Maka dapat disimpulkan bahwa hukum itu sesuatu yang berkenaan dengan manusia.
Hanya ada hukum jika ada manusia. Ketergantungan hukum pada manusia, maka orang
hanya mungkin berfilsafat tentang hukum jika terlebih dulu berfilsafat tentang manusia
karena filsafat hukum dapat berguna bagi masyarakat.
Dengan demikian dalam pohon filsafat manusia, maka filsafat etika merupakan salah
satu cabangnya, sedangkan filsafat hukum merupakan rantingnya dari pohon filsafat
manusia. Filsafat manusia merupakan Genus filsafat sedangkan Filsafat etika adalah
species filsafat yang memiliki filsafat hukum sebagai sub-species-nya.
9. Tempat filsafat hukum dalam kerangka filsafat pada umum ?
Jawab :
Yang dimaksud dengan filsafat adalah filo yaitu cinta dan sofie adalah kebijaksanaan
maka inti rumusannya adalah filsafat adalah karya manusia tentang hakekat sesuatu.
Tempat filsafat adalah kerangka filsafat yang berupa Karya manusia terdiri dari raga,
rasa dan rasio. Filsafat adalah hasil pemikiran dari manusia tentang hakekat sesuatu,
adapun hakekat sesuatu adalah inti atau dasar yang sedalam-dalamnya dari sesuatu.
Kaitannya dengan filsafat hukum yaitu hukum itu merupakan sesuatu yang berkenaan
dengan manusia yakni ketika manusia berinteraksi dengan orang lain sehingga
Aristoteles menyebutnya dengan Zoon Politicon bahwa manusia adalah makhluk
social. Kaitannya dengan Ibi Societas dan Ibi Ius artinya dimana ada masyarakat
disitu ada hukum.
10. Perbedaan filsafat etika dan filsafat hukum ?
Jawab :
Persamaan :
• sama-sama membahas aturan tingkah laku manusia dalam pergaulannya di
masyarakat dan sama-sama merupakan filsafat praktis yaitu filsafat yang harus
mendapat pelaksanaan dari masyarakat.
• Ethika (bhs Yunani) adat kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk
melakukan perbuatan;
• Objek etika segala perbuatan manusia untuk ditetapkan apakah perbuatan tersebut
termasuk kebaikan atau keburukan.
Perbedaan :
• Filsafat etika lebih luas daripada filsafat hukum, karena yang dibahas dalam filsafat
etika, selain norma hukum juga norma-norma lainnya. Sedangkan dalam Filsafat
hukum hanya membahas kaedah-kaedah hukum saja.
11. Manfaat Filsafat Hukum ?
Jawab :
• Secara praktis, untuk menjelaskan peranan hukum dalam pembangunan dengan
memberikan perhatian khusus pada ajaran Sociological yurisprudence dan
pragmatic Legal realism;
• Fungsinya, untuk menempatkan hukum pada tempat dan perspektif yang tepat,
sebagai bagian dari usaha manusia untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih
layak untuk didiami.
• (Mochtar Kusumaatmadja) Mata kuliah filsafat hukum di tingkat akhir fungsinya
untuk menempatkan hukum dalam tempat dan perspektif yang tepat sebagai bagian
dari usaha manusia menjadikan dunia ini suatu tempat yang lebih pantas untuk
didiaminya.
• (Lili Rasjidi) Memperluas cakrawala pandang sehingga dapatmemahami dan
mengkaji dengan kritis atas hukum dengan penafsirannya yang berlaku secara
kontekstual, dan analisis tentang pandangan antropologis yang melandasi tata
hukum dan atau dalam kaitan dengan tujuan yang hendak diwujudkannya pada
pelbagai situasi konkrit yang selalu berkembang.
