terdaftar termuat dalam daftar Limbah nonB3
yang tercantum dalam Lampiran XIV
2. Limbah nonB3 khusus merupakan Limbah B3 yang dikecualikan
dari Limbah B3 berdasarkan penetapan pengecualian dari
Pengelolaan Limbah B3 dari sumber spesifik
RENCANA PENGELOLAAN
LIMBAH NONB3
1. Limbah nonB3 khusus dapat merujuk kepada Penetapan Menteri
yang selanjutnya dituangkan dalam Persetujuan Lingkungan
2. Limbah nonB3 terdaftar wajib dicantumkan secara rinci dalam
Persetujuan Lingkungan
3. Pengelolaan Limbah nonB3 tidak memerlukan persetujuan teknis
Lingkup Pengaturan
PP 22 Tahun 2021 tentang PPLH
1) Penetapan Limbah B3
2) Pengurangan limbah B3
3) Penyimpanan limbah B3
4) Pengumpulan limbah B3
5) Pengangkutan limbah B3
6) Pemanfaaatan limbah B3
7) Pengolahan Limbah B3
8) Penimbunan Limbah B3
9) Dumping (Pembuangan) limbah B3
10) Pengecualian Limbah B3
11) Perpindahan lintas batas limbah B3
12) PenanggulanganPencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan Pemulihan
Lingkungan Hidup
13) Sistem Tanggap Darurat dalam pengelolaan Limbah B3
14) Pembiayaan
UU 11/2020 merubah beberapa pasal dalam UU 32/2009
(terkait Pengelolaan Limbah B3)
Pasal 22 UU 11/2020 , merubah beberapa pasal dalam UU 32 Tahun 2009 yang terkait dengan Perizinan
Berusaha, antara lain ketentuan Pasal 59 dan Pasal 61
• Pasal 59 ayat (4) dan ayat (5): • Pasal 61 ayat (1) dan ayat (3):
(4) Pengelolaan Limbah B3 wajib (1)Dumping sebagaimana
mendapat Perizinan Berusaha, atau dimaksud dalam Pasal 60 hanya
persetujuan Pemerintah Pusat atau dapat dilakukan dengan
Pemerintah Daerah persetujuan dari Pemerintah
Pusat
(5) Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah wajib mencantumkan
persyaratan lingkungan hidup yang (3) Ketentuan lebih lanjut
harus dipenuhi dan kewajiban yang mengenai tata cara dan
harus dipatuhi pengelola Limbah B3 persyaratan dumping limbah atau
dalam Perizinan Berusaha, atau bahan diatur dalam Peraturan
persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Pemerintah Daerah
Pasal 185 huruf b, UU 11/2020, peraturan pelaksanaan dari UU yang telah diubah oleh UU CK tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan wajib disesuaikan paling lama 3 bulan
Penyimpanan Limbah B3
LOKASI BANGUNAN
tangki dan/atau kontainer PENGEMASAN,
FASILITAS PELABELAN &
SIMBOL LABEL B3
silo
PENGURANGAN
SIMBOL
PILAH KEMAS SIMPAN
LABEL LB3
288
FASILITAS TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH B3
NOMOR P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020
PERSYARATAN TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH B3 BERUPA BANGUNAN
DEFINISI
Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan Limbah B3
yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 dengan maksud
menyimpan sementara Limbah B3 yang dihasilkannya
TUJUAN
Menyimpan sementara limbah sampai dengan tercapai kuantitas
limbah yang memadai sehingga efisien secara ekonomi untuk
pengelolaan lebih lanjut
291
Standar waste impoundment
Standar waste pile
TANGKI
CATATAN:
Volume dalam
tanggul minimum
harus 110% dari
volume tangki
Tanah dasar
Pondasi beton
yang diperkuat
294
FASILITAS PENIRISAN (DRIP PAD)
296
SILO
297
KETENTUAN UMUM PENYIMPANAN LIMBAH B3
298
MASA SIMPAN LIMBAH B3
LIMBAH B3 YANG DISIMPAN WAKTU PENYIMPANAN (MAKSIMUM)
▪ Limbah B3 yang dihasilkan 50 (lima puluh) kilogram per ▪ 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3
hari atau lebih; dihasilkan
▪ Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) ▪ 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah
kilogram per hari untuk Limbah B3 kategori 1; B3 dihasilkan
▪ Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) ▪ 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak
kilogram per hari untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber Limbah B3 dihasilkan
tidak spesifik dan dari sumber spesifik umum;
▪ Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus. ▪ 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak
Limbah B3 dihasilkan
Catatan: Jumlah 50 (lima puluh) kilogram per hari merupakan jumlah kumulatif dari 1 (satu) atau lebih nama
limbah B3
299
KETENTUAN
