1
Pajak Bumi dan
Bangunan
PBB
3
DASAR HUKUM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
4
“
Bumi dan bangunan
memberikan keuntungan dan/atau
kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik
bagi orang atau badan yang
mempunyai suatu hak atasnya atau
memperoleh manfaat dari padanya,
dan oleh karena itu wajar apabila mereka
diwajibkan memberikan sebagian dari
manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya
kepada negara
”
melalui pajak.
Undang-Undang PBB
“
Demi mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan rakyatnya,
Negara berkewajiban untuk mengatur
tata hidup dan pendayagunaan tanah
baik sebagai barang ekonomi maupun
”
tempat tinggal.
Undang-Undang PBB
PEMBAHASAN
1 APA
2 SIAPA
3 DI MANA
4 BAGAIMANA
5 KAPAN
7
PENGERTIAN PBB
PBB dapat didefinisikan sebagai
“pajak negara yang dikenakan
terhadap bumi dan/atau bangunan
berdasarkan UU No. 12 Tahun 1985
tentang PBB sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 12 Tahun
1994” dan UU No.28 tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Jalan Kilang,
Tol Pipa
Kolam Gal.Kapal,
Renang
BANGUNAN
Dermaga
13
OBJEK PBB YANG DIKECUALIKAN_uu hkpd
14
- orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak
atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh
manfaat atas bangunan
- Dalam hal atas suatu obyek pajak belum jelas diketahui wajib
Subyek Pajak pajaknya, Direktur Jenderal Pajak (Pemda) dapat menetapkan
subyek pajak sebagai wajib pajak
?
- Subyek pajak yang ditetapkan dapat memberikan keterangan
secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak bahwa ia bukan
wajib pajak terhadap obyek pajak dimaksud
- Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak disetujui, maka
Direktur Jenderal Pajak/Pemda membatalkan penetapan
sebagai wajib pajak dalam jangka waktu satu bulan sejak
diterimanya surat keterangan dimaksud
Memperoleh Memperoleh
manfaat manfaat
atas bangunan atas bumi
Memiliki, Mempunyai
menguasai suatu hak
bangunan atas bumi
SUBJEK WAJIB
PAJAK PAJAK
DASAR PENGENAAN DAN CARA MENGHITUNG PAJAK
oBesarnya Nilai Jual Obyek Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan setiap
tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun
sesuai dengan perkembangan daerahnya.
oDasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang ditetapkan serendah-
rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tingginya 100% (seratus persen) dari nilai
jual obyek pajak (UU PBB). Ketentuan NJKP dalam UU PBB ini dihapus dalam UU PDRD dan
kembali diatur dalam UU HKPD.
oBesarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah/(Kepala Daerah_UU HKPD).
oKetentuan lebih lanjut mengenai penilaian PBB-P2 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri. (Ps 40 (8) UU HKPD)
19
DASAR PENGENAAN DAN CARA MENGHITUNG PAJAK
UU PDRD
(1) Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah NJOP.
(2) Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan
setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
(4) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling rendah sebesar
Rp10.000.000,00 untuk setiap Wajib Pajak.
(5) Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
20
DASAR PENGENAAN DAN CARA MENGHITUNG PAJAK
UU PDRD
(6) Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%
(7) Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) dengan dasar pengenaan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (3) setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (5).
RUMUS
21
DASAR PENGENAAN DAN CARA MENGHITUNG PAJAK
UU HKPD
(1) Dasar pengenaan PBB-P2 adalah NJOP.
(3) NJOPTKP ditetapkan paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 untuk setiap Wajib
Pajak.
(4) Dalam hal Wajib Pajak memiliki atau menguasai lebih dari satu objek PBB-P2 di satu
wilayah kabupaten/kota, NJOPTKP sebagaimana hanya diberikan atas salah satu
objek PBB-P2 untuk setiap Tahun Pajak.
22
DASAR PENGENAAN DAN CARA MENGHITUNG PAJAK
UUHKPD
(5) NJOP yang digunakan untuk perhitungan PBB-P2 ditetapkan paling rendah 20% (dua puluh
persen) dan paling tinggi 100% dari NJOP setelah dikurangi NJOPTKP
(6) NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap
tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
8) Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian PBB-P2 diatur dengan Peraturan Menteri.
