Anda di halaman 1dari 29

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pajak Bumi dan Bangunan

3.1. 1 Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

1. Undang – undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang


Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan.

3.1.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan


Definisi dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ada berbagai
macam dan para ahli atau pemerhati pajak yang menyajikan definisi
tersebut sesuai dengan kemampuan pemahaman dan pemikiran mereka.
Berikut definisi- definisi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) oleh para ahli
yang dapat penulis cantumkan antara lain adalah:

1. Menurut Soemitro (2001) pengertian Pajak Bumi dan Bangunan


(PBB) sebagai berikut: “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah
pajak yang dikenakan atas harta tidak bergerak, maka yang
dipentingkan adalah objeknya dan oleh karena itu keadaan status
orang atau badan yang dijadikan subyek tidak penting dan tidak
mempengaruhi besarnya pajak”.

2. Menurut Mardiasmo (1997) pengertian Pajak Bumi dan Bangunan


(PBB) adalah Pajak Bumi dan Bangunan terdiri atas pajak terhadap
bumi dan bangunan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi
yang ada di bawahnya, meliputi tanah dan perairan, serta laut
wilayah Republik Indonesia

20
21

3. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun


2011 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Pasal 6
mendefinisikan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan yang
selanjutnya disebut Pajak Bumi dan Bangunan adalah “Pajak atas
bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasi dan atau dimanfaatkan
oleh orang pribadi atau badan kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan”.

Yang dimaksud dengan “kawasan” adalah semua tanah dan


bangunan yang digunakan oleh perusahaan perkebunan, perhutanan dan
pertambangan di tanah yang diberi hak guna usaha perkebunan, tanah
yang diberi hak pengusahaan hutan dan tanah yang menjadi wilayah
usaha pertambangan.

Pengertian dari bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah


dan perairan pedalaman serta laut wilayah daerah, sehingga objek-objek
yang ada di atas perairan seperti restoran-restoran terapung misalnya,
disamping kontruksi bangunannya sendiri dikenakan PBB, maka
terhadap perairannya juga dikenakan PBB karena termasuk pengertian
bumi. Pengenaannya adalah seluas lantai bangunan.

Pengertian bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau


dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan pedalaman dan
atau laut.Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah:

a. jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan


seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu
kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
b. jalan tol;
c. kolam renang;
d. pagar mewah;
e. tempat olahraga;
f. galangan kapal, dermaga;
g. taman mewah;
22

h. tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan
i. menara.

3.1.3. Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan


1. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Subjek Pajak / Wajib Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang


pribadi atau badan yang secara nyata:
1. mempunyai suatu hak atas Bumi dan/ atau;
2. memperoleh manfaat atas Bumi, dan/ atau;
3. memiliki, menguasai, dan/ atau;
4. memperoleh manfaat atas Bangunan.
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan diatur dalam Peraturan Daerah
Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi dan
Bangunan Perkotaan Pasal 4 ayat (1).
Berdasarkan undang-undang Wajib Pajak adalah Subyek Pajak
yang dikenakan kewajiban membayar pajak. Dengan demikian maka
yang wajib membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bukan saja
pemilik tanah dan/ atau bangunan tetapi juga penyewa atau siapa
saja yang memanfaatkan tanah dan/ atau bangunan misalnya
penghuni rumah dinas suatu instansi (Siahaan, 2004).
2. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Dalam Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13


Tahun 2011, yang menjadi Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah
Bumi/Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/ atau dimanfaatkan
oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan


adalah objek pajak yang:

1. digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan


pemerintahan;
23

2. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di


bidang ibadah, social, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan;
3. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang
sejenis dengan itu. Dalam hal objek kuburan masih diperlukan
suatu penjelasan yang lebih rinci yaitu mengenai jenis kuburan
yang bagaimana yang tidak dikenakan PBB, karena saat ini ada
jenis kuburan mewah yang bias dipindah tangankan kepada pihak
lain (di perjual belikan).
4. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan
tanah Negara yang belum dibebani suatu hak;
5. digunakan oleh perwakilan diplomatic dan konsulat berdasarkan
asas perlakuan timbal balik; dan
6. digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional
yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

3.2 Kegiatan Updating Data


3.2. 1 Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2011
Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Pasal 5 diputuskan dasar
pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah NJOP (Nilai Jual Objek
Pajak). Di dalam pengenaan PBB Pedesaan Perkotaan ini ditentukan
suatu batas tidak kena pajak yang disebut Nilai Jual Objek Pajak Tidak
Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan paling rendah sebesar Rp.
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak. Ketentuan
ini mengandung arti bahwa apabila seorang wajib pajak di dalam wilayah
satu kabupaten/kota memiliki lebih dari satu objek pajak, maka yang
24

memperoleh pengurang (batas tidak kena pajak) sebesar paling rendah


Rp. 10.000.000,00 hanya satu objek pajak saja.

3.3. 2 Nomor Objek Pajak (NOP)


Pada setiap objek yang telah di data akan di berikan penomoran yang
bersifat unik dan permanen yang disebut dengan Nomor Objek Pajak
(NOP). Nomor ini yang akan mengidentifikasi setiap objek pajak.
Setiap objek di berikan satu nomor yang berbeda dengan objek yang
lainnya dan bahkan nomor objek ini tidak ada yang sama di seluh
wilayah Indonesia.
Selain unik nomor ini juga bersifat permanen dimana nomor ini akan
tetap selama objek tersebut tidak mengalami perubahan walaupun
berubah nama subjek pajaknya, misalnya dalam kasus jual beli tanah
antara A dan B, B sebagai pembeli tanah akan mempunyai Nomor
Objek Pajak atas objek pajak yang sama dengan pada waktu dimiliki
oleh A sebagai penjual tanah. Contoh pemberian NOP untuk objek
pajak adalah sebagai berikut ini.