TEKNIS TPS LIMBAH B3
KETENTUAN TEKNIS TPS LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
1) Bagian luar bangunan diberi papan nama dan diberi simbol limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan;
2) Limbah B3 yang disimpan harus terlindung dari hujan dan sinar matahari;
3) Bangunan memiliki sistem ventilasi;
4) Bangunan dilengkapi dengan saluran dan bak penampung tumpahan (jika menyimpan limbah B3 cair);
5) Sistem penyimpanan menggunakan sistem blok / sel yang dipisahkan masing-masing blok/sel dipisahkan gang/tanggul ;
6) Lokasi Penyimpanan Limbah B3 bebas banjir dan tidak rawan bencana (dapat direkayasa dengan teknologi untuk perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup);
7) lokasi Penyimpanan Limbah B3 berada di dalam pengusaan Setiap Orang yang menghasilkan limbah B3 tersebut/Tanah hal milik;
8) kemasan/limbah limbah B3 diberi alas / pallet;
9) Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan bentuk dan karakteristik limbah B3dan mampu mengungkung limbah B3 untuk tetap berada
dalam kemasan;
10) Pengemasan limbah B3 dilengkapi dengan SIMBOL dan LABEL limbah B3 dengan. Label paling sedikit memuat keterangan mengenai nama
limbah B3, identitas penghasil limbah B3, tanggal dihasilkan limbah B3 dan tanggal pengemasan limbah B3;
11) kondisi kemasan limbah B3 bebas karat, tidak bocor dan tidak meluber;
12) Memiliki logbook/catatan untuk mendata/mencatat keluar masuk limbah limbah B3 yang memuat sumber, nama, jumlah dan karakteristik
limbah B3, pelaksanaan penyimpanan dan pengelolaan lanjutan;
13) Dilengkapi dengan SOP tanggap darurat dan SOP Penyimpanan ;
14) Dilengkapi dengan alat pemadam api dan penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai Serta tersedia fasilitas P3K yang mudah
dijangkau;
301
Papan nama, symbol Saluran ceceran, system sel, Pallet dan symbol dan label
limbah B3 dan tanggul pada kemasan
303
PERSYARATAN LINGKUNGAN HIDUP TERKAIT
PENYIMPANAN LIMBAH B3
▪ Memfungsikan tempat Penyimpanan Limbah B3 sebagai tempat Penyimpanan
Limbah B3;
▪ Menyimpan Limbah B3 yang dihasilkan ke dalam tempat Penyimpanan Limbah
B3;
▪ Melakukan pengemasan Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3; dan
▪ Melekatkan Label Limbah B3 dan Simbol Limbah B3 pada kemasan Limbah B3.
304
CONTOH PELEKATAN SIMBOL DAN LABEL
PADA KEMASAN LIMBAH B3
305
SIMBOL LIMBAH B3 SESUAI PERMEN LH 14/2013 TENTANG SIMBOL DAN
LABEL LIMBAH B3
306
25 cm
A B
Ukuran simbol
(minimal):
ALAT ANGKUT
25 cm x 25 cm
WADAH/KEMASAN
10 cm X 10 cm
A
25 cm 45o
307
Jingga (R=255, Hitam (R=0,
G=153, B=83) G=0, B=0)
MUDAH MELEDAK
308
CONTOH KEMASAN & TATA CARA PEMBERIAN
SIMBOL DAN LABEL
309
CONTOH POLA PENYIMPANAN KEMASAN DRUM DI ATAS PALET
DENGAN JARAK MINIMUM ANTAR BLOK
310
EVALUASI KETAATAN TPS LIMBAH B3
NO KETENTUAN YA TIDAK KETERANGAN
PEMANTAUAN
22 Apakah ada logbook/catatan untuk mendata/mencatat keluar masuk limbah limbah B3? o o
23 apakah jumlah dan jenis limbah B3 sesuai dengan yang tercatat di logbook/catatan? o o
PENGELOLAAN LANJUTAN
apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap limbah B3 yang disimpan? (diserahkan ke pihak
24 o o
ketiga/dimanfaatkan internal)?
▪ Perpindahan / pergerakan limbah B3 yang dilakukan oleh pihak ke-3 dilengkapi dengan
DOKUMEN MANIFES limbah B3
▪ Pihak yang melakukan pengelola limbah B3 memperoleh salinan dokumen manifest
limbah B3 sesuai dipersyaratkan
▪ Untuk pengangkut limbah B3, kendaraan yang digunakan sesuai dengan rekomendasi
dari KLH
▪ Pengangkutan limbah B3 telah mendapatkan rekomendasi pengangkutan limbah B3 dari
KLHK dan izin pengangkutan limbah B3 dari Kementerian Perhubungan
▪ Jenis limbah B3 yang diangkut sesuai dengan rekomendasi dan izin pengangkutan
limbah B3 yang dimiliki
▪ Rekomendasi dan izin pengangkutan limbah B3 belum habis masa berlakunya
▪ Rute dan wilayah pengangkutan limbah B3 sesuai dengan rekomendasi dan izin
pengangkutan limbah B3
327
CONTOH MANIFEST LIMBAH B3
▪ Satu berkas manifes (7 rangkap atau 11 rangkap) berlaku hanya untuk satu jenis limbah
▪ Semua kolom dalam lembar manifes harus terisi sesuai peruntukannya (tidak boleh ada yang kosong).
