Anda di halaman 1dari 21

PBB P-5L ❑ Tahun Pajak, Saat, dan Tempat

❑ Dasar Hukum Yang Menentukan Pajak


❑ Objek Pajak Eko Pramono Terutang
❑ Subjek Pajak ❑ Pendaftaran dan Surat
❑ NJOPTKP Pemberitahuan Obyek Pajak
❑ Tarif ❑ Surat Pemberitahuan Pajak
❑ Dasar Pengenaan dan Cara Terhutang dan Surat Ketetapan
Menghitung Pajak Pajak
❑ Tata Cara Pembayaran dan
Penagihan
PBB P-5L

PBB SEKTOR PERKEBUNAN

PBB SEKTOR PERHUTANAN

PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI

PBB SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PENGUSAHAAN


PANAS BUMI

PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL ATAU BATUBARA

PBB SEKTOR LAINNYA


tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
tentang Perubahan UU No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk Penghitungan Pajak Bumi dan
Bangunan.

tentang Penatausahaan Pajak Bumi dan Bangunan


Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi.

tentang Penyesuaian Besarnya Nilai Jual OP Tidak Kena


Pajak Pajak Bumi dan Bangunan.

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri


Keuangan Nomor 76/PMK.03/2013 tentang Penatausahaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi.
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 76/PMK.03/2013 tentang Penatausahaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi.

tentang Klasifikasi OP dan Tata Cara Penetapan Nilai Jual


OP Pajak Bumi dan Bangunan.

tentang Tata Cara Pendaftaran, Pelaporan, dan


Pendataan OP Pajak Bumi dan Bangunan.

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri


Keuangan 186/PMK.03/2019 tentang Klasifikasi OP dan Tata Cara Penetapan Nilai Jual OP Pajak Bumi dan
Bangunan.
tentang Penetapan Biaya Investasi Tanaman,
Rasio Biaya Produksi, Angka Kapitalisasi, Nilai Jual OP Bumi Per Meter Persegi, Harga Uap dan Harga Listrik,
dan Luas Areal Penangkapan Ikan Per Kapal, untuk Penetapan Nilai Jual OP Pajak Bumi dan Bangunan

tentang Penetapan Harga Uap dan Harga Listrik


yang Digunakan dalam Penentuan Nilai Jual OP Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk
Pengusahaan Panas Bumi untuk Tubuh Bumi Eksploitasi

tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan


Menteri Keuangan Nomor 186/PMK.03/2019 tentang Klasifikasi OP dan Tata Cara Penetapan Nilai Jual OP
Pajak Bumi dan Bangunan.
tentang Surat Pemberitahuan Objek Pajak Pajak
Bumi Dan Bangunan.

tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri


Keuangan Nomor 48/PMK.03/2021 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pelaporan, dan Pendataan OP Pajak
Bumi dan Bangunan.

tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian OP


untuk Penetapan Nilai Jual OP Pajak Bumi dan Bangunan.
Yang menjadi obyek pajak adalah bumi dan/atau bangunan.

Klasifikasi obyek pajak diatur oleh Menteri Keuangan.

OP yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah OP yang :

digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan,
pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;

merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan
yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;

digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;

digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

OP yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Klasifikasi Objek Pajak

OP PBB Sektor Perkebunan meliputi bumi dan/atau bangunan yang berada di kawasan perkebunan;

OP PBB Sektor Perhutanan meliputi bumi dan/atau bangunan yang berada di kawasan perhutanan;

OP PBB Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi meliputi bumi dan/atau bangunan yang berada di kawasan pertambangan minyak
dan/atau gas bumi;
OP PBB Sektor Pertambangan untuk Pengusahaan Panas Bumi meliputi bumi dan/atau bangunan yang berada di kawasan
pertambangan untuk pengusahaan panas bumi;
OP PBB Sektor Pertambangan Mineral atau Batubara meliputi bumi dan/atau bangunan yang berada di kawasan pertambangan
mineral atau batubara;
OP PBB Sektor Lainnya meliputi bumi dan/atau bangunan yang berada di wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi sebagaimana diatur
dalam undang-undang mengenai kelautan, yang :

selain diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai hubungan keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintahan daerah, kecuali yang sudah diatur dalam peraturan daerah mengenai Pajak dan Retribusi yang disusun
berdasarkan UU No.28 Tahun 2009 tentang PDRD masih tetap berlaku paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal
diundangkan UU No.1 Tahun 2022 tentang HKPD; dan

selain OP PBB Sektor Perkebunan, OP PBB Sektor Perhutanan, OP PBB Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, OP PBB Sektor
Pertambangan untuk Pengusahaan Panas Bumi, atau OP PBB Sektor Pertambangan Mineral atau Batubara.
Klasifikasi Objek Pajak Bumi