▪ Misalnya sebidang tanah memiliki NOP sebagai berikut


33.74.050.001.004.0056.0,
▪ Kode 33.74.050.001 adalah kode wilayah kelurahan meteseh,
kecamatan tembalang,
▪ Kode 004 adalah kode blok 004 di kelurahan tersebut,
▪ Kode 0056 adalah nomor urut 0056 di blok tersebut,
Tanda khusus 0, adalah penomoran objek tertentu untuk
mempermudah identifikasi dan pengelompokan objek
pajak,misalnya kode 9, untuk objek jenis strata title (penggunaan
bersama misal rumah susun/ appartemen).
25

Gambar 3.1
Gambar Pembagian Kelompok NOP

3.2. 3 Cara Penilaian Objek Pajak


Demi efektifitas dan efisiensi administrasi mengingat jumlah objek
pajak yang diadministrasikan sangat banyak dan menyebar di seluruh
wilayah Indonesia, sedangkan jumlah tenaga penilai dan waktu
pelaksanaan penilaian yang tersedia sangat terbatas, maka pelaksanaan
penilaian dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu penilaian massal yang
diterapkan bagi objek dengan kriteria standar dan penilaian secara
individual yang diterapkan untuk objek pajak non-standar dan objek
khusus. Pembedaan ini lebih ditekankan pada nilai ekonomis dan potensi
pengenaan pajak dari objek yang bersangkutan.

1. Penilaian Massal

Dalam cara penilaian ini NJOP bumi dihitung berdasarkan


Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang terdapat pada setiap Zona Nilai
Tanah (ZNT). ZNT adalah zona geografis yang terdiri dari
sekelompok objek pajak yang memiliki NIR sama dan dibatasi
oleh batas penguasaan/pemilikan objek pajak dalam satu wilayah
administrasi pemerintahan. Sedangkan NJOP bangunan dihitung
berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB).
26

Perhitungan penilaian massal dilakukan terhadap objek pajak


dengan menggunakan program komputer konstruksi umum
(Computer Assisted Valuation/CAV).

Gambar 3.2
Program Komputer Kontruksi Umum
Pajak Bumi dan Bangunan Wajib Pajak Kelurahan Gayamsari

Sumber :Pos IT Pajak Bumi dan Bangunan Pos 1


Penilaian NOP(Nilai Objek Pajak) selain menggunakan IT Program yang
secara otomatis akan mucul berapa kisaran harga tanah dan harga
bangunan, pembuatan harga komputerisasi ini menggunakan perintah
Wali Kota yang sudah ditetapkan dalam Surat Ketetapan Wali Kota
tentang kode ZNT yang setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan.

2. Penilaian Individual

Cara penilaian ini diterapkan untuk pajak umum yang bernilai


tinggi (tertentu), baik objek pajak khusus, ataupun pajak umum yang
telah dinilai dengan CAV namun hasilnya tidak mencerminkan nilai
yang sebenarnya karena keterbatasan aplikasi program. Proses
penilainnya adalah dengan memperhitungkan seluruh karakteristik dari
objek pajak tersebut.

Proses penghitungan nilai dilaksanakan dengan menggunakan


formulir penilaian yang tersedia khusus untuk masing-masing jenis
27

penggunaan. Setiap penilaian harus memperhatikan tanggal penilaian


yang menjadi dasar ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu per 1
Januari tahun pajak yang bersangkutan sebagaimana diatur dalam pasal
82 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

3.2 4 Pelaksanaan Penilaian

Dalam proses penentuan nilai tanah, maka pelaksanaan


penilaiannya dimulai dengan pembuatan konsep sket/peta (Zona Nilai
Tanah) ZNT dan penentuan nilai indikasi rata-rata (NIR) menggunakan
metode perbandingan data pasar. Peta ZNT ini dibuat per satuan
desa/kelurahan yang dituangkan dalam suatu peta dengan dibuat warna
khusus yang membatasi setiap ZNT. Nilai bumi ditentukan terlebih
dahulu melalui perbandingan dengan data pasar tanah di lingkungan
sekitar. Data pasar tanah tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber
seperti broker, penjual langsung, lelang, PPAT dan lain-lain.

Pelaksanaan penilaian terhadap objek pajak dilakukan secara massal atau


secara individual dalam proses pelaksanaan dilakukan melalui cara sebagai
berikut :

1. Penilaian Massal

Pembuatan Konsep Sket/Peta ZNT dan Penentuan INI

a. Batasan-batasan dalam Pembuatan Sket/Peta ZNT


i. ZNT dibuat per kelurahan
ii. Pengisian NIR tanah ditulis dalam ribuan rupiah
iii. Garis batas setiap ZNT diberi warna yang berbeda sehingga
jelas batas antar ZNT

b. Proses pembuatan Sket/Peta ZNT


28

i. Tahap Persiapan
ii. Pengumpulan data harga jual
iii. Kompilasi Data
iv. Rekapitulasi Data dan Plotting Data Transaksi pada
Peta Kerja ZNT
v. Menentukan Nilai Pasar tanah per meter persegi
1) Tanah kosong, Nilai Pasar dibagi luas tanah
dalam satuan meter persegi.
2) Tanah dan bangunan;
- Menentukan nilai bangunan dengan
menggunakan DBKB setempat
- Nilai pasar dikurangi nilai bangunan
diperoleh Nilai Pasar Tanah kosong untuk
kemudian dibagi luas tanah dalam satuan
meter persegi
vi. Membuat batas imijiner ZNT
vii. Analisi Data Penentuan NIR
1) Analisis data dilakukan berdasarkan Zona Nilai
Tanah, Data-data yang dianalisis untuk memperoleh
Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) dalam satu ZNT
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Data relatif baru
- Data Transaksi atau penawaran yang wajar
- Lokasi yang relatif berdekatan
- Jenis penggunaan tanah/bangunan yang relatif
sama
- Memperoleh fasilitas sosial dan fasilitas umum
yang relatif sama
2) Penyesuaian Nilai Tanah dan Penentuan NIR
29

