Anda di halaman 1dari 9

PENGANTAR

HUKUM TATA NEGARA

Nefa Claudia Meliala


• Materi ini diberikan khusus untuk peserta mata kuliah Pengantar
Hukum Indonesia (LAW181103-4) Kelas F dan G Semester Ganjil
2020/2021. Mohon untuk tidak menyebarluaskan dan/atau
memperbanyak bahan kuliah ini.
G. Hak Uji Material
• Hak Uji Material merupakan bentuk hak menguji atas materi/substansi pada
sebuah produk hukum.

• Selain hak uji material, bentuk lain dari hak uji adalah hak uji formil/formal yang
menguji dari sudut formal/prosedur pembentukan produk hukum.

• Hak uji material dan formil merupakan kewenangan yang dimiliki oleh kekuasaan
legislatif yang dikenal dengan sebutan legislative review; kekuasaan eksekutif
yang dikenal dengan executive review; kekuasaan yudikatif yang dikenal dengan
judicial review.
•Legislative review  kewenangan menguji terhadap produk hukum dari legislatif itu sendiri
(misal undang-undang).

•Executive review  kewenangan menguji terhadap produk hukum dari eksekutif itu sendiri.

•Judicial review  kewenangan dari kekuasaan yudikatif untuk menguji produk hukum legislatif
dan eksekutif  di Indonesia dikenal dengan nama pengujian undang-undang dan pengujian
peraturan perundang-undangan  mulai dilaksanakan di beberapa negara dengan munculnya
perkara Marbury vs Madison tahun 1803 di Amerika Serikat dan perkara Brown vs Board of
Education tahun 1954.
HAK UJI MATERIAL SETELAH AMANDEMEN UUD 1945

• Dilakukan oleh MA dan MK


• Dasar hukum :
1. Pasal 24 A ayat 1 UUD 1945 : “Mahkamah Agung berwenang mengadili pada
tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan undang-undang”
2. Pasal 24 C ayat 1 UUD 1945 : “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangannya diberikan Undang-Undang Dasar, memutuskan
pembubaran partai politik, dan memutuskan tentang hasil pemilihan umum.”
• MA memiliki kewenangan menguji semua peraturan perundang-
undangan yang berada dibawah UU, eg : pengujian suatu PP terhadap
UU

• MK memiliki kewenangan menguji UU terhadap UUD, eg : pengujian


UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Penyiaran terhadap UUD 1945
H. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
• Hukum Acara Mahkamah Konstitusi memuat aturan-aturan tentang :
1. Hukum Acara Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar
(judicial review);
2. Hukum Acara Memutus Sengketa Kewenangan Konstitusional lembaga Negara;
3. Hukum Acara Pembubaran Partai Politik;
4. Hukum Acara Perselisihan Hasil Pemilu;
5. Hukum Acara Memutus Pendapat DPR dalam Proses Pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Prsiden dalam masa jabatannya.
ASAS-ASAS DASAR DALAM HUKUM ACARA
MAHKAMAH KONSTITUSI
1. Ius curia novit  pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili dan
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau
kurang jelas.
2. Persidangan terbuka untuk umum  persidangan pengadilan harus dilakukan secara
terbuka untuk umum.
3. Independensi dan imparsial  untuk dapat memeriksa dan mengadili suatu perkara
secara objektif serta memutus dengan adil, hakim dan lembaga peradilan harus
independen dalam arti tidak dapat diintervensi oleh lembaga dan kepentingan apapun.
4. Peradilan dilaksanakan secara cepat, sederhana dan biaya ringan  proses peradilan
dan keadilan harus dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat (equality before the
law).
5. Peradilan dilaksanakan secara seimbang (audi et alteram partem)  menempatkan para pihak (penggugat dan
tergugat atau pemohon dan termohon) yang berhadapan di pengadilan untuk didengar secara seimbang. Pada
pengadilan di Mahkamah Konstitusi tidak selalu terdapat pihak-pihak yang saling berhadapan (adversarial). Untuk
perkara pengujian undang-undang hanya ada pihak pemohon, namun ada pihak-pihak yang juga didengar dalam
persidangan yaitu pihak pembentuk Undang-Undang (Pemerintah dan DPR) dan pihak-pihak yang berhubungan
dengan perkara. Untuk perkara perselisihan hasil pemilu, pihak lain selain pemohon dan termohon (partai politik dan
KPU) yang akan didengar secara seimbang adalah untuk semua pihak yang terkait dan memiliki kepentingan dengan
perkara yang disidangkan.
6. Hakim aktif dan pasif dalam persidangan  menempatkan 9 (sembilan) hakim konstitusi dalam persidangan harus
aktif menggali data dari alat bukti, saksi, ahli dan pihak-pihak terkait. Hakim konstitusi memiliki kewenangan untuk
memanggil saksi atau ahli.
7. Asas Praduga Keabsahan (praesumtio iustae causa)  semua tindakan penguasa akan tetap dianggap sah sesuai
aturan hukum sampai dinyatakan sebaliknya. Dengan kata lain, semua tindakan penguasa yang berupa produk hukum
dan tindakan konkret harus dianggap sah sampai ada pembatalan.

Anda mungkin juga menyukai