▪ Saat pengangkutan pertama oleh pengangkut dari penghasil limbah B3, maka penghasil limbah menerima salinan manifes
▪ Dalam salinan manifest nomor #2 dan #3 hanya kolom 1 (informasi penghasil) dan kolom 2 (informasi pengangkut) yang terisi
penuh dan ada cap penghasil dan pengangkut. Kolom 3 (informasi penerima limbah akhir) boleh terisi hanya menyampaikan
informasi akan dibawa kemana selanjutnya limbah tersebut tanpa ada tanggal dan cap penerima akhir limbah.
▪ Perusahaan akan menerima salinan manifes nomor #7 (ungu) dari pengangkut yang sudah di tandatangani dan dicap oleh
pengumpul/ pengolah/pemanfaat/penimbun.
▪ Salinan manifes nomor #7 harus diterima oleh penghasil limbah selambat-lambatnya 120 hari setelah limbah diangkut oleh
pengangkut untuk dibawa ke pengumpul/ pengolah/ pemanfaat/ penimbun limbah B3. 329
Dokumen Limbah B3
331
APAKAH MANIFES ONLINE ?
332
TATA CARA PERMOHONAN FESTRONIK LIMBAH B3
UNTUK MENDAPATKAN HAK AKSES
MELAKUKAN
PEMOHON MENDAPAT
MENGAJUKAN PENDAFTARAN HAK
INFRMASI MENGENAI
PERMOHONAN AKSES SECARA ONLINE
PERSETUJUAN HAK
TERTULIS DI
AKSES FESTRONIK
festronik.menlhk.go.id
Plat nomor
dipasang
pake karet
334
Manifest / Dokumen
Limbah B3
Manifes Online
2016
Manifes Online 2013
QR Code
2009 Manifes
1995
Manifes Manual (Kepdal No. 02/1995)
Pengguna Festronik
PENERIMA:
PENGIRIM: Pengumpul,
PENGANGKUT
PENGHASIL LB3 Pemanfaat, Pengolah,
Penimbun
MASUK KE DALAM SISTEM FESTRONIK
• Permohonan tertulis;
• Pendaftaran online
K K K
U U U ADMIN ADMIN
A A A
S S S
A A A
PEMANTAUAN, PENGAWASAN,
ADMIN ADMIN ADMIN
PELAPORAN 338
PENGOLAHAN LIMBAH B3
PENGOLAHAN LIMBAH B3
✓ Pengolahan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang yang
menghasilkan Limbah B3.
✓ Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri, Pengolahan
Limbah B3 diserahkan kepada Pengolah Limbah B3.
✓ Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan cara:
termal;
stabilisasi dan solidifikasi; dan/atau
cara lain sesuai perkembangan teknologi.
✓ Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan mempertimbangkan:
ketersediaan teknologi; dan
baku mutu atau standar lingkungan.
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH B3
Pembersihan gas :
• Elektrostatik
FISIKA presipitator,
• Penyaringan partikel,
• Wet scrubbing,
• Adsorpsi dengan karbon
aktif.
Pemisahan cairan dan
padatan:
KIMIA • Sentrifugasi,
• Klarifikasi,
• Koagulasi,
• Filtrasi,
• Flokulasi,
• Flotasi,
BIOLOGIS • Sedimentasi,
• Thickening.
341
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH B3
Penyisihan komponen-
komponen yang spesifik:
FISIKA • Adsorpsi,
• Kristalisasi,
• Dialisa,
• Elektrodialisa,
• Evaporasi,
• Leaching,
• Reverse osmosis,
KIMIA
• Solvent extraction,
• Stripping.
BIOLOGIS
342
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH B3
FISIKA
◆ Reduksi-Oksidasi,
◆ Elektrolisa,
◆ Netralisasi,
KIMIA ◆ Presipitasi/Pengendapan,
◆ Solididifikasi/Stabilisasi,
◆ Absorpsi,
◆ Penukar lon,
◆ Pirolisa
BIOLOGIS
343
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH B3
FISIKA
KIMIA
◆ Teknologi bioremediasi
BIOLOGIS ◆ Composting
344
INSINERATOR (pengaturan untuk limbah medis saat ini)
◆Efisiensi pembakaran > 99,95%;
◆Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimum 800oC
(temperatur operasional);
◆Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) minimum
1000oC (temperatur operasional), dengan waktu tinggal minimum 2 (dua)
detik;
◆Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet scrubber);
◆Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan tanah; dan
◆Memenuhi baku mutu emisi.
Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur > 1200oC.
345
PENGOLAHAN
LIMBAH B3
MENGGUNAKAN
INSINERATOR
346
KEGIATAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 INTERNAL
Filosofi Pemanfatan
Mengutamakan prinsip
kehatian-hatian (precaution)
128
Ketentuan Pemanfaatan
Limbah B3
Kualitas limbah
Spesifikasi alat
129
Kewajiban Pemanfaatan Limbah B3
131
Uji Coba Pemanfaatan
Uji coba hanya berlaku untuk kegiatan PEMANFAATAN dan PENGOLAHAN
Limbah B3 adalah :
Uji coba diwajibkan untuk Pemanfaatan Limbah B3:
• sebagai substitusi bahan baku yang tidak memiliki Standar Nasional Indonesia;
dan
• sebagai substitusi sumber energi.
• thermal; dan
• cara lain sesuai perkembangan teknologi yang tidak memiliki Standar Nasional
Indonesia.
Persetujuan uji coba berlaku paling lama 1 (satu) tahun dan tidak dapat diperpanjang.
Persetujuan uji coba merupakan persyaratan untuk permohonan izin pemanfaatan atau
pengolahan limbah B3 sesuai uji coba yang dilakukan.
133
Ketentuan Uji Coba
Setelah disetujui pelaksanaan Uji Coba, setiap penghasil
LB3 wajib :
• Memulai Uji Coba paling lama 7 hari sejak persetujuan pelaksanaan Uji Coba ;
• Memenuhi standar pelaksanaan Pemanfaatan L83;
• MenaaW 8aku Mutu air limbah, jika uji coba menghasilkan limbah;
• MenaaW 8aku Mutu emisi udara, jika uji coba menghasilkan emisi udara;
• MenghenWkan uji coba jika hasilnya menyebabkan pencemaran;
• Menyampaikan laporan hasil uji coba peralatan, metode, teknologi, dan fasilitas
pemanfaatan L83;
• Mengajukan permohonan izin pengelolaan L83 untuk kegiatan Pemanfaatan jika hasil uji
cobanya memenuhi persyaratan.
• U-238
• Pb-210
• Ra-228, Ra-226, Ra-228,
Radionuklida anggota deret U
dan Th paling sedikit meliputi: • Th-230, Th-234
Larangan Pemanfaatan LB3
• Po-21
dikecualikan bila tingkat
radioaktivitas dapat diturunkan di
bawah tingkat
136
Bentuk-Bentuk Pemanfaatan Limbah
3 Fly ash dan 8oyom Ash a. 8ahan baku/campuran industri semen PLTU, pembakaran boiler
b. Material konstruksi,
c. 8atako, canstein, paving
5 Sludge oil a. 8ahan bahan bakar alternaff Industri minyak, tangki penimbun minyak, tank 137
cleaning
Pemanfaatan Limbah Aki Bekas
139
Pemanfaatan Cooper Slag
140
Pemanfaatan
Abu batu bara
Pemanfaatan Sebagai Material Konstruksi
142
142
Pemanfataan “ Limbah B3”
Sebagai Bahan Bakar Alternatif
143
KRITERIA PEMANFAATAN LIMBAH B3
Substitusi Bahan Bakar :
Kandungan kalori : ≥ 2500 kkal/kI;
Kadar air : ≤ 15%
Tidak mengandung senyawa terhalogenasi
Jenis limbah dan kadar pencemar dalam limbah memenuhi persyaratan izin;
Emisi udara memenuhi sesuai dengan emisi udara pengolahan limbah B3
Sebelumnya melakukan uji coba pembakaran limbah B3
144
Pemeriksaan Kegiatan Pemanfaatan
Dokumen/Rekomendasi /Perizinan
• Kepemilikan rekomendasi/izin
• Ketentuan jenis limbah yanI diizinkan
dimanfaatkan
• Masa berlaku rekomendasi/izin
Tangki ANFO
• Log book, neraca pelaporan
KeIiatan Pemanfaatan
• Kondisi lokasi pemanfaatan
• Kesesuaian lokasi penampunIan denIan
ketentuan penyimpanan limbah B3
• Kualitas udara ambien (kegiatan ANFO)
• SOP Bongkar muat
• Sarana penIendalian pencemaran
• Limbah yang dimanfaatkan dan mutu produk
• PenIelolaan limbah sisa pemanfaatan
KETENTUAN PEMANFAATAN LIMBAH B3
▪ Ayat 1 ) :
Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah
B3 yang dihasilkan.
