Anda di halaman 1dari 40

Pajak Bumi dan Bangunan

Perkotaan dan Pedesaan

1
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN
PERKOTAAN
1. PENDAHULUAN
• Pengertian
• Subjek
• Objek
• Saat Terutang
2. PENDAFTARAN DAN PENDATAAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK/WAJIB
PAJAK PENILAIAN
3. PENETAPAN DAN PEMBAYARAN

2
I. PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN PBB
Ketentuan mengenai PBB diatur dalam UU PBB Nomor 12 Tahun
1985 jo Nomor 12 Tahun 1994
• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan salah satu jenis pajak
objektif.
• Pajak objektif adalah pajak yg pemungutannya melihat kondisi
objeknya.
Pengertian PBB
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.
Ketentuan formil cfm UU PBB

Obyek Pajaknya adalah Bumi dan/atau Bangunan

Subyek Pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak
atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki,
menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan
Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar PBB akan menjadi wajib pajak.
PBB sebagai Pajak Daerah
UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(UU PDRD) mendefinisikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki,
dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan.
Perdesaan dan Perkotaan
• Sektor perdesaan adalah objek PBB dalam suatu wilayah yang
memiliki ciri-ciri pedesaan, seperti sawah, ladang, empang
tradisional, dan lain-lain.
• Sektor perkotaan adalah objek PBB dalam suatu wilayah yang
memiliki ciri-ciri suatu daerah perkotaan, seperti pemukiman
penduduk yang memiliki fasilitas perkotaan, real estate, komplek
pertokoan, industri, perdagangan, dan jasa.
• PBB P2 terutang di di wilayah daerah yang meliputi letak objek pajak.
Misalkan ada objek PBB berupa sebuah rumah di kota A, maka PBB
atas rumah tersebut terutang di Kota A meskipun pemilik rumah
tersebut berdomisili di Kabupaten B.
2. SUBYEK PBB

Istilah subjek pajak biasanya menunjuk kepada orang pribadi/badan


yang belum terdapat dalam administrasi pajak atau belum pernah
tercantum dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Pajak
Bumi dan Bangunan (SPPT PBB).
Sedangkan Wajib Pajak adalah orang pribadi/badan yang telah
terdapat dalam administrasi pajak atau sudah tercantum dalam SPPT
PBB.
3. Objek PBB
Pasal 77 UU PDRD menyatakan bahwa
“ Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan. “
Yang dimaksud dengan "kawasan" adalah semua tanah dan bangunan
yang digunakan oleh perusahaan perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan di tanah yang diberi hak guna usaha perkebunan, tanah
yang diberi hak pengusahaan hutan dan tanah yangmenjadi wilayah
usaha pertambangan.
Termasuk pengertian bangunan

a. jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti


hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan
dengan kompleks Bangunan tersebut;
b. jalan tol;
c. kolam renang;
d. pagar mewah;
e. tempat olahraga;
f. galangan kapal, dermaga;
g. taman mewah;
h. tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan
i. menara.
Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB
a. digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;
b. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan;
c. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
d. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani
suatu hak;
e. digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik; dan
f. digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
4. Saat terutang
Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan
objek pajak pada tanggal 1 Januari.
Karena tahun pajak dimulai pada tanggal 1 Januari, maka keadaan
objek pajak pada tanggal tersebut merupakan saat yang menentukan
pajak yang terutang.
Contoh Saat terutang
a. Objek pajak pada tanggal 1 Januari 2015 berupa tanah dan
bangunan. Pada tanggal 10 Januari 2015 bangunannya terbakar,
maka pajak yang terutang tetap berdasarkan keadaan objek pajak
pada tanggal 1 Januari 2015, yaitu keadaan sebelum bangunan
tersebut terbakar.
b. Objek pajak pada tanggal 1 Januari 2015 berupa sebidang tanah
tanpa bangunan di atasnya. Pada tanggal 10 Agustus 2015
dilakukan pendataan, ternyata di atas tanah tersebut telah berdiri
suatu bangunan, maka pajak yang terutang untuk tahun 2015 tetap
dikenakan pajak berdasarkan keadaan pada tanggal 1 Januari 2015,
sedangkan bangunannya baru akan dikenakan pada tahun 2016.
Penatausahaan PBB P2

