Anda di halaman 1dari 19

KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

(Permen LHK Nomor 8 Tahun 2021)

JAKARTA, 26 JANUARI 2023


DASAR HUKUM

1. UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja sebagimana telah


diganti dengan Perpu Nomor 2 Tahun 2022

2. PP Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan

3. Peraturan Menteri LHK Nomor 8 Tahun 2021 tentang Tata Hutan


dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan
Hutan di Hutan Lindung dan Hutan Produksi
PNBP
EKSPORT
PASAR DOMESTIK
CIPTA KERJA
MITIGASI dan ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

• SILK
• JAMINAN • MULTI USAHA • PBPH • MULTI • SIPUHH
AKSES KEHUTANAN TERINTEGRASI PRODUK HH • SIPNBP
• JANGKA • PERIZINAN • INOVASI JENIS
PBPHH • PEMASARAN &
WAKTU BERUSAHA
• RKUPH PRODUKSI KERJASAMA
• LUASAN PEMANFAATAN
• RKT SELF HASIL HUTAN INTERNASIONAL
• TATA HUTAN
APROVAL • JAMINAN
KELOLA • DOKUMEN
LEGALITAS
LINGKUNGAN

KEPASTIAN JAMINAN PRODUKTIVITAS DIVERSIFIKASI DAYA SAING


KAWASAN BERUSAHA PRODUK

LIMA PILAR PENGELOLAAN HUTAN LESTARI


21
PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
HULU, HILIR & PASAR

Tata Hutan dan Usaha PNBP Pemasaran Hasil Hutan


Rencana Pengelolaan Pemanfaatan Pemanfaatan (Penjaminan Legalitas
Kawasan Hutan Hutan Hutan Hasil Hutan)

Perizinan Berusaha Penatausahaan


Pemanfaatan Hutan Hasil Hutan Pengolahan BINDALWAS dan
(PUHH) Hasil Hutan Sanksi administratif

HULU HILIR PASAR


IZIN USAHA PEMANFAATAN & PEMUNGUTAN PERIZINAN BERUSAHA
HASIL HUTAN

HUTAN
LINDUNG

PERIZINAN
BERUSAHA
(MULTIUSAHA)

HUTAN
UU NO 11/2020 PRODUKSI
UU NO 41/1999
PP Nomor 6 Tahun 2007 jo PP 23/2011
PP Nomor 3 Tahun 2008
PERIZINAN BERUSAHA PEMANFAATAN HUTAN (MULTIUSAHA KEHUTANAN)

Pasal 132

Pasal 149
EKOLOGI

SOSIAL BUDAYA “
Economically Feasible,
Socially Acceptable, dan
Ecologically Sustainable

Seluruh kegiatan EKONOMI


EKONOMI dapat dilaksanakan di dalam
kawasan hutan, selama
diterima sosial budaya
(socially accepted) dan
lestari ekologinya
(ecologically sustainable)
Pasca Berlaku UU
REKONFIGURASI PENGELOLAAN HUTAN No. 11 Tahun 2020

HUTAN SEBAGAI SATU KESATUAN


EKOSISTEM
(Landscape Management)
Ecologically Sustainable, Socially Acceptable,
Economically Feasible

Pengelolaan
Landscape/SFM
KELOLA KELOLA LINGKUNGAN KELOLA
SOSIAL EKONOMI

Persetujuan
PENGUATAN AKSES Lingkungan MULTIUSAHA
LEGAL MASYARAKAT KEHUTANAN

PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL DAN


PERIZINAN BERUSAHA
PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS LANSKAP
Pengelolaan berbasis lanskap adalah pengelolaan sistem produksi dan
sumber daya alam di suatu daerah yang cukup luas untuk menghasilkan jasa
ekosistem yang penting untuk dikelola oleh para pihak yang menggunakan
lahan tersebut dalam rangka menghasilkan produk dan jasa secara optimal.
Pengelolaan berbasis lanskap melibatkan kolaborasi jangka panjang di antara
pemangku kepentingan untuk mencapai berbagai tujuan dan harapan yang
berada dalam lanskap, baik untuk mata pencaharian, kesehatan, dan
kesejahteraan masyarakat.
PERIZINAN BERUSAHA PEMANFAATAN HUTAN
MULTIUSAHA KEHUTANAN
Perizinan Berusaha Melalui Multi Usaha Kehutanan Perizinan Berusaha Melalui Multi Usaha Kehutanan
di HUTAN LINDUNG di HUTAN PRODUKSI

