Sumberdaya
PERUBAHAN UU 32 / 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
MELALUI UNDANG-UNDANG NOMOR 11/2020 TENTANG CIPTA KERJA
PP 5 / 2021 PP 22 / 2021
Tentang Penyelenggaraan Perizinan Tentang Penyelenggaraan dan
Berusaha Berbasis Risiko Perlindungan Lingkungan Hidup
PENGAWASAN
UKL-UPL PKPLH
SERTIFIKAT STANDAR
Menengah Rendah
• Penetapan jenis Perizinan Berusaha menggunakan konsep RBA, sementara penetapan jenis dokumen lingkungan menggunakan kriteria Dampak Penting;
• Persetujuan Lingkungan menjadi prasyarat dan termuat dalam Perizinan Berusaha. 9
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (P3LH)
Bab VII. Pengelolaan Limbah B3 dan
Pengelolaan Limbah nonB3
Struktur dan Sistematika Pengaturan dalam PP
Terdiri dari :
196 Ps (Pasal 274 – 470)
Ruang Lingkup:
1. Pengelolaan Limbah B3 (Pasal 274-449)
2. Pengelolaan Limbah nonB3 (Pasal 450-470)
PRINSIP PERUBAHAN
dari PP 101 / 2014 PP 22 / 2021
“Frasa”
berubah
IZIN
PENGELOLAAN PERSETUJUAN TEKNIS
LIMBAH B3 PENGELOLAAN LIMBAH B3
“Dumping”
Dumping hanya bisa dilakukan oleh yang Penghasil Limbah B3.
Dumping membutuhkan Persetujuan dari Pemerintah Pusat. (bukan
Persetujuan Teknis, sesuai Pasal 22 angka 21 UUCK yang mengubah Pasal
61 UU 32/2009).
“Landfill”
Khusus fasilitas Penimbusan Akhir (Landfill), verifikasi dilakukan melalui tiga
tahapan:
①penentuan lokasi (syarat permeabilitas tanah sesuai dengan kelas Landfill);
②pembangunan fasilitas Penimbusan Akhir (sesuai dengan kelas Landfill); dan
③operasional Penimbunan (tes kebocoran/leak inspection).
PRINSIP PERUBAHAN
dari PP 101 / 2014 PP 22 / 2021
LIMBAH
Setiap Orang yang menghasilkan
PENGELOLAAN Limbah wajib menlakukan pengelolaan PENGELOLAAN
LIMBAH B3 limbah yang dihasilkannya. LIMBAH NON B3
Limbah B3
Limbah Limbah
pada daftar Lampiran IX nonB3 nonB3
Pengelolaan Limbah
TERDAFTAR KHUSUS
nonB3
• Tidak memerlukan
Pengelolaan Limbah B3 Persetujuan Teknis
• Memerlukan • Standar pengelolaan
Persetujuan Teknis tercantum dalam Limbah nonB3 pada Limbah nonB3 dari
Persetujuan
• Pertek terintegrasi Lampiran XIV Pengecualian Limbah
Lingkungan/SK (9 Jenis Limbah) yang B3
dengan Pengecualian Menteri semula Limbah B3 per Pelaku Usaha
Persetujuan
Spesifik Khusus) (Uji Karakteristik)
Lingkungan
PRINSIP PERUBAHAN
dari PP 101 / 2014 PP 22 / 2021
NON JASA/
PENGHASIL LB3
(KBLI mengikuti kegiatan induk)
PERSYARATAN Persetujuan Teknis untuk kegiatan penghasil LB3 mencakup:
PERMOHONAN pengolahan; pemanfaatan; penimbunan; dan dumping LB3.
PERSETUJUAN TEKNIS
MENTERI LHK
PENYIMPANAN LIMBAH B3
Perubahan Dokumen
Bila terjadi
Amdal, UKL-UPL, atau
perubahan karena
disesuaikan dengan
pengembangan
peraturan
kegiatan
PROSES PERMOHONAN PERSETUJUAN TEKNIS UNTUK
Proses Penerbitan
7 Hari Penerbitan SLO
7 Hari
PERTEK
diterbitkan Menteri,
Gubernur, atau
Bupati / WaliKota.