14
Tahapan Siklus penatausahaan PBB-P2
• Diawali dengan proses pendataan, baik pendataan objek pajak maupun subjek pajak.
• Penilaian untuk menentukan besarnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang akan digunakan
sebagai dasar pengenaan PBB. Penilaian untuk objek PBB-P2 dapat dilakukan melalui
penilaian massal maupun penilaian individu.
• Penetapan, yang menghasilkan SPPT. Wajib Pajak yang merasa terdapat kesalahan dalam
proses penetapan, dapat melakukan upaya administratif. Upaya administratif tersebut
antara lain adalah pengurangan, pembetulan, mutasi, sampai dengan keberatan.
• Atas dokumen hasil penetapan atau hasil upaya administratif/keberatan, harus dilakukan
pelunasan atas PBB terutang dengan cara melakukan pembayaran pajak.
• Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibannya sampai dengan batas waktu yang
ditentukan, akan dilanjutkan ke proses penagihan. Proses ini akan berulang setiap
tahunnya.

15
II. PENDAFTARAN DAN PENDATAAN OBJEK DAN SUBJEK
PAJAK/WAJIB PAJAK PENILAIAN

• semua objek pajak yang seharusnya dipajaki, telah dikenakan pajak


sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
• kondisi objek pajak telah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
• wajib pajak adalah benar-benar subjek pajak yang dikenakan kewajiban
membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
PENDAFTARAN DAN PENDATAAN

• Pendaftaran dan pendataan untuk PBB-P2 dilakukan setiap tahun.


• Hal ini terkait erat dengan karakteristik objek pajaknya. Bumi dan
bangunan merupakan asset yang cukup besar kemungkinannya
dilakukan pemindahtanganan.
• Selain perpindahan hak atau perubahan pihak yang memperoleh
manfaat, perubahan juga dapat terjadi terkait dengan kondisi bumi
atau bangunan. Bangunan yang semula seluas 54m2 dapat dibangun
lebih lanjut menjadi 150m2 atau sebaliknya, bangunan yang semula
seluas 150m2 dapat dirobohkan.

17
CARA PENDAFTARAN

Pendaftaran objek PBB-P2 dilakukan oleh subjek pajak dengan cara


mengambil, mengisi, dan mengembalikan Surat Pemberitahuan Objek
Pajak (SPOP) ke Kantor Pajak setempat atau tempat-tempat lain yang
ditunjuk untuk pengambilan/pengembalian SPOP.
Pengisian SPOP dalam rangka pendaftaran harus dilengkapi dengan
denah objek pajak. Subjek pajak adalah orang atau badan yang:
a. mempunyai suatu hak atas bumi/tanah;
b. memperoleh manfaat atas bumi/tanah; dan/atau
c. memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan.

18
II. PENDAFTARAN DAN PENDATAAN OBJEK DAN SUBJEK
PAJAK/WAJIB PAJAK PENILAIAN

• semua objek pajak yang seharusnya dipajaki, telah dikenakan pajak


sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
• kondisi objek pajak telah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
• wajib pajak adalah benar-benar subjek pajak yang dikenakan kewajiban
membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
PENDATAAN

Pendataan dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota, biasanya


melalui kelurahan/desa. Pendataan dilakukan mengingat banyaknya
jumlah objek pajak yang diadministrasikan oleh pemerintah
kabupaten/kota dan beragamnya tingkat pendidikan masyarakat selaku
subjek pajak/Wajib Pajak PBB.
Pendataan dapat dilakukan dengan 4 (empat) alternatif sebagai berikut:
a. Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP
b. Identifikasi objek pajaK
c. Verifikasi data objek pajak
d. Pengukuran bidang objek pajak

20
Surat Pemberitahuan Objek Pajak

Surat yang digunakan oleh Subjek Pajak/Wajib Pajak untuk melaporkan


data subjek dan objek pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah.
SPOP harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani
dan disampaikan kepada walikota/bupati selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh subjek pajak
pajak/wajib pajak, dalam hal SPOP disampaikan oleh pemerintah
kabupaten/kota. SPOP dapat berupa SPOP individu atau SPOP kolektif.