RUMUS
NJOP ditetapkan setiap 3 tahun oleh Menkeu, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap
tahun sesuai perkembangan daerahnya, dengan memperhatikan :
1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar
2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan telah
diketahui harga jualnya
3. Nilai perolehan baru
4. Penentuan Nilai Jual Objek Pengganti
24
PENILAIAN OBYEK PBB
Pendekatan Cara
penilaian penilaian
PBB 27
FORMULIR
SPOP = Surat Pemberitahuan Objek Pajak
SPPT = Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
SKP = Surat Ketetapan Pajak
SPOP ke WP
-perkebunan,migas,pabum 1 Feb
-perhutanan, minerba, lain 31 Mar
Per-19/2019
28
SPPT & STTS
PENDATAAN
Pasal 9 ayat (1), (2), (3)
• JELAS
• BENAR
• LENGKAP
• DITANDATANGANI
PENERBITAN KETETAPAN
Pasal 10
SPOP
PBB 32
PENGURANGAN
Pasal 19 dan 20 UU PBB
DASAR PENAGIHAN
6 bulan SEJAK
SPPT D
I
1 bulan T TEMPAT PEMBAYARAN
SKP E - Bank, kantor Pos, tempat lain
R yg ditunjuk
I
1 bulan M
STP A
3.Keberatan harus diajukan dalam waktu 3 bulan sejak diterimanya SPPT atau SKP.
40
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 16 TAHUN 2011
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN
Bahwa dengan ditetapkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, menyebutkan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan menjadi
pajak daerah
Sektor pedesaan dan perkotaan adalah pengenaan PBB terhadap semua bumi dan bangunan
yang ada di wilayah tersebut kecuali atas lahan perkebunan, pertambangan dan kehutanan.
41
Dasar Pengenaan PBB
(1) Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
(2) Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap 1
(satu) tahun.
(3) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Gubernur.
42
NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK
(NJOPTKP)
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak
43
Tarif PBB di DKI Jakarta
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan sebagai berikut :
1.Tarif 0,01% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau Bangunan kurang dari Rp
200.000.000,-
2.Tarif 0,1% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau Bangunan Rp 200.000.000,- sampai
10.000.000.000,-
PBB 44
Tarif PBB di Yogyakarta
0,1 % untuk NJOP sampai dengan Rp 500.000.000
0,125 % untuk NJOP di atas Rp 500.000.000 sampai dengan Rp 1.000.000.000
0,160 % untuk NJOP di atas Rp 1.000.000.000 sampai dengan Rp 2.000.000.000
0,220 % untuk NJOP di atas Rp 2.000.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000.000
0,3 % untuk NJOP lebih dari Rp 5.000.000.000
PBB 45
Contoh Perhitungan
Contoh: 1
Wajib Pajak A mempunyai obyek pajak berupa:
- Tanah seluas: 200 m2 dengan harga jual Rp 500.000/m2
- Bangunan seluas: 100 m2 dengan harga jual 900.000/m2
46
Contoh Perhitungan
47
Contoh Perhitungan
48
Contoh Perhitungan
49
PERATURAN GUBERNUR DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 23 TAHUN 2022
Gubernur menetapkan PBB-P2 tahun pajak 2022 terhadap Objek PBB-P2 berupa Rumah Tapak
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan Wajib Pajak orang pribadi dengan NJOP PBB-P2
sampai dengan kurang dari Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dengan pembebasan sebesar
100% (seratus persen)
Gubernur menetapkan PBB-P2 tahun pajak 2022 terhadap Objek PBB-P2 berupa Rumah Tapak
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan Wajib Pajak orang pribadi dengan NJOP PBB-P2
Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) atau lebih, berupa:
a. pembebasan sebagian untuk Bumi seluas 60 m2 dan Bangunan seluas 36 m2 dari PBB-P2
terutang; dan
b. pembebasan sebagian sebesar 10% (sepuluh persen) dari sisa PBB-P2 yang terutang.
*) Rumah Tapak adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang merupakan kesatuan antara tanah dan
bangunan dengan bukti kepemilikan berupa surat keterangan, sertipikat, atau akta yang dikeluarkan oleh lembaga atau
pejabat yang berwenang.
*) pelaksanaan uuhkpd
PBB untuk Apartemen/Rumah Susun
Soal
Luas tanah 5,000 m2
(NJOP = Rp 3.600.000)
Bangunan
200 unit tipe 21@21m2 4,200 m2
100 unit tipe 36@36m2 3,600 m2
50 unit tipe 48@48m2 2,400 m2
Jumlah luas bangunan 10,200 m2
(NJOP = Rp 2.640.000)
Jawab
NJOP
Tanah : 5.000 x Rp 3.600.000 18,000,000,000
Bangunan:
Hunian = 10.200 x Rp 2.640.000 26,928,000,000
Bangunan bersama = 1.800 x Rp 2.640.000 4,752,000,000
Bangunan sarana = 2.000 x Rp 2.640.000 5,280,000,000
NJOP Bangunan 36,960,000,000
NJOP tanah dan bangunan keseluruhan 54,960,000,000
PBB 53
PBB apa saja yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak?