MULAI
PROSES PERMOHONAN PERSETUJUAN TEKNIS UNTUK
PENGHASIL LIMBAH B3
VALIDASI Penerbitan Ya/Sesuai Tidak Penyampaian
Menteri LHK VERIFIKASI Surat agar
2 hari SLO
10 Hari Merubah
PerTek
VERIFIKASI
7 Hari Tidak Proses pembangunan fasilitas
Pengelolaan Limbah B3 atau Uji
Coba oleh Penghasil Limbah B3
Ya
Menteri Bupati/
Gubernur
LHK Wali Kota
Kewenangan Penerbitan
Persetujuan TEKNIS
Setiap Orang yang menghasilkan Limbah nonB3, yang melakukan Pencemaran Lingkungan Hidup
dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup wajib melaksanakan:
Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup; dan
pemulihan fungsi Lingkungan Hidup.
PENGELOLAAN LIMBAH NON B3
Penghasil
Limbah B3
Daftar Limbah Non B3 KODE JENIS LIMBAH SUMBER LIMBAH NONB3
LIMBAH NONB3
(Lampiran XIV) Slag Besi/Baja (Steel Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja
N101
Slag)
N102 Slag nikel (slag Proses peleburan bijih nikel, yang menggunakan teknologi selain
nickel) teknologi induction furnace atau kupola.
N103 Mill scale Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja dengan
menggunakan teknologi selain teknologi induction furnace/kupola
N104 Debu EAF Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja dengan
menggunakan teknologi electric arc furnace (EAF)
N105 PS ball Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja dengan
menggunakan teknologi selain teknologi induction furnace atau kupola.
N106 Fly ash Proses pembakaran batubara pada fasilitas pembangkitan listrik tenaga
uap PLTU, atau dari kegiatan lain yang menggunakan teknologi selain
stoker Boiler
N107 Bottom ash Proses pembakaran batubara pada fasilitas PLTU, atau dari kegiatan lain
yang menggunakan teknologi selain stoker Boiler
N108 Spent bleaching Proses industri oleochemical dan/atau pengolahan minyak hewani atau
earth nabati yang menghasilkan SBE hasil ekstraksi dengan kandungan
minyak di bawah 3 %
N109 Pasir foundry (sand Proses casting logam dengan penggunaan pelarut dengan titik nyala
foundry) diatas 600C
KETENTUAN PERALIHAN
Izin lingkungan, izin Perlindungan dan Penilaian Amdal, atau
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Surat pemeriksaan Formulir UKL-UPL
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup, dan pengajuan izin Perlindungan
rekomendasi UKL-UPL, atau dokumen dan Pengelolaan Lingkungan
Lingkungan Hidup yang telah mendapat Hidup yang sedang dalam proses,
persetujuan sebelum berlakunya dilanjutkan sampai dengan
Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan terbitnya Persetujuan Lingkungan.
tetap berlaku dan menjadi persyaratan
serta termuat dalam Perizinan Berusaha
atau Persetujuan Pemerintah.
SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota Sistem informasi pelaporan Persetujuan Lingkungan
sesuai dengan kewenangannya menyediakan Diterapkan kepada Setiap penanggungjawab Usaha dan/atau
informasi melalui Sistem Informasi Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL.
Lingkungan Hidup;
“Wajib”
PENGAWASAN
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota wajib
melakukan pengawasan terhadap ketaatan BUPATI/
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan atas MENTERI GUBERNUR
ketentuan yang ditetapkan dalam Perizinan WALIKOTA
Berusaha atau Persetujuan Pemerintah terkait
Persetujuan Lingkungan dan peraturan berwenang melakukan pengawasan terhadap ketaatan
perundang-undangan di bidang Perlindungan dan penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
a. Perizinan Berusaha a. Perizinan Berusaha a. Perizinan Berusaha
terkait Persetujuan terkait Persetujuan terkait Persetujuan
Lingkungan yang Lingkungan yang Lingkungan yang
Pengawasan dilakukan berdasarkan norma, diterbitkan oleh diterbitkan oleh Pem diterbitkan oleh Pem
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan Pemerintah; atau Prov; atau Kab/Kota; atau
oleh Menteri b. Persetujuan b. Persetujuan b. Persetujuan Pemerintah
Pemerintah terkait Pemerintah terkait terkait Persetujuan
Dalam hal Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah Persetujuan Persetujuan Lingkungan yang
terkait Persetujuan Lingkungan mensyaratkan SLO dan belum Lingkungan yang Lingkungan yang diterbitkan oleh Pem
diterbitkan, Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya melakukan pengawasan terhadap
diterbitkan oleh diterbitkan oleh Pem Kab/Kota.
kewajiban lainnya dalam Pemerintah. Prov.