▪ Ayat 3) :
Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
▪ Ayat4):
Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
367
PENGELOLAAN LIMBAH B3 OLEH PIHAK KETIGA
• MELALUI PENGUMPUL
• LANGSUNG KE PEMANFAAT/PENGOLAH/PENIMBUN
CATATAN :
Pengumpul Limbah B3 dilarang:
1. Melakukan Pemanfaatan Limbah B3 dan/ atau Pengolahan Limbah B3 terhadap
sebagian atau seluruh Limbah B3 yang dikumpulkan;
2. Menyerahkan Limbah B3 yang dikumpulkan kepada Pengumpul Limbah B3 yang
lain; dan
3. Melakukan pencampuran Limbah B3.
368
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN JIKA BEKERJASAMA DENGAN PIHAK
PENGUMPUL LIMBAH B3
❑ Memiliki izin sebagai PENGUMPUL limbah B3 Izin pengelolaan Limbah B3 pihak ke-3 belum habis
masa berlaku
❑ PENGUMPUL memenuhi ketentuan izin yang berlaku / sesuai dengan izin yang dimiliki
❑ Limbah B3 yang dikelola oleh PENGUMPUL sesuai dengan yang tertera dalam izin yang dimiliki
❑ Penghasil memiliki kontrak kerjasama dengan PENGUMPUL
❑ Penghasil wajib memiliki salinan kontrak kerjasama antara PENGUMPUL dengan
pemanfaat/pengolah/penimbun
369
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN JIKA BEKERJASAMA DENGAN PIHAK
PEMANFAAT/PENGOLAH/PENIMBUN LIMBAH B3
370
KONSEP PENIMBUNAN LIMBAH B3
Penimbunan limbah B3 adalah kegiatan menempatkan limbah B3 pada fasilitas penimbunan dengan maksud tidak
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup
Kelas I
Penimbusan akhir Kelas II
Kelas III
Sumur injeksi
Dam tailing
✓Bebas Banjir
✓Untuk jasa penimbun LB3 : failitas penimbunan, jarak paling sedikit 500 m
dari aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun, danau/waduk untuk irigasi
pertanian dan/atau air bersih dan jarak paling sedikit 2500 m dari garis pantai.
✓Untuk penghasil limbah B3 : failitas penimbunan kelas I dan/atau II, jarak paling
sedikit 100 m aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun, danau/waduk untuk
irigasi pertanian dan/atau air bersih; jarak paling sedikit 200 m dari garis pantai.
Permeabiltas tanah
Merupakan daerah yang secara geologis aman, stabi, tidak rawan bencana dan
di luar kawasan lindung
Tidak merupakan resapan air tanah, terutama yang digunak air minum
KRITERIA LOKASI LANDFILL
Lokasi sesuai dengan peruntukan lahan
Bebas banjir seratus tahunan
Permeabilitas tanah K < 10-9 m/det
Lokasi bukan daerah gempa
Bukan merupakan daerah tangkapan air
Muka air tanah 4 meter di bawah dasar landfill
Diutamakan lokasi dengan curah hujan rendah
Lokasi minimal berjarak 500 m dari sungai, danau & irigasi
Lokasi minimal berjarak 300 m dari pemukiman
Lokasi berjarak + 3 km dari bandara
Syarat Karakteristi Limbah B3 yang akan di timbun
Disain Konstruksi
1. Fasilitas Gedung , Jalan, IPAL
2. Tata letak (Layout) Landfill
3. Penampang Sel Landfill
4. Sistem Liner & Pemakaian Alat Berat
5. Sistem Pengumpul Lindi & Pendeteksi Kebocoran
6. Sistem Vent Gas
7. Sumur Pantau
Landfill kls- I
tdk Uji
Limbah B3 B3 Sumber spesifik Kdr maks Landfill kls- III
Limbah (tabel 1) (Tabel 2)
≤ dari tabel 2 kolom B
Landfill kls- II
Tabel.2 Total Kadar Maks. Limbah B3 yang belum terolah
Bahan Pencemar A B
Mg/kg berat kering Mg/kg berat kering
Arsenic 3000 30
Barium - -
Cadmium 50 5
Chromium 2500 250
Copper 1000 100
Cobalt 500 50
Lead 3000 300
Mercury 20 2
Molybdenum 400 40
Nickel 1000 100
Tin 500 50
Seleneium 100 10
Silver - -
Zinc 5000 500
Cyanide 500 50
Flouride 4500 450
Senyawa Phenols Hidrocarbon 10 1
Monocyclic Aromatic Hydrocarbon 70 7
Polycyclic Aromatic Hydrocarbon 200 20
Total Petrolrum Hydrocarbon 1000 100
Organoclhorine 10 1
Susunan Pelapisan Dasar landfil
Landfill Kelas I Landfill Kelas II Landfill Kelas III
Double liner HDPE Single liner HDPE Clay Liner
Lapisan pelindung, tanah setempat atau Lapisan pelindung, tanah setempat atau Lapisan pelindung, tanah setempat atau
dari tempat lain min 30 cm, dari tempat lain min 30 cm, dari tempat lain min 30 cm,
Sistem Pengumpul dan Pemindahah Sistem Pengumpul dan Pemindahah Sistem Pengumpul dan Pemindahah
Lindi, 30 cm, K=1x10-4m/det Lindi, 30 cm, K=1x10-4m/det Lindi, 30 cm, K=1x10-4m/det
Sistem Lapisan pendeteksi kebocoran, Sistem Lapisan pendeteksi kebocoran, Sistem Lapisan pendeteksi kebocoran,
ketebalan 30 cm, (K=1x10-4m/det) ketebalan 30 cm, (K=1x10-4m/det) ketebalan 30 cm, (K=1x10-4m/det)
Sistem Pengumpul Lindi Geomembran Sistem Pengumpul Lindi Sistem Pengumpul Lindi
Geomembran
Lapisan Tanah Penghalang Lapisan Tanah Penghalang Lapisan Tanah Penghalang
Geomembran
Sistem Deteksi Kebocoran Sistem Deteksi Kebocoran Sistem Deteksi Kebocoran
18
Sistem Pelapisan Penutup Akhir (Final Cover) bagi landfill kelas I,II dan III
FASILITAS PENIMBUSAN
AKHIR (LANDFILL) LIMBAH
Penimbusan
Penimbusan Akhir
Akhir KelasKelasI
??
