Anda di halaman 1dari 6

HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM TEORI DAN

PRAKTIK
Ajeng Ayu Maghfirah, Andi Muhammad Nur Fahmi, Shaqinah Kinasih Gusti, Wardahtul Afa
Putri
05010421020@studentuinsby.ac.id
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

PENDAHULUAN
Mahkamah konstitusi memiliki jenis dan sifat sifat dalam bentuk persidangannya, pada materi
persidangan berhubungan dengan proses suatu perkara permasalahan, sidang mahkamah
konstitusi ini dibagi menjadi 4 ( empat ) yaitu Pemeriksaan Pendahuluan, Pemeriksaan
Persidangan, Rapat Permusyawaratan Hakim ( RPH ), dan Pengucapan Putusan.
Pemeriksaan Pendahuluan
Pemeriksaan pendahuluan adalah persidangan yang dilaksanakan untuk memeriksa perlengkapan
dan penjelasan pembahasan dari permohonan sebelum masuk ke dalam pemeriksaan pokok
suatau perkara permasalahan.
Pemeriksaan pendahuluan ini biasanya dilaksanakan oleh majelis hakim panel terbuka untuk
umum. Namun dalam permasalahan tertentu yang dianggap penting dan harus segera
diselesaikan, pemeriksaan pendahuluan bisa langsung dilaksanakan oleh majelis hakim pleno.
Dalam melaksanakan pemeriksaan pendahuluan ini majelis hakim panel akan melakukan
pemeriksaan dalam beberapa hal tersebut:
–   Kelengkapan dalam administrasi
–   Jelas tidaknya pembahasan permohonan
–   Legal standing
–   Wewenang dari Mahkamah Konstitusi
Pemeriksaan Persidangan
Sesudah pemeriksaan pada pendahuluan, maka untuk majelis hakim akan melaksanakan
pemeriksaan pada persidangan yang dilakukan untuk memeriksa :
–   Permohonan
–   Alat bukti
–   Keterangan termohon (jika ada)
–   Keterangan saksi
–   Keterangan ahli
–   Keterangan pihak terkait
Di dalam rapat persidangan, penyampaian secara lisan dilakukan tidak dengan membacakan
sebuah dokumen yang sudah tertulis dan disampaikan kepada majelis hakim, melainkan
disampaikan hanya hal hal penting saja. Kemudian setelah itu, pemeriksaan dilakukan hanya
dengan sesi tanya jawab baik terhadap pemohon, termohon, pihak terkait, saksi atau ahli maupun
dengan hakim konstitusi.
Pemeriksaan dalam persidangan pada prinsipnya dilakukan oleh majelis hakim pleno,kecuali
dilakukan perkara tertentu yang didasarkan pada keputusan ketua MK yang bisa dilakukan panel
hakim.
Sidang pemeriksaan dalam persidangan tentunya dilakukan secara terbuka, kecuali jika
ditentukan majelis hakim, contohnya karena alasan kesusilaan yang bisa dilakukan secara
tertutup.
Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH)
RPH merupakan salah satu jenis dari sidang pleno, yang sifatnya berbeda dari jenis persidangan
yang lain, yaitu sifatnya tertutup. RPH akan membahas perkara yang bersifat rahasia dan hanya
diikuti oleh para hakim konstitusi, panitera, dan panitera pengganti. Di dalam RPH ini dibahas
perkembangan suatu perkara, putusan, serta ketetapan yang terkait dengan suatu perkara.
Pengucapan Putusan
Putusan biasanya dibacakan secara bergantian oleh majelis hakim konstitusi, diawali oleh ketua
sidang, dilanjutkan oleh hakim konstitusi yang lain dan pada bagian kesimpulan, amar putusan
dan penutup dibacakan oleh ketua sidang lagi. Sidang pleno pengucapan putusan harus dilakukan
secara terbuka untuk umum.
Setiap hakim konstitusi akan mendapatkan bagian tertentu dari putusan untuk dibacakan secara
berurutan, kecuali hakim konstitusi yang dalam posisi mengajukan pendapat yang berbeda
(dissenting opinion) atau alasan yang berbeda (concurring opinion). Hakim yang mengajukan
dissenting opinion atau concurring opinion membacakan pendapatnya atau alasannya sendiri
setelah ketua sidang membacakan amar putusan.
Dissenting opinion sendiri terjadi apabila seorang hakim berbeda pendapat dengan hakim yang
mayoritas, baik tentang pertimbangan hukum maupun amar putusannya. Pendapat hakim
yang dissenting opinion tersebut dimuat dalam putusan secara lengkap dan diletakan sebelum
amar putusan. Sementara concurring opinion terjadi apabila pendapat seorang hakim mengikuti
(sependapat) dengan pendapat hakim yang mayoritas tentang amar putusan, akan tetapi berbeda
dalam pertimbangan hukum (legal reasoning).
Putusan MK memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno
pengucapan putusan terbuka untuk umum. Dengan demikian, putusan MK bersifat tetap dan
mengikat sejak setelah sidang pengucapan putusan selesai.
PEMBAHASAN
Jenis dan sifat persidangan di Mahkamah Konstitusi
Jenis jenis persidangan
Beberapa jenis persidangan yang umum dan wajib kita ketahui sudah dirangkum dalam bab
pertama ini. Berikut ini, yaitu :
Persidangan Pengadilan, Persidangan Arbitrase, Persidangan Mediasi, Persidangan Konstitusi,
Persidangan Paripurna, Persidangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Persidangan Komisi
Investigasi. Berikut penjelasan lebih jelas nya
