Anda di halaman 1dari 43

KEBIJAKAN PENGAWASAN

LINGKUNGAN HIDUP
Pasca Berlakunya
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Cipta Kerja
Vinda Damayanti, S.Si., M.Sc.
Solo, 22 September 2022

Firdaus Alim Damopolii, ST., MM.


Kasubdit Penanganan Pengaduan dan Pengawasan Peanaatan,
Direktorat Pengaduan, Pengawasan dan Sanksi Administrasi LHK
Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
INDONESIA MEGABIODIVERSITY

27.43 Juta Ha 3.5 Juta Ha 79.2 Miliar Ton 100.3 TCF 12.5 Juta Ton
26.78 Juta Ha Mangrove Mineral Potensi Perikanan
Kawasan Konservasi Gas
Hutan Produksi Tangkap
Terbatas
29.68 Juta Ha 14.8 Juta Ha 126 Miliar Ton 6,869
Hutan Lindung 12.8 Juta Ha Gambut Batubara Spesies Bahari 2.5 Juta Ha
Terumbu Karang
Hutan Produksi
29.68 Juta Ha Konversi
37.4 Juta Ha 3.6 Miliar 126,824
Hutan Produksi Tetap Kebun Barel Minyak Spesies Darat Sumber: KLHK, KKP, KESDM,
Bappenas, & Kementan
KARAKTERISTIK DAN DAMPAK KEJAHATAN SUMBERDAYA ALAM

KERUGIAN JASA
KOMPLEKS LINGKUNGAN & BENCANA EKOLOGIS
DINAMIS KEHATI RUANG
DAN LINGKUP LUAS
TERORGANISIR

KESEHATAN KERUGIAN
MASYARAKAT SERIOUS EKONOMI
EXTRAORDINARY
IMPACT
CRIME

KERUGIAN
KEWIBAWAAN KEUANGAN
NEGARA NEGARA DAMPAK
JANGKA
PANJANG

FINANCIAL GAIN INTERLINKED


CRIME
PENGATURAN UUPPLH DALAM UUCK
INSTRUMEN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DALAM UU CIPTA KERJA

1. Teguran Tertulis
PENGENAAN 2. Paksaan Pemerintah
ULTIMUM
SANKSI 3. Denda Administratif
REMEDIUM ADMINISTRATIF 4. Pencabutan Perizinan
5. Pembekuan Perizinan

PENYELESAIAN
1. Ganti Kerugian Publik
SENGKETA DI LUAR 2. Pemulihan Lingkungan
• Mempercepat PENGADILAN
Proses
Penegakan
Hukum PENYELESAIAN
1. Ganti Kerugian Negara
SENGKETA MELALUI
2. Pemulihan Lingkungan
PENGADILAN
1. Pidana Penjara
2. Denda Pindana
PREMUM PENEGAKAN HUKUM
3. Pidana Tambahan
REMEDIUM PIDANA • Pemulihan Lingkungan
• Perampasan Keuntungan
PENEGAKAN HUKUM LH PASCA UUCK

USAHA/KEGIATAN SENGAJA/LALAI
USAHA/KEGIATAN MELEBIHI BAKU MUTU USAHA/KEGIATAN
MEMILIKI
TANPA PERIZINAN AIR, AIR LAUT, UDARA TANPA PERIZINAN
PERIZINAN
BERUSAHA/PERSE AMBIEN, ATAU BERUSAHA/PERSE
BERUSAHA/PERSE
TUJUAN KERUSAKAN TUJUAN
TUJUAN LINGKUNGAN
PEMERINTAH PEMERINTAH
PEMERINTAH (PASAL 98 & 99)
(PASAL 82A) (PASAL 109)
(PASAL 82B)

PELANGGARAN TIDAK PELANGGARAN


MENIMBULKAN DAMPAK K2L MENIMBULKAN DAMPAK K2L

SANKSI
ADMINISTRATIF Prinsip SANKSI PIDANA

*K2L : Kesehatan, Keselamatan dan/atau Lingkungan Ultimum Remedium *K2L : Kesehatan, Keselamatan dan/atau Lingkungan
BAB I: KETENTUAN UMUM