PBB Sektor Perkebunan

Bumi yang berada dalam kawasan perkebunan meliputi permukaan bumi, yaitu :

areal sebagaimana tercantum dalam Izin Usaha Perkebunan Budidaya, Izin Usaha Perkebunan, Izin Tetap Usaha Budidaya
Perkebunan, dan/atau Hak Guna Usaha untuk perkebunan; dan
areal di luar areal yang merupakan satu kesatuan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan dan secara fisik tidak
terpisahkan, yaitu :

areal yang memiliki 1 (satu) titik koordinat atau lebih, yang sama dengan titik koordinat areal dengan atau tanpa pembatas; atau

areal yang memiliki 1 (satu) titik koordinat atau lebih, yang sama dengan titik koordinat areal dengan atau tanpa pembatas; atau

Tidak termasuk areal meliputi areal yang sudah diberikan Izin Usaha Perkebunan- Pengolahan.

Dalam hal terdapat areal pada kawasan perkebunan yang merupakan objek pajak yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan, areal tersebut tidak dikenakan PBB.

Dalam hal terdapat areal pada kawasan perkebunan yang dipunyai haknya dan/atau dimanfaatkan sepenuhnya secara nyata dan sah
oleh selain Subjek Pajak atau Wajib Pajak, areal tersebut tidak dikenakan PBB Sektor Perkebunan.
Klasifikasi Objek Pajak Bumi

OP PBB Sektor Perhutanan

Bumi yang berada dalam kawasan perhutanan meliputi permukaan bumi.

Kawasan perhutanan meliputi:

areal sebagaimana tercantum dalam IUPHHK-HA dan/atau IUPHHBK-HA, IUPHHK-RE, IUPHHK-HTI dan/atau IUPHHBK-HT, atau
penugasan dari pemerintah kepada Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
areal di luar areal yang merupakan satu kesatuan yang digunakan untuk kegiatan usaha perhutanan dan secara fisik tidak
terpisahkan.

Areal yang secara fisik tidak terpisahkan meliputi:

areal yang memiliki 1 (satu) titik koordinat atau lebih, yang sama dengan titik koordinat areal dengan atau tanpa pembatas; atau

areal yang terhubung dengan areal melalui sungai, parit, jalan, atau jembatan.

Dalam hal terdapat areal pada kawasan perhutanan yang merupakan objek pajak yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan, areal tersebut tidak dikenakan PBB.

Dalam hal terdapat areal pada kawasan perhutanan) yang dipunyai haknya danjatau dimanfaatkan sepenuhnya secara nyata dan sah
oleh selain Subjek Pajak atau Wajib Pajak, areal tersebut tidak dikenakan PBB Sektor Perhutanan.
Klasifikasi Objek Pajak Bumi

OP PBB Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, Sektor Pertambangan untuk Pengusahaan Panas Bumi, dan Sektor Pertambangan
Mineral atau Batubara meliputi bumi dan/atau bangunan yang berada di kawasan pertambangan;

Bumi yang berada dalam kawasan pertambangan

Permukaan Bumi Onshore Permukaan Bumi Offshore Tubuh Bumi

Kawasan pertambangan

Wilayah Kerja pertambangan sebagaimana tercantum dalam Izin Pertambangan, atau penugasan pertambangan

areal di luar Wilayah Kerja Pertambangan yang merupakan satu kesatuan yang digunakan untuk pengusahaan pertambangan dan
secara fisik tidak terpisahkan

Areal yang secara fisik tidak terpisahkan

areal yang memiliki 1 (satu) titik koordinat atau lebih, yang sama dengan titik koordinat Wilayah Kerja Pertambangan dengan atau
tanpa pembatas
areal yang terhubung dengan Wilayah Kerja Pertambangan melalui sungai, jaringan pipa, jalan, atau jembatan

Dalam hal terdapat areal pada Permukaan Bumi Onshore dan/atau Permukaan Bumi Offshore yang merupakan objek pajak yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, areal tersebut tidak dikenakan PBB.

Dalam hal terdapat areal permukaan bumi di dalam kawasan yang tidak dipunyai haknya dan tidak diperoleh manfaatnya oleh Subjek
Pajak atau Wajib Pajak, areal tersebut tidak dikenakan PBB Sektor Pertambangan.
Klasifikasi Objek Pajak Bumi

OP PBB Sektor Lainnya

Bumi meliputi perairan yang digunakan untuk

Perikanan Tangkap

Pembudidayaan Ikan

Jaringan Pipa

Jaringan Kabel

Fasilitas penyimpanan dan pengolahan meliputi Floating Storage and Offloading (FSO), Floating Production System (FPS), Floating Processing
Unit (FPU), Floating Storage Unit (FSU), Floating Production Storage and Offloading (FPSO), Floating Storage Regasification Unit (FSRU).

