Anda di halaman 1dari 93

TIM 1

APLIKASI HUKUM [PAK Dr. Candra Hayatul Iman, S.H., M.H]


1. Apa pemahaman saudara tentang sidang komprehensif ?
Jawab :
Sidang komrehensif adalah evaluasi kemampuan mahasiswa yang basis kompetensinya
berdasarkan pendekatan teoritis, filosofis dan aplikatif sesuai dengan disiplin ilmunya.
2. Disiplin ilmu saudara itu apa ?
Jawab :
Disiplin ilmu saya adalah ilmu hukum dan fokus saya pada bidang hukum pidana.
3. Makna pendekatan teoritis, filosofis, dan aplikatif ?
Jawab :
Maknanya adalah saya akan diuji kemampuan mengenai teori-teori hukum, filsafat-
filsafat atau filosofis hukum, dan aplikasi dibidang hukum karena sesuai dengan
disiplin ilmunya.
4. Saudara ini siapa ?
Jawab :
Saya adalah subjek hukum.
5. Apa alasan saudara bahwa saudara merasa sebagai subjek hukum? Apa dan siapa subjek
hukum itu ?
Jawab :
Subjek hukum adalah pembawa dan pendukung hak dan kewajiban dalam lalu lintas
hukum.
Dan siapa itu subjek hukum ? Subjek hukum adalah orang (person) dan badan hukum
(recht person).
6. Apa perbedaan kedudukan subjek hukum orang (person) dan subjek hukum badan
hukum (recht person) ?
Jawab :
1) Keterkaitan dari cara mendapatkannya. Kalau subjek hukum orang (person)
mendapatkan kedudukan sebagai subjek hukum ini secara alamiah secara natural
jadi setiap orang dengan sendirinya dianggap sebagai subjek hukum sejak dia lahir
bahkan dalam kepentingan tertentu sejak dalam kandungan pun bisa dianggap
sebagai subjek hukum yaitu dalam hal-hal tertentu seperti kepentingan dalam
kaitannya dengan waris. Sedangkan kedudukan subjek hukum dari badan hukum
(recht person) didapatkan semenjak ia mendapatkan keabsahan, dinyatakan,
ditetapkan melalui institusi dan lembaga-lembaga yang berwenang dalam hal ini
kementerian hukum dan hak asasi manusia (kemenkumham) dinyatakan, ditetapkan
sebagai badan hukum.
2) Dalam hal pertanggungjawabannya. Kedudukan subjek hukum orang (person) ini
tanggungjawabnya melekat pada pribadinya, individunya, personalnya
tanggungjawab itu melekat. Sedangkan kedudukan subjek hukum badan hukum
(recht person) tanggungjawab itu melekat pada institusinya atau kelembagaannya.
Jadi tidak melekat kepada pribadi atau personalnya.
3) Terkait dengan harta kekayaan. Dalam kedudukan subjek hukum orang (person)
harta kekayaannya itu tidak dipisahkan atau melekat dengan kekayaan pribadinya.
Sedangkan yang subjek hukum dari badan hukum (recht person) harta kekayaannya
itu dipisahkan atau memiliki harta kekayaan yang terpisah antara harta kekayaan
milik pribadinya dengan harta kekayaan yang menjadi milik badan hukumnya. Jadi
terdapat adanya pemisahan harta kekayaan.
7. Apa itu objek hukum ?
Jawab :
Objek hukum adalah segala sesuatu hal yang bermanfaat, yang berguna bagi subjek
hukum dan sifatnya dapat dimiliki atau dikuasi oleh subjek hukum.
8. Jadi objek hukum itu apa bentuk atau wujudnya ?
Jawab :
Objek hukum adalah segala sesuatu yang bisa berguna, bermanfaat bagi subjek hukum
dan dapat dimiliki atau dikuasi wujud atau bentuknya apapun itu yang jelas memiliki
sifat yang berguna dan bermanfaat bagi subjek hukum seperti contohnya uang.
9. Dalam aplikasi, dalam implementasi, dalam interaksi sosial, dalam kehidupan sehari-
hari sangat dimungkinkan dan sering terjadi adanya benturan kepentingan antara subjek
hukum yang satu dengan yang lainnya sehingga terjadilah yang namanya saling
menuntut haknya masing-masing. Saudara selaku penegak hukum jika ada yang datang
menghadap saudara bertanya mengenai penyelesaian permasalahan demikian apa yang
akan saudara lakukan ?
Jawab :
Jika ada yang datang menghadap saya bertanya mengenai permasalahan-permasalahan
hukum, maka yang akan saya lakukan adalah:
1) Saya akan menganalisa terlebih dahulu apakah masalah ini masuk kedalam ranah
privat atau ranah publik. Kalau permasalahan yang disampaikan kepada saya tadi
berkaitan dengan masalah privat tentunya cara penyelesaiannya pun akan berbeda
dengan masalah publik. Contohnya ketika masalah itu masuk kedalam ranah
keperdataan, ranah privat maka yang akan saya lakukan adalah cara
penyelesaiannya yang pertama, yaitu dapat dilakukan dan mendahulukan dengan
mengedepankan upaya perdamaian. Karena sifatnya dari ranah privat atau ranah
keperdataan itu adalah peraturan atau ketentuan yang mengatur hubungan antara
subjek hukum yang satu dengan yang lain dalam lalu lintas hukum ini yang menitik
beratkan kepada kepentingan individu. Yang kedua apabila proses perdamaian ini
tidak mendapatkan kesepakatan maka proses ini dapat dilanjutkan kedalam proses
peradilan yaitu mengajukan tuntutan hak atau gugatan melalui pengadilan.
2) Saya analisa terlebih dahulu apabila masalah ini masuk kedalam ranah publik atau
ranah pidana maka penyelesaiannya untuk kasus-kasus pidana umum ini tentunya
akan ada prosedur atau mekanisme yang harus dilalui dan ditempuh sesuai dengan
ketentuan atau peraturannya. Kalau itu kasusnya pidana umum maka bisa
ditekankan melalui proses yang pertama ini yaitu melalui jalur peradilan dengan
melalui institusi kepolisian, di kepolisian itu dilakukannya penyelidikan dan
penyidikan dan dilakukannya berita acara pemeriksaan, saksi, tersangka dan lain-
lainnya. Setelah berkas lengkap dari institusi kepolisian maka selanjutnya perkara
dilimpahkan ke kejaksaan untuk dibuatkan dakwaan. Setelah pihak kejaksaan
membuat surat dakwaan maka langkah selanjutnya berkas perkara dilimpahkan ke
pengadilan untuk selanjutnya diperoses dalam persidangan.
10. Kenapa di Pengadilan ?
Jawab :
Karena pengadilan memiliki mandate atau kewenangan oleh negara.
11. Dipengadilan itu untuk dilaksanakan proses apa ?
Jawab :
Untuk dilakukan proses persidangan. Karena diluar pengadilan tidak ada proses
persidangan. Persidangan hanya dilakukan didalam pengadilan.
12. Proses persidangan kalau untuk persidangan perkara privat atau perkara perdata dengan
perkara pidana itu sama gak proses persidangannya ?
Jawab :
• Proses persidangan perkara perdata
Para pihak diberi kesempatan dan hakim wajib mempasilitasi mereka melakukan
mediasi terlebih dahulu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Apabila
proses mediasi ini tidak mendapatkan titik terang atau kesepakatan oleh para pihak
maka langkah selanjutnya adalah dilakukannya pembacaan gugatan. Setelah
pembacaan gugatan dari pihak penggugat maka sidang dilanjutkan dengan jawaban
dari pihak tergugat. Setelah jawaban dari tergugat maka proses persidangan
selanjutnya pembacaan replik dari penggugat dan kemudian dilanjutkan dengan
pembacaan duplik dari tergugat. Proses persidangan selanjutnya dengan
pembuktian dari penggugat. Setelah pembuktian penggugat kemudia pembuktian
tergugat kemudia konklusi atau kesimpulan selama proses persidangan. Setelah itu
proses putusan pengadilan oleh majelis hakim.
• Proses persidangan perkara pidana
1. Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (kecuali perkara tertentu
dinyatakan tertutup untuk umum);
2. Penuntut Umum diperintahkan untuk menghadapkan terdakwa ke depan
persidangan dalam keadaan bebas;
3. Terdakwa ditanyakan identitasnya dan ditanya apakah sudah menerima salinan
surat dakwaan;
4. Terdakwa ditanya pula apakah dalam keadaan sehat dan bersedia untuk
diperiksa di depan persidangan (kalau bersedia sidang dilanjutkan);
5. Terdakwa ditanyakan apakah akan didampingi oleh Penasihat Hukum (apabila
didampingi apakah akan membawa sendiri, kalau tidak membawa sendiri akan
ditunjuk Penasihat Hukum oleh Majlis Hakim dalam hal terdakwa diancam
dengan pidana penjara lima tahun atau lebih/pasal 56 KUHAP ayat (1);
6. Dilanjutkan pembacaan surat dakwaan;
7. Atas pembacaan surat dakwaan tadi terdakwa (PH) ditanya akan mengajukan
eksepsi atau tidak;
8. Dalam terdakwa/PH mengajukan eksepsi maka diberi kesempatan dan sidang
ditunda;
9. Apabila ada eksepsi dilanjutkan tanggapan Jaksa Penuntut Umum atas eksepsi
(replik);
10. Selanjutnya dibacakan putusan sela oleh Majelis Hakim;
11. Apabila eksepsi ditolak dilanjutkan pemeriksaan pokok perkara (pembuktian)
12. Pemeriksaan saksi-saksi yang diajukan oleh Penuntut Umum (dimulai dari saksi
korban);
13. Dilanjutkan saksi lainnya;
14. Apabila ada saksi yang meringankan diperiksa pula, saksi ahli Witness/expert)
15. Pemeriksaan terhadap terdakwa;
16. Tuntutan (requisitoir);
17. Pembelaan (pledoi);
18. Replik dari Penuntut Umum;
19. Duplik;
20. Putusan pengadilan oleh Majelis Hakim.
13. Setelah adanya putusan dari pengadilan atas perkara tersebut boleh tidak para pihak
merasa keberatan atau menolak putusan majelis hakim tersebut ?
Jawab :
Boleh merasa keberatan atau menolak putusan majelis hakim tersebut dengan
melakukan upaya hukum. Upaya hukum sendiri dibagi menajdi 2 ada upaya hukum
biasa dan upaya hukum luar biasa. Upaya hukum biasa yaitu upaya hukum tingkat
banding yang dilakukan di pengadilan tinggi. Selanjutnya apabila putusan tingkat
banding para pihak masih merasa keberatan atas putusan tersebut maka para pihak
masih bisa melukan upaya hukum kasasi ke mahkamah agung. Apabila masih tidak bisa
diterima oleh para pihak maka upaya hukum selanjutnya adalah upaya hukum luar biasa
atau disebut dengan Peninjauan kembali ke MA.
14. Kenapa dalam proses peradilan ini khususnya dalam proses persidangan dan putusan
dalam suatu perkara itu diberikan dan menajadi kewenangan pengadilan ?
Jawab :
Karena pengadilan itu adalah lembaga atau institusinya yang mendapatkan mandat dari
lembaga diberikan kewenangan untuk mengadili setiap perkara-perkara yang
diselesaikan melalui pengadilan. Sehingga kalau ada putusan diluar pengadilan itu
dianggap tidak memiliki kekuatan hukum yang dianggap inkrah sehingga bisa diproses
kembali di lembaga pengadilan. Tetapi kalau sidang putusan inkrah dilembaga
pengadilan maka perkara itu tidak boleh dilakukan kembali proses pengadilan oleh
pihak manapun.
15. Pengadilan ini dalam melaksanakan kewenangannya untuk mengadili ini batasan dan
hal-hal yang harus diperhatikan ini dalam hal kewenangan mengadili ini apa saja ?
Jawab :
Jadi kewenangan mengadili ini dikenal dengan sebutan kompetensi absolut dan
kompetensi relatif. Kompetensi absolut adalah kewenangan mengadili dari pengadilan
berdasarkan lembaga pengadilan yang mana berhak untuk mengadili. Contohnya kasus
perceraian jika yang beragama muslim maka ke pengadilan agama dan yang beragama
non muslim ke pengadilan negeri setempat. Contoh lainnya anggota militer yang
melakukan pelanggaran pidana maka kewenangan mengadilinya berada di pengadilan
militer. Sedangkan kompetensi relatif adalah kewenangan mengadili dari pengadilan
berdasarkan yuridiksi atau wilayah kewenangan pengadilan yang mana yang berhak
untuk mengadili.
TEORI HUKUM [IBU Rahmi zubaedah, SH., MH]
&
[Pak Pamungkas Satya Putra, SH., MH]
1. Hukum sebagai pranata social ?
Jawab :
Manusia adalah sebagai zoon politicon, artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk
pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi
makhluk yang suka bermasyarakat. Oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk
social.
Hukum sebagai pranata social adalah dikenal dengan istilah “ibi societas ibi ius”
dimana ada masyarakat disitu ada hukum.
Kaidah atau norma adalah ukuran. Untuk itu ada ukuran perintah dan larangan.
2. Manusia dan hukum ?
Jawab :
• Manusia adalah sebagai zoon politicon, artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk
pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya,
jadi makhluk yang suka bermasyarakat. Oleh karena itu manusia disebut sebagai
makhluk social.
• Hukum merupakan kaidah atau aturan yang mengatur mengenai tingkah laku
manusia dalam kehidupan bermasyarakat sehinggda dapat terciptanya ketertiban
dan kepastian hukum, adapun hukum memuat perintah dan larangan.
3. Macam-macam kaidah/norma ?
Jawab :
• Kaidah hukum
Merupakan kaidah yang memiliki sanksi tegas, yang mengatur interaksi atau
hubungan antar individu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Artinya,
jika hukum dilanggar, maka akan ada paksaan yang berwujud ancaman.
• Kaidah agama
Adalah aturan yang berfungsi sebagai petunjuk, pedoman hidup yang berasal dari
tuhan yang disampaikan melalui utusannya yang berisi perintah, larangan, dan
anjuran-anjuran.
• Kaidah kesopanan
Yaitu peraturan hidup bagi tingkah laku manusia yang timbul dari hasil pergaulan
sekelompok itu yang berisi perintah, larangan dan sanksi tertentu. Kaidah
kesopanan bersifat relative, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan
berbeda-beda diberbagai tempat, lingkungan, atau waktu.
• Kaidah kesusilaan
Adalah aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan social sehari-hari.
Itu artinya norma kesusilaan menjadi salah satu kodrat manusia.
4. Perbandingan norma/kaidah ?
Jawab :

NORMA ISI, SIFAT, BENTUK TUJUAN SANKSI


Individual,
Orang beriman,
Perintah, larangan, anjuran universal.
bertakwa,
Agama dari Tuhan. Bentuk tertulis Sanksi dosa dengan
selamat dunia
dan tidak tertulis pembalasan di
akhirat
akhirat
Perintah berupa “suatu”
Orang yang
anjuran yang diharapkan Individual, relatif
beradab
dalam pergaulan universal. Sanksi
Kesusilaan /bersusila dalam
bermasyarakat. Sifat tidak celaan dan
tata pergaulan
memaksa. Bentuk tidak penyesalan
bermasyarakat
tertulis
Perintah berupa anjtan Orang yang Individual, lokal,
berbuat baik. Sifat tidak sopan /baik temporal. Sanksi
Kesopanan
memaksa. Bentuk tidak dalam pergaulan celaan dan
tertulis bermasyarakat dikucilkan
Perintah, larangan. Sifatnya
memaksa dan dapat Sanksi sama bagi
Warga yang
Hukum dipaksakan seluruh warga
patuh hukum
pelaksanaannya. Bentuk negara
tertulis
5. Pengertian hukum ?
Jawab :
• Utrecht
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang berupa perintah dan larangan, yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut
dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah atau penguasa masyarakat.
• Sudiman Kartohadi Projo
Unsur pokok hukum adalah:
a. Sesuatu yang berkenaan dengan manusia
b. Manusia dalam pergaulan hidup
c. Untuk mencapai tata tertib pergaulan hidup
d. Berdasarkan keadilan
• Bellefroid
Hukum adalah peraturan yang berlaku pada suatu masyarakat, mengatur tata tertib
masyarakat tersebut, dan didasarkan atas kekuasaan yang ada di masyarakat itu.
• Imanuel Kant
Keseluruhan syarat-syarat dimana dengan ini kehendak bebas orang dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas orang lain.
• Leon Duquit
Aturan tingkah laku para anggota masyarakat, yang diindahkan oleh anggota
masyarakat sebagai jaminan kepentingan bersama, dan jika dilanggar menimbulkan
reaksi bersama terhadap pelanggar.
• Apeldorn
Tidak ada definisi yang tepat atas hukum.
• Wirjono Prodjo Dikoro
Hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku orang-orang
sebagai anggota masyarakat.
• Hukum adalah sekumpulan peraturan yang di dalamnya terkandung perintah dan
larangan, yang mengikat setiap warga masyarakat dan/atau manusia, dan ketentuan
itu menjadi peraturan hidup suatu masyarakat yang bersifat mengendalikan,
mencegah, mengikat, dan memasa setiap anggota masyarakat dan/atau manusia.
Oleh karena itu peraturan tersebut harus dipatuhi dan ditaati, guna terciptanya
kedamaian, ketentraman, kerukunan, dan keadilan. HUKUM MERUPAKAN
KAIDAH ATAU ATURAN YANG MENGATUR MENGENAI TINGKAH
LAKU MANUSIA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT SEHINGGDA
DAPAT TERCIPTANYA KETERTIBAN DAN KEPASTIAN HUKUM,
ADAPUN HUKUM MEMUAT PERINTAH DAN LARANGAN. Jika dilanggar
akan disanksi tegas.
6. Kaidah hukum ?
Jawab :
Kaidah hukum merupakan ketentuan atau pedoman tentang apa yang seyogya atau
seharusnya dilakukan.
7. Das sollen dan das sein ?
Jawab :
• Das sollen disebut sebagi kaidah hukum yang menerangkan kondisi yang diharapk
an.
• Das sein dianggap sebagai keadaan yang nyata.
8. Arti hukum ?
Jawab :
(1) Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang disususn secara
sistematis atas dasar kekuatan pemikiran.
(2) Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala-
gejala yang dihadapi.
(3) Hukum sebagai kaidah, yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau perikelakuan
yang pantas atau diharapkan.
(4) Hukum sebagai Lembaga social, merupakan himpunan dari kaidah-kaidah, dari
segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan
masyarakat.
(5) Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat kaidah-kaidah
hukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis.
(6) Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang
berhubungan erat dengan penegakan hukum (“law-enforcement officer”).
(7) Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi yang menyangkut
pengambilan keputusan yang idasarkan pada hukum, akan tetapi yang juga
didasarkan pada penilaian pribadi.
(8) Hukum sebagai proses pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal balik antara
unsur-unsur pokok dari system-sistem kenegaraan.
(9) Hukum sebagai sarana system pengendalian social, yang mencakup segala proses
baik yang direncanakan maupun yang tidak, yang bertujuan untuk mendidik,
mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat (dari segala lapisan) agar
mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai.
(10) Hukum sebagai sikap tindak atau perikelakuan ajeg, yaitu perikelakuan yang
diulang-ulang dengan cara yang sama.
9. Hukum sebagai system kaidah ?
Jawab :
• Kaidah hukum dari sudut daya cakup maupun hierarki meliputi kaidah abstrak
atau umum dan kaidah hukum konkrit atau individual.
• Teori “Stufenbau” Hans Kelsen.
• Konstitusi merupakan kaidah tertinggi dari tertib nasional. Sahnya konstitusi
bukanlah didasarkan pada suatu kaidah hukum positif, akan tetapi didasarkan
pada suatu kaidah yang dirumuskan oleh pemikiran yuridis, yang merupakan suatu
kaidah dasar yang hipotetis.
10. Unsur-unsur hukum ?
Jawab :
• Aturan-aturan
• Mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan di masyarakat
• Bersifat konkrit
• Bersumber dari kebiasaan atau dibuat oleh penguasa/badan resmi/pemerintah
• Bentuk tertulis / tidak tertulis
• Bersifat memaksa
• Akibat hukum bagi yang melanggar
11. Ius constitutum = hukum positif ?
Jawab :
Tata hukum yang sah dan berlaku pada waktu tertentu dan di negara tertentu.
12. Waktu berlakunya ?
Jawab :
13. Sumber hukum ? Materil ? Formil ?
Jawab :
• Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dan
sebagainya yang digunakan suatu bangsa sebagai pedoman hidup pada masa
tertentu.
• Sumber hukum segi materiel, yaitu sumber-sumber yang melahirkan isi / materi
hukum.
• Sumber hukum segi formil / bentuk, yaitu sumber-sumber hukum dilihat dari
bentuknya: Undang-Undang, Kebiasaan, Traktat, Yurisprudensi, Doktrin.
• Sumber Hukum Materiil/Tidak Tertulis
Merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, antara lain: kekuatan
politik, situasi sosial ekonomi dsb. Kesemua pandangan itu akan membentuk
pandangan hukum.
• Sumber Hukum Formil/Tertulis
Peraturan perundang-undang, Hukum Kebiasaan, Traktat, Yurisprudensi,
Perjanjian, Doktrin
• Determinan formal membentuk hukum, menentukan berlakunya hukum, tempat
atau sumber dari mana suatu aturan memperoleh kekuatan hukum, berkaitan dengan
bentuk dan cara peraturan formal berlaku, Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan di Indonesia. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Berdasarkan ketentuan dalam
Undang-Undang ini, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan MPR;
c. UU/Perppu;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah Provinsi;
f. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
14. Undang-undang ?
Jawab :
Peraturan Perundang-undangan adalah aturan yang dibentuk oleh alat perlengkapan
negara yang berwenang untuk itu dan mengikat masyarakat.
15. Makna UU ?
Jawab :
• Dalam arti materil.
Semua aturan yang dibuat oleh organ negara dan mengikat masyarakat (peraturan
perundang-undangan).
• Dalam arti formil.
Hanyalah peraturan perundang-undangan yang memenuhi syarat sebagai undang-
undang.
16. Hukum kebiasaan ?
Jawab :
Perbuatan manusia yang dilakukan secara berulang-ulang untuk hal yang sama dapat
menjadi hukum dengan syarat:
• Pola tindak yang berulang-ulang mengenai suatu hal/peristiwa yang sama.
• Ada pendapat masyarakat yang menerima pola yang berulang-ulang itu sebagai
suatu hal yang dipatuhi diterima sebagai aturan yang mengikat (opinio iuris
necissitas)
17. Traktat (perjanjian) ?
Jawab :
Perjanjian internasional antar :
• Negara – Negara
• Negara – Organisasi Internasional
• Sesama Organisasi Internasional
18. Perjanjian atau kontrak ?
Jawab :
• Perjanjian adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih dimana salah satu
pihak mengikatkan dirinya kepada pihak atau dimana keduanya saling mengikatkan
diri.
• Kontrak adalah yang mereka buat menjadi landasan hukum untuk menyelesaikan
persoalan hukum yang terjadi di antara para pihak.
19. Yurisprudensi ?
Jawab :
Putusan hakim (pengadilan) yang memuat peraturan sendiri kemudian diikuti dan
dijadikan dasar putusan oleh hakim yang lain dalam perkara yang sama.
• Kansil. Yurisprudensi adalah putusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan
dijadikan dasar putusan oleh hakim kemudian mengenai masalah yang sama atau
sejenis. Jadi putusan hakim yang tidak diikuti atau dicontoh oleh hakim yang
kemudian, bukan Yurisprudensi.
20. Doktrin ?
Jawab :
Pendapat ahli-ahli hukum yang ternama yang mempunyai pengaruh dalam
pengambilan putusan pengadilan.
21. Stufen Theory ?
Jawab :
• Berlakunya suatu norma itu berlapis- lapis dan berjenjang dalam suatu susunan
hierarki.
• Norma yang satu berlaku atas dasar dan bersumber pada norma lain yang lebih
tinggi, demikian seterusnya ke atas sampai pada suatu norma yang tertinggi, yang
tidak dapat ditelusuri lebih lanjut, yang disebut grundnorm (gn) atau norma dasar
atau ursprungnorm.
• Berlakunya grundnorm tidak berdasar dan bersumber pada norma yang lebih tinggi.
22. Teori Tangga (Hans Kelsen) ?
Jawab :
• Tertib Hukum (Legal Order) merupakan a system of norms yang berbentuk seperti
tangga-tangga piramid.
• Tiap tangga terdapat norma-norma atau kaidah-kaidah.
• Di puncak piramid terdapat norma dasar/grundnorm.
• Di bawah kaidah dasar UUD.
• Dibawah uud terdapat kaidah yang disebut Undang-undang.
• Dibawah undang – undang terdapat peraturan.
• Dibawah peraturan terdapat ketetapan.
• Dasar berlakunya suatu norma terletak pada norma di atasnya.
23. Asas - Asas Perundang- Undangan ?
Jawab :
• Undang-undang tidak berlaku surut.
(1) Asas ini mengandung arti : bahwa orang tidak dapat dikenai hukum atau suatu
ketentuan undang-undang, sebelum ada hukumnya atau undang-undangnya.
(2) Tujuannya : melindung rakyat terhadap tindakan sewenang-wenang dari
penguasa.
(3) O.K.I orang prancis pengoper asas : “nuluum delictum nulla poena sine
praevia lege poenali”, kedalam.
• Undang-undang yang baru membatalkan undang-undang yang terdahulu.
• Undang-undang yang dibuat oleh instansi yang lebih tinggi mempunyai kedudukan
yang lebih tinggi pula.
(1) Asas ini merupakan konsekuensi adanya hierarchi didalam perundang-
undangan.
(2) Konsekuensi lebih lanjut :
a) Ketentuan-ketentuan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan yang lebih tinggi.
b) Ketentuan yang lebih tinggi, tidak dapat diubah dengan ketentuan yang
lebih rendah.
Akibatnya :
Apabila ternyata peraturan perundangan (yang lebih rendah dari undang-undang)
bertentangan dengan undang-undang, maka peraturan tersebut tidak syah dan tidak
berlaku.
• Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang yang
bersifat umum.
Asas : “lex spesialis derogat lex generali”.
Artinya :
Apabila suatu hal tertentu telah diatur di dalam ketentuan-ketentuan yang bersifat
umum dan juga diatur di dalam ketentuan-ketentuan yang khusus, maka yang
berlaku adalah ketentuan yang khusus.
• Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
24. Berakhirnya Kekuatan Berlaku Suatu Undang-Undang ?
Jawab :
1) Jangka waktu berlaku yang telah ditentukan oleh undang-undang telah lampau.
2) Keadaan/ suatu hal memerlukan UU itu sudah tidak ada lagi.
3) Undang-undang tegas dicabut oleh instansi yang membuat UU atau instansi yang
lebih tinggi.
4) Telah diadakan undang-undang baru yang isinya bertentangan dengan UU yang
dulu berlaku.
25. Macam-Macam Sistem Hukum ?
Jawab :
1) Sistem Hukum Eropa Kontinental
 Berkembang di negara -negara eropa daratan.
 Sering disebut sebagai "civil law“.
 Berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran romawi masa
pemerintahan Kaisar Yustinianus Abad VI S.M.
 Kumpulan peraturan hukumnya disebut "corpus juris civilis"
 Dianut, dijadikan dasar perumusan negara- negara : jerman, belanda,
perancis, italia, amerika latin, asia, Indonesia

Prinsip Dasar Sistem Hukum Eropa Kontinental

a. Hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam


peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara
sistematik di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu.
b. Tujuan hukum: kepastian hukum (nilai utama) hanya dapat diwujudkan
kalau tindakan-tindakan hukum manusia di dalam pergaulan hidup diatur
dengan peraturan hukum tertulis.
c. Hakim tidak dapat leluasa menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat.
d. Hakim berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan dalam batas-batas
wewenangnya.
2) Sistem Hukum Anglo – Saxon
 Merupakan sistem hukum positif di Amerika Utara, Kanada, beberapa negara
Asia, Inggris, Australia, Amerika Serikat.
Prinsip Dasar Sistem Hukum Anglo Saxon
 Sumber hukum : putusan-putusan hakim dan atau pengadilan, mewujudkan
kepastian hukum.
 Prinsip- prinsip dan kaidah hukum dibentuk dan menjadi kaidah yang mengikat
umum.
 Sumber-sumber hukum, seperti putusan Hakim, kebiasaan, peraturan tertulis,
undang-undang, dan peraturan administrasi negara tidak tersusun secara
sistematik dalam hierarki tertentu.
 Peranan hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan
dan menafsirkan peraturan hukum saja, juga membentuk seluruh tata kehidupan
masyarakat
 Hakim mempunyai wewenang sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum
yang berlaku dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru.
 Hukum baru akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan
perkara sejenis.
3) System hukum adat
 Sistem hukum adat hanya dalam kehidupan sosial di Indonesia.
 Istilahnya berasal dari Bahasa Belanda "adatrecht", oleh Snouck Hurgronje.
 Pengertian Hukum Adat mengandung makna: Hukum Indonesia dan kesusilaan
masyarakat merupakan Hukum Adat.
 Bersumber pada peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh
berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.
 Bersifat tradisional dengan berpangkal kepada kehendak nenek moyang.
4) Sistem hukum islam
 Dianut oleh masyarakat Arab, berkembang di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika
secara individual/ kelompok.
 Bersumber hukum pada : Al-Quran, Sunah Nabi, Ijma dan Qiyas.
 Dasar hukum: mengatur segi pembangunan, politik, sosial, ekonomi dan
budaya.
 Sistem hukum dalam Hukum Fikih terdiri dari dua hukum pokok yaitu hukum
rohaniah disebut ibadat.
 Hukum duniawi terdiri dari :
a) Muamalat tata tertib hukum antar manusia (jual beli, hukum Tanah, hak
milik dll).
b) Nikah yaitu membentuk keluarga.
c) Jinayat yaitu hukum pidana, ancaman hukuman terhadap hukum allah dan
kejahatan.
FILSAFAT HUKUM [H. Deni Nuryadi, SH., MH]
&
[H. UU Idjuddin Solihin, SH., MH]
1. Filsafat adalah ?
Jawab :
• Kata filsaafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang merupakan gabungan
dari kata “philo” dan “Sophia”. “philo” yang berarti berhasrat, sedangkan “Sophia”
yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian dilihat dari sudut arti kata, maka
filsafat berarti berhasrat akan kebijaksanaan.
• Filsafat merupakan hasil dari karya buah pemikiran manusia.
• Filsafat merupakan pemikiran dari manusia tentang hakekat sesuatu.
• Hakekat sesuatu adalah inti atau dasar sedalam-dalamnya terhadap sesuatu.
2. Asal kata filsafat ?
Jawab :
• Inggris : Philosophy
• Perancis : Philosophie
• Belanda : Filosofie, Wijsbegeerte
• Arab : Falsafah
• Yunani : Philosophia
3. Dua kekuatan yang mewarnai pandangan hidup manusia ?
Jawab :
• Agama, yang bersumber pada wahyu (dalam Islam Al Qur’an)
• Filsafat, yang bersumber pada rasio atau akal
4. Karakteristik berpikir filsafat ?
Jawab :
• Menyeluruh, maksudnya adalah cara berpikir filsafat tidaklah sempit tetapi selalu
melihat persoalan dari tiap sudut yang ada.
• Mendasar, maksudnya adalah untuk dapat menganalisa tiap sudut persoalan perlu
dianalisis secara mendalam.
• Spekulatif, maksudnya bukan menganalisa suatu persoalan dengan untung-
untungan tetapi harus memiliki dasar-dasar yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah
5. Yang kamu ketahui tentang filsafat hukum ?
Jawab :
Filsafat hukum merupakan cabang filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau etika, yang
mempelajari hakekat hukum. Dengan perkataan lain filsafat hukum adalah ilmu yang
mempelajari hukum secara filosofis. Sehingga pada umumnya filsafat hukum adalah
sebagai cabang ilmu filsafat yaitu filsafat etika/moral. Objek pembahasannya adalah
hakekat hukum yaitu inti atau dasar yang sedalam-dalamnya dari hukum. Mempelajari
lebih lanjut mengenai hal-hal yang tidak dapat terjawab oleh ilmu hukum.
6. Filsafat hukum menurut para ahli ?
Jawab :
• Sajipto Rahardjo Filsafat hukum itu yang mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan
mengenai hal yang bersifat dasar dari hukum. misalnya hakekat hukum.
• Mochtar kusumaatmadja filsafat hukum merupakan salah satu cabang dari
filsafat yang mempelajari hakekat hukum.
• Soerjono soekanto filsafat hukum merupakan perenungan dan perumusan nilai-
nilai juga mencakup penyerasian nilai-nilai. Misalnya penyerasian antara ketertiban
dan ketentraman, konservatisme dengan pembaharuan.
• Filsafat hukum merupakan suatu cabang dari filsafat yaitu filsafat etika.
Filsafat hukum itu mempelajari hakekat dari hukum yang mempelajari inti
dari sedalam-dalamnya dari hukum. Masalah-masalah yang tidak terjawab
tidak terbahas dalam teori hukum itu dibahas lebih lanjut didalam filsafat
hukum.
7. Dalam pohon filsafat ?
Jawab :
• Filsafat manusia lazimnya disebut sebagai pohon dari filsafat (genus filsafat)
• Filsafat etika lazimnya disebut sebagai cabang dari filsafat (species filsafat)
• Filsafat hukum lazimnya disebut sebagai ranting dari filsafat (sub species filsafat)
8. Apa yang kamu ketahui tentang hakekat hukum itu ?
Jawab :
• Menurut Teori Hukum Alam, hukum itu adalah perumusan akal tentang keadilan.
• Aliran Postivisme, hukum itu merupakan perintah penguasa atau kehendak negara.
• Historische Rechtschule, hukum itu merupakan rumusan pengalaman.

Maka dapat disimpulkan bahwa hukum itu sesuatu yang berkenaan dengan manusia.
Hanya ada hukum jika ada manusia. Ketergantungan hukum pada manusia, maka orang
hanya mungkin berfilsafat tentang hukum jika terlebih dulu berfilsafat tentang manusia
karena filsafat hukum dapat berguna bagi masyarakat.

Dengan demikian dalam pohon filsafat manusia, maka filsafat etika merupakan salah
satu cabangnya, sedangkan filsafat hukum merupakan rantingnya dari pohon filsafat
manusia. Filsafat manusia merupakan Genus filsafat sedangkan Filsafat etika adalah
species filsafat yang memiliki filsafat hukum sebagai sub-species-nya.
9. Tempat filsafat hukum dalam kerangka filsafat pada umum ?
Jawab :
Yang dimaksud dengan filsafat adalah filo yaitu cinta dan sofie adalah kebijaksanaan
maka inti rumusannya adalah filsafat adalah karya manusia tentang hakekat sesuatu.
Tempat filsafat adalah kerangka filsafat yang berupa Karya manusia terdiri dari raga,
rasa dan rasio. Filsafat adalah hasil pemikiran dari manusia tentang hakekat sesuatu,
adapun hakekat sesuatu adalah inti atau dasar yang sedalam-dalamnya dari sesuatu.
Kaitannya dengan filsafat hukum yaitu hukum itu merupakan sesuatu yang berkenaan
dengan manusia yakni ketika manusia berinteraksi dengan orang lain sehingga
Aristoteles menyebutnya dengan Zoon Politicon bahwa manusia adalah makhluk
social. Kaitannya dengan Ibi Societas dan Ibi Ius artinya dimana ada masyarakat
disitu ada hukum.
10. Perbedaan filsafat etika dan filsafat hukum ?
Jawab :
Persamaan :
• sama-sama membahas aturan tingkah laku manusia dalam pergaulannya di
masyarakat dan sama-sama merupakan filsafat praktis yaitu filsafat yang harus
mendapat pelaksanaan dari masyarakat.
• Ethika (bhs Yunani) adat kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk
melakukan perbuatan;
• Objek etika segala perbuatan manusia untuk ditetapkan apakah perbuatan tersebut
termasuk kebaikan atau keburukan.
Perbedaan :
• Filsafat etika lebih luas daripada filsafat hukum, karena yang dibahas dalam filsafat
etika, selain norma hukum juga norma-norma lainnya. Sedangkan dalam Filsafat
hukum hanya membahas kaedah-kaedah hukum saja.
11. Manfaat Filsafat Hukum ?
Jawab :
• Secara praktis, untuk menjelaskan peranan hukum dalam pembangunan dengan
memberikan perhatian khusus pada ajaran Sociological yurisprudence dan
pragmatic Legal realism;
• Fungsinya, untuk menempatkan hukum pada tempat dan perspektif yang tepat,
sebagai bagian dari usaha manusia untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih
layak untuk didiami.
• (Mochtar Kusumaatmadja) Mata kuliah filsafat hukum di tingkat akhir fungsinya
untuk menempatkan hukum dalam tempat dan perspektif yang tepat sebagai bagian
dari usaha manusia menjadikan dunia ini suatu tempat yang lebih pantas untuk
didiaminya.
• (Lili Rasjidi) Memperluas cakrawala pandang sehingga dapatmemahami dan
mengkaji dengan kritis atas hukum dengan penafsirannya yang berlaku secara
kontekstual, dan analisis tentang pandangan antropologis yang melandasi tata
hukum dan atau dalam kaitan dengan tujuan yang hendak diwujudkannya pada
pelbagai situasi konkrit yang selalu berkembang.
12. Gunanya mempelajari filsafat hukum ?
Jawab :
Filsafat hukum berusaha mencari landasan etis dari pada hukum, untuk dijadikan
pedoman dalam pembentukan hukum positif. Contoh : Lembaga gadai merupakan
suatu lembaga yang hidup dan sangat dibutuhkan dalam masyarakat pedesaan. Tetapi
biasanya gadai itu dikenakan bunga yang sangat tinggi. Gadai belum ada undang
undangnya hanya ada di kuhperdata tetapi gadai ini sangkat dibutuhkan. Jika ingin
membentuk undang-undang maka dipertimbangkan bunganya jangan terlalu tinggi.
13. Ruang Lingkup Pembahasan Filsafat Hukum ?
Jawab :
Istilah yang digunakan : Philosophy of Law atau Legal Philosophy; Jurisprudence, dan
Legal Theory. Menurut Mochtar K, ada satu istilah lagi Recht Philosophy dari Hans
Nawiasky. Saat ini ruang lingkup filsafat hukum adalah mempelajari mengenai
permasalahan-permasalahan yang terkait dengan tujuan hukum dalam kehidupan
sehari-hari terutama masalah ketertiban dan keadilan yang menyangkut masalah;
Hubungan hukum dan kekuasaan, Hubungan hukum dengan nilai sosial budaya,
Mengapa negara berhak menghukum seseorang, Apa sebab orang mentaati hukum, dll.
14. Perbedaan Filsafat Hukum dan Teori Hukum ?
Jawab :
Antara Filsafat Hukum dengan Teori Hukum tidak dapat dipisahkan, meainkan hanya
dapat dibedakan saja, artinya hubungan tersebut sangat erat. Hal ini dapat dilihat dari :
• Segi literatur
Jurisprudence (paton) dan Legal Theory (Friedman) merupakan istilah campuran/
gabungan dari Filsafat hukum dan Teori hukum
• Segi materinya
Baik filsafat hukum maupun Teori hukum sama-sama membahas hukum secara
umum masalah-masalah yang tidak bisa dipecahkan dalam teori hukum dibahas
lebih lanjut dalam filsafat hukum.
• Adapun perbedaannya yaitu :
Teori hukum berguna bagi orang-orang yang melaksanakan hukum positif yang
ada, sedang filsafat hukum berguna bagi pembentuk hukum. Teori hukum
membahas kerangka luar dari hukum sedang filsafat hukum membahas hakekat
daripada hukum.
15. Perbedaan Kaidah Hukum dengan Kaidah Lainnya ?
Jawab :
• Pentaatannya memaksa dan dapat dipaksakan
a. Sanksi tegas, jelas, teratur rapih dalam undang-undang yang sanksinya
dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga yang berwenang.
b. Mengatur keseimbangan ketika terjadi benturan kepentingan (perselisihan
hukum) dalam masyarakat.
c. Hanya mengatur yang bersifat lahiriah. Bathin diatur oleh ethika.
• Tugas Kaedah hukum bersifat dwi tunggal, merupakan sepasang nilai yang tidak
jarang bersitegang:
a. Memberikan kepastian dalam hukum;
b. Memberikan kesebandingan dalam hukum.
16. Kaidah hukum atau norma ?
Jawab :
Norma atau kaidah adalah ketentuan hidup yang mengatur tingkah laku manusia dalam
masyarakat. Jadi yang diatur oleh norma atau kaidah oleh hukum adalah tingkah
lakunya. Mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat itu ada yang mengatur
hubungan pribadi dan antar pribadi. Mengatur hubungan pribadi yaitu antara individu
dengan tuhannya sang pencipta (norma agama dan norma kesusilaan) sedangkan
hubungan antar pribadi ada norma kesopanan dan norma hukum.
17. Apakah Hukum Itu ?
Jawab :
• Prof. Mochtar: Memandang hukum dalam pengertian yang menyeluruh, baik dari
segi normatif maupun dari segi sosiologis. Artinya: Bahwa pengertian hukum yg
memadai harus tidak memandang hukum itu sebagi suatu perangkat kaedah dan
azas-azas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi harus pula
mencakup lembaga-lembaga dan proses-proses untuk mewujudkan hukum itu
dalam kenyataan.
• Pengertian hukum dari Prof. Mochtar jika dihubungkan dengan aliran-aliran yang
ada dalam filsafat hukum, maka akan mencakup dua aliran, yaitu:
a. Aliran “Rechtpositivisme”, yang mengandung makna hukum dalam arti
normatif, yaitu hukum sebagai separangkat kaidah dan azas;
b. Aliran “Sociological Jurisprudence”, yang memandang hukum dalam arti
sosiologis sebagai lembaga-lembaga dan proses-proses di dalam masyarakat.
18. Pengertian-Pengertian Hukum ?
Jawab :
a. Subyek Hukum, ialah manusia tau badan hukum yang menurut hukum dapat
menjadi pemegang hak.
b. Badan hukum, adalah subyek hukum yang bukan manusia, yakni suatu badan yang
berdiri sendiri, mempunyai tanggungjawab dan hak yang berpisah dari anggotanya.
c. Obyek hukum, ialah segala sesuatu yang dapat dikuasai oleh subyek hukum
(benda).
d. Hukum Obyektif, adalah peraturan yang bersifat umum yang mengatur suatu
hubungan hukum (KUHPidana, KUHPerdata, dll).
e. Hukum Subyektif, ialah Kekuasaan yang diberikan oleh hukum obyektif kepada
seseorang sebagai akibat terjadinya suatu hubungan hukum.
f. Hukum Materiil, adalah peraturan yang berisi perintah atau larangan. (KUHPidana,
KUHPerdata, dll).
g. Hukum Formal atau Hukum Acara, ialah peraturan yang berisi tata cara untuk
menyelesaikan apabila hukum materiil dilanggar. (KUHAP)
h. Sumber Hukum Materil, ialah tenga pendorong yang memberikan corak kepada isi
hukum.
i. Sumber Hukum Formal, ialah bentuk-bentuk tertentu di mana hukum dapat
diketemukan. (Undang2, kebiasaan, yurisprudensi, traktat dan doktrin).
j. Undang-Undang Materil, ialah setiap peraturan yang isinya mengikat umum.
(UUD, UU, PP)
k. Undang-Undang Formal, ialah peraturan yang karena bentuknya dapat disebutkan
undang-undang.
l. Peristiwa Hukum, ialah setiap peristiwa yang akibatnya diatur dengan hukum.
m. Perbuatan Hukum, ialah setiap perbuatan yang akibatnya dikehendaki oleh
pembuat, dan akibat itu diatur dengan hukum. (spt : Jual Beli).
19. Perbedaan Jurisprudence dengan Jurisprudensi ?
Jawab :
a. Jurisprudence
Suatu istilah atau nama lain dari Filsafat hukum yang mengandung pengertian
antara teori hukum dan filsafat hukum.
b. Jurisprudensi
Adalah hukum yang dibentuk atas dasar putusan-putusan pengadilan, putusan-
putusan mana telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan pasti. Dan
digunakan dalam memutus suatu perkara.
20. 2 Kebutuhan Yang Mendorong Pemikiran Filsafat Tentang Hukum ?
Jawab :
a. Kepentingan masyarakat yang sangat besar dalam keselamatan umum.
b. Tekanan dari kepentingan masyarakat yang kurang langsung, serta kebutuhan akan
merukunkannya dengan kebutuhan umum.
21. Sejarah ?
Jawab :
a. Zaman purbakala
b. Abad pertengahan
c. Zaman reinansance dan zaman baru
d. Zaman modern
22. Aliran Filsafat Hukum ?
Jawab :
a. Aliran Hukum Alam, beranggapan bahwa hukum itu berlaku universal dan bersifat
abadi. Imanuel kant
b. Aliran Hukum Positif, bahwa hukum merupakan perintah penguasa. John austin
c. Mazhab Sejarah, aliran ini berpendapat bahwa hukum itu tidak bisa dibuat tetapi
tumbuh dan berkembang bersama dalam masyarakat dan hukum tersebut bersumber
dari jiwa masyarakat oleh karena itu hukum akan berbeda pada setiap waktu dan
tempat.
d. Aliran Socialogical Yurisprudence, hukum yang baik adalah yang sesuai dengan
hukum yang dihup didalam masyarakat. Hukum merupakan sebagai pranata sosial
atau hukum sebagai alat untuk membangun masyarakat. Eugen ehrluch
e. Aliran Pragmatic Legal Realis, berkonsepsi bahwa hukum itu sebagai alat
perubahan masyarakat atau law as a tool of social engineering dan sumber
pemikirannya adalah logika dan pengalaman.