PP No. 22 BAB II: PERSETUJUAN LINGKUNGAN

Tahun 2021 BAB III: PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN MUTU AIR

BAB IV: PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN MUTU UDARA


Tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup BAB V: PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN MUTU LAUT

BAB VI: PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB VII: PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DAN


sebagai PENGELOLAAN LIMBAH NON BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB VIII: DANA PENJAMINAN UNTUK PEMULIHAN FUNGSI LINGKUNGAN

BAB IX: SISTEM INFORMASI LINGKUNGAN HIDUP

Peraturan Pelaksana BAB X: PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


UU No. 11 Tahun 2020
BAB XI: TATA CARA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF PERIZINAN
tentang Cipta Kerja BERUSAHA ATAU PERSETUJUAN PEMERINTAH
Bidang Lingkungan Hidup BAB XII: KETENTUAN PERALIHAN

BAB XIII: KETENTUAN PENUTUP


ASAS-ASAS PENGUATAN KEBIJAKAN PASCA UU 11/2020

ASAS-ASAS INSTRUMEN KEBIJAKAN

Batas
Perencanaan Kajian Lingkungan Hidup
PENCEGAHAN Kawasan
Spatial Strategis (KLHS)
Hutan
• Baku Mutu Surat Kelayakan
KEHATI- • Amdal/UKL-
Persetujuan Persetujuan
Operasional
HATIAN UPL Lingkungan Teknis
(SLO)

POLLUTER Pengawasan Sanksi Penyelesaian Penegakan


PAYS Penaatan Administrasi Sengketa Hukum Pidana
PENGAWASAN
LINGKUNGAN
HIDUP
Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

DASAR
Angka 25 Pasal 71 ayat (1) “Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah melakukan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas
ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang pelindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.

HUKUM Angka 25 Pasal 72 “Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
oleh Pemerintah melakukan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan
PENGAWASAN atau kegiatan terhadap Perizinan Berusaha, atau persetujuan Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah.

LINGKUNGAN Angka 25 Pasal 73 “Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap


HIDUP ketaatan penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan yang Perizinan
Berusaha atau persetujuan Pemerintah Daerah diterbitkan oleh Pemerintah
Daerah jika Menteri menganggap terjadi pelanggaran yang serius di bidang
pelindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

Pasal 492 ayat (1) “Menteri, gubernur atau bupati/wali kota wajib
melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam Perizinan
Berusaha atau Persetujuan Pemerintah terkait Persetujuan
Lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup..
Persandingan Amdal, UKL-UPL, SPPL, Persetujuan Lingkungan & Perizinan Berusaha
Norma Perizinan (UU 32/2009) Jenis Dokumen Persetujuan Jenis Perizinan
Dampak Berusaha
Lingkungan Lingkungan
PENGAWASAN
Dampak Penting AMDAL
Izin Lingkungan
Dampak Tidak IZIN Usaha dan/atau
UKL-UPL
Penting Kegiatan
Dampak Tidak
SPPL
Penting, kegiatan
PEMBINAAN
Skala kecil

Konsep Perizinan RBA (UU CK)


Tingkat Risiko Jenis Dokumen Persetujuan
Kriteria Risiko (dasar) Lingkungan Jenis Perizinan Berusaha
Lingkungan
PENGAWASAN

Tinggi SKKL IZIN

Menengah IZIN
Tinggi AMDAL
PKPLH SERTIFIKAT STANDAR
Menengah UKL-UPL
Rendah
SPPL
Rendah NIB NIB
PEMBINAAN
Pasal 1, 36, 37, 38, dan 40 UU CK
• Penetapan jenis Perizinan Berusaha menggunakan konsep RBA, sementara penetapan jenis dokumen lingkungan menggunakan
kriteria Dampak Penting;
13
• Persetujuan Lingkungan menjadi prasyarat dan termuat dalam Perizinan Berusaha.
INTEGRASI PERSETUJUAN LINGKUNGAN KE DALAM PERIZINAN BERUSAHA
PP 22 TAHUN 2021
Penyelenggaran Perlindungan dan Persetujuan Lingkungan menjadi persyaratan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup
01 penerbitan Perizinan Berusaha/Persetujuan Pemerintah
à Perizinan Berusaha/Persetujuan Pemerintah tidak
bisa diterbitkan jika tidak ada Persetujuan Lingkungan;

Persyaratan dan kewajiban aspek lingkungan yang terdapat


dalam Persetujuan Lingkungan dimasukkan ke dalam
persyaratan dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku
usaha dan termuat dalam Perizinan Berusaha/Persetujuan
Pemerintah yang diterbitkan;
02
Matrik RKL-RPL dan Persetujuan Teknis yang termuat dalam

03
Persetujuan Lingkungan menjadi dasar pelaksanaan pengawasan
perizinan dan penegakan hukum bila terjadi pelanggaran terhadap
klausul persyaratan dan kewajiban lingkungan yang termuat
dalam Perizinan Berusaha terkait Persetujuan Lingkungan.
Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh Menteri, gubernur atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya namun tetap
memberi ruang kewenangan bagi Pemerintah Pusat yang
diwakili oleh Menteri (second line enforcement) untuk dapat
melakukan pengawasan lingkungan terhadap pelanggaran yang
04
sifatnya serius yang kewenangan pengawasannya dilakukan
gubernur atau bupati/walikota.
PENGAWASAN
LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 1 angka 98 PP No. 22 Tahun 2021

“ Kegiatan yang dilaksanakan secara langsung


atau tidak langsung oleh Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup (PPLH) untuk mengetahui
dan/atau menetapkan tingkat ketaatan
penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan
dalam Perizinan Berusaha atau
Persetujuan Pemerintah serta peraturan
perundang-undangan di bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
PEJABAT PENGAWAS
LINGKUNGAN HIDUP
(PPLH)
Pasal 1 angka 98 PP No. 22 Tahun 2021

Pejabat Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup


yang selanjutnya disebut Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup adalah pegawai negeri sipil
yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan pengawasan
dan/atau penegakan hukum Lingkungan Hidup.
Kewenangan Pengawasan
(Pasal 71 ayat (1) dan Pasal 72
UU 32/2009 jo. UU Cipta Kerja)

Pemerintah Pusat / Ketaatan Penanggung jawab


Pemerintah Daerah Pengawasan Usaha dan/atau Kegiatan

Perizinan Berusaha dan Persetujuan


Pemerintah terkait persetujuan lingkungan
yang diterbitkan oleh:

Pemerintah Pusat Menteri


Pemerintah Provinsi Gubernur
Pemerintah Kabupaten/Kota Bupati /
Walikota
Pasal 493 ayat (1) s.d (3) PP 22 Tahun 2021
Menteri, Gubernur, Bupati / Walikota

Pendelegasian Penetapan PPLH Peraturan PPLH


Kewenangan
02 Dalam pengawasan kepada 03 Dalam pelaksanaan
pengawasan menetapkan 04 Ketentuan mengenai
PPLH diatur dalam
pejabat/instansi teknis yang Pejabat Pengawas Peraturan Pemerintah
bertanggung jawab di Lingkungan Hidup yang
bidang Perlindungan Dan merupakan pejabat
Pengelolaan Lingkungan fungsional
Hidup
(Pasal 71 ayat (2), (3) dan (4)
UU 32/2009 jo. UU Cipta Kerja)
PELAKSANAAN
PENGAWASAN
(Pasal 496 PP 22 Tahun 2021)

(1) Pengawasan dilakukan oleh Pejabat Pengawas


Lingkungan Hidup

(2) Pengawasan dilakukan dengan cara:

PENGAWASAN LANGSUNG
Dilakukan dengan mendatangi lokasi Usaha dan/atau Kegiatan.

PENGAWASAN TIDAK LANGSUNG


• Dilakukan melalui penelaahan data laporan penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan dan/atau dari Sistem Informasi
Lingkungan Hidup
• Hasil pengawasan tidak langsung menunjukkan pelanggaran
berulang atau mengindikasikan timbulnya ancaman serius
terhadap Lingkungan Hidup, PPLH melakukan pengawasan
PELAKSANAAN
PENGAWASAN
Pengawasan Langsung
(Pasal 496 ayat (3) PP 22 Tahun 2021)

PENGAWASAN REGULER (Pasal 497)


Dilaksanakan sesuai dengan perencanaan setiap tahun
berdasarkan Perizinan Berusaha atau Persetujuan
Pemerintah terkait Persetujuan Lingkungan.