Sebelum menentukan NIR pada masing-masing


ZNT, nilai tanah yang telah dianalisis disesuaikan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk ZNT yang memiliki data transaksi lebih
dari satu penentuan NIR dilakukan dengan cara
merata-rata data transaksi.
b. Untuk ZNT yang hanya memiliki satu data
transaksi NIR ditentukan dengan cara
mempertimbangkan data transaksi dari ZNT lain
yang terdekat setelah dilakukan proses
penyesuaian seperlunya.
c. Untuk ZNT yang tidak memiliki data transaksi,
penentuan NIR dapat mengacu pada NIR di
ZNT lain yang terdekat dengan melakukan
penyesuaian faktor lokasi, jenis penggunaan
tanah dan keluasan persil.

viii. Pembuatan Peta ZNT Akhir


1) Tahap ini dilaksanakan setelah selesai pengukuran
bidang milik dalam satu kelurahan
2) Garis batas ZNT dibuat mengikuti garis bidang
milik dan tidak boleh memotong bidang milik
3) Cantumkan NIR ( nilai tanah hasil analisis bukan
nilai tanah hasil klasifikasi NJOP) dan kode ZNT
pada peta kerja
4) Peta ZNT akhir diberi warna yang berbeda pada
setiap garis batas ZNT
ix. Pemberian warna garis batas ZNT dan pencamtuman
angka NIR dalam peta kerja
1) Garis batas imajiner ZNT pada peta kerja diberi
warna yang berbeda sehingga jelas batas antar ZNT
30

2) Untuk setiap ZNT dicantumkan angka NIR-nya


3) NIR dicantumkan sebagaimana hasil analisis, bukan
dalam bentuk ketentuan nilai jual bumi
x. Membuat kode ZNT untuk maisng-masing ZNT dalam
peta kerja.
1) Untuk setiap ZNT dibuat kode ZNT dan ditulis tepat
dibawah angka NIR
2) Kode ZNT dibuat pada peta kerja, dimulai dari
sudut kiri atas (sudut barat laut) berurutan mengikut
bentuk spiral
3) Setiap ZNT diberi kode dengan menggunakan
kombinasi dua huruf, dimulai dari AA s/d ZZ
4) ZNT yang memiliki NIR sama, jika dipisahkan oleh
ZNT lain harus dibuatkan kode ZNT yang berbeda
xi. Pengisian Formulir ZNT
ZNT yang telah diberi kode dan telah ditentukan NIR-
nya, datanya diisikan pada Formulir ZNT
xii. Membuat sket/peta ZNT akhir
1) Tahap ini dilaksanakan setelah selesai pengukuran
bidang objek pajak dalam satu kelurahan
2) Garis batas ZNT dibuat mengikuti garis bidang
objek pajak tetapi tidak boleh memotong bidang
objek pajak
3) Untuk mempermudah penentuan batas ZNT sesuai
garis bidang objek pajak, terlebih dahulu dibuat
sket/peta ZNT blok yang selanjutnya dipindahkan
ke dalam seket/peta ZNT kelurahan
4) Cantumkan NIR dan kode ZNT sesuai dengan NIR
dan ZNT pada peta kerja, ZNT yang telah diberi
kode dan ditentukan NIR-nya, datanya diisikan pada
formulis ZNT
31

5) Sket/peta ZNT akhir diberi warna pada setiap garis


batas ZNT
6) Sket/peta ZNT akhir merupakan lampiran
Keputusan Walikota tentang besarnya NJOP
sebagai dasar pengenaan PBB. Dalam hal ini
sket/peta ZNT tersebut diperkecil dengan cara
fotokopi ( lichtdruk) dari tidak perlu diberi warna,
namun kode ZNT dan NIR harus jelas.

2. Penyusunan DBKB

Konstruksi bangunan sebagai satu kesatuan terdiri dari


beberapa biaya satuan pekerjaan. Biaya satuan pekerjaan tersebut
dikelompokkan dalam 3 (tiga) komponen, yaitu biaya komponen
utama, biaya komponen material dan biaya pembuatan fasilitas.
Keseluruhan komponen tersebut disusun dalam suatu daftar yang
disebut sebagai daftar biaya komponen bangunan (DBKB). Dalam
penerapan DBKB ini, objek-objek berupa bangunan yang dinilai
dilakukan pengelompokan berdasarkan jenis penggunaan bangunan
(JPB).

3.3 NJOP(Nilai Jual Objek Pajak)


3.3.1 Pengertian NJOP(Nilai Jual Objek Pajak)
Berdasarkan PERDA Kota Semarang Nomor 13 tahun 2011 yang
dimaksut dengan NJOP(Nilai Jual Objek Pajak) adalah harga rata-rata
yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan
bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan
baru, atau NJOP pengganti.
3.3.2 Latar belakang kenaikan NJOP
Kenaikan NJOP didasari dengan adanya perkembangan
perekonomian yang sangat drastis kenaikannya. Salah satunya adalah
32

perkembangan suatu wilayah. Dimana wilayah tersebut daerah yang


dulunya daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan. Dan banyaknya
perumahan mewah yang dibangun sehingga secara otomatis maka akan
berpengaruh dengan kenaikan NJOP tersebut. Banyaknya perkembangan
suatu wilayah yang mulai modern dapat memicu pertumbuhan ekonomi
yang lebih maju. Ini dapat dilihat dengan tipe bangunan perumahan yang
mulai mewah. Perubahan infrastruktur dari desa ke kota mulai terlihat juga
banyaknya pabrik yang dibangun disuatu daerah. Maka inilah yang akan
menjadi patokan sutu NJOP.