PEMANFAATAN
HUTAN

Pemanfaatan Hutan Dilakukan Melalui Multiusaha Kehutanan


• Pasal 26 dan 28 UU Nomor 11 Tahun 2020
• Pasal 132 dan Pasal 149 PP Nomor 23 Tahun 2021
• Pasal 49 PerMenLHK Nomor 8 Tahun 2021
PETA ARAHAN PEMANFAATAN HUTAN
UNTUK PERIZINAN BERUSAHA (PERMEN LHK NOMOR 8 TAHUN 2021)
Peta Arahan Pemanfaatan Hutan (PAPH) adalah peta indikatif Pemanfaatan Hutan yang ditetapkan oleh
Menteri untuk menjadi dasar pemberian Perizinan Berusaha Pemanfaatan pada Hutan Lindung dan Hutan
Produksi serta menjadi acuan bagi Gubernur dalam pemberian pertimbangan teknis atau rekomendasi PBPH
(Pasal 24 Permen LHK No. P.8/2021)
Kawasan hutan yang diarahkan pemafaatannya meliputi :
- Kawasan Hutan Lindung,
- Kawasan Hutan Produksi Tetap dan yang tidak dibebani izin
- Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi *
pemanfaatan maupun hak PAPH
Pengelolaan

* HPK yang telah mendapat rekomendasi Gubernur

Penyusunan PAPH mempertimbangkan :


Peta Indikatif Penghentian Peta Tanah Obyek Reforma Agraria
Peta Fungsi Kawasan hutan
Pemberian Izin Baru (PIPPIB) (PPTKH/TORA)
Peta Tata Hutan dan Rencana
Peta Rencana Kehutanan Tingkat Peta Indikatif dan Areal
Pengelolaan Hutan (RPHJP) KPHL dan
Nasional (RKTN) Perhutanan Sosial (PIAPS)
KPHP
KRITERIA PENYUSUNAN PETA ARAHAN PEMANFAATAN HUTAN
UNTUK PERIZINAN BERUSAHA
Peta Arahan Pemanfaatan Hutan adalah peta indikatif Pemanfaatan Hutan yang ditetapkan oleh Menteri
untuk menjadi acuan pemberian Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan pada kawasan Hutan Lindung dan
Hutan Produksi.

Usaha
Usaha Pemanfaatan
Usaha
Pemanfaatan Kawasan
Pemanfaatan
Kawasan Pemungutan
HHBK Jasa
Lingkungan
PEMANFAATAN
PEMANFAATAN PADA HUTAN
PADA HUTAN PRODUKSI
LINDUNG (PSL 25) (PSL 26)
Pemungutan Usaha
Hasil Hutan Pemanfaatan
Usaha Kayu (HHK) Hasil Hutan
Usaha
Pemanfaatan Kayu (HHK)
Pemungutan Pemanfaatan Hasil
Jasa Lingkungan
HHBK Hutan Bukan Kayu
(HHBK)

Aspek yang diperhatikan : Aspek yang diperhatikan :


- Kondisi tutupan lahan berhutan - Kondisi tutupan lahan berhutan
- Keberadaan Masyarakat - Keberadaan Masyarakat
- Potensi Jasa Lingkungan - Potensi hasil Hutan Kayu dan HHBK
- Topografi dan aksesibilitas - Potensi Jasa Lingkungan
- Topografi dan aksesibilitas
- Tidak berada pada PIPPIB
PETA ARAHAN PEMANFAATAN
HUTAN UNTUK PBPH TAHUN
2022

MENTERI LHK MELALUI KEPUTUSAN NOMOR SK.5012/MENLHK-


PHL/BRPH/HPL.0/6/2022 TANGGAL 10 JUNI 2022, menetapkan
Peta Arahan Pemanfaatan Hutan pada kawasan hutan di luar
Pulau Jawa seluas 8,9 jt ha yang dapat dimanfaatkan untuk PBPH.
PETA ARAHAN PEMANFAATAN HUTAN
UNTUK PERIZINAN BERUSAHA PEMANFAATAN HUTAN TAHUN 2022
(SK.5012/MenLHK-PHL/BRPH/HPL.0/6/2022 tanggal 10 Juni 2022)