Persetujuan Lingkungan
KETENTUAN PENUTUP
Pada saat PP ini mulai berlaku, semua Pada saat PP ini mulai berlaku PP 101/2014 (Lembaran
peraturan perundang-undangan yang Negara RI No 5617) dicabut dan dinyatakan tidak
merupakan peraturan pelaksanaan dari berlaku;
PP101/ 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Seluruh keputusan Sanksi Administratif yang telah
(Lembaran Negara Republik Indonesia diterbitkan tetap berlaku sampai dengan dipenuhinya
Tahun 2014 Nomor 333, Tambahan kewajiban pengenaan Sanksi Administratif; dan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5617), masih tetap berlaku Penurunan kandungan hidrokarbon pada Limbah B3
sepanjang tidak bertentangan atau berupa serbuk bor yang akan di dumping ke laut dari
belum diganti dengan peraturan yang hasil pemboran kegiatan eksplorasi dan/atau
baru berdasarkan PP ini; eksploitasi di laut yang menggunakan lumpur bor
berbahan dasar sintetis (synthetic-based mud) dari
paling tinggi 5% (lima persen) menjadi 0% (nol persen)
dilakukan paling lambat sampai dengan 31 Desember
2024.
KETENTUAN PENUTUP
Pada saat PP ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan dana penjaminan untuk
pemulihan fungsi Lingkungan Hidup yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Pemerintah ini;
Pada saat PP ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
pengawasan dan Sanksi Administratif disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah ini.
PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PELABUHAN
MELALUI RECEPTION FACILITIES
Latar Belakang Perlunya Receiving Facility di Pelabuhan
Regulasi: Permasalahan di Lapangan
UU 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran 1. Tumpahan Limbah cair / Minyak di laut
2. Pembuangan sampah di laut oleh aktivitas kapal di laut
PP 21 Tahun 2010 Tentang Perlindungan Lingkungan
Maritim
Beberapa hal yang perlu di benahi :
Peraturan Menteri Perhubungan No. 4 Tahun 2005 tentang
Pencegahan Pencemaran dari Kapal 1. Pelabuhan di wajibkan menyediakan sarana
penampungan limbah,
Permenhub No. 29 tahun 2014 tentang Pencegahan
Pencemaran Lingkungan Maritim 2. Sebagian besar Pelabuhan belum mempunyai Reception
Facilities
• Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2018 tentang 3. Kurang berfungsinya RFdi Pelabuhan
Penanganan Sampah Laut. 4. Setiap kapal di wajibkan membuang limbah di sarana
• Strategi 3: Penanggulangan sampah di pesisir penampungan limbah di Pelabuhan
dan Laut 5. Belum optimalnya pengaturan tentang tanggung jawab
dan kewenangan dalam pengawasan pembuangan
• PP 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan limbah dari kapal
Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup 6. Belum optimalnya prosedur pelayanan penanganan
• Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor pembuangan limbah dari kapal secara cepat dan mudah
05 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Limbah Di 7. Kurangnya koordinasi Pengawasan di perairan laut
Pelabuhan.
KETENTUAN PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN
(PERMENLH NO. 5 TAHUN 2009)
PENGUMPULAN LIMBAH B3
3 silo
Berdasarkan PP 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 3 ayat (1), (2) dan
ayat (3):
1. Persetujuan Lingkungan sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 2 huruf a wajib dimiliki oleh setiap Usaha dan/atau
Kegiatan yang memiliki Dampak Penting atau tidak penting terhadap lingkungan.
2. Persetujuan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Pelaku Usaha atau Instansi
Pemerintah.
3. Persetujuan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi prasyarat penerbitan Perizinan Berusaha
atau Persetujuan Pemerintah.
pslb3.menlhk.go.id ditjen.pslb3_klhk DITJEN PSLB3 KLHK