3.3.3 Penentuan besarnya NJOP(Nilai Jual Objek Pajak) PBB


Penentuan besarnya NJOP adalah proses penting karena mengingat
NJOP ini yang akan menentukan besarnya pajak yang di bayar oleh
masyarakat. Penentuan besarnya NJOP diperoleh secara wajar, dan
bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan dengan
melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis atau nilai
perolehan baru atau NJOP pengganti. Perbandingan harga dengan objek
lain yang sejenis, adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual
suatu objek pajak dengan cara membandingkannya dengan objek pajak
lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah
diketahui harga jualnya.

3.3.4 Penetapan besarnya NJOP(Nilai Jual Objek Pajak) PBB


Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak
tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan
wilayahnya, untuk daerah tertentu yang perkembangan pembangunannya
cukup pesat mengakibatkan kenaikan NJOP yang cukup besar, maka
penetapan NJOP dapat ditetapkan setahun sekali. Penetapan besarnya
NJOP dilakukan oleh Wali Kota. Penetapan NJOP dapat dilakukan
dengan:
33

1. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, yaitu suatu


pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara
membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis yang
letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga
jualnya. Pendekatan/metode ini disebut dengan Pendekatan/Metode
Data Pasar atau Perbandingan Harga (Market data/Sales Comparison
Approach).
2. Nilai perolehan baru, yaitu pendekatan/metode penentuan nilai jual
suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian
dilakukan kemudian dikurangi dengan penyusutan berdasarkan
kondisi fisik objek tersebut. Pendekatan/Metode ini disebut dengan
Pendekatan/Metode Biaya (Cost Approach).
3. Nilai Jual Pengganti, yaitu suatu pendekatan/metode penentuan nilai
jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek
tersebut. Pendekatan/Metode ini disebut dengan Pendekatan/Metode
Pendapatan (Income Approach).

3.3.5 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan


Tarif Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang
Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Pasal 6 ditetapkan Tarif Pajak
Bumi dan Bangunan sebagai berikut:

1. Untuk NJOP sampai dengan Rp. 1.000.000.000 (satu milyar


rupiah) ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma satu persen);
2. Untuk NJOP diatas Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah)
ditetapkan sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
34

3.3.5.1 Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan


Berdasarkan ketentuan Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Semarang
Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan
Perkotaan ditetapkan bahwa besaran pokok Pajak Bumi dan
Bangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif
dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) setelah dikurangi Nilai Jual
Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).

Besarnya pokok Pajak Bumi dan Bangunan terutang dapat


dihitung dengan menggunakan formula:

PBB = Tarif x (NJOP – NJOPTKP*)

*) NJOP : Nilai Jual Objek Pajak

NJOPTKP : Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak

Perhitungan besarnya pajak terutang PBB, nilai jual objek pajak


dikurangi terlebih dahulu dengan nilai jual objek pajak tidak kena
pajak. Berikut contoh perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan:

1. Perhitungan NJOP sampai dengan Rp. 1.000.000.000dengan


tarif 1%.

Wajib Pajak A seorang wajib pajak PBB memiliki objek pajak


berupa:

Tanah seluas 800 m² dengan nilai jual Rp. 350.000,-/m²

Bangunan seluas 400 m² dengan nilai jual Rp. 365.000,-/m²

Besar pokok pajak yang terutang adalah sebagai berikut:

NJOP Bumi 800 m² x Rp. 350.000 Rp. 280.000.000

NJOP Bangunan 400 m² x Rp. 365.000 Rp. 146.000.000

Total NJOP Bumi dan Bangunan Rp. 426.000.000


35

NJOPTKP Rp. 10.000.000

NJOP Bumi dan Bangunan Kena Pajak Rp. 416.000.000

Tarif pajak yang ditetapkan dalam perda 0,1 %

PBB Terutang = 0,1 % x Rp. 416.000.000

= Rp. 416.000

2. Perhitungan NJOP diatas Rp. 1.000.000.000dengan tarif 0,2%.


Wajib Pajak B seorang wajib pajak PBB memiliki objek pajak
berupa:
Tanah seluas 1.500 m² dengan nilai jual Rp. 2.013.000,-/m²
Bangunan seluas 800 m² dengan nilai jual Rp. 823.000,-/m²

Besar pokok pajak yang terutang adalah sebagai berikut:

NJOP Bumi 1.500 m² x Rp. 2.013.000 Rp. 3.019.500.000

NJOP Bangunan 800 m² x Rp. 823.000 Rp. 658.400.000

Total NJOP Bumi dan Bangunan Rp. 3.677.900.000

NJOPTKP Rp. 10.000.000

NJOP Bumi dan Bangunan Kena Pajak Rp. 3.667.900.000

Tarif pajak yang ditetapkan dalam perda 0,2 %

PBB Terutang = 0,2 % x Rp. 3.667.900.000

= Rp. 7.335.800

3. Perhitungan untuk objek pajak lebih dari satu


Wajib Pajak C mempunyai dua objek pajak berupa bumi dan
bangunan masing-masing di Jalan Mawar dan Jalan Melati. Objek
pajak di Jalan Mawar berupa:
Tanah seluas 150 m2 dengan nilai jual Rp 1.573.000,-/m2
36

Bangunan seluas 106 m2 dengan nilai jual Rp 823.000,-/m2.


Sedangkan objek pajak di Jalan Melati berupa:
Tanah seluas 119 m2 dengan nilai jual Rp 1.147.000,-/m2

Bangunan seluas 56 m2 dengan nilai jual Rp 823.000,-/m2.