PBB P5L
PBB apa saja yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak?
1. Sektor
Perkebunan
PBB apa saja yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak?
2. Sektor
Perhutanan
PBB apa saja yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak?
3. Sektor
Pertambangan
Migas
PBB apa saja yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak?
4. Sektor
Pertambangan
Panas Bumi
PBB apa saja yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak?
5. Sektor
Pertambangan
Minerba
PBB apa saja yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak?
6. Sektor
Lainnya
* Berada di wilayah perairan NKRI
dan selain objek PBB P2
b. Perikanan Tangkap
PBB apa saja yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak?
6. Sektor
Lainnya
* Berada di wilayah perairan NKRI
dan selain objek PBB P2
c. Perikanan Budidaya
PBB apa saja yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak?
6. Sektor
Lainnya
* Berada di wilayah perairan NKRI
dan selain objek PBB P2
d. Jaringan Pipa
PBB apa saja yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak?
6. Sektor
Lainnya
* Berada di wilayah perairan NKRI
dan selain objek PBB P2
e. Jaringan Kabel
PBB apa saja yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak?
6. Sektor
Lainnya
* Berada di wilayah perairan NKRI
dan selain objek PBB P2
SERENDAH-RENDAHNYA 20 %
DAN
SETINGGI-TINGGINYA 100 %
PERSENTASE NJKP
DITETAPKAN DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
PENETAPAN BESARNYA
NILAI JUAL KENA PAJAK
(PP No. 25 TAHUN 2002)
Standar Investasi adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu pembangunan
dan/atau penanaman dan/atau penggalian jenis sumber daya alam atau budidaya
tertentu, yang dihitung berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan dan alat, mulai
dari awal pelaksanaan pekerjaan hingga tahap produksi atau menghasilkan
SIT adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk satu jenis tanaman budidaya perkebunan per
hektar yang dihitung berdasarkan :
- koomponen tenaga kerja;
- bahan dan alat;
mulai dari pengolahan tanah hingga tanaman menghasilkan
Catatan :
Penentuan SIT perkebunan diatur sebagai berikut :
a. Besarnya SIT perkebunan dihitung berdasarkan jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu
jenis tanaman budidaya perkebunan per hektar dalam satu tahun.
b. Apabila suatu jenis tanaman budidaya perkebunan dalam satu tahun mengalami lebih dari satu
kali periode tanam, maka besarnya SIT perkebunan dalam satu tahun dihitung sebesar standar
investasi untuk sekali periode tanam dikalikan jumlah periode tanam dalam satu tahun.
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERKEBUNAN
Areal kebun :
NJOP = NJOP tanah + Jumlah Investasi Tanaman
Perkebunan sesuai dengan SIT menurut umur tanaman
Areal Produktif adalah suatu areal di dalam wilayah suatu perkebunan yang telah
ditanami dengan monoditas perkebunan baik telah menghasilkan ataupun belum
menghasilkan.
Areal Belum Produktif merupakan suatu areeal di dalam wilayah suatu perkebunan
yang terdiri dari arel yang sudah diolah tetapi belum ditanami dan areal yang
belum diolah.
Areal Emplasemen adalah suatu areal didalam wilayah suatu perkebunan yang
diatasnya terdapat bangunan-bangunan dan sarana pelengkap lainnya (mess,
kantor dll)
Areal lainnya terdiri dari areal yang tidak produktif (cadas, rawa dll) dan areal
Jalan untuk kepentingan perusahaan
Contoh soal
PT.Sawit Seberang, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit didaerah Sumatera selatan memiliki/menguasai/me
ndapat manfaat dari tanah dan bangunan dengan rincian sebagai berikut:
A. Tanah
1. Areal kebun :
B. Bangunan :
a. Kantor : 500 M2 , kelas B. 72 Lamp I ( Rp700.000,- / M2 )
b. Gudang : 1.000 M2, kelas B. 78 Lamp I ( Rp505.000,- / M2 )
c. Pabrik : 4.000 M2, kelas B. 84 Lamp I( Rp365.000,- / M2 )
B. NJOP Bangunan :
a. Kantor : 500 x Rp700.000,- = Rp 350.000.000,-