Amar Kedua
Luas Arahan Pemanfaatan Hutan
untuk PBPH
± 8.914.953 ha

HL pada KPH yang sudah


HPK diluar KPH
ada RPHJP HP
± 248.149 ha
± 183.518 ha

Pada KPH yang tdk dibebani izin Tidak dibebani izin & belum
& mempunyai dokumen RPHJP mempunyai dokumen RPHJP
± 5.365.611 ha ± 3.117.675 ha
Sebaran Arahan Pemanfaatan untuk PBPH
(berdasarkan SK Nomor SK.5012/MENLHK-PHL/BRPH/HPL.0/6/2022)

ACEH SUMUT KALBAR KALTIM KALTARA SULUT


HL : 7.734 Ha HL : 36.231 Ha
MALUT
HL : 4.841 Ha HL : 523 Ha HL : 213 Ha HL : 5.125 Ha
HP : 330.382 Ha HP : 221.984 Ha HL : 5.631 Ha
HP : 605.299 Ha HP : 431.965 Ha HP : 330.830 Ha HP : 131.696
Ha HP : 211.431 Ha
HPK : 29.859 Ha

RIAU KALTENG
HP : 772.268 Ha HL : 124 Ha
HPK : 26.691 Ha HP : 623.197 SULTENG
HL : 403 Ha MALUKU PAPBAR
Ha HL : 2.624 Ha
HPK : 8.574 Ha HP : 639.690 Ha HL : 98 Ha
JAMBI HP : 357.782 Ha
HP : 521.236 Ha
HP : 138.574 Ha HPK : 137.552
HPK : 29.842 Ha Ha

SUMBAR
HL : 224 Ha
HP : 171.216 Ha PAPUA
HL : 30.750 Ha
BENGKULU BABEL SULTRA HP : 1.447.100 Ha
HL : 1.810 Ha HL : 875 Ha KALSEL HL : 2.748 Ha
HP : 40.354 Ha HP : 99.346 Ha HL : 32.299 Ha HP :
HP : 184.998 Ha SULSEL 373.018Ha
HPK : 15.631 Ha HL : 28.566 Ha
SUMSEL HP : 218.618
HL : 737 Ha
Ha
HP : 168.646 Ha

BPHP VI
HL : 8.423 Ha
BALI NTB
HP : 12.844 Ha
HL : 11.545 Ha NTT
HP : 4.492 Ha
HP : 208.299 Ha HL : 718 Ha
HP : 132.227 Ha
PERIZINAN
BERUSAHA KEMENLHK
PEMOHON
PEMANFAAT
AN HUTAN 1 Peta Arahan
Pemohon mendaftar
DIAJUKAN OSS
Pemanfaatan