Besar pokok pajak yang terutang adalah sebagai berikut:

A. Objek Pajak Jalan Mawar :


NJOP Bumi 150 m2 x Rp 1.573.000 Rp 235.950.000

NJOP Bangunan 106 m2 x Rp 823.000 Rp 87.238.000+

Total NJOP Bumi dan Bangunan Rp 323.188.000

NJOPTKP Rp 10.000.000-

NJOP Bumi dan Bangunan Kena Pajak Rp 313.188.000

Tarif Pajak yang ditetapkan perda 0,1 %

PBB terutang = 0.1% x 313.188.000

= 313.188

B. Objek Pajak Jalan Melati :


NJOP Bumi 119 m2 x Rp 1.147.000 Rp 136.493.000

NJOP Bangunan 56 m2 x Rp 823.000 Rp 46.088.000+

Total NJOP Bumi dan Bangunan Rp 182.581.000

NJOPTKP Rp 0
NJOP Bumi dan Bangunan Kena Pajak Rp 182.581.000

Tarif Pajak yang ditetapkan perda 0,1 %

PBB terutang = 0.1% x 182.581.000

= 182.581
37

Objek pajak di Jalan Melati tidak dikenakan NJOPTKP sebesar


Rp 10.000.000,- karena NJOPTKP telah dikenakan untuk objek pajak
yang berada di Jalan Mawar.

3.4 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan


Dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemerintah
Daerah Kota Semarang melakukan upaya menggali potensi dana dari daerah.
Salah satunya adalah meningkatkan penerimaan pajak bumi dan bangunan,
pemerintah daerah memberikan target untuk penerimaan dari pajak bumi dan
bangunan. Berikut ini tabel target dan realisasi penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan dari tahun 2012 sampai 2015.

Tabel 3.1
Tabel Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan
Tahun Target Realisasi Presentase
2012 159.000.000.000 161.333.156.112 101%
2013 170.000.000.000 185.176.162.590 108%
2014 186.000.000.000 211.012.897.742 113%
2015 215.000.000.000 215.303.968.108 100%
Sumber: BAPENDA Kota Semarang 2017
Berdasarkan tabel 3.1 dapat disimpulkan bahwa penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan dari tahun 2012 sampai tahun 2015 sudah efektif dan realisasi
telah diatas target dengan mencapai presentase 100% bahkan lebih. Pada
tahun 2015 presentase penerimaan pajak bumi dan bangunan menurun
dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 100% meskipun realisasi yang
dicapai telah melebihi target. Target sebesar Rp. 215.000.000.000 diperoleh
dari target penerimaan pembayaran dari 16 kecamatan yang ada di Kota
Semarang. Realiasi tahun 2015 dapat ditentukan dari pokok ketetapan Pajak
Bumi dan Bangunan ditambah dengan denda sehingga menghasilkan jumlah
sebesar Rp. 215.303.968.108. Untuk penjelasan perhitungan target dan
realisasi tahun 2015 terdapat dalam lampiran III Tugas Akhir ini.
38

Pada tahun 2014 merupakan presentase paling tinggi selama 4 tahun


terakhir dimana target sebesar Rp. 186.000.000.000 dengan realisasi yang
dicapai sebesar Rp. 211.001.447.064 sehingga presentasenya mencapai 113%.
Hal tersebut membuktikan bahwa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
penerimaan pajak bumi dan bangunan mengalami kenaikan. Target sebesar
Rp. 186.000.000.000 diperoleh dari target penerimaan pembayaran dari 16
kecamatan yang ada di Kota Semarang. Realiasi tahun 2014 dapat ditentukan
dari pokok ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan ditambah dengan denda
sehingga menghasilkan jumlah sebesar Rp. 211.012.897.742. Untuk
penjelasan perhitungan target dan realisasi tahun 2014 terdapat dalam
lampiran IV Tugas Akhir ini.
Pada tahun 2013, target penerimaan yang diharapkan sebesar Rp
170.000.000.000 dengan realisasi sebesar Rp 185.176.162.590 sehingga
tercapailah realisasi yang melebihi target yaitu sebesar 108%. Target
penerimaan pajak bumi dan bangunan tahun 2013 juga mengalami
peningkatan dari tahun 2012 sebesar 7%.

Pada tahun 2012 sebagai tahun awal pemungutan pajak bumi dan
bangunan menjadi pajak daerah. Target yang diharapkan sebesar Rp.
159.000.000.000 jumlah yang tidak sedikit, akan tetapi realisasi yang dicapai
justru melebihi target sebesar Rp. 161.333.156.112 dengan presentase 101%.
39

3.5 Tingkat keefektifan masyarakat dengan kenaikan NJOP terhadap


pembayaran PBB pertahun
Tabel 3.2
Tabel Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan

GRAFIK PEMBAYARAN PBB


Target Pembayaran Realisasi

211.012.897.742 215.303.968.108
185176162590
161.333.156.112 215.000.000.000

170000000000 186.000.000.000
159.000.000.000

101% 108% 113% 100%

2012 2013 2014 2015


TAHUN PEMBAYARAN

Sumber: BAPENDA Kota Semarang 2017

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa Efektifitas


penerimaan PBB disuatu kota dapat diketahui dengan membandingkan target
dan realisasi penerimaan di kota Semarang pada tahun pajak yang berbeda.
Berdasarkan kriteria tersebut maka untuk tahun pajak tahun 2014 memiliki
efektifitas penerimaan yang paling tinggi dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yaitu sebesar 113 % dan tahun yang memiliki tingkat efektifitas
penerimaan paling rendah adalah tahun 2015 yaitu sebesar 100%.

Perbandingan efektifitas penerimaan antara tahun 2015 dengan tahun


sebelumnya ini diketahui bahwa efektifitas tertinggi dicapai tahun 2014
dengan tingkat efektifitas 113 % sedangkan tingkat efektifitas terendah adalah
tahun 2015 dengan efektifitas penerimaan 100 %. Secara keseluruhan terjadi
peningkatan pada tahun-tahun tersebut. Yang dapat mencapai target
40

penerimaan PBB pada penerimaan pajak setiap tahunnya dimana terdapat 3


tahun yang berhasil melebihi target yang telah ditentukan oleh BAPENDA
(Badan Pendapatan Daerah) Kota Semarang. Target penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan mempunyai tingkat pencapaian yang bervariasi.