PENGAWASAN INSIDENTAL (Pasal 498)


a. Pelanggaran yang terdeteksi
b. Adanya pengaduan masyarakat terkait dugaan
Pencemaran LH dan/atau kerusakan LH
c. Adanya laporan dari pengelola kawasan atas
pelanggaran pelaksanaan RKL-RPL rinci oleh Pelaku
Usaha dalam kawasan
PENGAWASAN
LAPIS KEDUA
Pasal 73 UU 32 Tahun 2009 jo. UU Cipta Kerja

“ Menteri dapat melakukan pengawasan


terhadap ketaatan penanggung jawab usaha
dan/ atau kegiatan yang Perizinan Berusaha
atau persetujuan Pemerintah Daerah
diterbitkan oleh Pemerintah Daerah jika
Menteri menganggap terjadi pelanggaran
yang serius di bidang pelindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
ASPEK PENGAWASAN LH

Perizinan Berusaha atau Ketaatan penanggungjawab usaha


dan/atau kegiatan terhadap
Persetujuan Pemerintah terkait peraturan perundang-undangan di
Persetujuan Lingkungan, meliputi: bidang:

Amdal atau UKL/UPL Pengendalian Pencemaran Air

Persetujuan Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara
o Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah;
o Pemenuhan Baku Mutu Emisi;
o Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan B3

Pengelolaan LB3
Sebelum UUCK berupa :
- Izin Lingkungan Pengelolaan Non Limbah B3/Sampah
- Izin Perlindungan dan
Pengelolaan LH
TAHAPAN PENGAWASAN REGULER

PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI


• Inventarisasi dan • Persiapan Mengukur tingkat
identifikasi Perizinan pengawasan keberhasilan antara
Berusaha, • Pemeriksaan perencanaan dan
Persetujuan ketaatan pelaksanaan untuk
Pemerintah dan • Tindak lanjut hasil perbaikan kualitas
informasi lainnya. pengawasan pengawasan
• Penetapan prioritas
Usaha dan/atau
Kegiatan yang akan
diawasi
KEWENANGAN
PEJABAT PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP
(Pasal 74 UU 32/2009 jo. UU Cipta Kerja / Pasal 495 PP 22 Tahun 2021)

Melaksanakan pemantauan; Membuat rekaman audio visual

Meminta keterangan; Mengambil sampel

Membuat salinan dari dokumen Memeriksa instalasi dan/atau alat


dan/atau membuat catatan yang transportasi; dan/atau
diperlukan;
Memeriksa peralatan
Memasuki tempat tertentu;
Menghentikan pelanggaran
Memotret; tertentu
ASPEK PENGAWASAN

Perizinan Berusaha atau Ketaatan penanggungjawab usaha


dan/atau kegiatan terhadap
Persetujuan Pemerintah terkait peraturan perundang-undangan di
Persetujuan Lingkungan, meliputi: bidang:

Amdal atau UKL/UPL Pengendalian Pencemaran Air

Persetujuan Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara
o Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah;
o Pemenuhan Baku Mutu Emisi;
o Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan B3

Pengelolaan LB3
Sebelum UUCK berupa :
- Izin Lingkungan Pengelolaan Non Limbah B3/Sampah
- Izin Perlindungan dan
Pengelolaan LH
PENGELOLAAN
ASPEK YANG DIAWASI LIMBAH B3

Rincian teknis penyimpanan Limbah B3 yang Memiliki persetujuan teknis dan SLO pengelolaan
dimuat dalam persetujuan lingkungan limbah B3

