Jadi Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan/atau bangunan yang
muncul karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang
atau badan yang memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat dari padanya.
Jika dilihat dari sifatnya, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang bersifat
kebendaan. Artinya, besaran pajak terutang ditentukan dari keadaan objek yaitu bumi
dan/atau bangunan. Sedangkan keadaan subjeknya tidak ikut menentukan besarnya
pajak terutang.
Latar Belakang Pengalihan PBB-PP menjadi pajak daerah :
Tanggal 15 September 2009 disahkan UU No.28 Tahun 2009 sebagai pengganti UU
No.18 Tahun 1997 dan UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD) latar belakang pembentukannya :
a. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam mengatur pajak
daerah dan retribusi daerah.
b. Meningkatkan akuntabilitas dalam penyediaan layanan dan pemerintahan.
c. Memperkuat otonomi daerah.
d. Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan dunia usaha.
Berdasarkan Pasal 180 angka 5 UU No. 28/2009 – UU PDRD, masa transisi peng-
alihan PBB-P2 menjadi pajak daerah adalah sejak 1 Jan 2010 s.d 31 Des 2013.
Kewajiban Anda sebagai wajib pajak dalam mendaftarkan objek pajak Anda melalui
KPP atau KP2KP adalah:
1. Kewajiban Anda sebagai wajib pajak yang memiliki objek pajak bumi dan bangunan
adalah mendaftarkan objek pajak dengan mengisi SPOP.
2. Ketika mengisi SPOP harus jelas, benar, dan lengkap. Artinya, data dapat dibaca
sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, sesuai dgn keadaan yang sebenarnya,
dan data terisi seluruhnya, kemudian ditandatangani, serta melampirkan surat
kuasa khusus jika proses pengisian/pengurusan SPOP dikuasakan.
3. Memberikan atau menyampaikan kembali SPOP yang telah Anda isi ke KPP
Pratama/KP2KP setempat paling lambat 30 hari setelah formulir SPOP diterima.
4. Jika ada perubahan data, Anda wajib melaporkan perubahan atas data objek pajak
ke KPP Pratama atau KP2KP setempat dengan mengisi kembali SPOP sebagai
perbaikan SPOP yang salah sebelumnya dengan melampirkan beberapa dokumen
pendukung seperti, Fotokopi sertifikat tanah, akta jual beli tanah, dan lain
sebagainya
Ad.1. Pendaftaran
Pada prinsipnya setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, wajib melakukan pen-
daftaran pada kantor pengelolaan pajak daerah untuk dicatat dan diberikan NPWPD
dan/atau Nomor Objek Pajak Daerah (NOPD).
Persyaratan subjektif pada PBB-PP adalah orang pribadi/badan yang secara nyata
mempunyai hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau
memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Persyaratan objektif pada PBB-PP adalah bumi dan/atau bangunan yang dimiliki,
dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Hal-hal yang terkait dengan kegiatan pendaftaran adalah :
1. Pendaftaran objek PBB-PP dilakukan oleh wajib pajak dengan cara mengisi SPOP.
2. SPOP diisi dengan jelas, benar dan lengkap, serta ditandatangani dan disampaikan
ke Dispenda/DPPKAD yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak, paling
lambat 30 hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh subjek pajak atau kuasanya.
3. Formulir SPOP disediakan dan dapat diperoleh di Dispenda/DPPKAD atau tempat-
tempat lain yang ditunjuk.
4. Setiap petugas yang melaksanakan kegiatan pendaftaran, pendataan dan penilaian
objek dan subjek PBB-PP dalam rangka pembentukan dan/atau pemeliharaan basis
data wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya atau yang diberitahukan
oleh wajib pajak.
5. Dalam melakukan pendaftaran, pendataan dan penilaian objek dan subjek pajak
Dispenda/DPPKAD dapat bekerja sama dengan kantor pertanahan dan/atau instansi
lain yang terkait.
6. Biaya pelaksanaan pendaftaran,pendataan dan penilaian objek dan subjek PBB-PP
dibebankan pada APBD kabupaten/kota.
7. Tata cara pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan sbg pelaksanaan ke-
giatan tersebut ditentukan oleh masing-masing Pemda sesuai ketentuan yg berlaku.
8. Pendaftaran dilakukan dgn menggunakan SPOP dan lampiran SPOP, sedangkan
untuk objek pajak khusus, data tambahan menggunakan Lembaran Kerja Objek
Khusus (LKOK) ataupun dengan lembar catatan lain untuk menampung informasi
tambahan sesuai keperluan penilaian masing-masing objek.
Ad.2. Pendataan
Pendataan merupakan upaya Pemda untuk menginventarisasi objek dan wajib pajak
dilaksanakan oleh Dispenda/DPPKAD dengan menggunakan formulir SPOP/LSPOP
dan dilakukan sekurang-kurangnya untuk satu wilayah administrasi desa/kelurahan
dengan menggunakan salah satu dari 4 alternatif berikut ini :
a. Pendataan dengan penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP.
b. Pendataan dengan identifikasi objek pajak.
c. Pendataan dengan verifikasi data objek pajak.
d. Pendataan dengan pengukuran bidang objek pajak.
Ad.3. Penilaian
Dalam menentukan NJOP sebagai dasar pengenaan PBB-PP, dilakukan kegiatan
penilaian.
Berdasarkan UU No.28/2009, NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari
transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi
jual-beli, maka NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang
sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.
NJOP meliputi nilai jual permukaan bumi (tanah,perairan pedalaman, serta laut
wilayah kabupaten/kota) dan/atau bangunan yang melekat di atasnya.
Ad.4. Penetapan
Sesuai Pasal 79 UU PDRD, dasar pengenaan PBB-PP : NJOP yg ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah.
Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 tahun kecuali untuk objek pajak tertentu dapat
ditetapkan setiap tahun.
Untuk penghitungan PBB-PP terutang hitung dulu NJOP sebagai dasar
perhitungan PBB terutang, caranya : mengurangkan NJOP total dengan NJOPTKP
diterapkan paling rendah Rp.10.000.000,- dan kemungkinan berbeda di tiap daerah.
Setelah itu, baru dihitung besarnya PBB terutang dengan cara mengalikan NJOP
dasar perhitungan dengan tarif PBB.
Objek PBB :
Bumi dan/atau bangunan :
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta
laut wilayah kabupaten/kota.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.
Objek pajak yang tidak dikenakan PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah : objek
pajak yang :
a. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan.
b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan.
c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.
d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara yang belum dibebani
suatu hak.
e. Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik, dan
f. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
UU PBB memungkinkan orang yang memiliki rumah di atas tanah orang lain
dikenakan pajak tersendiri terlepas dari pajak yang dikenakan terhadap pemilik tanah
Subjek PBB-P2 adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Wajib PBB-P2 adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata memperoleh
manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat
atas bangunan.
Dasar pengenaan PBB-P2 adalah NJOP, dan besarnya NJOP ditetapkan setiap 3
tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai
dengan perkembangan wilayahnya dan penetapan besarnya NJOP dilakukan oleh
Kepala Daerah.
NJOP merupakan harga rata-rata atau harga pasar pada transaksi jual beli tanah.
Dalam hal ini, objek pajaknya adalah bumi dan bangunan. Penetapan tersebut di-
dasarkan atas sejumlah hal, seperti :
a. Dasar penetapan NJOP bumi:
1. Letak.
2. Pemanfaatan.
3. Peruntukan.
4. Kondisi Lingkungan.
b. Dasar penetapan NJOP bangunan:
5. Bahan yang digunakan dalam bangunan.
6. Rekayasa.
7. Letak.
8. Kondisi lingkungan.
Selain itu, terdapat juga dasar penetapan NJOP saat tidak ada transaksi jual beli
1. Perbandingan Harga dengan Objek Lainnya: objek lain yang dimaksud merupakan
objek yang masih sejenis, lokasinya berdekatan, memiliki fungsi yang sama dengan
objek lain yang sudah diketahui nilai jualnya. Penggunaan objek lain yang memiliki
kriteria tersebut sebagai gambaran yang kurang lebih bisa mendekati nilai objek
yang dibandingkan. Sehingga NJOP yang ditetapkan pun memiliki hitungan yang
benar.
2. Nilai Perolehan Baru: penetapan NJOP dengan nilai perolehan baru yang dimaksud
adalah dengan menghitung biaya yang sudah dikeluarkan untuk memperoleh objek
pajak. Penilaian tersebut nantinya akan dikurangi dengan penyusutan yang terjadi,
seperti penyusutan yang terjadi pada kondisi fisik objek pajak.
3. Nilai Jual Pengganti: nilai jual pengganti yang dimaksud adalah penetapan NJOP
berdasarkan pada hasil produk onjek pajak. Jadi, nilai jualnya didasarkan pada
keluaran yang dihasilkan oleh objek pajak itu sendiri.
Tarif PBB-P2 paling tinggi sebesar 0,3% dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Sebagai landasan hukum pemungutan PBB-P2, Pemda lebih dulu harus membuat
Perda dan sesuai Pasal 95 ayat (3) UU PDRD, Perda tersebut harus mengatur
sekurang-kurangnya :
1. Nama, objek dan subjek PBB-P2.
2. Dasar pengenaan, tarif dan cara penghitungan PBB-P2.
3. Wilayah pemungutan.
4. Masa pajak.
5. Penetapan.
6. Tata cara pembayaran dan penagihan.
7. Kadaluarsa.
8. Sanksi administratif, dan
9. Tanggal mulai berlakunya.
Selain itu, Perda PBB-P2 dapat juga mengatur ketentuan mengenai :
1. Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas
pokok pajak dan/atau sanksinya;
2. Tata cara penghapusan piutang pajak yang kadaluarsa; dan/atau
3. Asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan
pajak kepada kedutaan, konsulat dan perwakilan negara asing sesuai dengan
kelaziman internasional.
Pembayaran :
Setelah wajib pajak menerima ketetapan pajak dengan mendapat SPPT atau SKPD,
wajib pajak harus menyelesaikan pembayaran kewajiban pajak terutangnya kepada
daerah sebelum jatuh tempo pembayaran dan penyetoran yang sudah ditentukan
berakhirnya.
Wajib pajak dapat melakukan pembayaran dengan cara :
1. Pembayaran melalui petugas pemungut.
2. Pembayaran melalui tempat pembayaran yang ditunjuk.
3. Pembayaran melalui tempat pembayaran elektronik.
Penagihan PBB-PP :
Penagihan merupakan serangkaian tindakan agar wajib pajak melunasi utang pajak
dengan melakukan teguran, memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika
dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksa-
nakan penyitaan, melakukan penyanderaan dan menjual barang sitaan melalui
pelelangan.
Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) PBB-PP disampaikan kepada wajib pajak dalam
hal :
a. Wajib pajak setelah jatuh tempo pembayaran pajak terutang yang ditetapkan di
dalam SPPT PBB-PP tidak atau kurang membayar.
b. Wajib pajak setelah jatuh tempo pembayaran pajak terutang yang ditetapkan di
dalam SKPD PBB-PP tidak atau kurang membayar.
Pengurangan PBB-PP :
Pemda dapat membuat Perkada dengan mengacu pada PMK No.110/PMK.03/2009
tentang Pengurangan PBB-PP sebagaimana telah diubah dengan PMK
No.82/PMK.03/2013, dapat diberikan pengurangan PBB-PP kepada wajib pajak
karena kondisi tertentu, yaitu :
1. Objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-
sebab tertentu lainnya.
2. Objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.
Pelayanan PBB-PP :
Pengajuan Keberatan : wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada
Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu :
a. SPPT.
b. SKPD.
c. SKPDLB.
d. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peratur-
an perundang-undangan perpajakan daerah.
Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-
alasan yang jelas.
Keberatan dapat diajukan apabila wajib pajak telah mebayar paling sedikit sejumlah
yang telah disetujui wajib pajak.
Penyelesaian keberatan :
Dalam proses penyelesaian keberatan, kepala daerah berwenang untuk :
a. Melihat dan/atau meminjam buku/catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan
dokumen lain yang berhubungan dengan objek pajak yang terutang.
b. Memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan mendapatkan bantuan
guna kelancaran pemeriksaan dan/atau
c. Meminta keterangan yang diperlukan.
Kepala daerah dlm jangka waktu 12 bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima,
harus memberi keputusan atas keberatan yg diajukan. Apabila jangka waktu tersebut
telah lewat dan kepala daerah tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang
diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Keputusan kepala daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau
sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang.
Apabila keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran
pajak dikembalikan dengan ditambah bunga sebesar 2% sebulan untuk paling lama
24 bulan. Imbalan bunga dimaksudkan dihitung sejak bulan pelunasan sampai deng-
an diterbitkannya SKPDLB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar).
Contoh kasus PBB-PP:
Tuan Rianus memiliki sebuah rumah di daerah Cihanjuang Kabupaten Bandung Barat,
dari data PBB tahun sebelumnya diketahui luas tanah 700 m2 dengan nilai jual setelah
diklasifikasikan sebesar Rp.800.000/m2, sedangkan luas bangunan 300 m2 dengan nilai
jual setelah diklasifikasikan sebesar Rp.900.000/m2. Pada bulan Mei 2021 tuan Rianus
menambah luas bangunan seluas 100 m2 dengan perkiraan nilai jual yang sama
dengan bangunan lainnya. NJOPTKP untuk daerah Cihanjuang ditetapkan sebesar
Rp.10.000.000,- Hitung PBB-P2 tahun 2021 untuk tanah dan bangunan tersebut!
Jawab :
Diketahui data PBB-P2 tahun 2021 :
Nilai jual bumi/tanah = Rp.800.000/m2
Jadi NJOP bumi/tanah = 700m2 x Rp.800.000 = Rp.560.000.000
Nilai jual bangunan setelah diklasifikasikan = Rp.900.000/m2.
Jadi NJOP bangunan = 300 m2 x Rp.900.000 = Rp.270.000.000
NJOP tanah dan bangunan = Rp.830.000.000
NJOPTKP Rp.10.000.000
PBB-P2 terutang (diasumsikan tarif 0,3%) = 0,3% x (NJOP – NJOPTKP) =
0,3% x (Rp.830.000.000 – Rp.10.000.000) = Rp. 2.460.000,-
Jadi PBB-P2 yang harus dibayar tahun 2021 sebesar Rp.2.460.000,-
Berhubung tambahan bangunan dilakukan pada bulan Mei 2021,maka tidak masuk
dalam perhitungan PBB-P2 tahun 2021 melainkan untuk PBB-P2 terutang tahun
2022 Saat yang menentukan pajak terutang.
Saat yang menentukan pajak terutang adalah keadaan objek pajak pada tgl 1
Januari. Jadi segala mutasi atau perubahan atas objek pajak yang terjadi setelah 1
Januari akan dikenakan pajak pada tahun berikutnya.
Contoh : A menjual tanah kepada B pada tanggal 2 Januari 2021, kewajiban PBB
tahun 2021 masih menjadi tanggung jawab A. Sejak tahun pajak 2022 kewajiban
PBB menjadi tanggungjawab B