Peningkatan ini juga merupakan kontribusi dari pendapatan harian


lalu di jumlahkan kedalam pendapatan bulanan per kantor cabang
pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) yang kemudian di rata-rata
menjadikan hasil tahunan BAPENDA (Badan Pendapatan Daerah) .
Kemudian menjadi penghasilan tahunan. Perbandingan efektifitas antar tahun
memperlihatkan bahwa efektifitas per tahun dengan adanya target realisasi
memang memperlihatkan hasil yang berbeda. Pada tahun 2015 yaitu sebesar
100% yaitu dengan target Rp. 215.000.000.000 dan hanya terealisasi sebesar
Rp. 215.303.968.108. Walaupun angka tersebut sudah melebihi target tetapi
kisaran angka tersebut masih jauh dari kenaikan persentase pendapatan
BAPENDA Kota Semarang tahun sebelum-sebelumnya. Sehingga pada tahun
2015 mengalami pemenuhan realisasi yang kurang dibandingkan dengan
tahun 2012,2013, dan 2014.

BAPENDA dapat mencapai target penerimaan Pajak Bumi dan


Bangunan di Kota Kota Semarang selama beberapa tahun terakhir seharusnya
mendapat perhatian dari pemerintah daerah agar dapat mengetahui faktor-
faktor yang menyebabkan tidak stabilan pembayaran PBB. Kestabilan boleh
terjadi jikalau grafik pendapatan mengalami kenaikan, namun BAPENDA
tidak dapat mempertahankan pencapaian dalam penerimaan PBB pertahun.
Akibat penurunan pendapatan BAPENDA pada tahun 2015 ini maka sejak
tahun 2016 sampai dengan tahun 2017 maka atas perintah Wali Kota maka
PBB selalu mengalami kenaikan pembayaran. Kenaikan pada tahun 2017 ini
mencapai 36% untuk Pajak tanah dan Pajak Bangunan. Ini dilakukan agar
tidak terjadi kejadian seperti tahun 2015 yaitu pendapatan tidak jauh berbeda
dengan realisasi penerimaan PBB.
41

3.5.1 Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan


Upaya peningkatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
harus dilakukan secara optimal agar mendapatkan hasil yang sesuai
dengan target. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud,
1995) Optimal adalah yang berarti terbaik, tertinggi, paling
menguntungkan, menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi,
pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan
paling baik, paling tinggi, dan sebagainya). Dalam upaya peningkatan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kota Semarang melakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan penerimaan pajak, untuk mengupayakan hal tersebut
juga ada kendala – kendala yang dihadapi dan berupaya memberikan
solusi untuk menghadapi kendala tersebut.

3.5.1.1 Upaya dalam meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan


Bangunan

Upaya meningkatkan kemampuan penerimaan daerah,


khususnya penerimaan dari sektor Pajak Bumi dan Bangunan,
harus diarahkan pada potensi pajak daerah agar pendapatan asli
daerah tersebut terus meningkat, sehingga pada akhirnya
diharapkan agar dapat memperkecil ketergantungan terhadap
sumber penerimaan dari pemerintah di atasnya (pemerintah
pusat). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan Badan Pendapatan Daerah Kota
Semarang menggunakan upaya preventif. Upaya preventif
merupakan tindakan yang dilakukan sebelum sesuatu terjadi
atau mencegah sebelum terjadi. Menurut wawancara dengan
Bapak Iwan salah satu Kepala Bidang Pajak 1 Pajak Bumi dan
Bangunan, untuk meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) Kota Semarang Badan Pendapatan Daerah
Kota Semarang melakukan beberapa kegiatan antara lain:
42

1. Pekan Panutan

Kegiatan pekan panutan bertujuan untuk menggiatkan


dan menguggah kesadaran masyarakat akan kewajiban
membayar pajak utamanya Pajak Bumi dan Bangunan.
Selain itu, juga memberikan suri tauladan kepada
masyarakat untuk membayar PBB lebih awal yang
dipelopori oleh wajib pajak dari jajaran pemerintahan,
pengusaha, camat, lurah, tokoh masyarakat, wajib pajak
kolektif dan segenap PNS di lingkungan Pemkot Semarang.
Pekan panutan memberikan kesempatan untuk membayar
PBB karena Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak
Bumi Bangunan (SPPT-PBB) sudah disebar dan diterima
oleh wajib pajak, sehingga pembayaran tidak harus
menunggu batas akhir pembayaran pada 31 agustus. Pekan
panutan yang dilaksanakan oleh Badan Pendapatan Daerah
(BAPENDA) Kota Semarang diharapkan dapat menjadi
panutan dalam melakukan pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) sebelum jatuh tempo.

Pada tahun 2015 kegiatan ini dilakukan selama tiga


hari berturut-turut mulai hari Selasa tanggal 26 Mei 2015
dan akan berakhir hari Kamis tanggal 28 Mei 2015.
Pembukaan kegiatan pekan panutan dibuka oleh Sekda
Kota Semarang, Adi Trihananto mewakili Walikota
Semarang di Hall Balaikota Semarang. Kegiatan ini juga
melibatkan beberapa wajib pajak yang turut berpartisipasi
dalam membayar PBB. Diantaranya PT. Astra
Internasional, PT Perhutani, Indonesia Power, PT.
Pertamina, PT. Bank Mandiri, PT. Bank Jateng, dan Patra
Jasa Hotel. Kegiatan pekan panutan sebagai simbol bahwa
43

para pejabat pemerintahan ataupun swasta dapat


memberikan contoh keteladanan dalam pembayaran PBB
lebih awal sehingga dapat menjadi panutan oleh
masyarakatnya. Kegiatan ini hanya dilaksanakan di
balaikota sehingga sasaran kurang luas dan undangan
ditujukan untuk masyarakat golongan tertentu, akan lebih
baik apabila kegiatan ini dapat dilaksanakan pada tingkat
kelurahan dan kecamatan sehingga masyarakat akan lebih
banyak yang berpartisipasi dalam kegiatan ini.