12. Gunanya mempelajari filsafat hukum ?
Jawab :
Filsafat hukum berusaha mencari landasan etis dari pada hukum, untuk dijadikan
pedoman dalam pembentukan hukum positif. Contoh : Lembaga gadai merupakan
suatu lembaga yang hidup dan sangat dibutuhkan dalam masyarakat pedesaan. Tetapi
biasanya gadai itu dikenakan bunga yang sangat tinggi. Gadai belum ada undang
undangnya hanya ada di kuhperdata tetapi gadai ini sangkat dibutuhkan. Jika ingin
membentuk undang-undang maka dipertimbangkan bunganya jangan terlalu tinggi.
13. Ruang Lingkup Pembahasan Filsafat Hukum ?
Jawab :
Istilah yang digunakan : Philosophy of Law atau Legal Philosophy; Jurisprudence, dan
Legal Theory. Menurut Mochtar K, ada satu istilah lagi Recht Philosophy dari Hans
Nawiasky. Saat ini ruang lingkup filsafat hukum adalah mempelajari mengenai
permasalahan-permasalahan yang terkait dengan tujuan hukum dalam kehidupan
sehari-hari terutama masalah ketertiban dan keadilan yang menyangkut masalah;
Hubungan hukum dan kekuasaan, Hubungan hukum dengan nilai sosial budaya,
Mengapa negara berhak menghukum seseorang, Apa sebab orang mentaati hukum, dll.
14. Perbedaan Filsafat Hukum dan Teori Hukum ?
Jawab :
Antara Filsafat Hukum dengan Teori Hukum tidak dapat dipisahkan, meainkan hanya
dapat dibedakan saja, artinya hubungan tersebut sangat erat. Hal ini dapat dilihat dari :
• Segi literatur
Jurisprudence (paton) dan Legal Theory (Friedman) merupakan istilah campuran/
gabungan dari Filsafat hukum dan Teori hukum
• Segi materinya
Baik filsafat hukum maupun Teori hukum sama-sama membahas hukum secara
umum masalah-masalah yang tidak bisa dipecahkan dalam teori hukum dibahas
lebih lanjut dalam filsafat hukum.
• Adapun perbedaannya yaitu :
Teori hukum berguna bagi orang-orang yang melaksanakan hukum positif yang
ada, sedang filsafat hukum berguna bagi pembentuk hukum. Teori hukum
membahas kerangka luar dari hukum sedang filsafat hukum membahas hakekat
daripada hukum.
15. Perbedaan Kaidah Hukum dengan Kaidah Lainnya ?
Jawab :
• Pentaatannya memaksa dan dapat dipaksakan
a. Sanksi tegas, jelas, teratur rapih dalam undang-undang yang sanksinya
dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga yang berwenang.
b. Mengatur keseimbangan ketika terjadi benturan kepentingan (perselisihan
hukum) dalam masyarakat.
c. Hanya mengatur yang bersifat lahiriah. Bathin diatur oleh ethika.
• Tugas Kaedah hukum bersifat dwi tunggal, merupakan sepasang nilai yang tidak
jarang bersitegang:
a. Memberikan kepastian dalam hukum;
b. Memberikan kesebandingan dalam hukum.
16. Kaidah hukum atau norma ?
Jawab :
Norma atau kaidah adalah ketentuan hidup yang mengatur tingkah laku manusia dalam
masyarakat. Jadi yang diatur oleh norma atau kaidah oleh hukum adalah tingkah
lakunya. Mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat itu ada yang mengatur
hubungan pribadi dan antar pribadi. Mengatur hubungan pribadi yaitu antara individu
dengan tuhannya sang pencipta (norma agama dan norma kesusilaan) sedangkan
hubungan antar pribadi ada norma kesopanan dan norma hukum.
17. Apakah Hukum Itu ?
Jawab :
• Prof. Mochtar: Memandang hukum dalam pengertian yang menyeluruh, baik dari
segi normatif maupun dari segi sosiologis. Artinya: Bahwa pengertian hukum yg
memadai harus tidak memandang hukum itu sebagi suatu perangkat kaedah dan
azas-azas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi harus pula
mencakup lembaga-lembaga dan proses-proses untuk mewujudkan hukum itu
dalam kenyataan.