Kemasan Limbah B3 sesuai dengan Pengelolaan limbah B3 dilakukan sesuai dengan


karakteristik seperti : mampu menampung persetujuan teknis/rincian teknisn yang dimiliki dan
limbah B3, tidak berkarat dan tidak bocor dilaporkan kepada instansi lingkungan hidup
Memiliki pencatatan limbah B3 (Neraca dan Penyimpanan limbah hasil pengelolaan dan limbah B3
logbook limbah B3) dan memiliki manifest yang dikumpulkan di fasilitas TPS Limbah B3 yang
limbah B3 (festronik) memiliki rincian teknis / tercantum dalam Pertek B3)
Tempat Penyimpanan limbah B3 sesuai Pengujian emisi dan air limbah yang dihasilkan dari
dengan ketentuan penyimpanan limbah B3 pengelolaan limbah B3, pengujian pada produk yang
dan sesuai jangka waktu penyimpanan dihasilkan dan limbah B3 yang diterima (dikumpulkan)
Sistem tanggap darurat limbah B3, sertifikasi tenaga
Penyerahan limbah B3 kepada pihak ketiga
kerja di bidang limbah B3 dan pelaksanaan pemulihan
yang memiliki perizinan berusaha
fungsi lingkungan hidup
Menyimpan limbah B3 sesuai yang
Penetapan penghentian kegiatan pengelolaan limbah
tercantum dalam rincian teknis dan/atau
B3
dihasilkan dari penghasil lain (pengumpulan)
PENGELOLAAN
LIMBAH NON B3
Pengelolaan Limbah Non B3
termuat dalam Persetujuan
Lingkungan

Pencampuran Limbah Non B3


dan Limbah B3

Dumping Limbah Non B3


tanpa rincian teknis,
penimbunan limbah non B3 di
TPA dan open burning
Kesesuaian kegiatan
pengelolaan limbah Non B3
dengan ketentuan dalam
Persetujuan Lingkungan
Pemantauan emisi dan air
limbah dalam melakukan
pemanfaatan limbah non B3
PENGAWASAN
PENGELOLAAN LIMBAH
B3 DAN LIMBAH NON B3
PENGHENTIAN
PELANGGARAN TERTENTU
Dilakukan oleh PPLH apabila Usaha dan/atau Kegiatan telah
menimbulkan ancaman serius
(Pasal 499 PP 22 Tahun 2021)

TUJUAN
Untuk mencegah:
a.dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan
Pencemaran dan/atau Kerusakan LH
b.kerugian yang lebih besar bagi LH jika tidak segera dihentikan
Pencemaran dan/atau Kerusakan LH

CONTOH PENGHENTIAN PELANGGARAN TERTENTU

a. Penutupan saluran pembuangan Air Limbah;


b. Pembongkaran saluran pembuangan Air Limbah;
c. Penghentian operasi sumber Emisi;
d. Penutupan lokasi pembuangan limbah; dan/atau
e. Upaya lainnya yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran tertentu

Dilakukan melalui pemasangan plang penghentian pelanggaran tertentu dan/atau


pemasangan garis PPLH dan membuat berita acara penghentian pelanggaran tertentu.
TINDAK LANJUT PENGAWASAN

Pengenaan
Sanksi
Administratif

Pidana Penjara
Penegakan
Denda Pidana
Hukum
Pidana Pidana Tambahan: Pemulihan Lingkungan
Perampasan Keuntungan

Penyelesaian Di Luar Pengadilan


Sengketa
Lingkungan Melalui Pengadilan
Hidup
SIFAT SANKSI
ADMINISTRATIF
Adanya pengawasan sebagai upaya
preventif atau pencegahan
PREVENTIF

Pengekangan yang dibuktikan dengan


menerapkan Sanksi Administratif
REPRESIF

Tanpa melalui NON-


proses pengadilan
YUSTISIAL
WEWENANG PENERAPAN
SANKSI ADMINISTRATIF
Perizinan Berusaha dan Persetujuan
01 MENTERI Pemerintah yang diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat

Perizinan Berusaha dan Persetujuan


02 GUBERNUR Pemerintah yang diterbitkan oleh
Pemerintah Provinsi

Perizinan Berusaha dan Persetujuan


03 BUPATI / WALI KOTA Pemerintah yang diterbitkan oleh
Kab/Kota

Pendelegasian Pasal 507


Menteri, gubernur atau bupati/wali kota dalam pengenaan Sanksi Administratif
dapat mendelegasikan kewenangannya kepada pejabat yang membidangi
penegakan hukum atau perangkat daerah yang membidangi Lingkungan Hidup
KRITERIA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF
TEGURAN TERTULIS DENDA ADMINISTRATIF PEMBEKUAN PERIZINAN
BERUSAHA
Melanggar ketentuan dalam Perizinan Tidak memiliki Persetujuan Lingkungan
Berusaha, atau Persetujuan namun telah rnemiliki Perizinan Berusaha Tidak melaksanakan paksaan
Pemerintah atau Pemda terkait Tidak memiliki Persetujuan Lingkungan pemerintah
Persetujuan Lingkungan, dan PUU di dan Perizinan Berusaha
bidang PPLH yang bersifat Tidak membayar denda administratif
administratif Melakukan perbuatan yang melebihi Baku
Mutu Air Limbah dan/atau Baku Mutu Tidak membayar denda setiap
Emisi, sesuai dengan Perizinan Berusaha keterlambatan atas petaksanaan
paksaan pemerintah
Tidak melaksanakan kewajiban dalam
PAKSAAN PEMERINTAH perizinan Berusaha terkait Persetujuan
Lingkungan PENCABUTAN
Tidak melaksanakan perintah dalam Menyusun Amdal tanpa sertifikat PERIZINAN BERUSAHA
teguran tertulis dalam jangka waktu kompetensi penyusun Amdal
yang telah ditetapkan Tidak melaksanakan kewajiban dalam
Karena kelalaiannya, melakukan perbuatan paksaan pemerintelh
Ancaman yang sangat serius bagi yang mengakibatkan dilampauinya Baku
manusia & LH Mutu Udara Ambien, Baku Mutu Air, Baku Tidak membayar denda administratif
Mutu Air Laut, baku mutu gangguan,
dan/atau Kriteria Baku Kerusakan LH, yang Tidak membayar denda atas
Dampak yang lebih besar dan lebih tidak sesuai dengan Perizinan Berusaha
luas jika tidak segera dihentikan keterlambatan petaksanaan paksaan
terkait Persetujuan Lingkungan pemerintah
pencemaran dan/atau kerusakannya
Melakukan perbuatan yang mengakibatkan Tidak melaksanakan kewajiban dalam
Pencemaran LH dan/atau Kerusakan LH, di pembekuan Perizinan Berusaha atau
Kerugian yang lebih besar bagi LH mana perbuatan tersebut dilakukan karena
jika tidak segera dihentikan Persetujuan pemerintah
kelalaian dan tidak mengakibatkan bahaya
pencemaran dan/atau kerusakannya Melakukan Pencemaran LH dan/atau
kesehatan manusia dan/atau luka dan/atau
luka berat, dan/atau matinya orang Kerusakan LH yang tidak dapat
ditanggulangi atau sulit dipulihkan

DITJENGAKKUM.KLHK GAKKUMKLHK GAKKUM_KLHK GAKKUM KLHK GAKKUM.MENLHK.GO.ID


DAMPAK PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF

Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3

Juli 2022
(Setelah Pemulihan)

SANKSI
ADMINISTRATIF

November 2017
(sebelum Pemulihan)
DAMPAK PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF

April 2019 Juli 2022


(Sebelum Pemulihan) (Setelah Pemulihan)

SANKSI
ADMINISTRATIF
DAMPAK PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF

Sebelum
Sanksi

Papan Tanda
Titik Penaatan Housekeeping
di Outfall Pengelolaan
Pembuangan Limbah B3
Air Limbah

Setelah
Sanksi
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP
PENYELESAIAN SENGKETA LH TIDAK MENGALAMI PERUBAHAN DALAM UU CK


Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum
berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain
atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu
PASAL 87 AYAT (1)


Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan
dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup
bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan
PASAL 88


Instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup
berwenang mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian
lingkungan hidup
PASAL 90 AYAT (1)
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP
DASAR HUKUM Sengketa Lingkungan Hidup: Perselisihan antara dua pihak atau
lebih yang timbul dari kegiatan yang BERPOTENSI dan/atau telah
BERDAMPAK pada lingkungan hidup
UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
UU NO 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Berpotensi Berdampak