2. Operasi Bhakti
Operasi bhakti merupakan kegiatan sosialisasi yang
dilaksanakan sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Kegiatan ini
dilaksanaklan setelah pekan panutan selesai hingga tanggal
jatuh tempo pembayaran PBB. Operasi bhakti dilakukan
dengan cara mendekatkan tempat pembayaran kepada wajib
pajak, dalam kegiatan ini petugas PBB cenderung lebih
aktif dalam melaksanakan pemungutan dengan berkeliling
kelurahan dan kecamatan dengan menggunakan mobil
pembayaran PBB keliling. Operasi bhakti dilakukan setelah
SPPT-PBB didistribusikan hingga bulan Agustus sebelum
jatuh tempo.

Operasi bhakti yang dilakukan oleh Badan Pendapatan


Daerah (BAPENDA) Kota Semarang adalah sejumlah tiga
unit mobil pembayaran PBB bergiliran mengelilingi
kelurahan dan kecamatan sekota semarang yang telah
ditunjuk sebagai tempat pembayaran PBB. Selain itu, upaya
lain adalah dengan cara memperpanjang jam buka loket
pembayaran PBB pada Pos Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan Wilayah I, II, III, dan IV hingga pukul 15.00.
Biasanya hanya buka sampai pukul 14.00 tapi jelang jatuh
44

tempo loket pembayaran PBB buka hingga pukul 15.00.


Kegiatan operasi bhakti diikuti oleh wajib pajak yang akan
membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Petugas PBB
juga berkoordinasi dengan camat dan lurah untuk
memberikan informasi kepada masyarakatnya agar
membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebelum jatuh
tempo. Dengan adanya operasi bhakti masyarakat
dimudahkan dalam melakukan pembayaran PBB dan tidak
perlu melakukan pembayaran ke tempat yang lebih jauh
karena sudah disediakan mobil pembayaran PBB keliling
dan mendekatkan loket pembayaran PBB. Sehingga,
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) meningkat.

Kendala yang dihadapi dalam kegiatan operasi


Bhakti adalah jumlah mobil pembayaran PBB keliling
masih sedikit sehingga harus bergantian dalam pelaksanaan
pemungutan PBB di Kota Semarang. Seharusnya, jumlah
mobil pembayaran PBB keliling harus memadai sehingga
kegiatan ini dapat berjalan efektif dan menjangkau daerah –
daerah tertentu yang masih jauh dari tempat pembayaran
PBB.

3. Operasi Sisir
Operasi sisir merupakan kegiatan yang dilaksanakan
setelah jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) atau 6 bulan setelah diterimanya SPPT PBB.
Kegiatan ini dilaksanakan setelah operasi bhakti selesai,
operasi sisir hampir sama dengan operasi bhakti yang
membedakan operasi sisir dengan operasi bakti adalah
masyarakat yang melakukan pembayaran PBB akan
dikenakan sanksi sebesar 2% perbulan selama maksimal 24
bulan setelah tanggal jatuh tempo. Dalam pelaksanaan
45

operasi sisir, petugas PBB juga berkoordinasi dengan lurah


dan camat untuk menghimbau wajib pajak untuk segera
melakukan pembayaran agar sanksi yang diterima tidak
memberatkan wajib pajak itu sendiri.

Kegiatan operasi sisir didukung dengan mobil


pembayaran PBB keliling. Mobil pembayaran PBB keliling
bertempat di kelurahan dan kecamatan yang telah ditunjuk
atau ditempat yang telah ditunjuk oleh kecamatan /
kelurahan seperti di rumah ketua RW atau RT setempat.
Operasi sisir diikuti oleh wajib pajak yang akan membayar
PBB setelah melewati tanggal jatuh tempo. Kegiatan ini
mendorong wajib pajak untuk segera membayar PBB agar
sanksi/denda yang diterima tidak semakin bertambah 2%
tiap bulannya. Operasi sisir dilakukan selama 3 bulan
setelah jatuh tempo pembayaran PBB. Hasil penerimaan
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dalam kegiatan
operasi sisir pada umumnya lebih sedikit daripada hasil
kegiatan operasi bhakti. Hal ini membuktikan bahwa
tingkat kepatuhan wajib pajak yang cukup tinggi. Karena
banyak wajib pajak yang melaksanakan pembayaran
sebelum jatuh tempo pembayaran, sehingga operasi sisir
sasarannya wajib pajak yang belum melaksanakan
pembayaran setelah jatuh tempo.

4. Undian Berhadiah
Badan Pendapatan Daerah Kota Semarang setiap tahun
mengadakan program undian berhadiah untuk wajib pajak
PBB yang membayar pajak lebih awal dan sebelum jatuh
tempo. Program ini dilakukan dalam rangka peningkatan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai salah
satu bentuk penghargaan bagi wajib pajak karena telah patuh
46

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Wajib Pajak


yang berhak mengikuti program ini adalah wajib pajak yang
telah melaksanakan pembayaran pajaknya sampai dengan masa
jatuh tempo pembayaran pada tanggal 31 agustus setiap
tahunnya.

Pada tahun 2016 pengundian hadiah pembayaran Pajak


Bumi dan Bangunan (PBB) dilaksanakan pada bulan Oktober
hari Minggu tanggal 4 Oktober 2016 pukul 06.00-09.00 di Car
Free Day Semarang. BAPENDA Kota Semarang memberikan
apresiasi berupa 1 unit mobil avanza sebagai hadiah utama, 2
unit sepeda motor, 10 unit TV LED 22”, 10 unit mesin cuci, 10
unit lemari es, dan 10 unit DVD yang diundi pada tanggal 4
Oktober 2016. Kegiatan ini sebagai sarana untuk
meningkatkan dan mengoptimalkan penerimaan PBB serta
untuk memberikan motivasi kepada para Wajib Pajak. Undian
dilaksanakan dengan menggunakan data Nomor Objek Pajak
(NOP) yang telah dinyatakan sah dalam membayar PBB dan
diberikan Nomor PIN. Pengundian dilaksanakan dengan
menekan tombol komputer yang mengundi secara acak PIN
para wajib pajak di hadapan Notaris, Saksi dari Pejabat Dinas
Sosial, Pejabat dari Kepolisian serta perwakilan Wajib Pajak
PBB.

Kegiatan undian berhadiah ini diharapkan dapat


meningkatkan kesadaran masyarakat/wajib pajak akan
pentingnya melakukan pembayaran pajak. Selain itu kegiatan
ini juga memotivasi dan mendorong wajib pajak agar di tahun
– tahun berikutnya melakukan pembayaran sebelum tanggal
jatuh tempo pembayaran.
47

3.6 Manfaat kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan untuk Pembangunan Kota
Semarang
Pajak sering kita bedakan dengan retribusi, retribusi pada umumnya
mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi karena pembayaran
tersebut ditujukan semata-mata untuk mendapatkan suatu prestasi tertentu dari
pemerintah. Setelah pada 2016 menaikkan nilai jual objek pajak (NJOP), pemkot
akhirnya menaikkan nilai NJOP tersebut pada tahun 2017. Pada tahun ini wali
kota menaikkan sebesar 36% PBB. Otomatis dengan naiknya harga NJOP, beban
pajak bumi dan bangunan (PBB) yang ditanggung pemilik lahan juga meningkat.
Kebijakan ini bisa menaikkan pendapatan asli daerah (PAD) guna untuk
pembangunan Kota Semarang.
Sebagai sumber pendapatan daerah, pajak digunakan untuk pembangunan dan
untuk kesejahteraan masyarakat. Kondisi perekonomian antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain tidak sama. Demikian juga dengan pendapatan
masyarakat, ada yang pendapatannya tinggi, menengah dan rendah.

Pajak dapat berfungsi sebagai pemerata pendapatan. Pajak yang diperoleh


di daerah yang maju dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan ekonomi di
daerah yang tertinggal. Pajak juga dapat digunakan untuk membantu masyarkat
yang pendaptannya rendah. Contohnya hasil pungutan pajak dari masyarakat yang
berpenghasilan tinggi digunakan oleh pemerintah untuk membantu biaya produksi
obat-obatan, agar harga jualnya menjadi lebih murah karena biaya sudah
ditanggung dari pajak. Pajak juga berperan sebagai pembantas suatu produk
sehingga produk yang dianggap sifatnya dapat membahayakan kehidupan
manusia dapat dicegah sehingga masyarakat suatu daerah terhindar dari bahaya
akibat efek dari produk yang menjadikan generasi dari daerah tersebut masih sehat
dan daerah juga akan aman.
Dengan adanya pungutan pajak dan adanya kesadaran masyarakat suatu
daerah untuk membayar pajak sesuai dengan kewajibannya, maka daerah
tersebut akan berkembang dengan maju dan masyarakatnya akan sejahtera,
karena pajak digunakan dan diberikan untuk kepentingan masyarakat seperti:
1. Pembangunan sekolah
48

Manfaat pajak daerah terhadap suatu daerah sangatlah penting untuk


kemajuan suatu daerahnya. Manfaat Pajak Bumi dan Bangunan Kota
Semarang secara rinci adalah untuk Pembangunan infrastruktur daerah
yang sangat vital yaitu adalah perbaikan dan pembangunan Sekolah.
Banyaknya fasilitas sekolah yang kurang memadai akan diperbaiki
melalui pendapatan pajak daerah yang akan di bagi-bagi kepada
beberapa sektor penting antara lain sekolah,rumah sakit, Jalan raya, dan
lain-lain.
2. Pembangunan rumah sakit
Pendapatan suatu daerah sangatlah penting untuk kemajuan suatu
daerah. Pajak Bumi dan Bangunan adalah penyumbang tertinggi untuk
pendapatan Daerah Kota Semarang. Pendapatan Daerah tersebut
selanjutnya di bagi ke dalam bebarapa sektor. Selain penjalasan diatas,
pendapatan daerah digunakan untuk fasilitas umum daerah lainya yaitu
rumah sakit. Tiak hanya rumah sakit melainkan juga Puskesmas.
Puskesmas didirikan di pusat Kecamatan. Hal ini berguna untuk
masyarakan desa dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat agar lebih
dekat terhadap pusat kesehatan ketimbang harus pergi ke rumah sakit
yang jaraknya jauh terhadap tempat tinggal.

3. Pembangunan jalan raya


Banyaknya jalan raya yang mulai rusak mendapat perhatian khusus oleh
pemerintah daerah karena jalan yang rusak bahkan kurang layak untu
dilewati akan berpengaruh kurang baik terhadap pengguna jalan. Salah
satunya dapat mengakibatkan kecelakan dan kendaraan akan mengalami
kerusakan yang lebih cepat. Untuk itu pengalokasian dana Pajak Bumi
dan Bangunan salahsatunya digunakan untuk perbaikan jalan raya.
Selain untuk perbaikan, dapat digunakan untuk pembangunan jalan raya
di dalam daerah yang terpecil atau bahkan kedalam suatu plosok daerah.

Anda mungkin juga menyukai