• Pengertian hukum dari Prof. Mochtar jika dihubungkan dengan aliran-aliran yang
ada dalam filsafat hukum, maka akan mencakup dua aliran, yaitu:
a. Aliran “Rechtpositivisme”, yang mengandung makna hukum dalam arti
normatif, yaitu hukum sebagai separangkat kaidah dan azas;
b. Aliran “Sociological Jurisprudence”, yang memandang hukum dalam arti
sosiologis sebagai lembaga-lembaga dan proses-proses di dalam masyarakat.
18. Pengertian-Pengertian Hukum ?
Jawab :
a. Subyek Hukum, ialah manusia tau badan hukum yang menurut hukum dapat
menjadi pemegang hak.
b. Badan hukum, adalah subyek hukum yang bukan manusia, yakni suatu badan yang
berdiri sendiri, mempunyai tanggungjawab dan hak yang berpisah dari anggotanya.
c. Obyek hukum, ialah segala sesuatu yang dapat dikuasai oleh subyek hukum
(benda).
d. Hukum Obyektif, adalah peraturan yang bersifat umum yang mengatur suatu
hubungan hukum (KUHPidana, KUHPerdata, dll).
e. Hukum Subyektif, ialah Kekuasaan yang diberikan oleh hukum obyektif kepada
seseorang sebagai akibat terjadinya suatu hubungan hukum.
f. Hukum Materiil, adalah peraturan yang berisi perintah atau larangan. (KUHPidana,
KUHPerdata, dll).
g. Hukum Formal atau Hukum Acara, ialah peraturan yang berisi tata cara untuk
menyelesaikan apabila hukum materiil dilanggar. (KUHAP)
h. Sumber Hukum Materil, ialah tenga pendorong yang memberikan corak kepada isi
hukum.
i. Sumber Hukum Formal, ialah bentuk-bentuk tertentu di mana hukum dapat
diketemukan. (Undang2, kebiasaan, yurisprudensi, traktat dan doktrin).
j. Undang-Undang Materil, ialah setiap peraturan yang isinya mengikat umum.
(UUD, UU, PP)
k. Undang-Undang Formal, ialah peraturan yang karena bentuknya dapat disebutkan
undang-undang.
l. Peristiwa Hukum, ialah setiap peristiwa yang akibatnya diatur dengan hukum.
m. Perbuatan Hukum, ialah setiap perbuatan yang akibatnya dikehendaki oleh
pembuat, dan akibat itu diatur dengan hukum. (spt : Jual Beli).
19. Perbedaan Jurisprudence dengan Jurisprudensi ?
Jawab :
a. Jurisprudence
Suatu istilah atau nama lain dari Filsafat hukum yang mengandung pengertian
antara teori hukum dan filsafat hukum.
b. Jurisprudensi
Adalah hukum yang dibentuk atas dasar putusan-putusan pengadilan, putusan-
putusan mana telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan pasti. Dan
digunakan dalam memutus suatu perkara.
20. 2 Kebutuhan Yang Mendorong Pemikiran Filsafat Tentang Hukum ?
Jawab :
a. Kepentingan masyarakat yang sangat besar dalam keselamatan umum.
b. Tekanan dari kepentingan masyarakat yang kurang langsung, serta kebutuhan akan
merukunkannya dengan kebutuhan umum.