Lapisan Penutup
LIMBAH
Lapisan Pelindung
Lapisan Tanah
Penghalang
Sistem Deteksi Geomembran
Kebocoran
Lapisan Dasar
Tanah Setempat
21
PROSESKONSTRUKSIFASILITASPENIMBUSANAKHIR
20
Contoh Skema Penimbusan Akhir
(Landfill)
11
Pengawasan selama konstruksi antara lain :
➢Cek kesesuaian tapak lokasi dengan ( izin lokasi, RUTR, AMDAL)
➢ Pelajari posisi air tanah/aquifer melalui studi hidrogeologi dan geo listrik ( minimal 4 meter
dengan desain bawah landfill)
➢Pastikan dan kros cek posisi/koordinat area landfill yang efektif
➢Cek lokasi/koordinat sumur pantau
➢Saksikan pada setiap pemasangan pemadatan lapisan sesuai desain (pemasangan HDPE)
➢Cek sistem bak penampungan lindi dan bak penampungan kebocoran,
➢Cek sistem perpipaan dari tangki penampungan lindi ke IPAL.
➢Cek pipa flushing tidak berjalan baik
Upaya Pencegahan Pencemaran
Pengujian laboratorium untuk karakterisasi limbah (termasuk uji
TCLP) sebelum pengolahan
Segregasi/pemilahan limbah :
Sistem terkomputerisasi (OLIMS)
Sistem penerimaan & peyimpanan terpisah dalam tempat
yang aman dan modern
Sistem pelapisan landfill dengan menerapkan prosedur QA/QC
Sistem pengumpulan, pemompaan dan pengolahan leachate
Sistem deteksi kebocoran
Program-program pemantauan lingkungan berkala
Jaminan penutupan dan pasca-penutupan landfill
Perlakuan limbah sebelum ditimbun
Penetapan perlakuan limbah yang akun langsan ditimbun dengan melakukan uji analisa limbah B3 di lab
terlebih dahulu ( solidifikasi/stabilisasi)
Melakukan pengolahan yang tepat (stabilisasai/solidifikasi)
Limbah B3 yang telah memenuhi TCLP, lolos uji paint filter dan uji kuat tekan, dapat ditimbun langsung
Untuk penimbunan Limbah B3 yang konsisten ( limbah dari industri tertentu dengan jenis limbah tertentu)
dapat ditimbun langsung sesuai kelas yang sesuai.
PENAMPANG MELINTANG FASILITASPENIMBUSANAKHIR (LANDFILL)
19
Pengawasan selama Operasional
Cek validitas izin operasional landfill, serta cek kewajiban dalam izin
Pastikan jenis limbah yang akan ditimbun
Cermati pretreament limbah sebelum ditimbun
Pelajari SOP tatacara penimbunan
Cek laporan jumlah limbah yang sudah ditimbun serta lokasi koordinat penimbunan
Cek laporan kualitas lindi
Cek laporan kualitas tiap sumur pantau dan banding dengan Baku Mutu
Bandingkan kualitas sumur pantau, biasanya angka pada hulu lebih kecil atau sama dengan hilir.