• Kegiatan tahap perencanaan • Kegiatan telah beroperasi


Permen LH no. 04 Tahun 2013 Tentang (sebelum/pasca putusan Pejabat • Adanya pencemaran dan/atau
Penyelesaian Sengketa Lingkungan TUN) kerusakan LH
• Terdapat pihak yang merasa • Adanya kerugian LH dan/atau
dirugikan masyarakat
• Adanya perselisihan • Adanya perselisihan
Permen LH No. 07 Tahun 2014 Tentang • Pihak yang dirugikan mengajukan
Kerugian Lingkungan Hidup Akibat
• Pihak yang dirugikan memilih PSLH
Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan
gugatan ke PTUN
Hidup
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP
Di luar Pengadilan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
(PSLH) Melalui Pengadilan

PRINSIP PSLH

PSLH dapat ditempuh melalui pengadilan atau


di luar pengadilan

PSLH dilakukan secara suka rela para pihak yang


bersengketa

Gugatan melalui pengadilan hanya ditempuh jika


upaya PSLH di luar pengadilan yg dipilih dinyatakan
tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak
yang bersengketa
PENEGAKAN HUKUM PIDANA
SUBYEK HUKUM Kewenangan Penyidik LHK
UU No 11 Tahun 20220 ttg Cipta Kerja

PERSEORANGAN KORPORASI UU No 5 Tahun 1990 ttg Konservasi SDA Hayati


& Ekosistemnya

UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

TINDAK PIDANA UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah


LHK
UU No 32 Tahun 2009 tentang PPLH

THE
UU No 18 Tahun 2013 Perlindungan &
OPPORTUNITIES
Pemberantasan Perusakan Hutan
SENGAJA LALAI
UU No 37 tahun 2014 Konservasi Tanah & Air

UNSUR UU No 8 tahun 2010 tentang Pencucian Uang


PENGATURAN UUPPLH PIDANA DALAM UUCK
Pasal 98 ayat (1) Pasal 100 Pasal 104
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan 1. Setiap orang yang melanggar baku mutu Setiap orang yang melakukan dumping
perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya air limbah, baku mutu emisi, atau baku limbah dan/atau bahan ke media lingkungan
baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu gangguan dipidana, dengan pidana hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud
mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana
lingkungan hidup, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling (tiga miliar rupiah). paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling 2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud rupiah)
sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) pada ayat (1) hanya dapat dikenakan
dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 apabila sanksi administratif yang telah
(sepuluh miliar rupiah) dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran
dilakukan lebih dari satu kali
Pasal 99 ayat (1) Pasal 103 Pasal 105
Setiap orang yang karena kelalaiannya Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 Setiap orang yang memasukkan limbah ke
mengakibatkan dilampauinya baku mutu dan tidak melakukan pengelolaan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
udara ambien, baku mutu air, baku mutu air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan dipidana dengan pidana penjara paling 69 ayat (1) huruf c dipidana dengan pidana
hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda
tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar miliar rupiah) dan paling banyak
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah)
rupiah)
PENGATURAN UUPPLH PIDANA DALAM UUCK
Pasal 106 Pasal 107
Setiap orang yang memasukkan limbah B3 Setiap orang yang memasukkan B3 yang dilarang
ke dalam wilayah Negara Kesatuan menurut peraturan perundang–undangan ke dalam
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam Pasal 69 ayat (1) huruf d, dipidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf
b, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5
dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
(lima) tahun dan paling lama 15 (lima
dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima
belas) tahun dan denda paling sedikit miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) (lima belas miliar rupiah).
dan paling banyak Rp15.000.000.000,00
(lima belas miliar rupiah) Pasal 119
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 114 Undang-Undang ini, terhadap badan usaha dapat
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib
kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan berupa:
pemerintah dipidana dengan pidana penjara a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling tindak pidana;
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar b. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha
rupiah). dan/atau kegiatan;
c. perbaikan akibat tindak pidana;
d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan
tanpa hak; dan/atau
e. penempatan perusahaan di bawah pengampuan
paling lama 3 (tiga) tahun.
TERIMAKASIH

WE FIGHT AGAINST X-CRIME

Anda mungkin juga menyukai