21. Sejarah ?
Jawab :
a. Zaman purbakala
b. Abad pertengahan
c. Zaman reinansance dan zaman baru
d. Zaman modern
22. Aliran Filsafat Hukum ?
Jawab :
a. Aliran Hukum Alam, beranggapan bahwa hukum itu berlaku universal dan bersifat
abadi. Imanuel kant
b. Aliran Hukum Positif, bahwa hukum merupakan perintah penguasa. John austin
c. Mazhab Sejarah, aliran ini berpendapat bahwa hukum itu tidak bisa dibuat tetapi
tumbuh dan berkembang bersama dalam masyarakat dan hukum tersebut bersumber
dari jiwa masyarakat oleh karena itu hukum akan berbeda pada setiap waktu dan
tempat.
d. Aliran Socialogical Yurisprudence, hukum yang baik adalah yang sesuai dengan
hukum yang dihup didalam masyarakat. Hukum merupakan sebagai pranata sosial
atau hukum sebagai alat untuk membangun masyarakat. Eugen ehrluch
e. Aliran Pragmatic Legal Realis, berkonsepsi bahwa hukum itu sebagai alat
perubahan masyarakat atau law as a tool of social engineering dan sumber
pemikirannya adalah logika dan pengalaman.
23. Masalah-Masalah Yang Dibahas Dalam Filsafat Hukum ?
Jawab :
a. Masalah Tujuan Hukum
Secara filosofis masalah tujuan hukum bisa ditinjau dari dua segi yaitu dalam arti
tradisional dan dalam arti modern. Tujuan hukum dalam arti tradisional yaitu untuk
mengatur dan memelihara ketertiban dan keadilan. Tujuan hukum menurut :
(a) Aristoteles : Untuk mewujudkan keadilan
(b) Van Kan : Menjamin kepastian dalam pergaulan manusia
(c) Van Apeldoorn : mengatur tata tertib masyarakat secara adil dan damai
(d) Roscoe Pound : sebagai alat untuk membangun masyarakat.
• Ketertiban merupakan tujuan yang sangat fundamental, tanpa terselenggara
ketertiban terlebih dahulu, tidak bisa mencapai tujuan hukum yang lain.
Sebelum adanya ketertiban dalam masyarakat, terlebih dahulu harus
terselenggara kepastian hukum dan untuk menjamin adanya kepastian hukum
bisa ditempuh melalui sistim kodifikasi ataupun jurisprudensi.
• Karena kodifikasi merupakan suatu usaha untuk menyusun dalam bentuk yang
sistematis dan teratur, akedah hukum yang tercerai berai dalam masyarakat.
Dengan adanya kodifikasi itu sendiri, maka akan membawa pembaharuan
hukum, Univikasi hukum dan Kepastian hukum serta akan membatasi
kekuasaan sewenanng-wenang dari penguasa. Tujuan hukum tradisional ini
bersifat abstrak, karena masih mengandung dunia cita-cita, yaitu keadilan.
Tujuan hukum dalam arti modern, bahwa selain ketertiban dan keadilan, juga
hukum berfungsi sebagai sarana pembaharuan masyarakat bersifat konkrit yang
secara nyata dapat direalisir di dalam masyarakat yang modern.
b. Masalah Mengapa orang Mentaati Hukum
Secara sosiologis orang mentaati hukum karena berbagai alasan yaitu karena :
(a) Alasan yuridis, bahwa hukum itu dikeluarkan oleh penguasa
(b) Alasan Sosiologis, karena sudah merupakan kebiasaan
(c) Alasan yuridis, bahwa hukum itu dikeluarkan oleh penguasa
(d) Alasan Sosiologis, karena sudah merupakan kebiasaan
Secara filosofis ada beberapa teori tentang mengapa orang mentaati hukum karena:
(1) Teori Kedaulatan Tuhan; bahwa hukum itu berasal serta merupakan kehendak
atau kemauan Tuhan dan manusia sebagai ciptaan Tuhan wajib tunduk dan taat
pada hukum Tuhan.
(2) Toeri Perjanjian Masyarakat; Orang taat dan tunduk pada hukum oleh karena
berjanji untuk mentaatinya. Hukum dianggap sebagai kehendak bersama, suatu
hasil konsensus (perjanjian) dari segenap anggota masyarakat.
(3) Teori Kedaulatan Negara; Hukum ditaati oleh warga negara karena memang
negara menghendakinya. Hukum merupakan “Wille des Staates”. Orang tunduk
pada hukum karena merasa wajib mentaatinya. Pendapat ini dikemukakan oleh
Hans Kelsen.
(4) Teori Kedaulatan Hukum; Hukum mengikat bukan karena negara
menghendakinya, tetapi lebih disebabkan karena merupakan perumusan dari
kesadaran hukum rakyat. Kesadaran hukum tersebut berpangkal pada perasaan
hukum setiap individu yaitu perasaan bagaimana seharusnya hukum itu
dikemukakan oleh Prof. Mr. H. Krabbe.
c. Masalah mengapa Negara Berhak Menghukum
(1) Teori kedaulatan tuhan
Negara merupakan wakil Tuhan di dunia yang memiliki kekuasaan penuh untuk
menyelenggarakan ketertiban di dunia. Para pelanggar ketertiban perlu
memperoleh hukuman agar ketertiban hukum tetap terjamin.
(2) Teori perjanjian masyarakat
Manusia itu sendiri menghendaki adanya kedamaian dan ketentraman di
masyarakat, mereka telah berjanji untuk mentaati segala ketentuan yang dibuat
oleh negara yang telah diberi kuasa. Untuk itu apabila ada yang melanggar
ketentuan yang telah ditetapkan, maka negara berhak untuk menghukum
pelanggar ketertiban.
(3) Teori kedaulatan negara
Karena negara yang berdaulat menciptakan hukum, maka hanya negara itu
sendiri yang bergerak menghukum seseorang yang mencoba mengganggu
ketertiban dalam masyarakat.
(4) Teori kedaulatan hukum
Hukum itu bersifat mengikat bukan karena dikehendaki oleh negara namun
lebih dikarenakan kesadaran hukum dari masyarkat itu sendiri.
d. Masalah Keadilan
Keadilan merupakan salah satu tujuan dari hukum selain dari kepastian hukum itu
sendiri dan juga kemanfaatan hukum. Makna adil dalam khazanah filsafat hukum
masih menjadi perdebatan. Keadilan itu sendiri terkait dengan pendistribusian yang
merata antara hak dan kewajiban asasi manusia.
e. Masalah hubungan Hukum dan Kekuasaan
Hubungan hukum dan kekuasaan dirumuskan dalam slogan, sebagaimana
dikemukan oleh “BLAISE PLASCAL”. Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-
angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman/kedzaliman. Hubungan hukum
dan kekuasaan terjadi karena hukum pada dasarnya bersifat memaksa, dan
kekuasaan dipergunakan untuk mendukung hukum agar ditaati oleh anggota
masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka semakin
berkurang diperlukan dukungan kekuasaan untuk melaksanakan hukum Hukum dan
Kekuasaan.
Bahwa dalam penerapannya, hukum memerlukan kekuasaan untuk mendukungnya.
Ini merupakan ciri utama yang membedakan antara norma hukum dengan norma-
norma sosial lainnya dan norma agama. Hukum itu sendiri sebenarnya adalah
kekuasaan, dimana hukum merupakan salah satu sumber dari pada kekuasaan di
samping sumber-sumber lainnya seperti kekuatan (fisik dan ekonomi, kewibawaan,
intelegensia dan moral). Selain itu, hukum pun merupakan pembatas bagi
kekuasaan, karena kekuasaan cenderung untuk diselewengkan (power tend to
corrupt).
f. Masalah Hak dan Kewajiban
Terdapat dua pandangan yaitu :
(a) Bahwa tidak akan ada hak tanpa adanya kewajiban terhadapnya, atau
sebaliknya. Contoh jika saya memiliki hak terhadap seseorang, maka orang ini
mempunyai kewajiban tertentu kepada saya. Juga misalnya, kalau saya
berkewajiban untuk melakukan perbuatan tertentu kepada seseorang, orang ini
memiliki hak tertentu pada saya.
(b) Terdapat perbedaan antara kewajiban relatif dan kewajiban yang mutlak.