MELALUI
3
SISTEM OSS 2 Permohonan Diajukan kepada Menteri
LENGKAP

melalui OSS Verifikasi


• Pasal 167 PP PBPH administrasi, peta &
Nomor 5 Tahun (PT dan PK) TIDAK
TIDAK Proposal
LENGKAP
2021 Penolakan Permohonan Teknis
• Pasal 135 dan
4 Penerbitan PBPH Komitmen
Pasal 152 PP
Nomor 23 (BA Koordinat Geografis, YA
Tahun 2021 5 Pemenuhan UKL/UPL/AMDAL, Iuran)
• Pasal 53
PerMenLHK
Komitmen 6
Nomor 8 Tahun Pembatalan PBPH Komitmen
2021 TIDAK Verifikasi
7 Komitmen
Kepala BKPM a.n. Menteri
menerbitkan Keputusan
YA
Pemberian PBPH
PERIZINAN BERUSAHA No Provinsi
PBPH Kegiatan Hutan
Alam
PBPH Kegiatan Hutan
Tanaman
PBPH Kegiatan Jasling
Pemulihan Lingkungan (RE)
PEMANFAATAN HUTAN (PBPH) Unit Luas (± Ha) Unit Luas (± Ha) Unit Luas (± Ha)
1 Aceh 2 125.204,00 5 217.959,00
s.d. 18 November 2021 2 Sumatera Utara 5 246.003,00 7 349.517,52
3 Riau 2 133.589,00 47 1.531.914,05 5 149.807,00
4 Jambi 2 56.045,00 18 665.572,42 2 85.050,00
KEGIATAN Unit Luas (± Ha) 5 Bengkulu 2 64.988,00 1 12.656,00
6 Sumatera Barat 3 155.305,00 4 65.432,90
PBPH Kegiatan
254 18.434.969,78 7 Sumatera Selatan 20 1.322.025,03 2 60.470,00
Hutan Alam
8 Lampung 3 108.909,00
9 Bangka Belitung 9 265.290,29
PBPH Kegiatan
298 11.223.821,12 10 Kalimantan Barat 24 1.090.088,00 49 1.969.786,37 1 14.080,00
Hutan Tanaman
11 Kalimantan Selatan 4 192.746,00 17 547.358,00
PBPH Kegiatan Jasling Pemuli- 12 Kalimantan Tengah 55 3.952.911,85 35 845.674,01 4 214.349,00
han Lingkungan (Restorasi 16 622.862,00 13 Kalimantan Timur 56 3.253.744,38 47 1.633.434,80 1 86.450,00
Ekosistem)
14 Kalimantan Utara 26 2.136.196,00 5 244.662,00
TOTAL 568 30.281.652,90 15 Nusa Tenggara Barat 1 28.644,00 4 75.810,00
16 Nusa Tenggara Timur 2 54.175,00
17 Gorontalo 2 74.147,78
18 Sulawesi Barat 1 30.525,00 1 10.600,00
Luas PBPH 19 Sulawesi Selatan 2 21.430,00
20 Sulawesi Tengah 6 288.510,00 2 73.320,00
2% 21 Sulawesi Tenggara 3 54.280,00
22 Sulawesi Utara 1 7.500,00
37% PBPH Kegiatan Hutan Alam 23 Maluku 13 715.613,00 1 33.245,00
24 Maluku Utara 15 777.941,55 5 65.908,00
PBPH Kegiatan Hutan
Tanaman 25 Papua 17 2.407.826,00 8 898.645,00
61% 26 Papua Barat 20 2.779.090,00 1 87.224,95
PBPH Kegiatan Jasling
Pemulihan Lingkungan (RE) Total 254 18.434.969,78 298 11.223.821,12 16 622.862,00
KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
1. Implementasi UU Nomor 11/2020 tentang Cipta Kerja menjadi momentum bagi pemegang perizinan
berusaha untuk meningkatkan kinerja Kelola usahanya dengan memberikan peluang kerja sama investasi
dalam pemanfaatan hutan bersama stakeholders.
2. Menjamin pemenuhan bahan baku dari perizinan berusaha yang melaksanakan multiusaha untuk
mendukung daya saing industri pengolahan kayu dan industri lainnya (industri berbasis serat : pulp paper
dan rayon, industri panel kayu, industri lanjutan serta industri bioenergi, pangan, pakan, dan obat-obatan).
3. Membangun kluster usaha kehutanan terintegrasi hulu, hilir dan pasar, baik di kawasan ekonomi khusus
maupun kawasan ekonomi potensial lainnya untuk peningkatan efisiensi dan daya saing produk.
4. Memberikan fasilitasi dan dukungan permodalan bagi perizinan berusaha melalui pola pengelolaan
keuangan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (pengganti BLU Kehutanan).
5. Menjamin keberlangsungan usaha dengan pemberian jangka waktu perizinan berusaha yang panjang,
pemberian insentif pengenaan DR hanya untuk kayu hutan alam (tumbuh alami) bukan lagi berdasarkan
izin.
6. Menerapkan sistem silvikultur (multi sistem silvikultur dan Teknik SILIN) serta pemanenan berdampak
rendah (Reduced Impact Logging) dalam pengelolaan hutan sesuai kondisi tapak.
7. Memberikan fasilitasi pemegang perizinan berusaha untuk membangun industri pengolahan hasil hutan di
areal kerjanya.
8. Mengembangkan konfigurasi baru bisnis kehutanan dengan mengedepankan peran masyarakat dan UKM
(Kelompok Usaha Perhutanan Sosial-KUPS). 15
Terima kasih

https://phl.menlhk.go.id

@DitjenPHL @DitjenPHL @Ditjen Pengelolaan Hutan Lestari @Ditjen Pengelolaan Hutan Lestari

Anda mungkin juga menyukai