Perikanan tangkap dan pembudidayaan ikan, merupakan perikanan tangkap dan pembudidayaan ikan yang telah diberikan Surat Izin Usaha
Perikanan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan.
Klasifikasi Objek Pajak Bangunan

Bangunan merupakan konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada bumi:

yang berada dalam Kawasan Perkebunan

yang berada dalam Kawasan Perhutanan

yang berada dalam Kawasan Pertambangan Minyak dan/atau Gas Bumi

yang berada dalam Kawasan Pertambangan untuk Pengusahaan Panas Bumi

yang berada dalam Kawasan Pertambangan Mineral atau Batubara

Bangunan untuk Sektor Lainnya, merupakan konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada bumi di wilayah perairan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, meliputi:
Jaringan Pipa

Jaringan Kabel

Fasilitas penyimpanan dan pengolahan meliputi Floating Storage and Offloading (FSO), Floating Production System (FPS), Floating Processing Unit
(FPU), Floating Storage Unit (FSU), Floating Production Storage and Offloading (FPSO), Floating Storage Regasification Unit (FSRU).
Yang menjadi subyek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau
memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

Subyek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak.

Dalam hal atas suatu obyek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan subyek
pajak sebagai wajib pajak.

Subyek pajak yang ditetapkan dapat memberikan keterangan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak bahwa ia
bukan wajib pajak terhadap obyek pajak dimaksud.

Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak membatalkan penetapan sebagai
wajib pajak dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud.

Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan
dengan disertai alasan-alasannya.

Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan, Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan
keputusan, maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui.
Dasar pengenaan PBB adalah NJOP.

Dalam penetapan besarnya PBB terutang, setiap Wajib Pajak diberikan NJOPTKP.

Besarnya NJOPTKP ditetapkan sebesar Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Besarnya NJOPTKP hanya berlaku untuk PBB selain Sektor Perdesaan dan Perkotaan.
5%
Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Obyek Pajak.
Besarnya Nilai Jual Obyek Pajak ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk
daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya.
Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendah-rendahnya 20%
(dua puluh persen) dan setinggi-tingginya 100% (seratus persen) dari Nilai Jual Obyek Pajak.

Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan
memperhatikan kondisi ekonomi nasional.
Besarnya pajak yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual Kena
Pajak.

Objek pajak perkebunan, kehutanan dan pertambangan sebesar 40% (empat puluh persen) dari Nilai
Jual Objek Pajak
Objek pajak lainnya
sebesar 40% (empat puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Objek Pajaknya
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) atau lebih
sebesar 20% (dua puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Objek Pajaknya
kurang dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Tahun pajak adalah jangka untuk daerah waktu satu tahun takwim.

Saat yang menentukan pajak yang terhutang adalah menurut keadaan obyek pajak pada tanggal 1
Januari.

Tempat pajak yang terhutang :

Jakarta, di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II atau Kotamadya Daerah Tingkat II
Dalam rangka pendataan, subyek pajak wajib mendaftarkan obyek pajaknya dengan mengisi Surat
Pemberitahuan Obyek Pajak.

Surat Pemberitahuan Obyek Pajak harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani
dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak obyek pajak,
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Obyek Pajak
oleh subyek pajak.

Pelaksanaan dan tata cara pendaftaran obyek pajak diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan
Berdasarkan SPOP, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang.

Direktur Jenderal Pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak dalam hal-hal sebagai berikut :

apabila Surat Pemberitahuan Obyek Pajak tidak disampaikan dan setelah ditegor secara tertulis tidak disampaikan
sebagaimana ditentukan dalam Surat Tegoran

apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah yang terhutang lebih besar dari jumlah
pajak yang dihitung berdasarkan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak yang disampaikan oleh wajib pajak
Jumlah pajak yang terhutang dalam Surat Ketetapan Pajak, adalah pokok pajak ditambah dengan denda administrasi
sebesar 25% (dua puluh lima persen) dihitung dari pokok pajak.

Jumlah pajak yang terhutang dalam Surat Ketetapan Pajak adalah selisih pajak yang terhutang berdasarkan hasil
pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak yang terhutang yang dihitung berdasarkan Surat Pemberitahuan
Obyek Pajak ditambah denda administrasi sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari selisih pajak yang terhutang.
Pajak yang terhutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang harus dilunasi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal
diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang oleh wajib pajak.

Pajak yang terhutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya Surat
Ketetapan Pajak oleh wajib pajak.

Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua
persen) sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan.

Denda administrasi ditambah dengan hutang pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak yang harus dilunasi
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya Surat Tagihan Pajak oleh wajib pajak.

Pajak yang terhutang dibayar di Bank, Kantor Pos dan Giro, dan tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Tata Cara pembayaran dan penagihan diatur oleh Menteri Keuangan.

Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang, Surat Ketetapan Pajak, dan Surat Tagihan Pajak merupakan dasar penagihan pajak.

Jumlah pajak yang terhutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak yang tidak dibayar pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

Menteri Keuangan dapat melimpahkan kewenangan penagihan pajak kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan/atau Bupati/Walikotamadya
Kepala Daerah Tingkat II.

Anda mungkin juga menyukai