Hakekat hak ialah selalu melekat pada seseorang. Jika kewajiban itu ditujukan
pada masyarakat atau pada kelompok masyarakat, ini berarti bahwa hak itu
tidak melekat pada orang tertentu, kewajiban yang dilakukan bersifat relative.
Lain halnya pada yang bersifat mutlak.
Seseorang yang berutang wajib membayar utangnya kepada yang berpiutang,
kewajiban ini mutlak harus dilakukan. Kewajiban yang bersifat relatif misalnya
kewajiban seseorang untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan
masyarakat, dapat dilakukan atau tidak, tidak terdapat secara hukum yang
mengharuskan perbuatan itu dilakukan
g. Masalah Hubungan Hukum Alam Dengan Hukum Positif
Para filsuf pertama (Anaximander), mengakui adanya hukum alam dan
menganggap, baik hukum alam maupun hukum positif merupakan bagian dari
aturan Ketuhanan. Manusia sebagai bagian dari alam semesta harus menyesuaikan
diri dengan keharusan alam yang bersifat alamiah agar terwujud keadilan.
Segala kekurangan dan kekosongan yang dialami oleh hukum positif, diisi dan
dipenuhi oleh hukum alam. Sebab bagaimanapun juga, sebagai buatan manusia
tidak ada hukum positif yang bersifat sempurna.
h. Masalah Hak Milik
Hak milik adalah hubungan antara seseorang dengan suatu benda yang membentuk
hak pemilikian terhadap benda tersebut. Hak ini merupakan suatu himpunan hak-
hak yang kesemuanya merupakan hak-hak in rem atau disebut juga hak yang
konkrit, yakni suatu kewajiban yang dikenakan kepada orang-orang pada
umumnya.
TIM 2
TEORI HUKUM [IBU RANI, S.H., M.H]
1. Sidang Kompre ?
Jawab :
Evaluasi mahasiswa yang basis kompetensinya berdasarkan pendekatan teoritis,
filosofis, dan aplikatif sesuai dengan disiplin ilmunya. Saya akan diuji kemampuan
mengenai teori-teori hukum, filsafat-filsafat hukum dan aplikasi di bidang hukum
karena sesuai dengan disiplin ilmu yang saya pelajari.
2. Hukum apa ?
Jawab :
Hukum adalah sekumpulan peraturan yang di dalamnya terkandung perintah dan
larangan, yang mengikat setiap warga masyarakat dan/atau manusia, dan ketentuan itu
menjadi peraturan hidup suatu masyarakat yang bersifat mengendalikan, mencegah,
mengikat, dan memasa setiap anggota masyarakat dan/atau manusia. Oleh karena itu
peraturan tersebut harus dipatuhi dan ditaati, guna terciptanya kedamaian, ketentraman,
kerukunan, dan keadilan. HUKUM MERUPAKAN KAIDAH ATAU ATURAN
YANG MENGATUR MENGENAI TINGKAH LAKU MANUSIA DALAM
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT SEHINGGDA DAPAT TERCIPTANYA
KETERTIBAN DAN KEPASTIAN HUKUM, ADAPUN HUKUM MEMUAT
PERINTAH DAN LARANGAN. Jika dilanggar akan disanksi tegas.
3. Teori hukum menurut ahli ?
Jawab :
• Hans Kelsen
Menurut Hans Kelsen, teori hukum merupakan ilmu pengetahuan mengenai hukum
yang berlaku dan bukan hanya mengenai hukum yang seharusnya. Yang dimaksud
dari teori hukum menurut beliau adalah teori hukum murni, yang juga bisa disebut
sebagai teori hukum positif. Teori hukum murni ini menurut Kelsen adalah sebuah
teori hukum yang bersifat positif. Teori hukum murni atau teori hukum positif yang
dimaksud karena hanya menjelaskan hukum serta berupaya untuk membersihkan
objek penjelasan dari segala hal yang tidak memiliki sangkut paut dengan hukum.