23. Masalah-Masalah Yang Dibahas Dalam Filsafat Hukum ?
Jawab :
a. Masalah Tujuan Hukum
Secara filosofis masalah tujuan hukum bisa ditinjau dari dua segi yaitu dalam arti
tradisional dan dalam arti modern. Tujuan hukum dalam arti tradisional yaitu untuk
mengatur dan memelihara ketertiban dan keadilan. Tujuan hukum menurut :
(a) Aristoteles : Untuk mewujudkan keadilan
(b) Van Kan : Menjamin kepastian dalam pergaulan manusia
(c) Van Apeldoorn : mengatur tata tertib masyarakat secara adil dan damai
(d) Roscoe Pound : sebagai alat untuk membangun masyarakat.
• Ketertiban merupakan tujuan yang sangat fundamental, tanpa terselenggara
ketertiban terlebih dahulu, tidak bisa mencapai tujuan hukum yang lain.
Sebelum adanya ketertiban dalam masyarakat, terlebih dahulu harus
terselenggara kepastian hukum dan untuk menjamin adanya kepastian hukum
bisa ditempuh melalui sistim kodifikasi ataupun jurisprudensi.
• Karena kodifikasi merupakan suatu usaha untuk menyusun dalam bentuk yang
sistematis dan teratur, akedah hukum yang tercerai berai dalam masyarakat.
Dengan adanya kodifikasi itu sendiri, maka akan membawa pembaharuan
hukum, Univikasi hukum dan Kepastian hukum serta akan membatasi
kekuasaan sewenanng-wenang dari penguasa. Tujuan hukum tradisional ini
bersifat abstrak, karena masih mengandung dunia cita-cita, yaitu keadilan.
Tujuan hukum dalam arti modern, bahwa selain ketertiban dan keadilan, juga
hukum berfungsi sebagai sarana pembaharuan masyarakat bersifat konkrit yang
secara nyata dapat direalisir di dalam masyarakat yang modern.
b. Masalah Mengapa orang Mentaati Hukum
Secara sosiologis orang mentaati hukum karena berbagai alasan yaitu karena :
(a) Alasan yuridis, bahwa hukum itu dikeluarkan oleh penguasa
(b) Alasan Sosiologis, karena sudah merupakan kebiasaan
(c) Alasan yuridis, bahwa hukum itu dikeluarkan oleh penguasa
(d) Alasan Sosiologis, karena sudah merupakan kebiasaan
Secara filosofis ada beberapa teori tentang mengapa orang mentaati hukum karena:
(1) Teori Kedaulatan Tuhan; bahwa hukum itu berasal serta merupakan kehendak
atau kemauan Tuhan dan manusia sebagai ciptaan Tuhan wajib tunduk dan taat
pada hukum Tuhan.
(2) Toeri Perjanjian Masyarakat; Orang taat dan tunduk pada hukum oleh karena
berjanji untuk mentaatinya. Hukum dianggap sebagai kehendak bersama, suatu
hasil konsensus (perjanjian) dari segenap anggota masyarakat.
(3) Teori Kedaulatan Negara; Hukum ditaati oleh warga negara karena memang
negara menghendakinya. Hukum merupakan “Wille des Staates”. Orang tunduk
pada hukum karena merasa wajib mentaatinya. Pendapat ini dikemukakan oleh
Hans Kelsen.
(4) Teori Kedaulatan Hukum; Hukum mengikat bukan karena negara
menghendakinya, tetapi lebih disebabkan karena merupakan perumusan dari
kesadaran hukum rakyat. Kesadaran hukum tersebut berpangkal pada perasaan
hukum setiap individu yaitu perasaan bagaimana seharusnya hukum itu
dikemukakan oleh Prof. Mr. H. Krabbe.
c. Masalah mengapa Negara Berhak Menghukum
(1) Teori kedaulatan tuhan
Negara merupakan wakil Tuhan di dunia yang memiliki kekuasaan penuh untuk
menyelenggarakan ketertiban di dunia. Para pelanggar ketertiban perlu
memperoleh hukuman agar ketertiban hukum tetap terjamin.
(2) Teori perjanjian masyarakat
Manusia itu sendiri menghendaki adanya kedamaian dan ketentraman di
masyarakat, mereka telah berjanji untuk mentaati segala ketentuan yang dibuat
oleh negara yang telah diberi kuasa. Untuk itu apabila ada yang melanggar
ketentuan yang telah ditetapkan, maka negara berhak untuk menghukum
pelanggar ketertiban.
(3) Teori kedaulatan negara
Karena negara yang berdaulat menciptakan hukum, maka hanya negara itu
sendiri yang bergerak menghukum seseorang yang mencoba mengganggu
ketertiban dalam masyarakat.
(4) Teori kedaulatan hukum
Hukum itu bersifat mengikat bukan karena dikehendaki oleh negara namun
lebih dikarenakan kesadaran hukum dari masyarkat itu sendiri.
d. Masalah Keadilan
Keadilan merupakan salah satu tujuan dari hukum selain dari kepastian hukum itu
sendiri dan juga kemanfaatan hukum. Makna adil dalam khazanah filsafat hukum
masih menjadi perdebatan. Keadilan itu sendiri terkait dengan pendistribusian yang
merata antara hak dan kewajiban asasi manusia.
e. Masalah hubungan Hukum dan Kekuasaan
Hubungan hukum dan kekuasaan dirumuskan dalam slogan, sebagaimana
dikemukan oleh “BLAISE PLASCAL”. Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-
angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman/kedzaliman. Hubungan hukum
dan kekuasaan terjadi karena hukum pada dasarnya bersifat memaksa, dan
kekuasaan dipergunakan untuk mendukung hukum agar ditaati oleh anggota
masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka semakin
berkurang diperlukan dukungan kekuasaan untuk melaksanakan hukum Hukum dan
Kekuasaan.
Bahwa dalam penerapannya, hukum memerlukan kekuasaan untuk mendukungnya.
Ini merupakan ciri utama yang membedakan antara norma hukum dengan norma-
norma sosial lainnya dan norma agama. Hukum itu sendiri sebenarnya adalah
kekuasaan, dimana hukum merupakan salah satu sumber dari pada kekuasaan di
samping sumber-sumber lainnya seperti kekuatan (fisik dan ekonomi, kewibawaan,
intelegensia dan moral). Selain itu, hukum pun merupakan pembatas bagi
kekuasaan, karena kekuasaan cenderung untuk diselewengkan (power tend to
corrupt).
f. Masalah Hak dan Kewajiban
Terdapat dua pandangan yaitu :
(a) Bahwa tidak akan ada hak tanpa adanya kewajiban terhadapnya, atau
sebaliknya. Contoh jika saya memiliki hak terhadap seseorang, maka orang ini
mempunyai kewajiban tertentu kepada saya. Juga misalnya, kalau saya
berkewajiban untuk melakukan perbuatan tertentu kepada seseorang, orang ini
memiliki hak tertentu pada saya.
(b) Terdapat perbedaan antara kewajiban relatif dan kewajiban yang mutlak.
Hakekat hak ialah selalu melekat pada seseorang. Jika kewajiban itu ditujukan
pada masyarakat atau pada kelompok masyarakat, ini berarti bahwa hak itu
tidak melekat pada orang tertentu, kewajiban yang dilakukan bersifat relative.
Lain halnya pada yang bersifat mutlak.
Seseorang yang berutang wajib membayar utangnya kepada yang berpiutang,
kewajiban ini mutlak harus dilakukan. Kewajiban yang bersifat relatif misalnya
kewajiban seseorang untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan
masyarakat, dapat dilakukan atau tidak, tidak terdapat secara hukum yang
mengharuskan perbuatan itu dilakukan
g. Masalah Hubungan Hukum Alam Dengan Hukum Positif
Para filsuf pertama (Anaximander), mengakui adanya hukum alam dan
menganggap, baik hukum alam maupun hukum positif merupakan bagian dari
aturan Ketuhanan. Manusia sebagai bagian dari alam semesta harus menyesuaikan
diri dengan keharusan alam yang bersifat alamiah agar terwujud keadilan.
Segala kekurangan dan kekosongan yang dialami oleh hukum positif, diisi dan
dipenuhi oleh hukum alam. Sebab bagaimanapun juga, sebagai buatan manusia
tidak ada hukum positif yang bersifat sempurna.
h. Masalah Hak Milik
Hak milik adalah hubungan antara seseorang dengan suatu benda yang membentuk
hak pemilikian terhadap benda tersebut. Hak ini merupakan suatu himpunan hak-
hak yang kesemuanya merupakan hak-hak in rem atau disebut juga hak yang
konkrit, yakni suatu kewajiban yang dikenakan kepada orang-orang pada
umumnya.
TIM 2
TEORI HUKUM [IBU RANI, S.H., M.H]
1. Sidang Kompre ?
Jawab :
Evaluasi mahasiswa yang basis kompetensinya berdasarkan pendekatan teoritis,
filosofis, dan aplikatif sesuai dengan disiplin ilmunya. Saya akan diuji kemampuan
mengenai teori-teori hukum, filsafat-filsafat hukum dan aplikasi di bidang hukum
karena sesuai dengan disiplin ilmu yang saya pelajari.
2. Hukum apa ?
Jawab :
Hukum adalah sekumpulan peraturan yang di dalamnya terkandung perintah dan
larangan, yang mengikat setiap warga masyarakat dan/atau manusia, dan ketentuan itu
menjadi peraturan hidup suatu masyarakat yang bersifat mengendalikan, mencegah,
mengikat, dan memasa setiap anggota masyarakat dan/atau manusia. Oleh karena itu
peraturan tersebut harus dipatuhi dan ditaati, guna terciptanya kedamaian, ketentraman,
kerukunan, dan keadilan. HUKUM MERUPAKAN KAIDAH ATAU ATURAN
YANG MENGATUR MENGENAI TINGKAH LAKU MANUSIA DALAM
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT SEHINGGDA DAPAT TERCIPTANYA
KETERTIBAN DAN KEPASTIAN HUKUM, ADAPUN HUKUM MEMUAT
PERINTAH DAN LARANGAN. Jika dilanggar akan disanksi tegas.
3. Teori hukum menurut ahli ?
Jawab :
• Hans Kelsen
Menurut Hans Kelsen, teori hukum merupakan ilmu pengetahuan mengenai hukum
yang berlaku dan bukan hanya mengenai hukum yang seharusnya. Yang dimaksud
dari teori hukum menurut beliau adalah teori hukum murni, yang juga bisa disebut
sebagai teori hukum positif. Teori hukum murni ini menurut Kelsen adalah sebuah
teori hukum yang bersifat positif. Teori hukum murni atau teori hukum positif yang
dimaksud karena hanya menjelaskan hukum serta berupaya untuk membersihkan
objek penjelasan dari segala hal yang tidak memiliki sangkut paut dengan hukum.
Sebagai teori, Hans Kelsen juga menjelaskan apa yang dimaksud dari hukum dan
bagaimana hukum tersebut ada.
• Friedman
Teori hukum menurut Friedman adalah sebuah ilmu pengetahuan yang di dalamnya
mempelajari esensi hukum yang memiliki kaitan antara filsafat hukum di satu sisi
dengan teori politik yang berada di sisi lainya. Disiplin teori hukum yang ada tidak
mendapatkan tempat menjadi sebuah ilmu yang mandiri, oleh sebab itu disiplin
teori hukum harus mendapatkan tempat di dalam disiplin ilmu hukum yang
memiliki sifat mandiri.
• Ian Mc Leod
Ian Mc Leod juga mengemukakan pendapatnya mengenai definisi dari teori hukum.
Menurutnya, teori hukum merupakan sesuatu yang menjadi pengarah kepada
analisis teoritik secara sistematis terhadap berbagai sifat dasar hukum, aturan
hukum maupun institusi hukum secara umum.
• John Finch
Definisi dari teori hukum juga disampaikan oleh John Finch yang mengartikannya
sebagai studi yang di dalamnya meliputi karakteristik esensial yang ada pada
hukum serta kebiasaan yang memiliki sifat umum yang ada pada suatu sistem
hukum dalam tujuan menganalisis berbagai unsur dasar yang menjadikannya
sebuah hukum serta membedakannya dengan peraturan lain.
• Jan Gijssels dan Mark van Hoecke
Jan Gijssels dan Mark van Hoecke mendefinisikan teori hukum sebagai ilmu yang
memiliki sifat menerangkan maupun menjelaskan mengenai hukum. Teori hukum
sendiri dapat diartikan sebagai sebuah disiplin materi yang pada perkembangannya
dipengaruhi dan memiliki kaitan yang besar dengan ajaran hukum umum. Jan
Gijssels dan Mark van Hoecke juga memandang bahwa terdapat kesinambungan
antara ajaran hukum umum yang ada dan terbagi menjadi dua aspek yang ada di
bawah ini. Teori hukum merupakan kelanjutan dari ajaran hukum umum yang
memiliki objek disiplin mandiri, yang diantaranya yaitu dogmatik hukum yang
berada di satu sisi dengan filsafat hukum yang berada di sisi lainnya. Dalam
perkembangannya, teori hukum juga diakui sebagai disiplin ketiga disamping
dalam fungsinya untuk melengkapi filsafat hukum serta dogmatik hukum, yang
masing-masing memiliki wilayah serta nilai nya sendiri. Teori hukum juga
dipandang sebagai ilmu a-normatif yang memiliki bebas nilai yang membuatnya
berbeda dari disiplin lain.
• Bruggink
Bruggink dalam kajiannya mengartikan teori hukum sebagai seluruh pernyataan
yang saling berkaitan satu sama lain dengan sistem konseptual yang ada pada aturan
hukum serta putusan hukum. Sistem tersebut digunakan untuk sebagian dan yang
terpenting dipositifkan. Pengertian teori hukum dari Bruggink sendiri memiliki
makna ganda, yaitu definisi teori sebagai produk dan juga proses.
• Arief Sidharta
Arief Sidharta mengemukakan bahwa teori ilmu hukum atau rechtstheorie secara
umum dapat didefinisikan sebagai sebuah ilmu maupun disiplin hukum yang jika
dilihat melalui perspektif interdisipliner serta eksternal secara kritis dapat
digunakan untuk menganalisis berbagai aspek gejala hukum, baik secara sendiri
maupun secara keseluruhan, baik di dalam konsep teoritisnya maupun dengan
praktisnya, yang memiliki tujuan dalam mendapatkan pemahaman lebih baik serta
dapat memberikan penjelasan sejelas mungkin berhubungan dengan bahan hukum
yang tersaji dan kegiatan yuridis yang ada pada kenyataan masyarakat.
4. Norma ada apa aja ?
Jawab :

NORMA ISI, SIFAT, BENTUK TUJUAN SANKSI


Individual,
Orang beriman,
Perintah, larangan, anjuran universal.
bertakwa,
Agama dari Tuhan. Bentuk tertulis Sanksi dosa dengan
selamat dunia
dan tidak tertulis pembalasan di
akhirat
akhirat
Perintah berupa “suatu”
Orang yang
anjuran yang diharapkan Individual, relatif
beradab
dalam pergaulan universal. Sanksi
Kesusilaan /bersusila dalam
bermasyarakat. Sifat tidak celaan dan
tata pergaulan
memaksa. Bentuk tidak penyesalan
bermasyarakat
tertulis
Perintah berupa anjtan Orang yang Individual, lokal,
berbuat baik. Sifat tidak sopan /baik temporal. Sanksi
Kesopanan
memaksa. Bentuk tidak dalam pergaulan celaan dan
tertulis bermasyarakat dikucilkan
Perintah, larangan. Sifatnya
memaksa dan dapat Sanksi sama bagi
Warga yang
Hukum dipaksakan seluruh warga
patuh hukum
pelaksanaannya. Bentuk negara
tertulis
5. Asas konkordansi ?
Jawab :
Asas Konkordansi adalah suatu asas yang melandasi diberlakukannya hukum Eropa
atau hukum di negeri Belanda pada masa itu untuk diberlakukan juga kepada Golongan
Eropa yang ada di Hindia Belanda (Indonesia pada masa itu). Dengan kata lain,
terhadap orang Eropa yang berada di Indonesia diberlakukan hukum perdata asalnya
yaitu hukum perdata yang berlaku di negeri Belanda. Asas Konkordansi yang tertera
dalam Pasal 131 Indische Staatsregeling (“IS”) untuk orang Eropa sudah berlaku
semenjak permulaan kekuasaan Belanda menduduki Indonesia. Contoh perundang-
undangan yang diberlakukan atas asas konkordansi adalah Burgerlijke Wetboek (Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata) dan Wetboek van Koophandel (Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang).
6. Asas kebebasan berkontrak ?
Jawab :
Salah satu asas hukum yang dianut dalam hukum perjanjian adalah “asas kebebasan
berkontrak”, yang berarti setiap orang bebas untuk mengadakan suatu perjanjian yang
memuat syarat-syarat perjanjian macam apapun, sepanjang perjanjian itu dibuat secara
sah dan beritikad baik, serta tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Pasal
1338 ayat 1 memberikan dasar bagi para pihak akan adanya asas kebebasan berkontrak
Pasal 1338 ayat (1) menentukan bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya”.
7. Asas Konsesualisme ?
Jawab :
Yang dimaksud dengan asas konsensualisme yaitu para pihak yang mengadakan
perjanjian itu harus sepakat, setuju, atau seiya sekata mengenai hal-hal yang pokok
dalam perjanjian yang diadakan itu. Asas ini tercantum dalam salah satu syarat sahnya
perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata. Asas konsensualisme dapat disimpulkan
dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPer. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu
syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Apa
yang dikehendaki oleh pihak satu, dikehendaki juga oleh pihak yang lain. Untuk sahnya
suatu perjanjian diperlukan empat syarat adalah :
• Kata Sepakat antara Para Pihak yang Mengikatkan Diri Kata sepakat antara para
pihak yang mengikatkan diri, yakni para pihak yang mengadakan perjanjian harus
saling setuju dan seia sekata dalam hal yang pokok dari perjanjian yang akan
diadakan tersebut.
• Cakap untuk Membuat Suatu Perjanjian Cakap untuk membuat suatu perjanjian,
artinya bahwa para pihak harus cakap menurut hukum, yaitu telah dewasa (berusia
21 tahun) dan tidak di bawah pengampuan.
• Mengenai Suatu Hal Tertentu Mengenai suatu hal tertentu, artinya apa yang akan
diperjanjikan harus jelas dan terinci (jenis, jumlah, dan harga) atau keterangan
terhadap objek, diketahui hak dan kewajiban tiap-tiap pihak, sehingga tidak akan
terjadi suatu perselisihan antara para pihak.
• Suatu sebab yang Halal Suatu sebab yang halal, artinya isi perjanjian itu harus
mempunyai tujuan (causa) yang diperbolehkan oleh undang-undang, kesusilaan,
atau ketertiban umum
8. Asas Kepercayaan ?
Jawab :
Asas kepercayaan adalah seseorang yang mengadakan kontrak dengan pihak lain, harus
dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diantara kedua belah pihak yang mana satu sama
lain akan memenuhi prestasinya tanpa adanya kepercayaan maka kontrak tidak
mungkin akan diadakan oleh para pihak
9. Asas Kekuatan Mengikat ?
Jawab :
Asas kekuatan mengikatnya perjanjian disebut juga dengan asas pacta sunt servanda
merupakan asas yang berhubungan dengan akibat dari suatu perjanjian. Asas pacta sunt
servanda termuat dalan ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUPerdata yang menyatakan
bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya”. Artinya bahwa undang-undang mengakui dan
menempatkan posisi perjanjian yang dibuat oleh para pihak sejajar dengan pembuatan
undang-undang.
10. Asas Persamaan hukum ?
Jawab :
Salah satu prinsip atau asas penting dari suatu negara hukum ialah asas persamaan di
hadapan hukum (equality before the law). Asas tersebut menegaskan bahwa setiap
warga negara bersamaan kedudukannya di hadapan hukum dengan tidak ada
pengecualian. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menegaskan semua warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum. Setiap warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam Hukum dan Pemerintahan dan wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya. Persamaan di hadapan hukum yang diartikan akan
memberikan jaminan adanya akses untuk memperoleh keadilan (access to justice) bagi
semua orang tanpa memperdulikan latar belakangnya. Bukan rahasia umum kondisi
hukum ketika berhadapan dengan orang yang memiliki kekuasaan, baik itu kekuasaan
politik maupun uang, maka hukum menjadi tumpul. Tetapi, ketika berhadapan dengan
orang lemah, yang tidak mempunyai kekuasaan dan sebagainya, Hukum bisa sangat
tajam. Asas persamaan dihadapan hukum belum terimplementasi dengan baik. Artinya,
dalam melakukan penegakan hukum, aparat penegak hukum masih membedakan, siapa
yang melakukan perbuatan melawan hukum. Mereka akan mendapatkan perlakuan
yang berbeda dalam penanganan perkaranya. Adanya perbedaan perlakuan hukum
antara mereka yang memiliki uang dan yang tak memiliki uang. Mereka yang
mempunyai kekuasaan akan berbeda perlakuannya dengan masyarakat biasa ketika
sama-sama melakukan pelanggaran hukum.
11. Asas Keseimbangan ?
Jawab :
Asas keseimbangan adalah suatu asas yang menghendaki pertukaran hak dan kewajiban
sesuai proporsi para pihak yang membuat perjanjian. Asas keseimbangan merupakan
suatu asas yang adanya keseimbangan antara hukuman jabatan dan kelalaian atau
kealpaan seorang pegawai. Misalnya, seorang pegawai swasta melakukan tugas
mengetik laporan dan ada kesalahan yang tidak sengaja dan langsung dipecat, hal ini
tidak seimbang dengan hukuman yang diberikan.
12. Asas Kepastian Hukum ?
Jawab :
Yang dimaksud dengan "Asas Kepastian Hukum" adalah asas dalam negara hukum
yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan
dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara. Maksudnya asas ini menghendaki
dihormatinya hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan suatu keputusan badan
atau pejabat administrasi negara. Contoh: a) Pungutan pajak harus berdasarkan
peraturan perundang undangan, jika tidak dapat dikatakan pemerasan.
13. Asas Moral ?
Jawab :
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar yaitu suatu perbuatan sukarela dari
seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak
debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan
dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk
meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan
motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan
pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya.
14. Das sei, Das solen ?
Jawab :
Das sollen disebut kaidah hukum yang menerangkan kondisi yang diharapkan.
Sedangkan das sein dianggap sebagai keadaan yang nyata.
15. Kodifikasi hukum ?
Jawab :
Kodifikasi Hukum: pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab uu secara
sistematis dan lengkap. Tujuannya untuk memperoleh kepastian hukum,
penyederhanaan hukum, dan kesatuan hukum.
Kodifikasi (pembukuan aturan-aturan sejenis, sistematis, lengkap. Contoh: KUH
Perdata, KUH Pidana, KUH Dagang.
Non kodifikasi. Contoh:UU Perbankan, UU Pasar Modal, UU Kesehatan, UU Energi,
UU UMKM
16. Sumber hukum ? Materil ? Formil ?
Jawab :
• Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dan
sebagainya yang digunakan suatu bangsa sebagai pedoman hidup pada masa
tertentu.
• Sumber hukum segi materiel, yaitu sumber-sumber yang melahirkan isi / materi
hukum.
• Sumber hukum segi formil / bentuk, yaitu sumber-sumber hukum dilihat dari
bentuknya: Undang-Undang, Kebiasaan, Traktat, Yurisprudensi, Doktrin.
• Sumber Hukum Materiil/Tidak Tertulis
Merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, antara lain: kekuatan
politik, situasi sosial ekonomi dsb. Kesemua pandangan itu akan membentuk
pandangan hukum.
• Sumber Hukum Formil/Tertulis
Peraturan perundang-undang, Hukum Kebiasaan, Traktat, Yurisprudensi,
Perjanjian, Doktrin
• Determinan formal membentuk hukum, menentukan berlakunya hukum, tempat
atau sumber dari mana suatu aturan memperoleh kekuatan hukum, berkaitan dengan
bentuk dan cara peraturan formal berlaku, Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan di Indonesia. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Berdasarkan ketentuan dalam
Undang-Undang ini, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia adalah sebagai berikut:
g. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
h. Ketetapan MPR;
i. UU/Perppu;
j. Peraturan Presiden;
k. Peraturan Daerah Provinsi;
l. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
17. Hukum privat ? Hukum Publik ?
Jawab :
• HUKUM PRIVAT (HUKUM SIPIL)
Hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang yang satu dengan yang
lain, dengan menitik beratkan kepada kepentingan perorangan . (hukum perdata)
• HUKUM PUBLIK (HUKUM NEGARA)
Hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat-alat perlengkapan atau
hubungan antara negara dengan perorangan (warga negara) (hukum pidana).
18. AKAN MENANYAKAN YANG TERKAIT DENGAN SKRIPSI
Filsafat Hukum [Ibu. Grassia Indri, S.H., M.H]

1. Pengertian filsafat hukum ?


Jawab :
Filsafat hukum merupakan cabang filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau etika, yang
mempelajari hakekat hukum. Dengan perkataan lain filsafat hukum adalah ilmu yang
mempelajari hukum secara filosofis. Sehingga pada umumnya filsafat hukum adalah
sebagai cabang ilmu filsafat yaitu filsafat etika/moral. Objek pembahasannya adalah
hakekat hukum yaitu inti atau dasar yang sedalam-dalamnya dari hukum. Mempelajari
lebih lanjut mengenai hal-hal yang tidak dapat terjawab oleh ilmu hukum.
2. Pengertian filsafat hukum menurut para ahli ?
Jawab :
• Sajipto Rahardjo Filsafat hukum itu yang mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan
mengenai hal yang bersifat dasar dari hukum. misalnya hakekat hukum.
• Mochtar kusumaatmadja filsafat hukum merupakan salah satu cabang dari
filsafat yang mempelajari hakekat hukum.
• Soerjono soekanto filsafat hukum merupakan perenungan dan perumusan nilai-
nilai juga mencakup penyerasian nilai-nilai. Misalnya penyerasian antara ketertiban
dan ketentraman, konservatisme dengan pembaharuan.
3. Objek Filsafat ?
Jawab :
Objek filsafat adalah hukum itu sendiri. Dimana bagaimana dikaji secara dasar atau
terperinci mengenai apa yang ada dalam hukum itu yang disebut dengan hakekat. Objek
formalnya adalah apa yang menjadi landasan kekuatan mengikat dari hukum danatas
dasar kritertia apa hukum dapat dinilai keadilannya. Dari dua pertanyaan tersebut
terkandung masalah tujuan hukum hubungan hukum dan kekuasaan serta hubungan
hukum dan moral. Jawaban atas dua pertanyaan tersebut, ditentukan oleh pendirian
yang dianut tentang eksistensi manusia dan kedudukannya di alam semesta. Yakni oleh
pandangan hidup yang meliputi keyakinan tentang hubungan antara manusia dan alam,
manusia dengan sesamanya dan manusia dengan Tuhan.
4. Tempat Filsafat Hukum ?
Jawab :
Yang dimaksud dengan filsafat adalah filo yaitu cinta dan sofie adalah kebijaksanaan
maka inti rumusannya adalah filsafat adalah karya manusia tentang hakekat sesuatu.
Tempat filsafat adalah kerangka filsafat yang berupa Karya manusia terdiri dari raga,
rasa dan rasio. Filsafat adalah hasil pemikiran dari manusia tentang hakekat sesuatu,
adapun hakekat sesuatu adalah inti atau dasar yang sedalam-dalamnya dari sesuatu.
5. Arti Kata Filsafat ?
Jawab :
• Inggris : Philosophy
• Perancis : Philosophie
• Belanda : Filosofie, Wijsbegeerte
• Arab : Falsafah
• Yunani : Philosophia
6. Dua Kekuatan Yang Mewarnai Pandangan Hidup Manusia ?
Jawab :
• Agama, yang bersumber pada wahyu (dalam Islam Al Qur’an)
• Filsafat, yang bersumber pada rasio atau akal
7. Karakteristik Berfikir Filsafat ?
Jawab :
• Menyeluruh, adalah cara berpikir filsafat tidaklah sempit tetapi selalu melihat
persoalaan dari tiap sudut yang ada;
• Mendasar, adalah untuk dapat menganalisa tiap sudut persoalan perlu dianalisis
secara mendalam;
• Spekulatif, adalah bukan menganakisa suatu persoalan dengan untung-untungan
tetapi harus memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
8. Hakekat Hukum ?
Jawab :
• Teori Hukum Alam, hukum itu adalah perumusan akal tentang keadilan;
• Aliran positivism, hukum itu merupakan perintah penguasa atau kehendak negara;
• Historische rechschuke, hukum itu merupakan rumusan pengalaman.
Maka dapat disimpulkan bahwa hukum itu sesuatu yang berkenaan dengan manusia.
Hanya ada hukum jika ada manusia. Ketergantungan hukum pada manusia, maka orang
hanya mungkin berfilsafat tentang hukum jika terlebih dulu berfilsafat tentang manusia
karena filsafat hukum dapat berguna bagi masyarakat.
Dengan demikian dalam pohon filsafat manusia, maka filsafat etika merupakan salah
satu cabangnya, sedangkan filsafat hukum merupakan rantingnya dari pohon filsafat
manusia. Filsafat manusia merupakan Genus filsafat sedangkan Filsafat etika adalah
species filsafat yang memiliki filsafat hukum sebagai sub-species-nya.
9. Perbedaan filsafat etika dan filsafat hukum ?
Jawab :
Persamaan :
• sama-sama membahas aturan tingkah laku manusia dalam pergaulannya di
masyarakat dan sama-sama merupakan filsafat praktis yaitu filsafat yang harus
mendapat pelaksanaan dari masyarakat.
• Ethika (bhs Yunani) adat kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk
melakukan perbuatan;
• Objek etika segala perbuatan manusia untuk ditetapkan apakah perbuatan tersebut
termasuk kebaikan atau keburukan.
Perbedaan :
• Filsafat etika lebih luas daripada filsafat hukum, karena yang dibahas dalam filsafat
etika, selain norma hukum juga norma-norma lainnya. Sedangkan dalam Filsafat
hukum hanya membahas kaedah-kaedah hukum saja.
10. Manfaat Filsafat Hukum ?
Jawab :
• Secara praktis, untuk menjelaskan peranan hukum dalam pembangunan dengan
memberikan perhatian khusus pada ajaran Sociological yurisprudence dan
pragmatic Legal realism;
• Fungsinya, untuk menempatkan hukum pada tempat dan perspektif yang tepat,
sebagai bagian dari usaha manusia untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih
layak untuk didiami.
• (Mochtar Kusumaatmadja) Mata kuliah filsafat hukum di tingkat akhir fungsinya
untuk menempatkan hukum dalam tempat dan perspektif yang tepat sebagai bagian
dari usaha manusia menjadikan dunia ini suatu tempat yang lebih pantas untuk
didiaminya.
• (Lili Rasjidi) Memperluas cakrawala pandang sehingga dapatmemahami dan
mengkaji dengan kritis atas hukum dengan penafsirannya yang berlaku secara
kontekstual, dan analisis tentang pandangan antropologis yang melandasi tata
hukum dan atau dalam kaitan dengan tujuan yang hendak diwujudkannya pada
pelbagai situasi konkrit yang selalu berkembang.
11. Gunanya mempelajari filsafat hukum ?
Jawab :
Filsafat hukum berusaha mencari landasan etis dari pada hukum, untuk dijadikan
pedoman dalam pembentukan hukum positif. Contoh : Lembaga gadai merupakan
suatu lembaga yang hidup dan sangat dibutuhkan dalam masyarakat pedesaan. Tetapi
biasanya gadai itu dikenakan bunga yang sangat tinggi. Gadai belum ada undang
undangnya hanya ada di kuhperdata tetapi gadai ini sangkat dibutuhkan. Jika ingin
membentuk undang-undang maka dipertimbangkan bunganya jangan terlalu tinggi.
12. Ruang Lingkup Pembahasan Filsafat Hukum ?
Jawab :
Istilah yang digunakan : Philosophy of Law atau Legal Philosophy; Jurisprudence, dan
Legal Theory. Menurut Mochtar K, ada satu istilah lagi Recht Philosophy dari Hans
Nawiasky. Saat ini ruang lingkup filsafat hukum adalah mempelajari mengenai
permasalahan-permasalahan yang terkait dengan tujuan hukum dalam kehidupan
sehari-hari terutama masalah ketertiban dan keadilan yang menyangkut masalah;
Hubungan hukum dan kekuasaan, Hubungan hukum dengan nilai sosial budaya,
Mengapa negara berhak menghukum seseorang, Apa sebab orang mentaati hukum, dll.
13. Perbedaan Filsafat Hukum dan Teori Hukum ?
Jawab :
Antara Filsafat Hukum dengan Teori Hukum tidak dapat dipisahkan, meainkan hanya
dapat dibedakan saja, artinya hubungan tersebut sangat erat. Hal ini dapat dilihat dari :
• Segi literatur
Jurisprudence (paton) dan Legal Theory (Friedman) merupakan istilah campuran/
gabungan dari Filsafat hukum dan Teori hukum
• Segi materinya
Baik filsafat hukum maupun Teori hukum sama-sama membahas hukum secara
umum masalah-masalah yang tidak bisa dipecahkan dalam teori hukum dibahas
lebih lanjut dalam filsafat hukum.
• Adapun perbedaannya yaitu :
Teori hukum berguna bagi orang-orang yang melaksanakan hukum positif yang
ada, sedang filsafat hukum berguna bagi pembentuk hukum. Teori hukum
membahas kerangka luar dari hukum sedang filsafat hukum membahas hakekat
daripada hukum.
14. Perbedaan Kaidah Hukum dengan Kaidah Lainnya ?
Jawab :
• Pentaatannya memaksa dan dapat dipaksakan
d. Sanksi tegas, jelas, teratur rapih dalam undang-undang yang sanksinya
dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga yang berwenang.
e. Mengatur keseimbangan ketika terjadi benturan kepentingan (perselisihan
hukum) dalam masyarakat.
f. Hanya mengatur yang bersifat lahiriah. Bathin diatur oleh ethika.
• Tugas Kaedah hukum bersifat dwi tunggal, merupakan sepasang nilai yang tidak
jarang bersitegang:
c. Memberikan kepastian dalam hukum;
d. Memberikan kesebandingan dalam hukum.
15. Apakah Hukum Itu ?
Jawab :
• Prof. Mochtar: Memandang hukum dalam pengertian yang menyeluruh, baik dari
segi normatif maupun dari segi sosiologis. Artinya: Bahwa pengertian hukum yg
memadai harus tidak memandang hukum itu sebagi suatu perangkat kaedah dan
azas-azas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi harus pula
mencakup lembaga-lembaga dan proses-proses untuk mewujudkan hukum itu
dalam kenyataan.
• Pengertian hukum dari Prof. Mochtar jika dihubungkan dengan aliran-aliran yang
ada dalam filsafat hukum, maka akan mencakup dua aliran, yaitu:
c. Aliran “Rechtpositivisme”, yang mengandung makna hukum dalam arti
normatif, yaitu hukum sebagai separangkat kaidah dan azas;
d. Aliran “Sociological Jurisprudence”, yang memandang hukum dalam arti
sosiologis sebagai lembaga-lembaga dan proses-proses di dalam masyarakat.
16. Pengertian-Pengertian Hukum ?
Jawab :
n. Subyek Hukum, ialah manusia tau badan hukum yang menurut hukum dapat
menjadi pemegang hak.
o. Badan hukum, adalah subyek hukum yang bukan manusia, yakni suatu badan yang
berdiri sendiri, mempunyai tanggungjawab dan hak yang berpisah dari anggotanya.
p. Obyek hukum, ialah segala sesuatu yang dapat dikuasai oleh subyek hukum
(benda).
q. Hukum Obyektif, adalah peraturan yang bersifat umum yang mengatur suatu
hubungan hukum (KUHPidana, KUHPerdata, dll).
r. Hukum Subyektif, ialah Kekuasaan yang diberikan oleh hukum obyektif kepada
seseorang sebagai akibat terjadinya suatu hubungan hukum.
s. Hukum Materiil, adalah peraturan yang berisi perintah atau larangan. (KUHPidana,
KUHPerdata, dll).
t. Hukum Formal atau Hukum Acara, ialah peraturan yang berisi tata cara untuk
menyelesaikan apabila hukum materiil dilanggar. (KUHAP)
u. Sumber Hukum Materil, ialah tenga pendorong yang memberikan corak kepada isi
hukum.
v. Sumber Hukum Formal, ialah bentuk-bentuk tertentu di mana hukum dapat
diketemukan. (Undang2, kebiasaan, yurisprudensi, traktat dan doktrin).
w. Undang-Undang Materil, ialah setiap peraturan yang isinya mengikat umum.
(UUD, UU, PP)
x. Undang-Undang Formal, ialah peraturan yang karena bentuknya dapat disebutkan
undang-undang.
y. Peristiwa Hukum, ialah setiap peristiwa yang akibatnya diatur dengan hukum.
z. Perbuatan Hukum, ialah setiap perbuatan yang akibatnya dikehendaki oleh
pembuat, dan akibat itu diatur dengan hukum. (spt : Jual Beli).
17. Perbedaan Jurisprudence dengan Jurisprudensi ?
Jawab :
c. Jurisprudence
Suatu istilah atau nama lain dari Filsafat hukum yang mengandung pengertian
antara teori hukum dan filsafat hukum.
d. Jurisprudensi
Adalah hukum yang dibentuk atas dasar putusan-putusan pengadilan, putusan-
putusan mana telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan pasti. Dan
digunakan dalam memutus suatu perkara.
18. 2 Kebutuhan Yang Mendorong Pemikiran Filsafat Tentang Hukum ?
Jawab :
c. Kepentingan masyarakat yang sangat besar dalam keselamatan umum.
d. Tekanan dari kepentingan masyarakat yang kurang langsung, serta kebutuhan akan
merukunkannya dengan kebutuhan umum.
19. Sejarah ?
Jawab :
e. Zaman purbakala
f. Abad pertengahan
g. Zaman reinansance dan zaman baru
h. Zaman modern
20. Aliran Filsafat Hukum ?
Jawab :
f. Aliran Hukum Alam, beranggapan bahwa hukum itu berlaku universal dan bersifat
abadi. Imanuel kant
g. Aliran Hukum Positif, bahwa hukum merupakan perintah penguasa. John austin
h. Mazhab Sejarah, aliran ini berpendapat bahwa hukum itu tidak bisa dibuat tetapi
tumbuh dan berkembang bersama dalam masyarakat dan hukum tersebut bersumber
dari jiwa masyarakat oleh karena itu hukum akan berbeda pada setiap waktu dan
tempat.
i. Aliran Socialogical Yurisprudence, hukum yang baik adalah yang sesuai dengan
hukum yang dihup didalam masyarakat. Hukum merupakan sebagai pranata sosial
atau hukum sebagai alat untuk membangun masyarakat. Eugen ehrluch
j. Aliran Pragmatic Legal Realis, berkonsepsi bahwa hukum itu sebagai alat
perubahan masyarakat atau law as a tool of social engineering dan sumber
pemikirannya adalah logika dan pengalaman.
21. Masalah-Masalah Yang Dibahas Dalam Filsafat Hukum ?
Jawab :
i. Masalah Tujuan Hukum
Secara filosofis masalah tujuan hukum bisa ditinjau dari dua segi yaitu dalam arti
tradisional dan dalam arti modern. Tujuan hukum dalam arti tradisional yaitu untuk
mengatur dan memelihara ketertiban dan keadilan. Tujuan hukum menurut :
(e) Aristoteles : Untuk mewujudkan keadilan
(f) Van Kan : Menjamin kepastian dalam pergaulan manusia
(g) Van Apeldoorn : mengatur tata tertib masyarakat secara adil dan damai
(h) Roscoe Pound : sebagai alat untuk membangun masyarakat.
• Ketertiban merupakan tujuan yang sangat fundamental, tanpa terselenggara
ketertiban terlebih dahulu, tidak bisa mencapai tujuan hukum yang lain.
Sebelum adanya ketertiban dalam masyarakat, terlebih dahulu harus
terselenggara kepastian hukum dan untuk menjamin adanya kepastian hukum
bisa ditempuh melalui sistim kodifikasi ataupun jurisprudensi.
• Karena kodifikasi merupakan suatu usaha untuk menyusun dalam bentuk yang
sistematis dan teratur, akedah hukum yang tercerai berai dalam masyarakat.
Dengan adanya kodifikasi itu sendiri, maka akan membawa pembaharuan
hukum, Univikasi hukum dan Kepastian hukum serta akan membatasi
kekuasaan sewenanng-wenang dari penguasa. Tujuan hukum tradisional ini
bersifat abstrak, karena masih mengandung dunia cita-cita, yaitu keadilan.
Tujuan hukum dalam arti modern, bahwa selain ketertiban dan keadilan, juga
hukum berfungsi sebagai sarana pembaharuan masyarakat bersifat konkrit yang
secara nyata dapat direalisir di dalam masyarakat yang modern.
j. Masalah Mengapa orang Mentaati Hukum
Secara sosiologis orang mentaati hukum karena berbagai alasan yaitu karena :
(e) Alasan yuridis, bahwa hukum itu dikeluarkan oleh penguasa
(f) Alasan Sosiologis, karena sudah merupakan kebiasaan
(g) Alasan yuridis, bahwa hukum itu dikeluarkan oleh penguasa
(h) Alasan Sosiologis, karena sudah merupakan kebiasaan
Secara filosofis ada beberapa teori tentang mengapa orang mentaati hukum karena:
(5) Teori Kedaulatan Tuhan; bahwa hukum itu berasal serta merupakan kehendak
atau kemauan Tuhan dan manusia sebagai ciptaan Tuhan wajib tunduk dan taat
pada hukum Tuhan.
(6) Toeri Perjanjian Masyarakat; Orang taat dan tunduk pada hukum oleh karena
berjanji untuk mentaatinya. Hukum dianggap sebagai kehendak bersama, suatu
hasil konsensus (perjanjian) dari segenap anggota masyarakat.
(7) Teori Kedaulatan Negara; Hukum ditaati oleh warga negara karena memang
negara menghendakinya. Hukum merupakan “Wille des Staates”. Orang tunduk
pada hukum karena merasa wajib mentaatinya. Pendapat ini dikemukakan oleh
Hans Kelsen.
(8) Teori Kedaulatan Hukum; Hukum mengikat bukan karena negara
menghendakinya, tetapi lebih disebabkan karena merupakan perumusan dari
kesadaran hukum rakyat. Kesadaran hukum tersebut berpangkal pada perasaan
hukum setiap individu yaitu perasaan bagaimana seharusnya hukum itu
dikemukakan oleh Prof. Mr. H. Krabbe.
k. Masalah mengapa Negara Berhak Menghukum
(5) Teori kedaulatan tuhan
Negara merupakan wakil Tuhan di dunia yang memiliki kekuasaan penuh untuk
menyelenggarakan ketertiban di dunia. Para pelanggar ketertiban perlu
memperoleh hukuman agar ketertiban hukum tetap terjamin.
(6) Teori perjanjian masyarakat
Manusia itu sendiri menghendaki adanya kedamaian dan ketentraman di
masyarakat, mereka telah berjanji untuk mentaati segala ketentuan yang dibuat
oleh negara yang telah diberi kuasa. Untuk itu apabila ada yang melanggar
ketentuan yang telah ditetapkan, maka negara berhak untuk menghukum
pelanggar ketertiban.
(7) Teori kedaulatan negara
Karena negara yang berdaulat menciptakan hukum, maka hanya negara itu
sendiri yang bergerak menghukum seseorang yang mencoba mengganggu
ketertiban dalam masyarakat.
(8) Teori kedaulatan hukum
Hukum itu bersifat mengikat bukan karena dikehendaki oleh negara namun
lebih dikarenakan kesadaran hukum dari masyarkat itu sendiri.
l. Masalah Keadilan
Keadilan merupakan salah satu tujuan dari hukum selain dari kepastian hukum itu
sendiri dan juga kemanfaatan hukum. Makna adil dalam khazanah filsafat hukum
masih menjadi perdebatan. Keadilan itu sendiri terkait dengan pendistribusian yang
merata antara hak dan kewajiban asasi manusia.
m. Masalah hubungan Hukum dan Kekuasaan
Hubungan hukum dan kekuasaan dirumuskan dalam slogan, sebagaimana
dikemukan oleh “BLAISE PLASCAL”. Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-
angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman/kedzaliman. Hubungan hukum
dan kekuasaan terjadi karena hukum pada dasarnya bersifat memaksa, dan
kekuasaan dipergunakan untuk mendukung hukum agar ditaati oleh anggota
masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka semakin
berkurang diperlukan dukungan kekuasaan untuk melaksanakan hukum Hukum dan
Kekuasaan.
Bahwa dalam penerapannya, hukum memerlukan kekuasaan untuk mendukungnya.
Ini merupakan ciri utama yang membedakan antara norma hukum dengan norma-
norma sosial lainnya dan norma agama. Hukum itu sendiri sebenarnya adalah
kekuasaan, dimana hukum merupakan salah satu sumber dari pada kekuasaan di
samping sumber-sumber lainnya seperti kekuatan (fisik dan ekonomi, kewibawaan,
intelegensia dan moral). Selain itu, hukum pun merupakan pembatas bagi
kekuasaan, karena kekuasaan cenderung untuk diselewengkan (power tend to
corrupt).
n. Masalah Hak dan Kewajiban
Terdapat dua pandangan yaitu :
(c) Bahwa tidak akan ada hak tanpa adanya kewajiban terhadapnya, atau
sebaliknya. Contoh jika saya memiliki hak terhadap seseorang, maka orang ini
mempunyai kewajiban tertentu kepada saya. Juga misalnya, kalau saya
berkewajiban untuk melakukan perbuatan tertentu kepada seseorang, orang ini
memiliki hak tertentu pada saya.
(d) Terdapat perbedaan antara kewajiban relatif dan kewajiban yang mutlak.
Hakekat hak ialah selalu melekat pada seseorang. Jika kewajiban itu ditujukan
pada masyarakat atau pada kelompok masyarakat, ini berarti bahwa hak itu
tidak melekat pada orang tertentu, kewajiban yang dilakukan bersifat relative.
Lain halnya pada yang bersifat mutlak.
Seseorang yang berutang wajib membayar utangnya kepada yang berpiutang,
kewajiban ini mutlak harus dilakukan. Kewajiban yang bersifat relatif misalnya
kewajiban seseorang untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan
masyarakat, dapat dilakukan atau tidak, tidak terdapat secara hukum yang
mengharuskan perbuatan itu dilakukan
o. Masalah Hubungan Hukum Alam Dengan Hukum Positif
Para filsuf pertama (Anaximander), mengakui adanya hukum alam dan
menganggap, baik hukum alam maupun hukum positif merupakan bagian dari
aturan Ketuhanan. Manusia sebagai bagian dari alam semesta harus menyesuaikan
diri dengan keharusan alam yang bersifat alamiah agar terwujud keadilan.
Segala kekurangan dan kekosongan yang dialami oleh hukum positif, diisi dan
dipenuhi oleh hukum alam. Sebab bagaimanapun juga, sebagai buatan manusia
tidak ada hukum positif yang bersifat sempurna.
p. Masalah Hak Milik
Hak milik adalah hubungan antara seseorang dengan suatu benda yang membentuk
hak pemilikian terhadap benda tersebut. Hak ini merupakan suatu himpunan hak-
hak yang kesemuanya merupakan hak-hak in rem atau disebut juga hak yang
konkrit, yakni suatu kewajiban yang dikenakan kepada orang-orang pada
umumnya.
APLIKASI HUKUM [Dr. Imam Budi Santoso, SH., MH]
Sidang Komprehensif merupakan ujian yang dilaksanakan dalam rangka mengukur
kemampuan dan penguasaan mahasiswa berdasarkan keilmuan masing-masing. Dikarenakan
disiplin ilmu yang dipelajari adalah ilmu hukum, maka yang akan diu Sidang Komprehensif
merupakan ujian yang dilaksanakan dalam rangka mengukur kemampuan dan penguasaan
mahasiswa berdasarkan keilmuan masing-masing. Dikarenakan disiplin ilmu yang dipelajari
adalah ilmu hukum, maka yang akan diujikan adalah teori hukum, filsafat hukum dan aplikasi
hukum.
A. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
1. Dasar Hukum
a. Dasar Hukum Materil yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Bagian Kedua tentang Ketenagakerjaan Pasal 81 sampai Pasal 186).
b. Dasar hukum Formil yaitu Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
2. Pengertian
Yaitu perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau
gabungan pengusaha dengan pekerja atau buruh atau serikat pekerja atau buruh karena
adanya perselisihan mengenai hak, kepentingan, pemutusan hubungan kerja dan
perselisihan antar serikat pekerja atau buruh dalam satu perusahaan. (Pasal 1 angka 1
UU PPHI).
3. Kewenangan Peradilan PHI
a. PHI adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan pengadilan negeri yang
berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan
hubungan industrial (Pasal 1 angka 17 UU PPHI).
b. Hakim Kasasi adalah Hakim Agung dan Hakim Ad-Hoc pada MA yang
berwenang untuk memeriksa mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan
hubungan industrial (Pasal 1 angka 20 UUPPHI).
c. Jenis Perselisihan Hubungan Industial
1) Perselisihan hak
Perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya
perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan
perundangundangan, perjanjian kerja, peraturan perusa-haan, atau perjanjian
kerja bersama. (Pasal 1 angka 2).
2) Perselisihan kepentingan
Perselisihan yg timbul dlm hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian
pendapat mengenai pembuatan, dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yg
ditetapkan dlm perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama. (Pasal 1 angka 3).
3) Perselisihan pemutusan hubungan kerja
Perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. (Pasal 1
angka 4).
4) Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan.
Perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat
buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian
paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikat
pekerjaan. (Pasal 1 angka 5).
4. Tata Cara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
a. Bipatrit
Dalam perselisihan hubungan industrial, cara penyelesaian yang dilakukan terlebih
dahulu adalah melalui perundingan bipartid. Para pihak membuat risalah yang
ditandatangani, dengan memuat sekurangnya hal-hal berikut:
1) Nama lengkap dan alamat para pihak
2) Tanggal dan tempat perundingan
3) Pokok masalah atau alasan perselisihan
4) Pendapat para pihak
5) Kesimpulan atau hasil perundingan
6) Tanggal serta tanda tangan para pihak yang melakukan perundingan.
Jangka waktu melaksanakan perundingan bipatrit adalah 30 hari. Apabila para
pihak tidak dapat menemukan kesepakatan maka akan dilanjutkan ke perundingan
tripatrit, dalam kegagalan menemukan kesepakatan tersebut maka salah satu pihak
harus mencatatkan ke instansi yg bertanggung jawab terkait ketenagakerjaan
dengan melampirkan bukti-bukti bahwa telah dilakukan upaya bipartid.
Apabila tidak dilampirkan bukti maka akan dikembalikan untuk dilengkapi dengan
jangka waktu 7 hari. Setelah berkas lengkap, instansi akan menawarkan upaya
hukum lain yaitu konsiliasi atau arbitrase. Apabila dalam 7 hari tidak menetapkan
upaya hukum apa yang dipilih, maka akan dilimpahkan ke mediator. Namun jika
kedua belah pihak menemukan kesepakatan maka dibuat perjanjian bersama dan
didaftarkan ke pengadilan hubungan industrial dimana perusahaan berada.
b. Tripatrit
1) Mediasi
Mediasi dapat dilakukan ketika sudah dilimpahkan perselisihannya ke mediator
dikarenakan tidak tercapainya suatu upaya bipatrit dan tidak menetapkan upaya
hukum lain yang ditawarkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Jangka
waktunya adalah 30 hari dan dalam 7 hari harus sudah mengadakan penelitian
tentang duduk perkara dan memulai sidang mediasi.
Jika sepakat maka dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh para
pihak, kemudian Perjanjian Bersama tersebut didaftarkan ke Pengadilan Hub.
Industrial untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran. Jika tidak sepakat maka
maka mediator membuat anjuran tertulis, kemudian para pihak akan membuat
jawaban tertulis apakah menerima atau menolak anjuran mediator. Jawaban
akan dianggap menolak apabila tidak menanggapi, para pihak yang menolak
anjuran kemudian dapat melakukan gugatan ke Pengadilan Hub. Industrial.
(pasal 1 angka 11 dan 12 UU 2/2004).
2) Konsiliasi
Konsiliasi dilakukan oleh konsiliator di instansi ketenagakerjaan kab/kota
dimana pekerja/buruh bekerja. Para pihak mengajukan permintaan penyelesaian
secara tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk dan disepakati para pihak.
Dalam 7 hari sejak penunjukan konsiliator harus sudah mempelajari duduk
perkara, dan memulai sidang pada hari ke 8.
Jika para pihak sepakat maka membuat perjanjian bersama yang ditandatangani,
yang disaksikan oleh konsiliator, kemudian Perjanjian Bersama itu didaftarkan
ke Pengadilan Hub. Industrial untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran. Jika
tidak maka akan dibuat anjuran tertulis kemudian diterima atau tidak. Jika
diterima maka dibuat perjanjian bersama jika titolak maka para pihak dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Hub. Industrial. (pasal 1 angka 13 dan 14
UU 2/2004).
3) Arbitrase
Merupakan penyelesaian perselisihan diluar pengadilan hubungan industrial.
Dalam arbitrase maka jalan yang ditempuh adalah membuat kesepakatan
tertulis berisi pernyataan para pihak untuk menyelesaikan perselisihan
hubungan industrial kepada arbiter, putusan arbiter ini bersifat findal dan
mengikat para pihak yang berselisih. (pasal 1 angka 15 dan 16 UU 2/2204).
Para pihak dapat memilih arbiter tunggal atau gasal paling banyak 3 arbiter,
dengan arbiter ketiga dipilih oleh par arbiter. Apabila para pihak yang berselisih
tidak mencapai kesepakatan dalam menentukan arbiter, maka dapat
mengajukan permohonan pengangkatan arbiter ke Ketua Pengadilan.
Penunjukan arbiter tersebut dilakukan secara tertulis.
Upaya utama dari arbitrase adalah mendamaikan para pihak. Apabila sepakat
damai, maka dibuat akta perdamaian yang kemudian didaftarkan ke Pengadilan
Hub. Industrial. Apabila tidak sepakat berdamai, maka sidang arbitrase
dilanjutkan. Para pihak berhak menyampaikan dan menjelaskan bukti-bukti
terkait. Setelah tercapai putusan arbitrase, maka didaftarkan ke Pengadilan Hub.
Industrial.
4) Pengadilan PHI
Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di
lingkungan Pengadilan Negeri Kabupaten/Kota yang berada di setiap ibukota
Provinsi yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap
perselisihan hubungan industrial yang daerah hukumnya meliputi tempat kerja
pekerja (pasal 1 angka 17 UU 2/2204).
Para pihak yang tidak menyetujui atau menolak dapat mengajukan gugatan ke
pengadilan. Menurut pasal 56 UU 2/2004, Pengadilan Hubungan Industrial
mempunyai kompetensi absolut untuk memeriksa dan memutus:
(1) Di tingkat pertama mengenai perselisihan hak
(2) Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan
(3) Di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja
(4) Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan
Penyelesaian melalui pengadilan dilakukan dengan mengajukan gugatan oleh
para pihak yang berselisih. Gugatan tersebut harus melampirkan bukti-bukti
risalah bahwa telah dilakukan upaya hukum mediasi atau konsiliasi. Apabila
tidak dilampirkan, maka gugatan tidak diterima. Adapun dalam pengadilan
hubungan industrial terdapat :
(1) Pengadilan cara biasa
(2) Pengadilan cepat
5. Perbedaan Mediator dan Konsiliator
Konsiliator bertugas tidak hanya sebagai fasilitator, seperti mediator, namun juga
bertugas untuk menyampaikan pendapat tentang duduk persoalan, memberikan saran-
saran yang meliputi keuntungan dan kerugian dan mengupayakan tercapainya suatu
kesepakatan kepada pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketa.
Sehingga dapat diketahui bahwa peran mediator lebih condong kepada membantu
merumuskan kesepakatan damai antara para pihak yang bersengketa dengan posisi
netral dan tidak mengambil keputusan tanpa menggunakan cara memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Setelah dikeluarkannya kesepakatan perdamaian,
mediator kemudian mengajukannya agar dikuatkan dalam Akta Perdamaian kepada
hakim pemeriksa perkara
6. Upaya Hukum
Putusan Pengadilan Hubungan Industrial dalam perkara perselisihan kepentingan dan
Perselisihan antar serikat Pekerja atau Serikat Buruh dalam satu perusahaan,
merupakan Putusan Akhir dan bersifat tetap, sedangkan Putusan mengenai Perselisihan
Hak dan Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja dapat diajukan Kasasi sebagai Upaya
Hukum terakhir, sesuai Pasal 56, Pasal 57, Pasal 109, dan pasal 110, Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang perselisihan Hubungan Industrial, sehingga dalam
perkara Perselisihan Hubungan Industrial tidak ada upaya hukum Peninjauan
Kembali”.
Upaya Hukum dalam PPHI tidak ada upaya hukum banding dan Peninjauan Kembali,
upaya hukum yang dapat dilakukan yaitu kasasi mengenai Perselisihan Hak dan
Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja sebagai Upaya Hukum terakhir. sementara
mengenai perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja atau serikat
buruh dalam suatu perusahaan merupakan putusan akhir dan bersifat tetap sehingga
tidak ada upaya hukumnya. (Pasal 109 UU No.2 tahun 2004).
7. Perjanjian Kerja
a. Perjanjian kerja
adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang
memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Perjanjian kerja ini
merupakan suatu ikatan yang harus dipenuhi oleh pekerja/buruh dan perusahaan
tempatnya bekerja. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara
pengusaha dan pekerja/buruh. Sebagai perjanjian pada umumnya, maka perjanjian
kerja harus memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal
1320 KUHPerdata, kemudian dalam Pasal 52 ayat 1 dalam Undang-undang
Ketenagakerjaan juga menyebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar :
(1) Kesepakatan kedua belah pihak
(2) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum
(3) Adanya pekerjaan yang diperjanjikan
(4) Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Perjanjian kerja bersama
Merupakan pedoman kerja sama antara pekerja dan perusahaan dimana PKB akan
membantu kedua belah pihak menyelesaikan masalah/perselisihan dalam kerja.
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang merupakan hasil perundingan antara serikat
pekerja/serikat buruh; atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha; atau
beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha; yang memuat syarat-syarat kerja,
serta hak dan kewajiban kedua belah pihak. PKB tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 angka 21 UUK).
Dalam pasal 124 ayat 1 UUK disebutkan bahwa perjanjian kerja bersama paling sedikit
memuat hal-hal sebagai berikut :
(1) Hak dan kewajiban pengusaha
(2) Hak dan kewajiban serikat pekerja/buruh serta pekerja/buruh
(3) Jangka waktu dan tanggal dimulai berlakunya perjanjian kerja bersama
(4) Tanda tangan para pihak yang membuat perjanjian kerja bersama.
Perjanjian Kerja yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan PKB (Pasal 127 ayat 1
UUK). Jika bertentangan maka perjanjian kerja tersebut batal demi hukum dan yang
berlaku adalah ketentuan PKB (Pasal 127 ayat 2 UUK) kemudian jika dalam perjanjian
kerja tidak memuat aturan yang diatur dalam PKB maka yang berlaku adalah aturan
dalam PKB (Pasal 128 UUK).
B. Hukum Acara TUN
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
b. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1986
c. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986
2. Sengketa TUN
Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009, dijelaskan bahwa Sengketa
Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara
orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di
pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara,
termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Kewenangan Pengadilan
Pasal 47 (UU 5/1986) Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara.
4. Alur Penyelesaian Sengketa TUN
a. Upaya administrative
Upaya administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seorang atau
badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha
Negara. Prosedur tersebut dilaksanakan di lingkungan pemerintahan sendiri dan
terdiri atas dua bentuk:
1) Keberatan, Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan sendiri
oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata
Usaha Negara.
2) Banding Administratif, Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang
dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha
Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara, yang berwenang
memeriksa ulang Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan. pada
prosedur banding administratif atau prosedur keberatan dilakukan penilaian
yang lengkap, baik dari segi penerapan hukum maupun dari segi kebijaksanaan
oleh instansi yang memutus. Dari penilaian tersebut dapat dilihat apakah
terhadap putusan KTUN itu terbuka atau tidak untuk menempuh upaya
administrative.
Banding administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara
tertulis kepada BAPEK dan tembusannya disampaikan kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah yang memuat alasan
dan/atau bukti sanggahan.
b. Gugatan Melalui Pengadilan Tata Usaha Negara
Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Negara jika seluruh upaya administratif sudah digunakan. Apabila peraturan
dasarnya hanya menentukan adanya upaya administratif berupa pengajuan surat
keberatan, maka gugatan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang
bersangkutan diajukan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara. Namun, jika
peraturan dasarnya menentukan adanya upaya administatif berupa pengajuan surat
keberatan dan/atau mewajibkan pengajuan surat banding administratif, maka
gugatan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang telah diputus dalam tingkat
banding administratif diajukan langsung kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara dalam tingkat pertama yang berwenang.
Tahapan-Tahapan Penanganan Perkara Di Persidangan Yaitu Sebagai Berikut :
1) Pembacaan gugatan (Pasal 74 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Pemeriksaan sengketa dimulai dengan membacakan isi gugatan dan surat yang
memuat jawabannya oleh hakim ketua sidang, dan jika tidak ada surat jawaban,
pihak tergugat diberi kesempatan untuk mengajukan jawabannya.
2) Pembacaan jawaban (Pasal 74 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Pemeriksaan Sengketa Dimulai Dengan Membacakan isi Gugatan dan Surat
yang Memuat Jawabannya Oleh Hakim Ketua Sidang, dan Jika Tidak Ada Surat
Jawaban, Pihak Tergugat Diberi Kesempatan Untuk Mengajukan Jawabannya.
3) Replik (Pasal 75 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Penggugat Dapat Mengubah Alasan yang Mendasari Gugatan Hanya Sampai
Dengan Replik, Asal Disertai Alasan yang Cukup Serta Tidak Merugikan
Kepentingan Tergugat, dan Hal Tersebut Harus Disaksikan Oeh Hakim.
4) Duplik (Pasal 75 Ayat 2 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Tergugat Dapat Mengubah Alasan yang Mendasari Jawabannya Hanya Sampai
Dengan Duplik, Asal Disertai Alasan yang Cukup Serta Tidak Merugikan
Kepentingan Penggugat dan Hal Tersebut Harus Dipertimbangkan Dengan
Seksama Oleh Hakim.
5) Pembuktian (Pasal 100 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Yang Dapat Dijadikan Alat Bukti Dalam Persidangan Adalah Sebagai Berikut:
a) Surat atau tulisan
b) Keterangan Ahli;
c) Keterangan Saksi;
d) Pengakuan Para Pihak;
e) Pengetahuan Hakim.
6) Kesimpulan (Pasal 97 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Dalam Hal Pemeriksaan Sengketa Sudah Diselesaikan, Kedua Belah Pihak
Diberi Kesempatan Untuk Mengemukakan Pendapat yang Terakhir Berupa
Kesimpulan Masing – Masing.
7) P u t u s a n (Pasal 108 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
5. Ketentuan Gugatan TUN
Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan atau pejabat tata usaha
negara dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan. Sehingga yang
menjadi tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan
keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya
yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata.
Sedangkan yang dimaksud dengan Keputusan Tata Usaha Negara, yang menjadi objek
sengketa, adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Yang tidak termasuk ke dalam kategori Keputusan Tata Usaha Negara dalam UU
5/1986 berserta perubahannya adalah:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;
c. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;
d. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana;
e. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan
peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia
g. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah mengenai
hasil pemilihan umum.
6. Prosedur Dismissal Pasal 62 (1) UU 5/1986
Setelah diajukan gugatan, maka akan dilakukan pemeriksaan dismissal atau rapat
permusyawaratan. Dalam rapat permusyawaratan ini, Ketua Pengadilan berwenang
memutuskan dengan suatu penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-
pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan itu dinyatakan tidak diterima atau tidak
berdasar, dalam hal:
a. pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan;
b. syarat-syarat gugatan tidak dipenuhi oleh penggugat sekalipun ia telah diberi tahu
dan diperingatkan;
c. gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak;
d. apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan Tata
Usaha Negara yang digugat;
e. gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya.
• Tahap Pemeriksaan Persiapan
Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Hakim wajib mengadakan
pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas. Dalam
pemeriksaan persiapan hakim :
a. wajib memberi nasihat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan dan
melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu tiga puluh
hari;
b. dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
bersangkutan.
Apabila dalam jangka waktu 30 hari penggugat belum menyempurnakan gugatan,
maka Hakim menyatakan dengan putusan bahwa gugatan tidak dapat diterima.
Terhadap putusan ini tidak dapat digunakan upaya hukum, tetapi dapat diajukan
gugatan baru.
Setelah dilakukan pemeriksaan persiapan maka akan dilakukan pemeriksaan
perkara untuk mendapatkan putusan. Terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha
Negara dapat dimintakan pemeriksaan banding oleh penggugat atau tergugat
kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Bahkan jika penggugat tidak juga
puas dengan putusan tersebut, dapat dilakukan upaya hukum kasasi hingga upaya
hukum luar biasa peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.
7. Upaya Hukum
a. Banding
(Pasal 122 UU 5/1968) Terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dapat
dimintakan pemeriksaan banding oleh penggugat atau tergugat kepada Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara. Banding dapat dilakukan dalam jangka waktu 14 hari
setelah putusan pengadilan. Para pihak dapat menyerahkan memori banding
dan/atau kontra memori banding serta surat keterangan dan bukti kepada Panitera
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dengan ketentuan bahwa salinan memori
dan/atau kontra memori diberikan kepada pihak lainnya dengan perantaraan
Penitera Pengadilan.
b. Kasasi
(Pasal 131 (1) UU 5/1968) Terhadap putusan tingkat terakhir Pengadilan dapat
dimohonkan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung.
c. Peninjauan Kembali
(Pasal 132 (1) UU 5/1968) Terhadap putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap dapat diajukan permohonan peninjauan kembali kepada
Mahkamah Agung.
8. Alat Bukti Pasal 100 UU Nomor 5 Tahun 1986
a. Surat atau tulisan (Pasal 101)
Surat sebagai alat bukti terdiri atas tiga jenis ialah:
1) akta otentik, yaitu surat yang dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat
umum, yang menurut peraturan perundang-undangan berwenang membuat
surat itu dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang
peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya
2) akta di bawah tangan, yaitu surat yang dibuat dan ditandatangani oleh
pihakpihak yang bersangkutan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat
bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya
3) surat-surat lainnya yang bukan akta.
b. Keterangan ahli Pasal 102
Keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam
persidangan tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya
c. Keterangan saksi Pasal 104
Keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti apabila keterangan itu berkenaan
dengan hal yang dialami, dilihat, atau didengar oleh saksi sendiri.
d. Pengakuan para pihak Pasal 105
Pengakuan para pihak tidak dapat ditarik kembali kecuali berdasarkan alasan yang
kuat dan dapat diterima oleh Hakim.
e. Pengetahuan hakim
Pengetahuan Hakim adalah hal yang olehnya diketahui dan diyakini kebenarannya.
9. Jenis Amar Putusan (Pasal 97 Ayat 7 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
a. Gugatan Ditolak;
b. Gugatan Dikabulkan;
c. Gugatan Tidak Diterima;
d. Gugatan Gugur.
C. Hukum Acara Pidana
1. Dasar Hukum
a. Materil, Undang-Undnag No 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana Atau Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana
b. Formil, Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
2. Dasar Adanya Hukum Acara Perdata
Dasar adanya hukum acara pidana diawali dengan adanya delik, delik dibagi 2, yaitu:
a. Delik Biasa : delik yang dapat diproses langsung oleh penyidik tanpa adanya
persetujuan dari korban atau pihak yang dirugikan.
b. Delik Aduan : delik yang hanya bisa diproses apabila ada pengaduan atau
laporan dari orang yang menjadi korban tindak pidana.
3. Masalah Pemisah Pra Peradilan dan Penuntutan (Pasal 77-83 KUHAP)
Tidak semua peristiwa hukum adalah tindah pidana. Peristiwa hukum adalah setiap
peristiwa kemasyarakatan yang menimbulkan akibat yang diatur. Apabila peristiwa
hukum tersebut adalah pidana maka dilakukan penyelidikan mengenai apakah perkara
tersebut termasuk kedalam pidana atau bukan.
Yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan minimal 2 alat bukti, kemudian
pemanggilan terlapor/terduga terlibat (dalam pemanggilan ini terdapat adanya upaya
paksa yang mengharuskan terlapor atau terduga terlibat untuk memenuhi panggilan).
Apabila tidak ada tidak ada bukti maka harus dilepaskan.
4. Tentang Penyidikan, Prapenuntutan dan Praperadilan
1) Penyidikan, berawal dari adanya delik yang dilaporkan ke Kepolisian, kemudian
penyelidik akan melakukan penyelidikan untuk menemukan peristiwa hukum yang
terjadi. Selanjutnya dilakukan penyidikan oleh penyidik untuk menemukan bukti-
bukti dan tersangka. Setelah berkas lengkap, maka akan dilimpahkan ke Kejaksaan
untuk dilanjutkan pembuatan surat dakwaan oleh jaksa penuntut umum. Dalam
penyidikan apabila tidak ditemukan minimal 2 alat bukti, maka tersangka dilepas.
Namun, bila ditemukan minimal 2 alat bukti maka dapat dilakukan penahanan.
2) Prapenuntutan, Adalah tindakan penuntut umum untuk memberi petunjuk dalam
rangka penyempuraan penyidikan oleh penyidik (Pasal 14 KUHAP). Setelah
penuntut umum menerima hasil penyidikan dari penyidik, maka penuntut umum
mempelajari dan menelitinya apakah hasilnya sudah lengkap atau belum. Apabila
belum, maka dikembalikan kepada penyidik untuk dilengkapi disertai petunjuk.
Jangka waktu penyidik melengkapi hasil penyidikannya 14 hari setelah berkas
diterima. (Pasal 138 KUHAP)
3) Praperadilan, Praperadilan dapat dilakukan oleh Tersangka sebelum surat dakwaan
yang dibuat JPU diserahkan ke hakim. Objek dari praperadilan diatur dalam Pasal
77 KUHAP, yaitu:
a) penghentian penuntutan;
b) ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya
dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan
Mengenai objek praperadilan diperluas melalui Putusan MK Nomor 21/PUU-
XII/2014 yang ditambah obyeknya: penetapan tersangka, penggeledahan, dan
penyitaan. Hasil dari putusan praperadilan bersifat final dan mengikat. Putusan dari
praperadilan tidak bisa dilakukan upaya hukum, baik upaya hukum biasa (Putusan
MK No.65/PUU-IX/2011 menyatakan bahwa Pasal 83 ayat (2) bertentangan
dengan UUD 1945), maupun upaya hukum luar biasa (PERMA No. 4 Tahun 2016
tetang Larangan Peninjauan Kembali Putusan Praperadilan).
5. Alat Bukti
Alat bukti menurut Pasal 184 (1) KUHAP yaitu:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
Selain alat bukti yang disebutkan dalam KUHAP, alat bukti diperluas yaitu
ditambahnya alat bukti informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 (1) Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang ITE.
6. Masa Penahanan
a. Waktu penahanan
1) Kepolisian (Pasal 24 KUHAP) 20 hari dengan perpanjangan 40 hari.
2) Kejaksaan (Pasal 25 KUHAP) 20 hari dengan perpanjangan 30 hari.
3) Pengadilan Negeri (Pasal 26 KUHAP) 30 hari dengan perpanjangan 60 hari.
4) Pengadilan Tinggi (Pasal 27 KUHAP) 30 hari dengan perpanjangan 60 hari.
5) Mahkamah Agung (Pasal 28 KUHAP) 30 hari dengan perpanjangan 60 hari.
b. Syarat Penahanan
1) Surat perintah penahanan (Pasal 21 (2) KUHAP j.o PERKAP No.6/2019)
2) Tembusan surat perintah penahanan diberikan kepada keluarga (Pasal 21 (3)
KUHAP)
3) Tindak pidana atau percobaann yang dilakukan dengan ancaman pidana lebih
atau dari 5 tahun. Perzinahan.
c. Penangguhan penahanan (Pasal 31 ayat 1 KUHAP): tersangka atau terdakwa dapat
memohon suatu penangguhan, penangguhan tersebut dapat dikabulkan oleh
penyidik, penuntut umum, hakim sesuai dengan kewenangannya masing-masing
dengan menetapkan ada atau tidaknya jaminan uang atau orang berdasarkan syarat-
syarat tertentu. Syarat tertentu yaitu wajib lapor, tidak keluar rumah atau kota.
Masa penangguhan dari tahanan tidak termasuk masa status tahanan.
7. Alur Sidang Pidana
a. Dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum;
b. Eksepsi (nota keberatan) oleh Terdakwa/Penasihat Hukum (jika ada);
c. Tanggapan atas Eksepsi oleh Jaksa Penuntut Umum (jika ada);
d. Putusan sela (jika ada eksepsi);
e. Pembuktian (pemeriksaan alat bukti dan barang bukti);
f. Tuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum;
g. Pledoi (nota pembelaan) oleh Terdakwa/Penasihat Hukum;
h. Replik (jawaban atas pledoi oleh Jaksa Penuntut Umum);
i. Duplik (tanggapan atas replik oleh Terdakwa/Penasihat Hukum); dan
j. Putusan Hakim.
8. Putusan Perkara Pidana
a. Pemidanaan (Pasal 194 ayat 1 KUHAP)
Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana
yang didakwakan padanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana. Pidana atau
hukuman yang dijatuhkan dapat berupa kurungan badan dan atau denda seusai
dengan unsur yang didakwakan kepadanya.
b. Putusan Bebas (Vrijspraak) Pasal 191 ayat 1 KUHAP
Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang kesalahan
terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan maka terdakwa diputus bebas.
c. Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum Pasal 191 ayat 2 KUHAP
Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa
terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana maka terdakwa
dituntut lepas dari segala tuntutan hukum. kemudian apabila terdakwa yang dalam
status tahanan diperintahkan untuk dibebaskan seketika itu juga keciali ada alasan
lain yang sah, terdakwa perlu ditahan (Pasal 191 ayat 3 KUHAP).
9. Jenis Pemidanaan (Pasal 10 KUHP)
a. Pidana pokok
1) Pidana mati
2) Pidana penjara
3) Pidana kkurungan
4) Pidana denda
b. Pidana tambahan
1) Pencabutan beberapa hak-hak tertentu
2) Perampasan barang-barang tertentu
3) Pengumuman putusan hakim.
10. Letak Tersangka Terdakwa dan Terpidana
a. Tersangka, diberikan pada saat proses penyidikan dimana bukti permulaan sudah
ditemukan (baru diduga dan belum tentu bersalah).
b. Terdakwa, dimana seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili
dipersidangan (diberikan pada saat proses hukum telah memasuki pengadilan).
c. Terpidana, dimana seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap (status terpidana diberikan pada saat
proses hukum dipengadilan telah selesai dan sudah ada putusan yang berkekuatan
hukum tetap).
11. Upaya Hukum
a. Upaya Hukum Pra Peradilan
Dasar Hukum Praperadilan yaitu diatur dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 83
KUHAP. Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dna
memutus menurut sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan dan
memeriksa dan memutus memurut sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan.
b. Upaya Hukum Biasa
1) Banding Pasal 67 KUHAP
Terhadap terdakwa atau penuntut umum , KUHAP memberikan hak kepada
mereka untuk mengajukan banding terhadap putusan pengadilan tingkat
pertama kecuali terhadap putusan bebas murni (bebas dari segala dakwaan)
bebas tidak murni atau lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut
masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam
acara cepat (putusan pidana ringan dan pelanggaran lalu lintas).
2) Kasasi Pasal 244 KUHAP
Terhadap putusan pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan
lain selain daripada Mahkamah Agung (Red: pengadilan negeri dan pengadilan
tinggi), terdakwa ataupun penuntut umum dapat mengajukan permintaan
pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas
murni/vrijpraak. Dalam kasasi harus adanya memori kasasi, tanpa memori
kasasi maka permohonan tersebut menajdi gugur. Dalam kasasi guna
menentukan (pasal 253 KUHAP) :
a) Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau tidak
diterapkan sebagaimana mestinya;
b) Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut undang-undang;
c) Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.
c. Upaya Hukum Luar Biasa
1) Pemeriksaan Tingkat Kasasi Demi Kepentingan Hukum Pasal 259 KUHAP
Demi kepentingan hukum terhadap semua putusan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap dari pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung
dapat diajukan 1 (satu) kali permohonan oleh Jaksa Agung dan putusan kasasi
demi kepentingan hukum tidak boleh merugikan pihak yang berkepentingan.
2) Peninjauan Kembali Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap Pasal 263 KUHAP
Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau
ahli warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada
Mahkamah Agung. Pengajuan peninjauan kembali diajukan bersamaan dengan
memori peninjauan kembali dan berdasarkan alasan dari permohon tersebut.
kemudian Mahkamah Agung mengadili berdasarkan adanya novum baru/bukti
baru dan atau dalam KUHAP diatur sebagai berikut :
a) Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika
keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung,
hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan
hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap
perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan;
b) Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah
terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan
yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan
yang lain;
c) Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim
atau suatu kekeliruan yang nyata.
D. Hukum Acara Perdata
1. Dasar Hukum
a. Materil Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
b. Formil HIR (Herzien Indonesis Reglement Reglemen Indonesia Baru (Staatblad
1984: No. 16 yang diperbaharui dengan Staatblad 1941 No. 44). Berlaku untuk Jawa
dan Madura) atau Rbg (Rechtsreglement Buitengewesten atau Reglemen Untuk
Daerah Seberang (Stbl. 1927 No. 227) berlaku untuk daerah luar Jawa dan Madura)
Untuk hukum perdata formil, Prof.Efa Laela Fakhriah dalam bukunya
“Perbandingan HIR dan RBg Sebagai Hukum Acara Perdata Positif di Indonesia”
menyebutkan bahwa HIR dan Reglement Buitengewesten (RBg) diberlakukan
pasca kemerdekaan dengan ketentuan peralihan UUD 1945 serta UU Darurat No.1
Tahun 1951 tentang Tindakan-Tindakan Sementara Untuk Menyelenggarakan
Kesatuan Susunan, Kekuasaan dan Acara Pengadilan-Pengadilan Sipil. Belakangan
Surat Edaran Mahkamah Agung No.19 Tahun 1964 mempertegas keberlakuan HIR
dan RBg. Setelah empat kali mengalami perubahan, UUD 1945 memiliki 16 bab,
37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
2. Dasar Perselisihan Perdata
Dasar perselisihan masalah perdata ada 2, yaitu wanprestasi dan perbuatan melawan
hukum.
a. Wanprestasi (Pasal 1238 KUHPerdata)
Yaitu tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang
ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur.
Wanprestasi yaitu ingkar janji atau tidak menepati janji yang telah disepakati dalam
perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur.
Wanprestasi yaitu ingkar janji atau tidak menepati janji yang telah disepakati dalam
perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur. Wanprestasi diatur dalam Pasal
1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), berbunyi: “Penggantian
biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai
diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk
memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya
hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang
telah ditentukan”.
Unsur Wanprestasi :
1) Perjanjian para pihak;
2) Ada pihak yang melanggar atau tidak dilaksakan isi dari perjanjian yang sudah
disepakati;
3) Sudah dinyatakan lalai tapi tetap tidak melaksanakan isi perjanjian.
b. Perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata)
PMH yaitu perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut.
Sejarah PMH yaitu dahulu perbuatan melawan hukum hanya terbatas pada
perbuatan yang melanggar undang-undang tertulis saja. Namun sejak tahun 1919,
Hoge Raad Belanda dalam perkara Lindenbaum v Cohen memperluas penafsiran
perbuatan melawan hukum sehingga perbuatan melawan hukum tidak lagi terbatas
pada perbuatan yang melanggar undang-undang tapi juga mencakup salah satu
perbuatan sebagai berikut (Fuady : 2013, hal.6):
a. Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain
b. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri
c. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan;
d. Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan dalam
pergaulan masyarakat yang baik.
Unsur-unsur PMH yaitu:
a. Adanya suatu perbuatan;
b. Perbuatan tersebut melawan hukum;
c. Adanya kesalahan pihak pelaku;
d. Adanya kerugian bagi korban;
e. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian.
3. Proses Persidangan Di Pengadilan
Persidangan perdata dapat dimulai ketika adanya gugatan wanprestasi dan perbuatan
melawan hukum. Alur persidangan perdata yaitu:
a. Melakukan pendaftaran ke pengadilan yang berwenang
b. Menunggu penentuan majelis hakim yang bertugas (ditentukan oleh ketua
pengadilan)
c. Mengikuti sidang dengan alur apabila para pihak hadir :
1) Hakim membuka sidang
2) Karena para pihak hadir maka dilakukan mediasi antar para pihak dengan hakim
mediasi, kemudian ditunda sidang berikutnya dalam jangka waktu 22 hari untuk
mediasi.
3) Jika mediasi berhasil maka dilanjutkan dengan perjanjian perdamaian.
4) Jika mediasi tidak berhasil maka sidnag dilanjutkan dengan agenda pembacaan
tuntutan oleh penggugat dan pemberian jawaban dari tergugat.
5) Apabila tergugat akan melakukan gugatan balik terhadap penggugat dalam
suatu perkara yang sedang berjalan maka dapat dilakukan gugatan rekonvensi
(pasal 244 rv) terhadap konvensi (gugatan asli) kemudian dilakukan putusan
sela.
6) Selanjutnya sidang dilanjutkan dengan replik dan duplik.
7) Pemeriksaan pembuktian para saksi dari tergugat dan penggugat atau bukti lain
dari para pihak.
8) Sidang ditunda kemudian dilanjutkan dengan kesimpulan (jgn diberikan kepada
lawan).
9) Selanjutnya hakim akan bermusyawarah dan selanjutnya sidang putusan.
d. Mengikuti sidang dengan alur apabila para pihak tidak hadir:
1) Hakim membuka sidang.
2) Karena para pihak tidak hadir maka hakim boleh memanggil kembali pihak
tersebut dan hakim menentukan tanggal sidang berikutnya (126 HIR).
3) Jika sidang selanjutnya penggugat dan atau kuasa hukumnya tidak hadir dan
telah dipanggil secara patut maka gugatan tersebut gugur (pasal 124 hir)
kemudian penggugat dapat mengajukan gugatan yang sama sekali lagi.
4) Jika sidang selanjutnya tergugat tidak hadir dan telah dipanggil secara patut
apabila memenuhi syarat-syarat formil telah dipenuhi dan gugatan berasalan
menurut hukum maka dapat dilanjutkan ke sidang selanjutnya dan kemudian
akan diputus secara verstek (tanpa kehadiran tergugat) gugatan seluruhnya atau
sebagian dikabulkan (125 ayat 1 hir). Apabila gugatan tersebut tidak beralasan
menurut hukum maka putusan verstek dan gugatan ditolak.
5) Jika sidang selanjutnya tergugat tidak hadir dan telah dipanggil secara patut
apabila tidak memenuhi syarat syarat formil maka gugatan diputus verstek dan
gugatan tidak dapat diterima.
4. Alat Bukti
Alat bukti dalam proses perkara perdata diatur dalam Pasal 1866 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, yaitu:
a. Alat bukti tertulis
Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik maupun tulisan
dibawah tangan. Perbedaan akta otentik dengan akta dibawah tangan adalah, akta
otentik bentuknya diatur dalam undang-undang dan dibuat dihadapan pejabat yang
berwenang. Sementar akta dibawah tangan adalah akta yang dibuat antara para
pihak tanpa dihadapan pejabat yg berwenang.
b. Saksi
Saksi adalah orang yang memberikan keterangan/kesaksian di depan persidangan
mengenai apa yang mereka ketahui, lihat sendiri, dengar sendiri atau alami sendiri
yang dengan kesaksian itu akan menjadi jelas suatu perkara. (Pasal 171 ayat (1),(2)
HIR/ 308 RBG). Saksi ahli adalah orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian
khusus dibidang tertentu yang didengar keterangannya atas permintaan dari salah
satu pihak atau atas pertimbangan majelis hakim (vide pasal 154 HIR/181 RBG).
Bentuk keterangannya dapat diberikan secara lisan di persidangan atau secara
tertulis yang diserahkan kepada majelis.
c. Persangkaan
Persangkaan adalah kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh hakim ditarik
dari satu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak terkenal
(Pasal 1915 KUHPer). Persangkaan ada 2, yaitu:
1) Persangkaan menurut undang-undang (Pasal 1916 KUHPer)
Persangkaan yang berdasarkan suatu ketentuan khusus undang-undang,
dihubungkan dengan perbuatan dan peristiwa tertentu.
2) Persangkaan oleh hakim (Pasal 1922 KUHPer)
Persangkaan yang tidak berdasarkan undang-undang sendiri diserahkan kepada
pertimbangan dan kewaspadaan Hakim, yang dalam hal ini tidak boleh
memperhatikan persangkaan-persangkaan yang lain. Persangkaan-persangkaan
yang demikian hanya boleh diperhatikan, bila undang-undang mengizinkan
pembuktian dengan saksi-saksi, begitu pula bila terhadap suatu perbuatan atau
suatu akta diajukan suatu bantahan dengan alasan-alasan adanya itikad buruk
atau penipuan.
d. Pengakuan
1) Pengakuan murni: dalam pengakuan murti tidak terselip pengingkaran kecil
apapun terhadap dalil dan tuntutan yang dikemukakan dalam gugatan.
Pengakuan tersebut berarti pembenaran terhadap dalil dan tuntutan. Akibat
pengakuan murni: gugur kewajiban beban bukti kepada pihak lawan untuk
membuktikan dalil gugatan, meskipun pengakuan itu bohong atau benar;
perkara yang disengketakan para pihak selesai; hakim mengakhiri pemeriksaan
perkara dengan putusan.
2) Pengakuan kualifikasi: pengakuan atas dalil gugatan yang diikuti dengan syarat.
Beban wajib bukti untuk membuktikan ketidakbenaran syarat itu diberikan ke
pengguggat..
3) Pengakuan berklausul: pengakuan yang diikuti pernyataan atau keterangan
membebaskan dari tuntutan yang dikemukakan dalam gugatan
e. Sumpah
Terdapat 2 sumpah, yaitu: Pasal 1929 KUHPer
1) Sumpah pemutus: sumpah yang oleh satu pihak diperintahkan kepada pihak lain
untuk menggantungkan pemutusan perkara padanya.
2) Sumpah oleh hakim: karena jabatannya, diperintahkan ke salah satu pihak
5. Upaya Hukum
Upaya hukum merupakan upaya yang diberikan oleh undang-undang kepada seseorang
atau badan hukum untuk hal tertentu untuk melawan putusan hakim sebagai tempat
bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan putusan hakim yang dianggap tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan, tidak memenuhi rasa keadilan, karena hakim juga seorang
manusia yang dapat melakukan kesalaha/kekhilafan sehingga salah memutuskan atau
memihak salah satu pihak.
Upaya Hukum Perdata yaitu :
a. Upaya Hukum Biasa, upaya hukum yang digunakan untuk putusan yang
berkekuatan hukum tetap dan menangguhkan eksekusi. Adapun jenisnya yaitu :
1) Verzet 129 HIR
Pada putusan verstek hanya didapati gugatan penggugat tanpa adanya
tanggapan dari tergugat. Maka melalui verzet lah, tergugat dianggap
memberikan jawaban atas gugatan penggugat tersebut yang merupakan salah
satu kesatuan yang tidak terpisah dengan gugatan semula. Oleh karena itu,
verzet bukanlah gugatan atau perkara baru, namun merupakan bantahan yang
ditujukan pada ketidakbenaran dalil gugatan dengan alasan putusan verstek
yang dijatuhkan itu keliru dan tidak benar. Ketentuan bahwa terhadap putusan
verstek tidak boleh diperiksa dan diputus sebagai perkara baru ini berlandaskan
pada Putusan Mahkamah Agung No. 307 K/Sip/1975. pelawan tetap
berkedudukan sebagai tergugat dan terlawan sebagai penggugat.
2) Banding Pasal 26 (1) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Putusan pengadilan tingkat pertama dapat dimintakan banding kepada
pengadilan tinggi oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang-undang
menentukan lain. Permohonan banding dilakukan dalam jangka waktu 14 hari
setelah putusan tingkat pertama. Dan dalam jangka waktu 7 hari permohonan
banding tersebut harus sudah disampaikan ke pihak lawan. Yang dapat
dilakukan banding adalah putusan hakim, penetapan hakim tidak bisa. Banding
dapat dilakukan apabila pengguggat/pemohon merasa tidak puas dengan
putusan pada tingkat pertama.
3) Kasasi Pasal 23 (1) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Putusan pengadilan dalam tingkat banding dapat dimintakan kasasi kepada
Mahkamah Agung oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang-
undang menentukan lain. Permohonan Kasasi dapat diajukan di kepaniteraan
Pengadilan Negeri dalam waktu 14 hari kalender terhitung keesokan harinya
setelah putusan Pengadilan Tinggi diberitahukan kepada para pihak. Kasasi
dapat dilakukan apabila merasa ada kekeliruan pada hakim dalam memutus
perkara pada tingkat sebelumnya. Apabila permohonan kasasi terhadap putusan
pengadilan dibawahnya diterima oleh Mahkamah Agung, maka berarti putusan
tersebut dibatalkan oleh Mahkamah Agung karena dianggap mengandung
kesalahan dalam penerapan hukumnya.
b. Upaya Hukum Luar Biasa
1) Derden Verzet
Yaitu perlawanan yang diajukan oleh pihak ketoga terhadap putusan yang
merugikan pihaknya.
2) Peninjauan Kembali
Pasal 24 (1) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Terhadap
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-pihak
yang bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah
Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam
undang-undang. Yang dimaksud dengan “hal atau keadaan tertentu” antara lain
adalah ditemukannya bukti baru (novum) dan/atau adanya kekhilafan atau
kekeliruan hakim dalam menerapkan hukumnya.
Pasal 67 UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung Permohonan
peninjauan kembali putusan perkara perdata yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dapat diajukan hanya berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
a) Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak
lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada
bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu.
b) Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan.
c) Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada
yang dituntut;
d) Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya.
e) Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas
dasar yang sama oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah
diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain.
f) Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.
6. Putusan
a. Diterima Seluruhnya/sebagian
Dikabulkannya suatu gugatan dengan syarat bila dail gugatannya dapat dibuktikan
oleh penggugat sesuai alat bukti sebagaimana diatur dalam pasal 1865 KUHPer dan
Pasal 164 HIR. Diterimanya pun ada sebagian dan seluruhnya ditentukan
berdasarkan pertimbangan majelis hakim.
b. Ditolak
Bila pengugat dianggap tidak berhasil membuktikan dalil gugatannya akibat hukum
yang harus ditanggungnya atas kegagalan membuktikan dalil gugatannya adalah
gugatan mesti ditolak seluruhnya.
c. Tidak dapat diterima/NO (niet ontvankerlijke verklaard)
Bahwa ada berbagai cacat formil yang mungkin melekat pada gugatan antara lain
gugatan yang ditandatangani kuasa berdasarkan surat kuasa tidak memenuhi syarat
yang digariskan pada Pasal 123 ayat 1 HIR jo SEMA No, 4 Tahun 1996 yaitu:
1) Gugatan tidak memiliki dasar hukum;
2) Gugatan eror in persona dalam bentuk diskualifikasi atau plurium litis
consortium;
3) Gugatan mengandung cacat atau obscuur libel;
4) Gugatan melanggar yuridiksi atau kompetensi absolute atau relative dan
sebagainya.
TIM 3
APLIKASI HUKUM [Dr. Margo Hadi Pura, SH., MH]
▪ Proses Pemeriksaan Pra Peradilan
1. Pra peradilan dipimpin oleh Hakim Tunggal yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan
Negeri dan dibantu oleh seorang Panitera (Pasal 78 ayat (2) KUHAP).
2. Pada penetapan hari sidang, sekaligus memuat pemanggilan pihak pemohon dan
termohon pra peradilan.
3. Dalam waktu 7 (tujuh) hari terhitung permohonan pra peradilan diperiksa,
permohonan tersebut harus diputus.
4. Pemohon dapat mencabut permohonannya sebelum Pengadilan Negeri
menjatuhkan putusan apabila disetujui oleh termohon. Kalua termohon menyetujui
usul pencabutan permohonan tersebut, Pegadilan Negeri membuat penetapan
tentang pencabutan tersebut.
5. Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan sedangkan
pemeriksaan pra peradilan belum selesai maka permohonan tersebut gugur. Hal
tersebut tertuang dalam bentuk penetapan.
▪ Pra peradilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus:
1. Sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan;
2. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan;
3. Permintaan ganti rugi atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak
lain atau kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan. (Pasal 1 butir 10
jo Pasal 77 KUHAP);
4. Sah atau tidaknya penyitaan barang bukti (Pasal 82 ayat 1 huruf b KUHAP).
▪ Yang dapat mengajukan pra peradilan adalah :
1. Tersangka, yaitu apakah tindakan penahanan terhadap dirinya bertentangan dengan
ketentuan Pasal 21 KUHAP, ataukah penahanan yang dikenakan sudah melewaqti
batas waktu yang ditentukan Pasal 24 KUHAP;
2. Penyidik untuk memeriksa sah tidaknya penghentian penuntutan;
3. Penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan untuk memeriksa sah
tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan. Yang dimaksud
dengan pihak ketiga yang berkepentingan misalnya saksi korban.
▪ Tuntutan ganti rugi, rehabilitasi yang diajukan oleh tersangka, keluarganya atau
penasihat hukumnya, harus didasarkan atas:
1. Penangkapan atau penahanan yang tidak sah;
2. Penggeledahan atau penyitaan yang bertentangan dengan ketentuan hukum dan
undang-undang;
3. Kekeliruan mengenai orang yang ditangkap, ditahan atau diperiksa.
▪ Proses Persidangan Perkara Perdata
Para pihak diberi kesempatan dan hakim wajib mempasilitasi mereka melakukan
mediasi terlebih dahulu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Apabila proses
mediasi ini tidak mendapatkan titik terang atau kesepakatan oleh para pihak maka
langkah selanjutnya adalah dilakukannya pembacaan gugatan. Setelah pembacaan
gugatan dari pihak penggugat maka sidang dilanjutkan dengan jawaban dari pihak
tergugat. Setelah jawaban dari tergugat maka proses persidangan selanjutnya
pembacaan replik dari penggugat dan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan duplik
dari tergugat. Proses persidangan selanjutnya dengan pembuktian dari penggugat.
Setelah pembuktian penggugat kemudia pembuktian tergugat kemudia konklusi atau
kesimpulan selama proses persidangan. Setelah itu proses putusan pengadilan oleh
majelis hakim.
▪ Proses Persidangan Di Pengadilan Perkara Perdata
Persidangan perdata dapat dimulai ketika adanya gugatan wanprestasi dan perbuatan
melawan hukum. Alur persidangan perdata yaitu:
a. Melakukan pendaftaran ke pengadilan yang berwenang
b. Menunggu penentuan majelis hakim yang bertugas (ditentukan oleh ketua
pengadilan)
c. Mengikuti sidang dengan alur apabila para pihak hadir :
1) Hakim membuka sidang.
2) Karena para pihak hadir maka dilakukan mediasi antar para pihak dengan hakim
mediasi, kemudian ditunda sidang berikutnya dalam jangka waktu 22 hari untuk
mediasi.
3) Jika mediasi berhasil maka dilanjutkan dengan perjanjian perdamaian.
4) Jika mediasi tidak berhasil maka sidnag dilanjutkan dengan agenda pembacaan
tuntutan oleh penggugat dan pemberian jawaban dari tergugat.
5) Apabila tergugat akan melakukan gugatan balik terhadap penggugat dalam
suatu perkara yang sedang berjalan maka dapat dilakukan gugatan rekonvensi
(pasal 244 rv) terhadap konvensi (gugatan asli) kemudian dilakukan putusan
sela.
6) Selanjutnya sidang dilanjutkan dengan replik dan duplik.
7) Pemeriksaan pembuktian para saksi dari tergugat dan penggugat atau bukti lain
dari para pihak.
8) Sidang ditunda kemudian dilanjutkan dengan kesimpulan (jgn diberikan kepada
lawan).
9) Selanjutnya hakim akan bermusyawarah dan selanjutnya sidang putusan.
d. Mengikuti sidang dengan alur apabila para pihak tidak hadir:
1) Hakim membuka sidang.
2) Karena para pihak tidak hadir maka hakim boleh memanggil kembali pihak
tersebut dan hakim menentukan tanggal sidang berikutnya (126 HIR).
3) Jika sidang selanjutnya penggugat dan atau kuasa hukumnya tidak hadir dan
telah dipanggil secara patut maka gugatan tersebut gugur (pasal 124 hir)
kemudian penggugat dapat mengajukan gugatan yang sama sekali lagi.
4) Jika sidang selanjutnya tergugat tidak hadir dan telah dipanggil secara patut
apabila memenuhi syarat-syarat formil telah dipenuhi dan gugatan berasalan
menurut hukum maka dapat dilanjutkan ke sidang selanjutnya dan kemudian
akan diputus secara verstek (tanpa kehadiran tergugat) gugatan seluruhnya atau
sebagian dikabulkan (125 ayat 1 hir). Apabila gugatan tersebut tidak beralasan
menurut hukum maka putusan verstek dan gugatan ditolak.
5) Jika sidang selanjutnya tergugat tidak hadir dan telah dipanggil secara patut
apabila tidak memenuhi syarat syarat formil maka gugatan diputus verstek dan
gugatan tidak dapat diterima.
• Proses Persidangan Perkara Pidana
21. Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (kecuali perkara tertentu
dinyatakan tertutup untuk umum);
22. Penuntut Umum diperintahkan untuk menghadapkan terdakwa ke depan
persidangan dalam keadaan bebas;
23. Terdakwa ditanyakan identitasnya dan ditanya apakah sudah menerima salinan
surat dakwaan;
24. Terdakwa ditanya pula apakah dalam keadaan sehat dan bersedia untuk
diperiksa di depan persidangan (kalau bersedia sidang dilanjutkan);
25. Terdakwa ditanyakan apakah akan didampingi oleh Penasihat Hukum (apabila
didampingi apakah akan membawa sendiri, kalau tidak membawa sendiri akan
ditunjuk Penasihat Hukum oleh Majlis Hakim dalam hal terdakwa diancam
dengan pidana penjara lima tahun atau lebih/pasal 56 KUHAP ayat (1);
26. Dilanjutkan pembacaan surat dakwaan;
27. Atas pembacaan surat dakwaan tadi terdakwa (PH) ditanya akan mengajukan
eksepsi atau tidak;
28. Dalam terdakwa/PH mengajukan eksepsi maka diberi kesempatan dan sidang
ditunda;
29. Apabila ada eksepsi dilanjutkan tanggapan Jaksa Penuntut Umum atas eksepsi
(replik);
30. Selanjutnya dibacakan putusan sela oleh Majelis Hakim;
31. Apabila eksepsi ditolak dilanjutkan pemeriksaan pokok perkara (pembuktian)
32. Pemeriksaan saksi-saksi yang diajukan oleh Penuntut Umum (dimulai dari saksi
korban);
33. Dilanjutkan saksi lainnya;
34. Apabila ada saksi yang meringankan diperiksa pula, saksi ahli Witness/expert)
35. Pemeriksaan terhadap terdakwa;
36. Tuntutan (requisitoir);
37. Pembelaan (pledoi);
38. Replik dari Penuntut Umum;
39. Duplik;
40. Putusan pengadilan oleh Majelis Hakim.
▪ Alur Penyelesaian Sengketa TUN
a. Upaya administrative
Upaya administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seorang atau
badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha
Negara. Prosedur tersebut dilaksanakan di lingkungan pemerintahan sendiri dan
terdiri atas dua bentuk:
3) Keberatan, Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan sendiri
oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata
Usaha Negara.
4) Banding Administratif, Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang
dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha
Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara, yang berwenang
memeriksa ulang Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan. pada
prosedur banding administratif atau prosedur keberatan dilakukan penilaian
yang lengkap, baik dari segi penerapan hukum maupun dari segi kebijaksanaan
oleh instansi yang memutus. Dari penilaian tersebut dapat dilihat apakah
terhadap putusan KTUN itu terbuka atau tidak untuk menempuh upaya
administrative.
Banding administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara
tertulis kepada BAPEK dan tembusannya disampaikan kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah yang memuat alasan
dan/atau bukti sanggahan.
b. Gugatan Melalui Pengadilan Tata Usaha Negara
Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Negara jika seluruh upaya administratif sudah digunakan. Apabila peraturan
dasarnya hanya menentukan adanya upaya administratif berupa pengajuan surat
keberatan, maka gugatan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang
bersangkutan diajukan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara. Namun, jika
peraturan dasarnya menentukan adanya upaya administatif berupa pengajuan surat
keberatan dan/atau mewajibkan pengajuan surat banding administratif, maka
gugatan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang telah diputus dalam tingkat
banding administratif diajukan langsung kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara dalam tingkat pertama yang berwenang.
Tahapan-Tahapan Penanganan Perkara Di Persidangan Yaitu Sebagai Berikut :
8) Pembacaan gugatan (Pasal 74 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Pemeriksaan sengketa dimulai dengan membacakan isi gugatan dan surat yang
memuat jawabannya oleh hakim ketua sidang, dan jika tidak ada surat jawaban,
pihak tergugat diberi kesempatan untuk mengajukan jawabannya.
9) Pembacaan jawaban (Pasal 74 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Pemeriksaan Sengketa Dimulai Dengan Membacakan isi Gugatan dan Surat
yang Memuat Jawabannya Oleh Hakim Ketua Sidang, dan Jika Tidak Ada Surat
Jawaban, Pihak Tergugat Diberi Kesempatan Untuk Mengajukan Jawabannya.
10) Replik (Pasal 75 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Penggugat Dapat Mengubah Alasan yang Mendasari Gugatan Hanya Sampai
Dengan Replik, Asal Disertai Alasan yang Cukup Serta Tidak Merugikan
Kepentingan Tergugat, dan Hal Tersebut Harus Disaksikan Oeh Hakim.
11) Duplik (Pasal 75 Ayat 2 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Tergugat Dapat Mengubah Alasan yang Mendasari Jawabannya Hanya Sampai
Dengan Duplik, Asal Disertai Alasan yang Cukup Serta Tidak Merugikan
Kepentingan Penggugat dan Hal Tersebut Harus Dipertimbangkan Dengan
Seksama Oleh Hakim.
12) Pembuktian (Pasal 100 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Yang Dapat Dijadikan Alat Bukti Dalam Persidangan Adalah Sebagai Berikut:
f) Surat atau tulisan
g) Keterangan Ahli;
h) Keterangan Saksi;
i) Pengakuan Para Pihak;
j) Pengetahuan Hakim.
13) Kesimpulan (Pasal 97 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986)
Dalam Hal Pemeriksaan Sengketa Sudah Diselesaikan, Kedua Belah Pihak
Diberi Kesempatan Untuk Mengemukakan Pendapat yang Terakhir Berupa
Kesimpulan Masing – Masing.
14) Putusan (Pasal 108 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986)
▪ Alur Dan Tahapan Proses Persidangan Pengadilan Agama
1) Setelah perkara di daftarkan, pemohon atau penggunggat dan pihak termohon atau
tergugat serta turut termohon atau turut tergugat menunggu surat panggilan untuk
menghadiri persidangan.
2) Tahapan persidangannya:
a. Majelis hakim memberikan kesempatakan kepada para pihak yang bersengketa
untuk melakukan terlebih dahulu upaya perdamaian. Apabila upaya perdamaian
tidak menghasilkan titik terang atau kesepakatan kedua belah pihak maka
langkah selanjutnya adalah melakukan;
b. Pembacaan gugatan dari pemohon/penggugat. Setelah gugatan pemohon
dibacakan;
c. Selanjutnya pihak termohon/tergugat memberikan jawaban atas gugatan
tersebut;
d. Selanjutnya dari pihak pemohon/penggugat membacakan replik;
e. Serta selanjutnya dari termohon/tergugat memberikan sanggahan berupa duplik
kepada pemohon/penggugat;
f. Selanjutnya pemohon/penggugat dan termohon/tergugat memberikan
pembuktian untuk digunakan dalam proses persidangan tersebut guna
memperkuat argument para pihak;
g. Selah pembuktian dibacakan langkah selanjutnya adalah para pihak
penggugat/pemohon dan tergugat/termohon memberikan kesimpulan atas
rangkaian proses persidangan tersebut;
h. Selanjutnya Majelis Hakim melakukan musyawarah untuk membacakan
putusan atas perkara tersebut.
3) Setelah putusan dibacakan oleh Majelis Hakim. Pihak yang tidak puas atas putusan
tersebut dapat mengajukan upaya hukum (verset/verstek, banding, dan peninjauan
kembali) selambat-lambatnya 14 hari sejak perkara diputus atau diberitahukan.
4) Setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, untuk perkara permohonan
talak, pengadilan agama:
a. Menetapkan hari sidang ikrar talak.
b. Memanggil pemohon dan termohon untuk menghadiri sidang ikrar talak.
c. Jika dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkannya sidang ikrar
talak, suami atau kuasanya tidak melaksanakan ikrar talak di depan persidangan,
maka gugurlah kekuatan hukum penetapan tersebut dan perceraian tidak dapat
diajukan kembali dengan alasan hukum yang sama.
5) Setelah pelaksanaan sidang ikrar talak, maka dapat dikelurkan akta cerai.
6) Setelah putusan mempunyai kekutan hukum tetap, untuk perkara cerai gugat, maka
dapat dikeluarkan akta cerai.
7) Untuk perkara lainnya, setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, maka
para pihak yang berperkara dapat meminta salinan putusan.
8) Apabila pihak yang kalah dihukum untuk menyerahkan objek sengketa, kemudian
tidak mau menyerahkan secara sukarela, maka pihak yang menang dapat
mengajukan permohonan eksekusi ke Pengadilan Agama yang memutus perkara
tersebut.
▪ Letak Tersangka Terdakwa dan Terpidana
a. `Tersangka, diberikan pada saat proses penyidikan dimana bukti permulaan sudah
ditemukan (baru diduga dan belum tentu bersalah).
b. Terdakwa, dimana seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili
dipersidangan (diberikan pada saat proses hukum telah memasuki pengadilan).
c. Terpidana, dimana seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap (status terpidana diberikan pada saat
proses hukum dipengadilan telah selesai dan sudah ada putusan yang berkekuatan
hukum tetap).
▪ Istilah Bahasa Belanda Hukum
a. Recht = Hukum
b. Rechtsnormen = Kaidah Hukum
c. Hukum Normatif = Normatieve Recht
d. Dogmatik Hukum = Recht dogmatiek
e. Rechtsideaal = Cita Hukum
f. Filsafat Hukum = Rechtsphilosophie
g. De werkelijke levensvormen van de menschelijke samenleving = Hukum
mewujudkan diri sebagai bentuk kehidupan nyata
h. Rechtelijke werkelijkheid = Kenyataan Hukum
i. Rechtssociologie = Sosiologi Hukum
j. Ontwikkelde leek = orang terpelajar bukan ahli hukum
k. Gebod = Kaidah hukum yang bersifat perintah
l. Verbot = Kaidah hukum yang bersifat larangan
m. Orde en rust = Ketertiban dan ketentraman
n. Straf: Pidana
o. Straf Recht: Hukum Pidana
p. Geen straf zonder schuld: Tiada pidana tanpa kesalahan
q. Feit : perbuatan
r. Poging: Percobaan (53 KUHP)
s. Niat: voornemen
t. Deelneming: Penyertaan
u. Dader: pelaku tindak pidana (pembuat)
v. Plegen: yang melakukan
w. Doen Plegen: Menyuruh Melakukan
x. Medeplegen: Turut serta melakukan
y. Uitlokken: Menganjurkan melakukan
z. Medeplichtige: Pembantu kejahatan
aa. Overtreding: Membantu melakukan pelanggaran
bb. Staatsblad= Berita Negara/Lembaran Negara
cc. HIR (Herzien Inlandsch Reglement) = Hukum acara dalam persidangan yang
berlaku di pulau Jawa dan Madura
dd. RBG (Rechtreglement voor de Buitengewesten) = Hukum acara yang berlaku di
pengadilan di luar Jawa dan Madura
ee. Rv (Wetboek op de Burgerlijke Rechtvordering) = Hukum acara berlaku untuk
golongan Eropa
ff. Burgerlijk Wetboek = Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
gg. WvS (Wetboek van Straftrecht = Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
hh. Wetboek van Koophandel = Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
ii. Persoonen Recht = Hukum Perorangan
jj. Familie Recht = Hukum Keluarga
kk. Vermogens Recht = Hukum Harta Kekayaan
ll. Erf Recht = Hukum Waris
Sistematika Hukum Perdata menurut KUHPerdata
a. Van Personen = Buku I Tentang Orang
b. Van Zaken = Buku II Tentang Benda
c. Van Verbitenissen = Buku III Tentang Perikatan
d. Bewijs en Verjaring = Buku IV Tentang Bukti dan Daluarsa
e. Natuurlijke Persoon = Manusia
f. Recht Person = Badan Hukum
g. Onrechtmatige daad = Perbuatan melawan hukum
h. Wan Prestasi = Ingkar Janji
▪ Perbedaan Kuasa Hukum Dan Penasihat Hukum
Kuasa hukum bertugas sebagai pendamping atau mewakili pihak yang berperkara di
pengadilan biasanya diwakili oleh advokat. Sedangkan penasihat hukum yaitu profesi
yang memberikian bantuan dan/atau nasihat hukum.
▪ Asas-Asas Hukum Dalam Bahasa Belanda
 Asas Action Paulina = hak kreditur untuk mengajukan pembatalan terhadap segala
perbuatan yang tidak perlu dilakukan oleh debitur yang merugikannya.
 Asas Audit Et Alteram Partem = asas ini mewajibkan pada hakim untuk
mendengar kedua belah pihak secara bersama-sama, termasuk dalam hal
kesempatan memberikan alat-alat bukti dan menyampaikan kesimpulan. Asas ini
merupakan implementasi asas persamaan.
 Asas Apatride = seseorang sama sekali tidak memiliki kewarganegaraan.
 Asas Legalitas = Nullum Delictum Nulla Poena Sine Praevia Lege Poenali =
tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah ada sebelumnya. (Pasal 1 KUHP).
 Asas Non Retro Aktif = suatu undang-undang tidak boleh berlaku surut.
 Asas Culpabilitas = Nulla Poena Sine Culpa = tiada pidana tanpa kesalahan.
 Asas Opportunitas = penuntut umum berwenang untuk tidak melakukan
penuntutan dengan pertimbangan demi kepentingan umum.
 Asas Presumption Of Innocence (praduga tak bersalah) = seseorang harus
dianggap tidak bersalah sebelum dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
 Asas In Dubio Pro Reo = dalam hal terjadi keragu-raguan maka yang diberlakukan
adalah peraturan yang paling menguntungkan terdakwa.
 Asas Individualiteit = objek hak kebendaan selalu merupakan barang yang
individueel bepaald, yaitu barang yang dapat ditentukan. Artinya seseorang hanya
dapat memiliki barang yang berwujud yang merupakan kesatuan.
 Asas Totaliteit = seseorang yang mempunyai hak atas suatu barang maka ia
mempunyai hak atas keseluruhan barang itu/bagian-bagian yang tidak tersendiri.
 Asas Onsplitsbaarheid (tidak dapat dipisahkan) = Pemisahan dari zakelijkrechten
tidak diperkenankan, tetapi pemilik dapat membebani hak miliknya dengan iura in
realiena : jadi seperti melepaskan sebagian dari wewenangnya.
 Asas Vermenging (asas percampuran) = Seseorang tidak akan untuk
kepentingannya sendiri memperoleh hak gadai atau hak memungut hasil atas barang
miliknya sendiri.
 Asas Publiciteit = Dalam hal pembebanan tanggungan atas benda tidak bergerak
(Hipotik) maka harus didaftarkan didalam register umum.
 Asas Spesialiteit = Hipotik hanya dapat diadakan atas benda-benda yang ditunjuk
secara khusus (letaknya, luasnya, batas-batasnya).
 Asas Reciprositas = Seorang anak wajib menghormati orang tuanya serta tunduk
kepada mereka dan orang tua wajib memelihara dan membesarkan anaknya yang
belum dewasa sesuai dengan kemampuannya masing-masing (Pasal 298 BW , dan
seterusnya).
 Asas in dubio pro reo = Dalam hal terjadi keragu -raguan maka yang diberlakukan
adalah peraturan yang paling menguntungkan terdakwa.
 Asas Individualiteit = Obyek hak kebendaan selalu merupakan barang yang
individueel bepaald, yaitu barang yang dapat ditentukan. Artinya seseorang hanya
dapat memiliki barang yang berwujud yang merupakan kesatuan.
 Asas Pacta Sunt Servanda (janji itu mengikat) = Suatu perjanjian berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
 Asas Konsensualitas = Suatu perjanjian sudah sah dan mengikat ketika telah
tercapai kesepakatan para pihak dan sudah memenuhi sayarat sahnya kontrak.
 Asas Canselling = Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subyektif dapat dimintakan pembatalan.
 Asas Preferensi = Para kreditor yang memegang hipotik, gadai dan privelegi diberi
hak prseferensi yaitu didahulukan dal;am pemenuhan piutangnya. Asas ini
merupakan penyimpangan dari asas persamaan.
 Asas Droit invialablel et sarce = Hak milik tidak dapat diganggu gugat.
 Asas Ius Sanguinis = Untuk menentukan kewarga negaraan seseorang berdasarkan
pertalian darah atau keturunan dari orang yang bersangkutan.
 Asas Ius Soli = Menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat /
negara dimana orang tersebut dilahirkan.
 Asas Bipatride = Asas dimana seseorang dimungkinkan mempunyai
kewarganegaraan rangkap.
 Asas Medebewind (Tugas Pembantuan) = Penentuan kebijaksanaan, perencanaan
dan pembiayaan tetap ditangan pemerintah pusat tetapi pelaksanaannya ada pada
pemerintah daerah.
 Asas Welfare state (negera kesejahteraan) = Pemerintah Pusat bertugas menjaga
keamanan dalam arti seluas-luasnya dengan mengutamakan kesejahteraan rakyat.
 Asas Priorrestraint (kendali dini) = Suatu asas yang mempunyai makna
pencegahan untuk mengadakan unjuk rasa setelah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan.
 Asas Non Lisensi = suatu asas yang lebih terkait dengan kemerdekaan atau
kebebasan menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan.
 Asas Naturalisasi (pewarganegaraan) = Suatu asas dimana seseorang yang telah
dewasa dapat mengajukan permohonan menjadi warga negara (Indonesia) melalui
Pengadilan Negeri.
 Asas Ne Bis Vexari Rule = Merupakan asas yang menghendaki agar setiap
tindakan administrasi negara harus didasarkan atas undang – undang dan hukum.
 Asas Principle of legality (kepastian hukum) = Asas yang menghendaki
dihormatinya hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan keputusan badan atau
pejabat administrasi negara.
 Asas Sapientia (Kebijaksanaan) = Pejabat Administrasi negara senantiasa harus
selalu bijaksana dalam melaksanakan tugasnya.
 Asas Het Vermoeden van Rechtmatigheid atau Presumtio Justea Causa = Asas
ini menyatakan bahwa demi kepastian hukum, setiap keputusan tata usaha negara
yang dikeluarkan harus dianggap benar menurut hukum, karenanya dapat
dilaksanakan lebih dahulu selama belum dibuktikan sebaliknya dan belum
dinyatakan oleh Hakim Administrasi sebagai keputusan yang bersifat melawan
hukum.
 Asas Pemeriksaan Segi Rechtmatigheid dan Larangan Pemeriksaan Segi
Doelmatigheid = Hakim tidak boleh atau dilarang melakukan pengujian dari segi
Kebijaksanaan (doelmatigheid) suatu keputusan yang disengketakan meskipun
Hakim tidak sependapat dengan keputusan tersebut, sebatas keputusan itu bukan
merupakan keputusan yang bersifat sewenang-wenang (willikeur/a bus de droit).
Jadi Hakim hanya berwenang memeriksa segi rechmatigheid suatu keputusan tata
usaha negara, karena hal itu berkaitan dengan asas legalitas dimana setiap tindakan
pemerintah harus berdasarkan atas hukum.
 Asas Pengujian Ex tune = Pengujian Hakim Peradilan Administrasi hanya terbatas
pada fakta-fakta atau keadaan hukum pada saat keputusan tata usaha negara
dikeluarkan.
 Asas Independent (kemerdekaan) = Suatu Negara berdiri sendiri, merdeka dari
dari negara lainnya.
 Asas Exteritorial = Seorang Diplomat/Duta yang ditugaskan disuatu negara harus
dianggap berada diluar wilayah negara dimana dia ditempatkan tersebut.
 Asas Souvereignit = Kedaulatan suatu negara mempunyai kekuasaan yang
tertinggi.
 Asas Receprocitet = Apabila suatu negara menerima duta dari negara sahabat,
maka negara itu juga harus mengirimkan dutanya.
 Asas Statuta mixta = Dalam menghukum suatu perbuatan, digunakan hukum
negara dimana perbuatan itu dilakukan.
 Asas Personalitas = Asas untuk menentukan status personal pribadi seseorang
yang berlaku baginya adalah Hukum Nasionalnya / negaranya (Lex Partriae).
 Asas Teritorialitas = Yang berlaku bagi seseorang adalah hukum negara dimana
dia berdomilisi (Lex domicili).
 Asas Communal (sifat kebersamaan) = Manusia menurut hukum adat merupakan
makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat dengan rasa kebersamaan meliputi
seluruh lapangan hukum adat.
 Asas Legal = Setiap pungutan pajak harus didasarkan atas undang-undang.
 Asas Ekonomis, effisien = Pajak dipungut untuk membangun sarana-sarana bagi
kepentingan masyarakat (kurang mampu). Dan dengan biaya pungutan yang
serendah-rendahnya.
 Asas Non Distorsi = Pajak tidak boleh menimbulkan distorsi ekonomi, inflasi,
psikologikal effeck dan kerusakan-kerusakan.
 Actio in pauliana = Tuntutan hukum untuk pernyataan batal segala perbuatan yang
tidak diwajibkan yang dilakukan oleh pihak yang berhutang, yang menyebabkan
penagih hutang dirugikan (Pasal 1341 KUHPerdata).
 Advokasi = Tindakan untuk mempermasalahkan suatu hal/ide/topik tertentu
 Aequo et bono = Suatu istilah yang terdapat pada akhir dokumen hukum dalam
peradilan, baik perdata maupun pidana yang prinsipnya menyerahkan kepada
kebijaksanaan hakim pemeriksa perkara.
 Arti harfiahnya = apabila hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-
adilnya.
 Ajudikasi/adjudication = Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan;
pengambilan keputusan.
 Amnestie = Pernyataan umum (diterbitkan melalui atau dengan undang-undang)
yang memuat pencabutan semua akibat pemidanaan dari suatu perbuatan pidana
(delik) tertentu atau satu kelompok perbuatan pidana (delik) tertentu, bagi
terpidana, terdakwa yang dinyatakan bersalah melakukan delik-delik tersebut.
 Audie et alteram partem = Kedua belah pihak harus didengar
 Actor Sequitor Forum Rei = Di Pengadilan tempat tinggal Tergugat.
 Actual damages (Ganti rugi aktual) = Kerugian yang benar-benar diderita secara
aktual dan dapat dihitung dengan mudah sampai ke nilai rupiah.
 Abolisi = Penghapusan terhadap seluruh akibat penjatuhan putusan pengadilan
pidana kepada seseorang terpidana, terdakwa yang bersalah melakukan delik.
 Barang bukti/corpus delicti = Barang yang digunakan untuk melakukan suatu
kejahatan atau hasil dari suatu kejahatan
 Beban pembuktian terbalik = Beban yang menjadi tanggung jawab pelaku untuk
membuktikan ada tidaknya unsur kesalahan dalam kasus pidana
 Benturan kepentingan = Benturan yang timbul ketika kepentingan seseorang
memungkinkan orang lain melakukan tindakan yang bertentangan dengan pihak
tertentu, yang kepentingannya seharusnya dipenuhi oleh orang lain tersebut.
 Contempt of Court = Setiap tindakan dan/perbuatan, baik aktif maupun pasif,
tingkah laku, sikap dan/ucapan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang
bermaksud merendahkan dan merongrong kewibawaan, martabat dan kehormatan
instirusi peradilan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang sehingga
mengganggu dan merintangi sistem serta proses peradilan yang seharusnya.
 Crisis der democratie = krisis yang timbul akibat penganutan pada demokrasi
formal semata-mata.
 Conservatoir Beslaag = Sita Jaminan terhadap obyek/Barang
 Class Action (Gugatan perwakilan) = Gugatan yang berupa hak kelompok kecil
masyarakat untuk bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar dalam upaya
mengajukan tuntutan berdasarkan kesamaan permasalahan, fakta hukum, dan
tuntutan ganti kerugian.
 De auditu testimonium de auditu = Keterangan saksi yang disampaikan di muka
sidang pengadilan yang merupakan hasil pemikiran saja atau hasil rekaan yang
diperoleh dari orang lain
 Delik = Perbuatan Pidana-Tindak Pidana = Suatu tindakan melanggar hukum
yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang
tindakannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan oleh undang-undang telah
dinyatakan sebagai suatu perbuatan yang dapat dihukum.
 Deposisi = Bukti saksi atau ahli yang didasarkan atas sumpah yang dilakukan diluar
pengadilan
 Doktrin ultra vires = Doktrin yang mengajarkan bahwa perseroan tidak dapat
melakukan kegiatan di luar dari kekuasaan perseroan
 Droit de preference = Keistimewaan yang bersangkutan dengan hasil penjualan
tanah yang dijadikan jaminan, dalam hubungannya dengan kreditur-kreditur lain
yang tidak mempunyai hak yang lebih mendahulu.
 Droit de suite = Asas berdasarkan hak suatu kebendaan seseorang yang berhak
terhadap benda itu mempunyai kekuasaan/wewenang untuk mempertahankan atau
menggugat bendanya dari tangan siapapun juga atau dimanapun benda itu berada.
 Damihi Facta Do Tibi Ius = Tunjukkan kami faktanya, kami berikan hukum-nya.
 Droit Constitutional : Hukum dasar.
 Desentralisasi = Penyarahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
Daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system
Negara kesatuan.
 Dekonsentralisasi = Pelimpahan wewenang pemerinthan oleh pemerintah kepada
Gebernur sebagai wakil pemerintahan dan/atau kepada instansi vertical di wilayah
tertentu Atau Urusan Pemerintah Pusat yang tidak dapat diserahkan kepada
pemerintah daerah dilakukan oleh perangkat pemerintah pusat didaerah yang
bersangkutan.
 Eksekusi = Pelaksanaan Putusan.
 Exceptio non adimpleti contractus = Tangkisan bahwa pihak lawan dalam
keadaan lalai juga, maka dengan demikian tidak dapat menuntut pemenuhan
prestasi.
 Eigenrichting = tindakan main hakim sendiri-tindakan untuk melaksanakan hak
menurut kehendak sendiri tidak lain merupakan tindakan untuk melaksanakan hak
menurut kehendak sendiri yang bersifat sewenang-wenang, tanpa persetujuan pihak
lain yang berkepentingan, hal ini merupakan pelaksanaan sanksi oleh perorangan.
 Eksaminasi = Ujian atau pemeriksaan terhadap putusan pengadilan/hakim.
 Events of defaults-wanprestasi-cidera janji-trigger clausel opeisbaar clause =
Tindakan-tindakan bank sewaktu-waktu dapat mengakhiri perjanjian kredit dan
untuk seketika akan menagih semua utang beserta bunga dan biaya lainnya yang
timbul.
 Forum rei sitae = Pengadilan di tempat benda(Obyek Sengketa) tetap terletak
(pasal 118 ayat 3 hir)
 Freies Ermessen-Pouvoir Discretionnaire = Kemerdekaan yang dimiliki
pemerintah untuk turut serta dalam kehidupan sosial dan keleluasaan untuk tidak
selalu terikat pada produk legislasi parlemen.
 Facta sun Servanda = Perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi yang
membuatnya.
 Force majeure-overmacht-keadaan memaksa = Keadaan di mana seorang
debitur terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa
yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak,keadaan atau peristiwa tersebut
tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur, sementara si debitur tersebut
tidak dalam keadaan beritikad buruk.
 Gronwet = Undang-Undang Dasar.
 Gratifikasi = Pemberian dalam arti luas yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman, tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya yang
diberikan kepada pegawai negeri sipil dan dilakukan baik didalam negeri maupun
diluar negeri dan dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa
sarana elektronik.
 HIR = Herziene Indonesche Reglement, Reglemen indonesia yang sudah
diperbaharui, berlaku untuk jawa dan sumatera.
 In Kracht Van Gewidjge = Putusan Yang telah berkekuatan hukum Tetap/pasti
dan mempunyai daya eksekusi.
 In Der Minne = Pemenuhan putusan secara sukarela.
 In dubio pro reo = Dalam keadaan yang meragukan, hakim harus mengambil
keputusan yang menguntungkan terdakwa.
 In casu: Dalam perkara ini, dalam hal ini.
 Ilegal (logging) = Kegiatan di bidang kehutanan atau yang merupakan rangkaian
kegiatan yang mencakup penebangan, pengangkutan, pengolahan hingga kegiatan
jual beli (ekspor-impor) kayu yang tidak sah atau bertentangan dengan aturan
hukum yang berlaku, atau perbuatan yang dapat menimbulkan kerusakan hutan.
 Ius Sanguinis = menetapkan kewarganegaraan seseorang berdasarkan atas
keturunan/pertalian darah.
 Ius Solli = menetapkan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat / negara
kelahirannya.
 Judicial Refiew = Hak Uji Materiil
 Judicial Interpretation = Penafsiran secara hukum.
 Judex ne procedat ex officio = Hakim bersifat menunggu-Inisiatif untuk
mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang
berkepentingan/hakim bersifat menunggu datangnya tuntutan hak diajukan
kepadanya.
 Kompensasi = Pemulihan hak-hak penggugat dalam kemampuan kedudukan,
harkat dan martabatnya sebagai pegawai negeri seperti semula, sebelum adanya
keputusan yang disengketakan. Apabila Tergugat tidak mungkin dikembalikan
pada jabatan semula maka dapat ditempuh cara lain dengan membayar sejumlah
uang atau bentuk kompensasi lainnya.
 Kebenaran Material = (kebenaran dan kenyataan). Pemeriksaan dalam perkara
pidana, tujuannya untuk mengatahui apakah faktanya/senyatanya benar-benar telah
terjadi pelanggaran/kejahatan.
 Lex specialis derogat legi generali = Kalau terjadi konflik/pertentangan antara
undang-undang yang khusus dengan yang umum maka yang khusus yang berlaku.
 Lex superior derogat legi inferiori = Kalau terjadi konflik/pertentangan antara
peraturan perundang-undangan yang tinggi dengan yang rendah maka yang
tinggilah yang harus didahulukan.
 Lex posteriori derogat legi priori = Undang-undang yang lama dinyatakan tidak
berlaku apabila ada undang-undang yang baru yang mengatur hal yang sama.
 Lex dura sed ita scripta = UU Adalah keras tapi harus di tegakkan/ditulis.
 Lex Divina = Kitab suci.
 Lex Eternal = Hukum yang paling tinggi letaknya pada tuhan.
 Lex natural = Hukum Alam.
 Lex Aeterna = Hukum Yang didasarkan pada rasio Tuhan.
 Lex Umana = Hukum yang ditetapkan oleh Manusia.
 Lex Rei Sitae, Lex Situs = Status hukum benda tidak bergerak/tetap, tunduk
kepada hukum dimana benda itu berada (Statuta realita).
 Lex Loci Contractus = Dalam Perjanjian Perdata Internasional, hukum yang
berlaku adalah hukum negara dimana perjanjian dibuat.
 Lex Loci Solotionis = Hukum yang berlaku adalah hukum negara dimana
perjanjian itu dilaksanakan.
 Lex Loci Delicti Commissi = Apabila terjadi perbuatan melanggar hukum/wan
prestasi, maka yang berlaku adalah hukum negara dimana penyelewengan perdata
itu terjadi.
 Lex Fori = Dalam hal terjadi penyelewengan perdata, hukum yang berlaku adalah
hukum negara dimana perkara diadili.
 Lex Loci Actus = Berlaku hukum dimana dilakukannya suatu perbuatan hukum.
 Lex Partriae = Hukum yang berlaku bagi para pihak atau salah satu pihak dalam
berperkara adalah Hukum kewarganegaraannya.
 Lex Locus Delicti = Hukum yang berlaku untuk menyelesaikan suatu perkara
adalah hukum dimana perbuatan hukum tersebut dilakukan.
 Lex Causa = Hukum yang akan dipergunakan adalah hukum yang berlaku bagi
persoalan pokok (pertama) yang mendahului persoalan yang akan diselesaikan
kemudian.
 Lex Actus = Hukum dari negara yang mempunyai hubungan erat dengan transaksi
yang dilakukan.
 Lex Originis = Ketentuan hukum mengenai status dan kekuasaan atas subyek
hukum tetap berlaku diluar negeri.
 Lex certa = ketentuan dalam perundang-undangan tidak dapat di artikan lain.
 Lex Loci Celebrationis = Syarat formalitas berlangsungnya perkawinan, berlaku
hukum dari negara dimana perkawinan dilangsungkan. ( locus regit actum ).
 Locus delictie-tempat kejadian perkara, (TKP):
a) Tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan/terjadi, atau akibat yang
ditimbulkannya;
b) Tempat-tempat lain dimana barang-barang bukti atau korban yang berhubungan
dengan tindak pidana tersebut dapat diketemukan; tempat dimana pembuat
melakukan sesuatu adalah tempat dimana ia seharusnya melakukan sesuatu,
atau tempat terjadinya akibat yang dimaksud dalam perumusan peraturan
perundang-undangan atau tempat yang menurut perkiraan pembuat akan terjadi
akibat ini.
 Maritaal beslaa (Sita maritaal) = Penyitaan yang dilakukan untuk menjamin agar
barang yang yang disita tidak dijual, untuk melindungi hak pemohon selama
pemeriksaan sengketa perceraian di pengdilan berlangsung antara pemohon dan
lawannya, dengan menyimpan atau membekukan barang-barang yang disita agar
jangan sampai jatuh di tangan pihak ketiga revindicatoir Beslaag – Sita Barang
Bergerak – Penyitaan yang diminta oleh pemilik barang bergerak yang barangnya
ada di tangan orang lain, diajukan kepada ketua pengadilan negeri di tempat orang
yang memegang barang tersebut tinggal Pand Beslaag – Sita gadai – Sitaan yang
menyangkut barang milik orang lain yang kebetulan si pailit sebagai pemegang
gadai.
 Mobilia Personam Sequuntur = Status hukum benda-benda bergerak mengikuti
status hukum orang yang menguasainya.
 Monogami = dalam suatu perkawinan dimana seorang laki-laki hanya boleh
memiliki seorang perempuan sebagai isteri dan seorang perempuan hanya boleh
memiliki seorang suami.
 Ne Bis In Idem = Terhadap perkara yang sama tidak dapat diajukan dua kali
pemeriksaan
 Obscuur Libel = Obyek Kabur
 Onrechtmatige Overheidts daad = Perbuatan yang melanggar hukum
 Poligami = dimana dalam suatu perkawinan seorang laki-laki diperbolehkan
memiliki lebih dari seorang isteri.
 Resiprositas = Timbal balik / Pembalasan. Ini biasanya berlaku dalam hal hak dan
kewjiban suatu negara terhadap negara lain.
 Unus Testis Nullus Testi = Satu saksi bukan sanksi, maksudnya keterangan
seorang saksi harus dilengkapi dengan bukti-bukti lain.
 Ubi Socitas Ibi Ius = Dimana Ada masyarakat disitu ada Hukum.
 Uit Voerbaar bij Vooraad = Putusan yang dapat dilaksanakan Terlebih Dahulu,
meskipun pihak yang kalah mengajukan banding ataupun kasasi.
 Putusan Contradictoir = Putusan atas bantahan, suatu putusan yang diambil
setelah mendengarkan keterangan kedua belah pihak.
 Provisionel Eis = Putusan Sela, putusan yang diambil oleh hakim sebelum
menjatuhkan putusan akhir.
 Putusan Condemnatoir = putusan yang bersifat penghukuman.
 Putusan Declaratoir = Putusan yang menentukan sifat suatu keadaan dengan tidak
mengandung perintah kepada pihak untuk untuk berbuat ataupun tidak berbuat
sesuatu.
 Putusan Constitutief = Putusan yang melenyapkan suatu keadaan/situasi hukum.
 Punitive damages (Ganti rugi penghukuman) = Suatu ganti rugi dalam jumlah
besar yang melebihi dari jumlah kerugian yang sebenarnya, ganti rugi itu
dimaksudkan sebagai hukuman bagi si pelaku.
 Preponderance of evidence = Bukti-bukti yang lebih berbobot atau lebih
meyakinkan atau lebih dapat dipecaya jika dibanding dengan bukti lainnya, atau
bukti-bukti yang dianggap cukup untuk dapat membuktikan kebenaran suatu
peristiwa.
 Pro bono = Suatu perbuatan/pelayanan hukum yang dilakukan untuk kepentingan
umum atau pihak yang tidak mampu tanpa dipungut biaya.
 RBg = Recht Reglement van Buitengewesten , Reglemen indonesia yang berlaku
untuk luar jawa dan sumatera.
 Restitutie In Intergum = Pengembalian obyek sengketa kepada keadaan semula.
 Rechtmatige daad = Perbuatan sesuai dengan hukum.
 Requisitoir = Suatu pembuktian tentang terbukti atau tidaknya surat dakwaan
 Restitusi = Suatu nilai tambah yang telah diterima oleh pihak yang melakukan
wanprestasi, nilai mana terjadi sebagai akibat dari pelaksanaan kontrak oleh pihak
lain dari yang melakukan wanprestasi.
 Sol Justisia = Matahari Keadilan (kebenaran).
 Saksi a charge = Saksi yang memberatkan/memberikan keterangan yang
memberatkan.
 Saksi a decharge = Saksi yang meringankan/memberikan keterangan yang
meringankan.
 Terstond = Dieksekusi segera.
 Teori fiktie (fiksi) = yang menyatakan bahwa begitu suatu norma hukum
ditetapkan, maka pada saat itu setiap orang dianggap tahu hukum/undang-undang
(een ieder wordt geacht de wet/het recht te kennen).
 Verzet = Perlawanan, Deer den Verzet : Perlawanan Pihak Ketiga.
 Verstek = Putusan yang diambil diluar hadirnya Tergugat.
 Verjaring (Kadaluarsa) = Lampaunya tenggang waktu yang ditetapkan undang-
undang, sehingga mengakibatkan orang yang menguasai barang memperoleh hak
milik.
 Vrijspraak (Bebas dari segala dakwaan) = Putusan yang dijatuhkan oleh majelis
hakim karena dari hasil pemeriksaan di sidang kesalahan terdakwa atas perbuatan
yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.
 Zakwaarneming ( 1345 BW ) = Asas dimana seseorang yang melakukan
pengurusan terhadap benda orang lain tanpa diminta oleh orang yang bersangkutan,
maka ia wajib mengurusnya sampai tuntas.
▪ Mengapa banding dan kasasi dianggap sebagai upaya hukum biasa ?
Jawab :
Karena pada asasnya upaya hukum biasa menangguhkan eksekusi (kecuali bila
terhadap suatu putusan dikabulkan tuntutan serta mertanya). Sedangkan upaya hukum
luar biasa tidak mengguhkan eksekusi.
▪ Syarat Formil Surat Dakwaan
Sesuai dengan ketentuan Pasal 143 (2) huruf a KUHAP:
a. Surat dakwaan harus dibubuhi tanggal dan tanda tangan Penuntut Umum pembuat
Surat Dakwaan.
b. Surat Dakwaan harus memuat secara lengkap identitas terdakwa yang meliputi
nama lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan.
Disamping syarat formil surat dakwaan juga harus memuat uraian secara cermat, jelas
dan lengkap mengenai Tindak Pidana yang didakwakan dengan menyebutkan tempat
dan waktu tindak pidana itu dilakukan. Syarat ini dalam praktek tersebut sebagai syarat
materiil.
Sesuai ketentuan Pasal 143 (2) huruf b KUHAP, syarat materil meliputi;
a. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan;
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai waktu dan tempat tindak pidana
itu dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai