Anda di halaman 1dari 4

1.

Asas Keadilan, yaitu setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus


mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan” adalah bahwa setiap
Materi Muatan Peraturan Perundang undangan tidak boleh berisi hal hal yang bersifat
membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan,
gender, atau status social. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah
bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara kepentingan individu, masyarakat
dan kepentingan bangsa dan negara.

2. persidangan terkait dengan proses suatu perkara, sidang Mahkamah Konstitusi dapat
dibagi menjadi 4 (empat), yaitu Pemeriksaan Pendahuluan, Pemeriksaan Persidangan,
Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH), dan Pengucapan Putusan. 

- Pemeriksaan Pendahuluan : Pemeriksaan pendahuluan merupakan persidangan


yang dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kejelasan materi permohonan
sebelum memasuki pemeriksaan pokok perkara.Pemeriksaan pendahuluan
biasanya dilakukan oleh majelis hakim panel terbuka untuk umum. Namun dalam
perkara-perkara tertentu yang dipandang penting dan harus segera diputus,
pemeriksaan pendahuluan dapat juga langsung dilakukan oleh majelis hakim
pleno.Dalam pemeriksaan pendahuluan ini setidaknya majelis hakim panel akan
memeriksa beberapa hal berikut:   Kelengkapan administrasi,Kejelasan materi
permohonan,Legal standing   Wewenang MK

- Pemeriksaan Persidangan : Setelah pemeriksaan pendahuluan, maka majelis


hakim akan menyelenggarakan pemeriksaan persidangan yang dilakukan untuk
memeriksa :
–   Permohonan
–   Alat bukti
–   Keterangan termohon (jika ada)
–   Keterangan saksi
–   Keterangan ahli
–   Keterangan pihak terkait
Dalam forum persidangan, penyampaian secara lisan dilakukan tidak dengan
membaca dokumen tertulis yang telah disampaikan kepada MK, melainkan
hanya menyampaikan hal-hal pokok yang dipandang penting. Setelah itu
dilanjutkan dengan pemeriksaan berupa tanya jawab baik dengan pemohon,
termohon, pihak terkait, saksi/ahli maupun dengan hakim konstitusi.
Pemeriksaan persidangan pada prinsipnya dilakukan oleh majelis hakim pleno,
kecuali untuk perkara tertentu berdasarkan keputusan Ketua MK dapat
dilakukan oleh panel hakim. Sidang pemeriksaan persidangan dilakukan
secara terbuka, kecuali ditentukan lain oleh majelis hakim, misalnya karena
alasan kesusilaan dapat ditetapkan sidang tertutup.
- Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) : RPH merupakan salah satu jenis dari
sidang pleno, yang sifatnya berbeda dari jenis persidangan yang lain, yaitu
sifatnya tertutup. RPH akan membahas perkara yang bersifat rahasia dan hanya
diikuti oleh para hakim konstitusi, panitera, dan panitera pengganti. Di dalam
RPH ini dibahas perkembangan suatu perkara, putusan, serta ketetapan yang
terkait dengan suatu perkara.
- Pengucapan Putusan : Putusan biasanya dibacakan secara bergantian oleh majelis
hakim konstitusi, diawali oleh ketua sidang, dilanjutkan oleh hakim konstitusi
yang lain dan pada bagian kesimpulan, amar putusan dan penutup dibacakan oleh
ketua sidang lagi. Sidang pleno pengucapan putusan harus dilakukan secara
terbuka untuk umum. Setiap hakim konstitusi akan mendapatkan bagian tertentu
dari putusan untuk dibacakan secara berurutan, kecuali hakim konstitusi yang
dalam posisi mengajukan pendapat yang berbeda (dissenting opinion) atau alasan
yang berbeda (concurring opinion). Hakim yang mengajukan dissenting opinion
atau concurring opinion membacakan pendapatnya atau alasannya sendiri setelah
ketua sidang membacakan amar putusan. Dissenting opinion sendiri terjadi
apabila seorang hakim berbeda pendapat dengan hakim yang mayoritas, baik
tentang pertimbangan hukum maupun amar putusannya. Pendapat hakim yang
dissenting opinion tersebut dimuat dalam putusan secara lengkap dan diletakan
sebelum amar putusan.Sementara concurring opinion terjadi apabila pendapat
seorang hakim mengikuti (sependapat) dengan pendapat hakim yang mayoritas
tentang amar putusan, akan tetapi berbeda dalam pertimbangan hukum (legal
reasoning). Putusan MK memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai
diucapkan dalam sidang pleno pengucapan putusan terbuka untuk umum. Dengan
demikian, putusan MK bersifat tetap dan mengikat sejak setelah sidang
pengucapan putusan selesai.

3. Judicial review atau hak uji materi merupakan proses pengujian peraturan perundang-
undangan yang lebih rendah terhadap peraturan perundang-undangan lebih tinggi
yang dilakukan oleh lembaga peradilan. judicial review atas peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang adalah pihak yang
merasa haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang, yaitu:

1. perorangan warga negara Indonesia;


2. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang diatur dalam undang-undang; atau
3. badan hukum publik atau privat.

Executive review adalah salah satu jenis pengujian peraturan perundang-undangan


selain legislative review dan judicial review. Dinamakan executive review karena
pengujian peraturan perundang-undangan tersebut dilakukan oleh lembaga yang
termasuk ke dalam lingkup kekuasaan eksekutif.

Legislative review adalah mekanisme pengujian peraturan perundang-undangan


dalam hal ini pada undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perppu) oleh DPR. 
4. 5.

6.Fungsi MK : Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar. Memutuskan sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar.
Memutus pembubaran partai politik
Tugas MK & Fungsinya
MKRI mempunyai 4 kewenangan dan 1 kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Dasar 1945. MKRI berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Memutus pembubaran partai politik, dan
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
5. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden diduga melakukan pelanggaran (impeachment)
Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2015, MKRI memiliki kewenangan tambahan Memutus
perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota selama belum terbentuk
peradilan khusus.
7.Karakteristik :
- Sekalipun terdapat peraturan terkait pedoman beracara,MK memutus perkara
merujuk pada uud 1945 sesuai fungsi MK
- Konvergensi kepastian dan fleksibilitas dalam oenerapan hukuma acara

8. seluruhnya hanya dilaksanakan secara internal. Pengawasan internal ini dilakukan oleh dua
lembaga, yaitu Dewan Etik Hakim Konstitusi dan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi
(“MKMK”). Dewan Etik Hakim Konstitusi adalah perangkat yang dibentuk oleh Mahkamah
Konstitusi untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan Kode Etik
Hakim Konstitusi terkait dengan laporan dan informasi mengenai dugaan pelanggaran yang
dilakukan oleh hakim terlapor atau hakim terduga yang disampaikan oleh
masyarakat.MKMK adalah perangkat yang dibentuk oleh Mahkamah Konstitusi untuk
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan Kode Etik Hakim Konstitusi
terkait dengan laporan mengenai dugaan pelanggaran berat yang dilakukan oleh hakim
terlapor atau hakim terduga yang disampaikan oleh Dewan Etik Hakim Konstitusi.

9. Beda teori dalam hukum acara mk dan hukum acara perdata adalah dasar hukum utama
yang digunakan ptoses peradilan baik terkait dengan substansi perkara maupun hukum acara
adalah konstitusi itu sendiri yaitu UUD 195

Anda mungkin juga menyukai