Sebagai teori, Hans Kelsen juga menjelaskan apa yang dimaksud dari hukum dan
bagaimana hukum tersebut ada.
• Friedman
Teori hukum menurut Friedman adalah sebuah ilmu pengetahuan yang di dalamnya
mempelajari esensi hukum yang memiliki kaitan antara filsafat hukum di satu sisi
dengan teori politik yang berada di sisi lainya. Disiplin teori hukum yang ada tidak
mendapatkan tempat menjadi sebuah ilmu yang mandiri, oleh sebab itu disiplin
teori hukum harus mendapatkan tempat di dalam disiplin ilmu hukum yang
memiliki sifat mandiri.
• Ian Mc Leod
Ian Mc Leod juga mengemukakan pendapatnya mengenai definisi dari teori hukum.
Menurutnya, teori hukum merupakan sesuatu yang menjadi pengarah kepada
analisis teoritik secara sistematis terhadap berbagai sifat dasar hukum, aturan
hukum maupun institusi hukum secara umum.
• John Finch
Definisi dari teori hukum juga disampaikan oleh John Finch yang mengartikannya
sebagai studi yang di dalamnya meliputi karakteristik esensial yang ada pada
hukum serta kebiasaan yang memiliki sifat umum yang ada pada suatu sistem
hukum dalam tujuan menganalisis berbagai unsur dasar yang menjadikannya
sebuah hukum serta membedakannya dengan peraturan lain.
• Jan Gijssels dan Mark van Hoecke
Jan Gijssels dan Mark van Hoecke mendefinisikan teori hukum sebagai ilmu yang
memiliki sifat menerangkan maupun menjelaskan mengenai hukum. Teori hukum
sendiri dapat diartikan sebagai sebuah disiplin materi yang pada perkembangannya
dipengaruhi dan memiliki kaitan yang besar dengan ajaran hukum umum. Jan
Gijssels dan Mark van Hoecke juga memandang bahwa terdapat kesinambungan
antara ajaran hukum umum yang ada dan terbagi menjadi dua aspek yang ada di
bawah ini. Teori hukum merupakan kelanjutan dari ajaran hukum umum yang
memiliki objek disiplin mandiri, yang diantaranya yaitu dogmatik hukum yang
berada di satu sisi dengan filsafat hukum yang berada di sisi lainnya. Dalam
perkembangannya, teori hukum juga diakui sebagai disiplin ketiga disamping
dalam fungsinya untuk melengkapi filsafat hukum serta dogmatik hukum, yang
masing-masing memiliki wilayah serta nilai nya sendiri. Teori hukum juga
dipandang sebagai ilmu a-normatif yang memiliki bebas nilai yang membuatnya
berbeda dari disiplin lain.
• Bruggink
Bruggink dalam kajiannya mengartikan teori hukum sebagai seluruh pernyataan
yang saling berkaitan satu sama lain dengan sistem konseptual yang ada pada aturan
hukum serta putusan hukum. Sistem tersebut digunakan untuk sebagian dan yang
terpenting dipositifkan. Pengertian teori hukum dari Bruggink sendiri memiliki
makna ganda, yaitu definisi teori sebagai produk dan juga proses.
• Arief Sidharta
Arief Sidharta mengemukakan bahwa teori ilmu hukum atau rechtstheorie secara
umum dapat didefinisikan sebagai sebuah ilmu maupun disiplin hukum yang jika
dilihat melalui perspektif interdisipliner serta eksternal secara kritis dapat
digunakan untuk menganalisis berbagai aspek gejala hukum, baik secara sendiri
maupun secara keseluruhan, baik di dalam konsep teoritisnya maupun dengan
praktisnya, yang memiliki tujuan dalam mendapatkan pemahaman lebih baik serta
dapat memberikan penjelasan sejelas mungkin berhubungan dengan bahan hukum
yang tersaji dan kegiatan yuridis yang ada pada kenyataan masyarakat.
4. Norma ada apa aja ?
Jawab :