21
Jenis SPOP

SPOP individu pada umumnya diisi saat dilaksanakan pendaftaran atau


ketika Wajib Pajak mengajukan perubahan data secara perorangan.
SPOP kolektif pada umumnya diisi saat dilaksanakan pendataan atau
pengajuan permohonan yang dilakukan secara kolektif. SPOP kolektif
biasanya diisi oleh petugas dari kelurahan/desa. SPOP merupakan
dokumen sumber yang digunakan untuk mengubah isian data dalam
basis data.

22
Nomor Objek Pajak (NOP)

Nomor identitas objek pajak yang diberikan pada saat dilakukan


pendaftaran dan/atau pendataan objek pajak.
NOP digunakan dalam administrasi perpajakan dan sebagai sarana
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya
berupa PBB-P2. Atas objek pajak berupa bumi dan bangunan akan
diberikan NOP.

23
Penilaian PBB P2
Berdasarkan Pasal 30 UU PDRD
Pasal 30
1. Kepala Daerah menetapkan NJOP.
2. Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek Pajak tertentu dapat
ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
3. NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan
harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar.
Pasal 30
4. Dalam hal tidak diperoleh harga rata-rata sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), penghitungan NJOP dapat dilakukan dengan metode:
a. perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis;
b. nilai perolehan Baru; atau
c. nilai jual pengganti.
5. Penghitungan NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4)
dilakukan melalui penilaian
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam negeri.
KLASIFIKASI NJOP
Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan nilai jual rata-rata atas
permukaan bumi berupa tanah dan atau bangunan yang digunakan sebagai
pedoman untuk memudahkan penghitungan pajak terutang.

a)Klasifikasi bumi dan atau tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut.


• letak;
• peruntukan;
• pemanfaatan;
• kondisi lingkungan dan lain-lain.

b)Klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:


• bahan yang digunakan;
• rekayasa;
• letak;
• kondisi lingkungan dan lain-lain

27
PELAKSANAAN PENILAIAN
Dilakukan dengan dua cara, yaitu secara massal atau secara individual.
1) Penilaian Massal
Penilaian objek PBB secara massal pada umumnya dilakukan terhadap objek PBB yang
standar, yaitu objek-objek pajak yang memenuhi kriteria-kriteria di mana luas tanah ≤
10.000 m2, luas bangunan ≤ 1.000 m2, dan jumlah lantai ≤ 4 lantai.
Penilaian secara massal dilakukan dengan cara mengelompokkan beberapa bidang tanah
yang berdekatan/berbatasan dan memiliki kemiripan karakteristik dalam hal seperti nilai
pasar tanah, aksesibilitas dari dan ke fasilitas sosial dan fasilitas umum, potensi nilai
menjadi 1 (satu) kelompok area yang kemudian disebut dengan Zona Nilai Tanah (ZNT).
ZNT merupakan zona geografis yang terdiri dari sekelompok objek pajak yang
mempunyai satu Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang dibatasi oleh penguasaan/pemilikan
objek pajak dalam satu-satuan wilayah administrasi pemerintahan desa/kelurahan tanpa
terikat pada batas blok.

28
PROSES TAHAPAN PENILAIAN MASSAL

29
PELAKSANAAN PENILAIAN

2) Penilaian Individual
Penilaian objek PBB dengan cara individual pada umumnya diterapkan untuk objek pajak non
standar dan khusus, atau yang bernilai tinggi (tertentu).
Objek PBB Non Standar adalah objek-objek pajak yang memenuhi salah satu dari kriteria-kriteria
luas tanah > 10.000m2, luas bangunan > 1.000m2, dan jumlah lantai >4 lantai.
Objek PBB Khusus adalah objek pajak yang memiliki konstruksi khusus atau keberadaannya
memiliki arti yang khusus, seperti lapangan golf, pelabuhan laut, pelabuhan udara, jalan tol,
pompa bensin dan lain-lain.

30
III. PENETAPAN DAN PEMBAYARAN
Penetapan adalah suatu proses untuk menetapkan nilai yang diperoleh dari hasil penilaian menjadi
suatu ketetapan pajak bumi dan bangunan.
Besarnya PBB yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak dapat diihat dalam Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang (SPPT) atau Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).
PBB yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPPT/SKPD wajib dilakukan pembayaran dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD), di tempat pembayaran yang telah ditentukan oleh
masing-masing pemerintah daerah.
A. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak

NJOP yang digunakan dalam perhitungan besarnya pajak terutang


adalah NJOP setelah dikurangi dengan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena
Pajak (NJOPTKP).
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan atau bangunan yang tidak
kena pajak. NJOPTKP diberikan kepada setiap Wajib Pajak. Besarnya
NJOPTKP ditetapkan paling rendah sebesar Rp12.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak, dan besarannya ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
Pemberian NJOPTKP diberikan kepada setiap Wajib Pajak, hal tersebut
berarti apabila Wajib Pajak memiliki lebih dari satu objek, maka yang
berhak memperoleh NJOPTKP hanya satu objek.

32
Contoh Penerapan NJOPTKP

1. Seorang Wajib Pajak hanya mempunyai Objek Pajak berupa bumi dengan Nilai Jual Objek Pajak
Bumi Rp.9.000.000,00

2. Seorang Wajib Pajak mempunyai dua Objek Pajak berupa bumi dan bangunan masing-masing
di Desa A dan di Desa B dengan nilai sebagai berikut.
Desa A.
• Nilai Jual Objek Pajak Bumi = Rp80.000.000,00
• Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp50.000.000,00
Desa B.
• Nilai Jual Objek Pajak Bumi = Rp 50.000.000,00
• Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp 30.000.000,00

Hitunglah Nilai Jual Objek Pajak untuk Penghitungan Pajak:

33
B. Penghitungan PBB

Besaran pokok PBB-P2 yang terutang dihitung dengan cara mengalikan


tarif PBB dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi NJOPTKP.
UU PDRD mengatur bahwa tarif PBB-P2 ditetapkan paling tinggi
sebesar 0,3%, dan diatur dengan Peraturan Daerah.
PBB terutang = tarif x (NJOP – NJOPTKP)

34
Contoh Penghitungan PBB

Wajib pajak A mempunyai objek pajak berupa:


• Tanah seluas 800 m2 dengan harga jual Rp300.000,00/m2;
• Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual Rp350.000,00/m2;
• Taman seluas 200 m2 dengan nilai jual Rp50.000,00/m2;
• Pagar sepanjang 120 m dan tinggi rata-rata pagar 1,5 m dengan nilai
jual Rp175.000,00/m2.
Hitunglah besarnya pokok pajak yang terutang !!

35
C. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

Surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya PBB-P2 yang


terutang kepada Wajib Pajak. SPPT diterbitkan berdasarkan isian Wajib
Pajak dalam SPOP.
Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan
penyetoran pajak yang terutang paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak.
SPPT merupakan salah satu dasar penagihan pajak, sehingga
keterlambatan pembayaran atas SPPT, dapat ditindaklanjuti dengan
tindakan penagihan oleh Pemerintah Daerah.

36
D. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan besarnya
jumlah pokok Pajak yang terutang. Kepala Daerah dapat mengeluarkan SKPD dalam hal-hal sebagai
berikut:
• SPOP tidak disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegur secara tertulis oleh Kepala Daerah
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
• berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang lebih
besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak.

Berdasarkan ilustrasi di atas, seandainya data tersebut diketahui oleh Pemerintah Daerah namun
bukan berasal dari isian SPOP, maka atas PBB yang terutang tidak ditetapkan menggunakan SPPT,
melainkan menggunakan SKPD.
Jangka waktu pembayaran atau penyetoran Pajak terutang untuk jenis Pajak yang dipungut
berdasarkan penetapan Kepala Daerah paling lama adalah 1 (satu) bulan sejak tanggal dikirimnya
SKPD. Pembayaran SKPD dilakukan menggunakan SSPD.
.

37
IV. UPAYA ADMINISTRASI

Upaya administrasi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh Wajib


Pajak, pada umumnya berdasarkan permohonan, agar kewajiban
perpajakannya dapat dilakukan dengan benar sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku.
Hal-hal yang bersifat administratif ini muncul karena dalam proses
penetapan pajak, baik berupa SPPT, SKPD, maupun STPD dapat terjadi
suatu kesalahan karena kurang mutakhirnya data atau karena ada
kondisi yang terkait dengan objek pajak dan/atau wajib pajak.

38
A. Pembetulan
Pembetulan dapat dilakukan oleh Kepala Daerah untuk SPPT, SKPD, atau STPD. Pembetulan dilakukan
apabila terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan
tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. Kesalahan yang dapat dilakukan
pembetulan antara lain:
1) Kesalahan tulis, antara lain kesalahan yang dapat berupa nama, alamat, Nomor Objek Pajak (NOP), luasan,
Tahun Pajak, dan tanggal jatuh tempo.
Contoh: Wajib Pajak bernama SUBACHIR, namun pada SPPT tertulis SUBAHIR.

2) kesalahan hitung, antara lain kesalahan yang berasal dari penjumlahan dan/atau pengurangan dan/atau
perkalian dan/atau pembagian suatu bilangan
contoh: Total NJOP Rp111.565.000 (NJOP Bumi Rp41.000.000 dan NJOP bangunan Rp70.565.000) namun
di SPPT Total NJOP tertulis Rp41.000.000.
3) kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu
kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan pemberian NJOPTKP, dan kekeliruan klasifikasi.
Contoh: Atas objek yg dimilikinya, Wajib pajak seharusnya memperoleh NJOPTKP, namun pada SPPT tidak
terdapat NJOPTKP.
Pengertian “membetulkan” antara lain, menambahkan, mengurangkan, atau menghapuskan, tergantung
pada sifat kesalahan dan kekeliruannya. Jika masih terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau
kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak
dapat mengajukan lagi permohonan pembetulan kepada Kepala Daerah. 39
B. Mutasi Objek dan/atau Subjek PBB
Mutasi objek dan/atau Subjek PBB dilakukan apabila terdapat perubahan atas data objek dan/atau subjek PBB yang terjadi karena
adanya pengalihan hak, penggabungan, atau pemecahan NOP, yang mengakibatkan berubahnya pihak yang dikenakan kewajiban
membayar pajak (Wajib Pajak).
1) Pengalihan Hak
Pengalihan hak dapat terjadi karena adanya jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, dsb. Karena tanah dan bangunan sangat mudah
dipindahtangankan, maka frekuensi terjadinya mutasi cukup tinggi. Dalam pengalihan hak, terjadi mutasi subjek/Wajib Pajak PBB,
sedangkan objeknya tidak mengalami perubahan.
Misalnya sebidang tanah semula milik Hasan, pada akhir Desember 2016 dijual kepada Heru. SPPT tahun pajak 2017 masih terbit atas
nama Hasan. Maka Heru dapat mengajukan permohonan mutasi untuk diubah Wajib Pajak-nya dari Hasan menjadi Heru.
2) Penggabungan
Penggabungan terjadi apabila lebih dari satu objek, digabung menjadi satu objek. Misalnya Ny. Rani memiliki sebidang tanah seluas
100m2, tanah tersebut dijual kepada tetangganya Ny. Rina. Karena letaknya bersebelahan, Ny Rina mengajukan permohonan
penggabungan atas tanah tersebut. Tanah yang semula terbit 2 (dua) SPPT atas nama Ny. Rani dan Ny. Rina maka akan menjadi satu
SPPT, yaitu atas nama Ny. Rina saja.
3) Pemecahan
Pemecahan merupakan kebalikan dari proses penggabungan. Apabila di proses penggabungan, 2 (dua) objek dijadikan 1 (satu) objek,
maka untuk pemecahan, 1 (satu) objek menjadi 2 (dua) NOP atau lebih. Misalnya sebidang tanah seluas 1.000m2 a.n Haji Sanim diubah
menjadi sebuah cluster perumahan, yang terdiri dari 20 rumah. Atas SPPT seluas 1.000m2 diajukan pemecahan menjadi 20 NOP.
.
40

Anda mungkin juga menyukai