Cek kualitas air sungai terdekat
Cek bak penampungan kebocoran ( untuk kelas I dan II biasanya kering)
Cek pipa flushing tidak tersumbat
Cek laporan neraca limbah ( yang dihasilkan sama dengan yang ditimbun)
LAPISAN PENUTUP AKHIR (FINAL COVER)
Geomembran
Pelapis Tudung Drainase
LIMBAH
Lapisan Pelindung
PENIMBUNAN RESIDU Limbah B3
21
Lokasi : PPLi-B3 Cibinong, Bogor
Pengawasan masa penutupan
Cek desai penutupan akhir sesuai izin, atau sesuai desain
Perkirakan jumlah limbah yang ditimbun sesuai dengan kapasitas landfill
Saksikan kesesuaian pelapisan dan persyaratan tiap lapisan
Pastikan bahwa pelapisan pada vegetative layer ditanami dengan tumbuhan yang tepat.
Cek ventilasi gas
Pastikan adannya pemeliharaan terpadu
Pemasangan patok daerah berbahaya,
Pastikan tidak dibenarkan pengalihan peruntukan lahan.
http://www.etc.org/technologicalandenvironmentalissues/treatmenttechnologies/
PENIMBUSAN
AKHIR YANG
SUDAH DITUTUP
[CLOSURE]
22
22
Sistem Pemantauan Air tanah dan air permukaan
12
PENGELOLAAN LIMBAH B3
(DAM TAILING)
Dalam PP 101 Tahun 2014, Tailing (Proses pengolahan bijih mineral logam pada industri
pertambangan Emas dmp) termasuk Limbah B3 dengan Kode Limbah B416, Kategori
Bahaya 2
11 11
CONTOHSKEMA DAM
TAILING AIR
(TAILINGTAMBANG)
AIR
TAMPAKATAS
TAMPAK SAMPING
10
Contoh Skema Dam Tailing
(Tailing Tambang)
13
PROSES PENGGUNAAN KEMBALI AIR TAILING
Crushed Ore
Decant
Tailings
TailingsStorage
Kawasan permukiman;
Kawasan komersial;
Pengelola
MENGURANGI Kawasan industri; Kawasan wajib
Kawasan khusus;
SAMPAH Fasilitas umum;
menyediakan
dengan cara yang
berwawasan lingkungan Fasilitas sosial; dan fasilitas
Fasilitas lainnya pemilahan
sampah
MENANGANI
SAMPAH
UNDANG UNDANG 18 TAHUN 2008 TRANSFORMASI KEBIJAKAN & STRATEGI
Reduce Reduce
Reuse
Recycle Reuse
Recycle
Meningkatkan kesehatan
masyarakat
Meningkatkan kualitas
lingkungan
Menjadikan sampah sebagai
sumber daya
Perencanaan Pengelolaan Sampah Terintegrasi
• Perpaduan teknologi2 alternatif yang tepat
- berapa banyak yang di-recycle?
- berapa banyak dikomposkan?
• Fleksibilitas terhadap kemungkinan perubahan kedepan
- perubahan komposisi
- perkembangan technology
- perubahan spesifikasi recycle
• Monitoring and evaluasi
- apakah tujuan dan sasaran tercapai?
Elemen-elemen penting pengelolaan Sampah
• Timbulan Sampah
• Penanganan Sampah, pemisahan, dan penyimpanan pada
sumbernya
• Pengumpulan
• Pemilahan, Pemrosesan dan transformasi sampah
• Pemindahan dan Transportasi
• Pembuangan
Hirarki Pengelolaan Sampah
• TRANSFORMASI FISIK
• TRANSFORMASI KIMIA
• TRANSFORMASI BIOLOGI
TRANSFORMASI FISIK
http://slideplayer.com/slide/4321340/14/images/12/Moving+grate+incinerators+(Stokers).jpg
MODULAR INCINERATORS
• Insinerator modular beroperasi dengan udara sangat sedikit
• Keuntunganmya meliputi kemampuan menyesuaikan
ukuran diri dengan volume sampah, fleksibilitas dalam
penentuan area tapak dan biaya rendah.
COMPONENTS OF A SOLID WASTE
INCINERATOR
• Scales
• Storage pit and tipping area
• Incinerator cranes
• Charging mechanisms
• Combustion chamber
• Air pollution control
DESIGN AND OPERATING GUIDELINES FOR SOLID
WASTE INCINERATORS
• Tipe lokasi
• Masalah teknis / ekonomi
• Penggunaan lahan
• Sikap masyarakat
ENERGY RECOVERY FROM SOLID WASTE
• Paint Thinners
• Degreasing Solvents
• Solvent Washes from Ink and Printing Industry
• Chemical By-Products from Pharmaceutical and Chemical Industry
• Waste Oils
Tipe Limbah Yang Cocok
Limbah Padat
• Skala kota; yaitu pengolahan yang dilakukan untuk melayani sebagian atau
seluruh wilayah kota dan dikelola oleh pengelola kebersihan kota.
• Lokasi pengolahan dilakukan di Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu
(IPST) yang umumnya menggunakan bantuan peralatan mekanis.
KOMPOS
• Biologi
• Kimia
• Fisika
Lingkungan Biologi
• Mikroorganisme seberti bakteri dan Jamur memiliki peranan penting
pada proses dekomposisi material organik.
• Ketika mikro organisme mulai mendekomposisi material organik, karbon
pada material organik diubah menjadi Karbon Dioksida (CO2), Water
(H2O) dan Humic By Product
Komposting
Bahan Organik H2O + CO2 + Humus
Lingkungan Kimia
Faktor Kimia Penting pada Komposting:
• Keberadaan makanan dan energi yang mencukupi
• Jumlah nutrien yang seimbang
• Air
• Oksigen yang cukup
• pH
• Tidak adanya substansi toksik yang dapat
menghalagi aktifitas mikroba
Nutrien
• Secara umum, pada umumnya rasio carbon: nitrogen
dibawah 30:1 dianggap ideal. Rasio yang lebih tinggi
cenderung memperlambat proses dekomposisi.
• Umumnya, C:N ratio untuk sampah penduduk adalah
diantara 40-100; sampah halaman 20-80; chip kayu
400-700; and pupuk 15-20.
• Setelah proses komposting berjalan maka karbon akan
terlepas ke atmosfir dan rasio tersebut menjadi
mengecil. Proses komposting berakhir disekitar rasio
10 – 15 hingga 1.
Kelembaban (Moisture)
• Temperature
• Ukuran Partikel
• Proses Pencampuran
• Ukuran tumpukan/timbunan
Teknologi Komposting
Teknologi pengomposan bisa jadi diklasifikasikan menjadi tiga
kategori umum:
• Windrow
• Aerated static pile (Tumpukan statis aerasi)
• In-vessel composting (Pengkomposan pada wadah)
Pengkomposan WINDROW
https://westernnews.media.clients.ellingtoncms.com/img/photos/2017/04/18/Good_
Earth_composting_2_t715.jpg?529764a1de2bdd0f74a9fb4f856b01a9d617b3e9
Natural Air Circulation
in a Compost Windrow
Windrows
Composting
Sites
staffweb.itsligo.ie/staff/mabroaders/.../Composting%20Municipal/Presentation.ppt
Turned Windrow Systems
• Metode yang paling disukai
• Biasa digunakan untuk pengomposan sampah halaman
• Windrows diangin-anginkan secara teratur dengan
dibalik-balik
• Tumpukan dibuat dengan ketinggian 6 sampai 10 kaki,
lebar 10 sampai 20 kaki
• Bagian tengah tumpukan terisolasi sehingga proses
pengomposan dapat terus berlanjut saat suhu luar di
bawah titik beku
• Proses pengomposan bisa selesai antara 3 bulan – 2
tahun
• Tingkat pengomposan umumnya berbanding lurus
dengan frekuensi pembalikan tumpukan
AERATED STATIC PILE
• Limbah padat diaerasi secara mekanis.
• Tumpukan ditempatkan di atas jaringan pipa. Pipa terhubung
ke blower. Blower memasok udara untuk pengomposan.
Static Aerated Pile
• Tidak memerlukan pembalikan gundukan → Statis
• Udara ditarik atau ditiup melalui jaringan pipa
plastik berlubang di bawah windrows
• Lebih cepat dari sistem turned windrow
• Pengadukan dan pengatur suhu sangat penting,
(digunakan untuk pengolahan lumpur atau limbah
makanan)
• Bekerja paling baik pada bahan yang relatif
seragam ukuran partikelnya (tidak > 1,5 sampai 2
inchi
AERATED STATIC PILE
http://www.fao.org/docrep/007/y5104e/y5104e02.gif
AERATED
STATIC PILE
http://articles.extension.org
/sites/default/files/w/0/0e/
Aerated_composting.jpg
This blower forces air
into a static compost pile.
IN-VESSEL COMPOSTING SYSTEMS
Material limbah
diletakkan dalam
ruang atau bejana
yang memadai
untuk proses
pencampuran,
aerasi dan kontrol
kelembaban.
In-Vessel Systems
• Juga disebut sebagai
-Contained systems
-Reactor
-Bioreactor
• Komputerisasi dapat memberikan kontrol
yang lebih baik terhadap proses pengomposan
• Limbah ditempatkan dalam wadah besar,
dengan peralatan aerasi built-in dan
pencampuran mekanik
In-Vessel Systems
• Terlindungi dari pengaruh cuaca dan bau
menyengat
• Waktu retensi rendah (RT) (sering <14 hari)
• Membutuhkan pengolahan kompos lebih lanjut -
RT yang rendah tidak cukup untuk tahap
pengomposan termofilik
• Biaya pembangunan dan pengngoperasian mahal
Tipe-tipe In-Vessel Systems
• Horizontal Units
• Vertical Units
• Rotating Drums
Horizontal Units