Persidangan Pengadilan
Persidangan ini dilakukan di hadapan hakim atau panel hakim dan bertujuan untuk
menyelesaikan sengketa hukum atau kasus pidana.
Persidangan Arbitrase
Persidangan ini merupakan suatu bentuk alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang
melibatkan pihak-pihak yang telah sepakat untuk menyerahkan penyelesaian sengketa kepada
satu atau beberapa arbitrase.
Persidangan Mediasi
Persidangan ini juga merupakan suatu bentuk alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan
yang melibatkan mediator atau penengah untuk membantu pihak-pihak yang berselisih mencapai
kesepakatan.
Persidangan Konstitusi
Persidangan ini dilakukan di hadapan mahkamah konstitusi dan bertujuan untuk menyelesaikan
sengketa yang berkaitan dengan konstitusi atau undang-undang dasar.
Persidangan Paripurna
Persidangan ini dilakukan di lembaga legislatif seperti DPR atau parlemen dan bertujuan untuk
membahas atau mengambil keputusan tentang isu-isu yang terkait dengan tugas dan kewenangan
lembaga tersebut.
Persidangan Perserikatan Bangsa-Bangsa
Persidangan ini dilakukan di hadapan Dewan Keamanan atau Majelis Umum PBB dan bertujuan
untuk membahas isu-isu global yang terkait dengan perdamaian, keamanan, dan kemanusiaan.
Persidangan Komisi Investigasi
Persidangan ini dilakukan oleh suatu lembaga atau badan investigasi yang dibentuk untuk
meneliti suatu kasus atau peristiwa tertentu, dan bertujuan untuk menemukan fakta-fakta atau
bukti-bukti terkait dengan kasus tersebut.
Kemudian, jika ada jenis jenis persidangan secara umum maka tentunya ada beberapa jenis
persidangan secara lebih rincinya. Ini adalah jenis jenis persidangan yang hanya dilakukan di
mahkamah konstitusi.
Persidangan Sengketa Hasil Pemilihan Umum
Persidangan ini dilakukan untuk menyelesaikan sengketa hasil pemilihan umum, baik pemilihan
presiden, gubernur, bupati, walikota, maupun anggota DPR.
Persidangan Uji Materi Undang-Undang
Persidangan ini dilakukan untuk menguji apakah suatu undang-undang sesuai dengan konstitusi
atau tidak.
Persidangan Uji Materi Peraturan Pemerintah
Persidangan ini dilakukan untuk menguji apakah suatu peraturan pemerintah sesuai dengan
undang-undang atau konstitusi.
Persidangan Uji Materi Peraturan Daerah
Persidangan ini dilakukan untuk menguji apakah suatu peraturan daerah sesuai dengan undang-
undang atau konstitusi.
Persidangan Permohonan Pengujian Undang-Undang
Persidangan ini dilakukan untuk memutuskan apakah suatu undang-undang dapat diajukan untuk
diuji materi ke Mahkamah Konstitusi atau tidak.
Persidangan Pengajuan Peninjauan Kembali
Persidangan ini dilakukan untuk memutuskan apakah suatu putusan Mahkamah Konstitusi dapat
diajukan kembali untuk diperiksa ulang atau tidak.
Persidangan Pemeriksaan Kembali
Persidangan ini dilakukan untuk memeriksa kembali suatu perkara yang sudah diputuskan oleh
Mahkamah Konstitusi, dalam hal ditemukan fakta baru atau adanya kekeliruan atau kesalahan
dalam putusan sebelumnya.
Sifat – sifat persidangan
Berikut adalah beberapa sifat-sifat persidangan di Mahkamah Konstitusi:
Formal: Persidangan di Mahkamah Konstitusi bersifat formal, artinya setiap proses persidangan
dilakukan dengan aturan dan prosedur yang ditetapkan oleh hukum.
Publik: Persidangan di Mahkamah Konstitusi adalah persidangan terbuka untuk umum, sehingga
siapa saja bisa menghadiri persidangan tersebut.
Tertulis: Setiap tindakan dan keputusan yang diambil di persidangan Mahkamah Konstitusi harus
dibuat dalam bentuk tertulis.
Imparsial: Mahkamah Konstitusi harus bersikap netral dan tidak memihak kepada salah satu
pihak yang bersengketa.
Independen: Mahkamah Konstitusi harus bebas dari pengaruh pihak lain dan memiliki otoritas
untuk mengambil keputusan yang tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik atau kepentingan
lainnya.
Mendalam: Persidangan di Mahkamah Konstitusi dilakukan secara mendalam dan teliti,
sehingga semua aspek dan fakta yang terkait dengan kasus yang sedang disidangkan dapat
dipertimbangkan secara cermat.
Berkeadilan: Mahkamah Konstitusi harus mengambil keputusan yang adil dan sejalan dengan
prinsip-prinsip konstitusional dan hak asasi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan telah dilakukan perubahan kedua kali
melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
serta dilakukan perubahan ketiga melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020 tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. 2010. Hukum Acara Mahkamah
Konstitusi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI.
Siahaan, Maruarar. 2005. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta:
Konstitusi Press.
Sumber Gambar:
idanonim.wordpress.com
Editor: Siti Faridah, S.H.

Anda mungkin juga menyukai