b. Gudang : 1.000 x Rp505.000,- = Rp 505.000.000,-
c. Pabrik : 4.000 x Rp365.000,- = Rp 1.460.000.000,-
NJOP Bangunan = Rp 2.315.000.000,-
C. NJOP Tanah dan Bangunan ( A + B ) = Rp 11.458.300.000,-
NJOPTKP = Rp 10.000.000,-
NJOP untuk perhitungan PBB = Rp 11.448.300.000,-
B. Untuk HPH, HPHH, IPK, serta ijin sah lain selain HPHTI
Areal produktif :
A. Tanah
1.Areal produktif tanah hutan blok tebangan berupa kayu meranti Luas 200 Ha, kelas 198
2
( Rp 200/m )
2. Areal belum produktif tanah hutan non blok tebangan Luas 4.000 Ha, kelas 198 ( Rp 200/m 2
)
3.Areal Log
a.Log ponds (tempat penampungan kayu di air) Rp 2,7 per m 2, luas 10 Ha, kelas 523
b. Log yards (penumpukan kayu di darat), luas 5 Ha, kelas 198 ( Rp 200/m 2 )
4. Areal lainnya berupa tanah rawa, luas 100 Ha, kelas 200 ( Rp 140/m 2 )
5. Areal implasemen
2
a. Pabrik 20.000 m2, kelas 188 ( Rp 670 / m )
2
b. Gudang 2.000 m2, kelas 188 ( Rp 670 / m )
2
c. Kantor 1.000 m2, kelas 188 ( Rp 670 / m )
2
d. Perumahan 10.000 m2, kelas 185 ( Rp 910 / m )
B. Bangunan :
1. Pabrik 1.000 m2, kelas 088 ( Rp 264.000,00 per m2 )
Angka kapitalisasi adalah 8,5 sedangkan hasil bersih tahun sebelumnya sebesar Rp 1.000.000.000,00
NJOPTKP ditetapkan Rp 24.000.000,-
Areal produktif :
Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil penjualan energi panas
bumi/ listrik dalam satu tahun sebelum tahun
pajak berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya
didalam atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan
penyesuaian seperlunya
Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil bersih galian tambang
dalam satu tahun sebelum tahun pajak
berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya
didalam atau diluar wilayah kuasa pertambangan
Areal produktif :
NJOP = Angka kapitalisasi tertentu X hasil bersih galian tambang dalam
setahun sebelum tahun pajak berjalan
Catatan : NJOP atas Objek Pajak sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan
Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama ditetapkan sesuai dengan yang diatur
dalam kontrak yang berlaku
Contoh soal
PT. Equatorial Mining, sebuah perusahaan tambang minyak bumi di Papua
menguasai/memeperolah menfaat dari bumi dan bangunan sebagi berikut :
A. Tanah
1. Areal produktif : 400 Ha, kelas A.48 ( Rp 270 )
2. Areal belum Produktif :
a.areal General Survey : 300Ha, kelas A.50 ( Rp 140 )
d.areal non produksi plug and abandone : 100 Ha kelas 198 ( 200 )
e.Areal tidak produktif berupa tanah pengamanan 100 Ha kelas 198 ( Rp 200)
3. Areal emplasemen :
a.Pabrik : 20 Ha , kelas 185
4. Bangunan :
a.Pabrik : 6 Ha , kelas.084
B. Bangunan :
a. Pabrik : 50.000 M2, kelas B.86 lamp I
b. Gudang : 5.000 M2, kelas B.86 lamp I
c. Kantor : 2.000 M2, kelas B.84 lamp I ( Rp365.000,- / M2 )
d. Perumahan : 10.000 M2, kelas B.81 lamp I
4. Areal Emplasemen :
a. Pabrik : 20x10.000xRp. 1.200 =Rp. 240.000.000
b. Gudang : 20x10.000xRp. 1.200 =Rp. 24.000.000
c. Kantor : 1x10.000xRp. 5.000 =Rp. 50.000.000
d. Perumahan : 5x10.000xRp.10.000 =Rp. 500.000.000
Penilaian objek pajak utk penetapan NJOP dilakukan oleh Penilai Pajak
BUMI
NO OBJEK TIDAK TERDAPAT HASIL
TERDAPAT HASIL PRODUKSI
PRODUKSI
NJOP/m² x Luas Bumi
1 Perikanan Tangkap Nilai Jual Pengganti, yaitu hasil
NJOP/m² ditetapkan dengan
perkalian pendapatan bersih Keputusan Direktur Jenderal Pajak
perikanan tangkap dengan Angka
A Kapitalisasi.
NJOP/m² x Luas Bumi
2 Pembudidayaan Ikan Nilai Jual Pengganti, yaitu hasil
NJOP/m² ditetapkan dengan
perkalian pendapatan bersih Keputusan Direktur Jenderal Pajak
pembudidayaan ikan dengan Angka
B
Kapitalisasi.
NJOP/m² x Luas Bumi
3 Jaringan Pipa NJOP/m² ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
NJOP/m² x Luas Bumi
4 Jaringan Kabel NJOP/m² ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
NJOP/m² x Luas Bumi
5 Ruas Jalan Tol NJOP/m² ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak