Anda di halaman 1dari 5

Undang-Undang

Aspek Lingkungan dalam Pembangunan Bersifat umum dan memerlukan peraturan


pelaksanaan, berupa peraturan pemerintah
Kuliah 4 & 5
UU yang terkait dengan LH antara lain:
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang
Undang Undang Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Peraturan Perundangan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, junto
UU nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja
tentang Perlindungan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Peraturan Pemerintah & Peratusan Presiden Peraturan dan Keputusan Menteri

Sebagai peraturan pelaksana undang-undang Bersifat teknis berupa pedoman, metode dan baku mutu
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2012 tentang KepMen LH Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air
Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
Kegiatan Berbasis Resiko
KepMen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2012 tentang
Kehutanan KepMen LH Nomor 19 Tahun 2004 tentang Pedoman Pangaduan Kasus
Pencemaran dan atau Perusakan ingkungan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang KepMen LH Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya
Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup Banyak lampiran mengatur Perlindungan Air, Hidup (UPL)
Udara, Pengelolaan B3, Persetujuan Lingkungan. Peraturan Menteri LH Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri LH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri LH Nomor 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat
dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup

Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota &


Perda Propinsi & Peraturan Gubernur Peraturan Bupati / Walikota

Berupa pedoman teknis, baku mutu lokal atau pengaturan Berupa pengaturan kelembagaan di tingkat kabupaten / Kota dan
Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2006 tentang Tata Ruang Wilayah penunjukan SKPD dan pejabat pelaksana perlindungan dan
Propinsi Jawa Timur pengelolaan lingkungan hidup
Peraturan Daerah No. 5/1992, Tentang Perlindungan Hutan di Propinsi
Jawa Timur
Contoh
Peraturan Daerah No. 11/1991, Tentang Penetapan Kawasan Lindung di
Propinsi Jawa Timur; Perda tentang Rencana Tata Ruang Daerah
Peraturan Daerah No. 05/2000, Tentang Pengendalian Pencemaran Air di Perda tentang Kawasan Lindung
Jawa Timur Perda tentang Sumur Resapan
Keputusan Gubernur No. 129/1996, Tentang Baku Mutu Udara Ambient Keputusan Bupati/ Walikota tentang Pembentukan Tim Penilai Amdal
dan Emisi Sumber Tidak Bergerak di Propinsi Jawa Timur
Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 54 Tahun 2002 tentang Tata
Laksana Penilaian Dokumen AMDAL di Propinsi Jawa Timur
Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/179/KPTS/2002 tentang
Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jawa Timur.
Beberapa pengertian dasar
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
UU No 32 tahun 2009 tentang daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
Perlindungan dan Pengelolaan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
Lingkungan Hidup perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana
yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke
dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan
hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Asas Perlindungan dan Pengelolaan LH Ruang Lingkup PPLH


Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas:
a. tanggung jawab negara;
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi:
b. kelestarian dan keberlanjutan; a. perencanaan;
c. keserasian dan keseimbangan;
d. keterpaduan;
b. pemanfaatan;
e. manfaat; c. pengendalian;
f. kehati-hatian;
g. keadilan;
d. pemeliharaan;
h. ekoregion; e. pengawasan; dan
i. keanekaragaman hayati;
j. pencemar membayar;
f. penegakan hukum.
k. partisipatif;
l. kearifan lokal;
m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan
n. otonomi daerah.

PERENCANAAN PPLH PERENCANAAN PPLH


Perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Penetapan wilayah ekoregion sebagaimana dimaksud pada ayat
dilaksanakan melalui tahapan: (1) dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesamaan:
a. inventarisasi lingkungan hidup; a. karakteristik bentang alam;
b. penetapan wilayah ekoregion; dan b. daerah aliran sungai;
c. Penyusunan RPPLH. c. iklim;
d. flora dan fauna;
e. sosial budaya;
f. ekonomi;
g. kelembagaan masyarakat; dan
h. hasil inventarisasi lingkungan hidup.
Rencana Pengendalian dan Pengelolaan Rencana Pengendalian dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Pasal 9) Lingkungan Hidup (Pasal 10)

(1) RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c terdiri atas: (2) Penyusunan RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperhatikan:
a. RPPLH nasional; a. keragaman karakter dan fungsi ekologis;
b. RPPLH provinsi; dan b. sebaran penduduk;
c. RPPLH kabupaten/kota. c. sebaran potensi sumber daya alam;
(2) RPPLH nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun d. kearifan lokal;
berdasarkan inventarisasi nasional. e. aspirasi masyarakat; dan
(3) RPPLH provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun f. perubahan iklim.
berdasarkan: (3) RPPLH diatur dengan:
a. RPPLH nasional; a. peraturan pemerintah untuk RPPLH nasional;
b. inventarisasi tingkat pulau/kepulauan; dan b. peraturan daerah provinsi untuk RPPLH provinsi; dan
c. inventarisasi tingkat ekoregion. C. peraturan daerah kabupaten/kota untuk RPPLH kabupaten/kota.
(4) RPPLH kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun (4) RPPLH memuat rencana tentang:
berdasarkan:
a. pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya alam;
a. RPPLH provinsi;
b. pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup;
b. inventarisasi tingkat pulau/kepulauan; dan
c. pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam;
c. inventarisasi tingkat ekoregion.
d. adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.

Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup


Pemanfaatan (pasal 12) (Pasal 13)

(1) Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan RPPLH. (1)Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
(2) Dalam hal RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersusun, dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup, dengan memperhatikan: (2) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup;
b. keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan a. pencegahan;
c. keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat. b. penanggulangan; dan
(3) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud c. pemulihan.
pada ayat (2) ditetapkan oleh: (3) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
a. Menteri untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
dan pulau/kepulauan; Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha
b. gubernur untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup provinsi dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan
dan ekoregion lintas kabupaten/kota; atau tanggung jawab masing-masing.
c. bupati/walikota untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
kabupaten/kota dan ekoregion di wilayah kabupaten/kota.

Instrumen Pencegahan Pencemaran LH


Pasal 14 Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:
Pasal 15
a. KLHS;
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan
b. tata ruang;
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
c. baku mutu lingkungan hidup;
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup; dan/atau program.
e. amdal;
f. UKL-UPL;
Pasal 16
g. perizinan;
h. instrumen ekonomi lingkungan hidup; KLHS memuat kajian antara lain:
i. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup; a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
j. anggaran berbasis lingkungan hidup; pembangunan;
k. analisis risiko lingkungan hidup; b. perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
l. audit lingkungan hidup; dan c. kinerja layanan/jasa ekosistem;
m. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
pengetahuan.
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Baku Mutu Lingkungan Hidup
Tata Ruang (Pasal 19) (Pasal 20)
(1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu
(1) Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup lingkungan hidup.
dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan (2) Baku mutu lingkungan hidup meliputi:
tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS. a. baku mutu air;
b. baku mutu air limbah;
(2) Perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana c. baku mutu air laut;
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan d. baku mutu udara ambien;
memperhatikan daya dukung dan daya tampung e. baku mutu emisi;
f. baku mutu gangguan; dan
lingkungan hidup. g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
(3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan
hidup dengan persyaratan:
a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan
b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.

Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup


Pasal 21 AMDAL (Pasal 22)
(1) Untuk menentukan terjadinya kerusakan lingkungan hidup, ditetapkan kriteria baku kerusakan (1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup.
lingkungan hidup wajib memiliki amdal.
(2) Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku kerusakan ekosistem dan kriteria baku
kerusakan akibat perubahan iklim. (2) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
(3) Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi: a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
a. kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa; dan/atau kegiatan;
b. kriteria baku kerusakan terumbu karang;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan;
d. kriteria baku kerusakan mangrove; c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
e. kriteria baku kerusakan padang lamun; d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
f. kriteria baku kerusakan gambut; dampak;
g. kriteria baku kerusakan karst; dan/atau
e. sifat kumulatif dampak;
h. kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
(4) Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan pada paramater antara lain: g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
a. kenaikan temperatur; teknologi.
b. kenaikan muka air laut;
c. badai; dan/atau
d. kekeringan.

UKL-UPL Perijinan Lingkungan


Pasal 34
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib Pasal 36
amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) wajib memiliki (1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau
UKLUPL. UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan.
(2) Gubernur atau bupati/walikota menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan (2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL. berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-
Pasal 35 UPL.
(1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL sebagaimana (3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) wajib membuat surat pernyataan
mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
(2) Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan berdasarkan kriteria: (4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau
a. tidak termasuk dalam kategori berdampak penting sebagaimana bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1);dan
b. kegiatan usaha mikro dan kecil.
Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup Peraturan Perundang-undangan dan Anggaran
Berbasis Lingkungan Hidup
Pasal 42
Pasal 44
(1) Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan hidup, Setiap penyusunan peraturan perundangundangan pada tingkat nasional dan
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib daerah wajib memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup dan
prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
mengembangkan dan menerapkan instrumen ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.
ekonomi lingkungan hidup.
(2) Instrumen ekonomi lingkungan hidup sebagaimana Pasal 45
dimaksud pada ayat (1) meliputi: (1) Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia serta
pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajib
a. perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi; mengalokasikan anggaran yang memadai untuk membiayai:
b. pendanaan lingkungan hidup; dan a. kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
b. program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup.
c. insentif dan/atau disinsentif.
(2) Pemerintah wajib mengalokasikan anggaran dana alokasi khusus
lingkungan hidup yang memadai untuk diberikan kepada daerah yang
memiliki kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
baik.

Analisis Risiko Lingkungan Hidup


Pasal 47 Audit Lingkungan Hidup
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan Pasal 48
dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap Pemerintah mendorong penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
ekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan melakukan audit lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan kinerja
manusia wajib melakukan analisis risiko lingkungan hidup. lingkungan hidup.
(2) Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 49
(1) meliputi: (1) Menteri mewajibkan audit lingkungan hidup kepada:
a. pengkajian risiko; a. usaha dan/atau kegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap
b. pengelolaan risiko; dan/atau lingkungan hidup; dan/atau
c. komunikasi risiko. b. penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menunjukkan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risiko lingkungan hidup ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
diatur dalam Peraturan Pemerintah. (2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melaksanakan audit
lingkungan hidup.
(3) Pelaksanaan audit lingkungan hidup terhadap kegiatan tertentu yang
berisiko tinggi dilakukan secara berkala.

Penanggulangan Pencemaran LH Pemulihan Pencemaran LH


Pasal 53 Pasal 54

(1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan (1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan
dan/atau kerusakan lingkungan hidup. hidup.
(2) Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan (2) Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan: ayat (1) dilakukan dengan tahapan:
a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur
lingkungan hidup kepada masyarakat; pencemar;
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; b. remediasi;
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan c. rehabilitasi;
hidup; dan/atau d. restorasi; dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
dan teknologi. teknologi.

Anda mungkin juga menyukai