Anda di halaman 1dari 60

UU RI NO.

12 TAHUN 1985
stdd

UU RI NO. 12 TAHUN 1994


PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

HERU SUPRIYANTO

1
BUMI Ps. 1
⚫ Adalah
permukaan
bumi dan
tubuh bumi
TUBUH yang ada di
bawahnya.

2
Hutan

Kebun
Desa
Sektor Lainnya
Kota
Tambang

3
BANGUNAN
Adalah konstruksi teknik
yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan

4
BANGUNAN
a. Jalan lingkungan
b. Jalan TOL;
c. Kolam renang;
d. Pagar mewah;
e. Tempat olah raga
f. Galangan kapal, dermaga;
g. Taman mewah;
h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa
minyak;
i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat
5
SUBJEK PAJAK
Ps. 4 ayat (1):

Yang menjadi subyek pajak adalah orang atau badan yang


secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau
memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai,
dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

Ps. 4 ayat (2):

Subyek Pajak sdd ayat (1) yang dikenakan kewajiban membayar


pajak menjadi Wajib Pajak menurut Undang-undang ini

6
WP WAJIB PENDAFTARAN, p.l. SATU BULAN,
SETELAH PERSYARATAN SUBJEKTIF: PMK No. 48/PMK.03/2021
1. Sektor Perkebunan → Tgl. IUP oleh Pemda, Tgl. HGU oleh
kemen. di bidang pertanahan
2. Sektor Perhutanan → Tgl. izin usaha atau penugasan, oleh
kemen. di bidang kehutanan
3. Sektor Migas → Tgl. K2S, antara pemerintah dan K3S
4. Sektor PPB → Tgl. izin, kuasa, atau penugasan, oleh kemen.
di bidang ESDM, atau Tgl. kontrak
5. Sektor Minerba → Tgl. Izin, oleh kemen. di bidang ESDM atau
Pemda, Tgl. kontrak atau perjanjian
6. Sektor Lainnya → Tgl. IUP, oleh kemen. di bidang kelautan
dan perikanan, Tgl. izin perairan, kementerian di bidang
perhubungan 7
PMK 186/PMK.03/2019 Persyaratan Objektif
1. Perkebunan Areal dalam IUP-B, IUP, Izin Tetap Usaha Budidaya Perkebunan;
HGU

2. Perhutanan Areal dalam IUPHHK-HA; IUPHHBK-HA; IUPHHK-RE;


IUPHHK-HT; Penugasan (Perhutani)

3. Migas Wilayah Kerja dalam K2S

Wilayah Kerja dalam Izin Pabum; Kontrak Operasi Bersama


4. Panas Bumi Pengusahaan SD Pabum; Izin Pengusahaan SD Pabum; Penugasan
pengusahaan Pabum

5. Minerba Areal dalam IUP; IUPK; IPR; KK; PKP2B

6. Lainnya Perairan
Areal di luar areal berdasarkan izin
merupakan satu kesatuan yang digunakan untuk
kegiatan usaha yang secara fisik tidak terpisahkan.

Memiliki 1 titik koordinat atau lebih yang sama; atau terhubung melalui
sungai, parit, jembatan, jaringan pipa, konveyor, jalan, atau jembatan
PMK 186/PMK.03/2019

2 KLASIFIKASI OBJEK PAJAK

Kawasan Perhutanan
Areal IUPHHK-HA : 100.000 ha

Areal digunakan untuk Hutan Suaka Alam 25.000


ha
Areal yang diterbitkan Izin Pinjam Pakai Kawasan
Hutan (IPPKH) untuk kegiatan usaha pertambangan
minyak bumi 300 ha dengan Kontrak Kerja Sama

Permukaan Bumi ha ha
Kawasan Perhutanan 100,000
Areal Tidak Dikenakan PBB 25,000
PBB Sektor
Areal Tidak Dikenakan PBB Sektor 300 Pertambangan Minyak
Perhutanan Dan Gas Bumi
Areal Dikenakan PBB Sektor Perhutanan 74,700
PENETAPAN SEBAGAI WP
3) Dalam hal atas suatu OP belum jelas diketahui Wajib Pajaknya, Dirjen
Pajak dapat menetapkan Subyek Pajak sdd ayat (1) sebagai Wajib Pajak.
4) Subyek Pajak yang ditetapkan sdd ayat (3) dapat memberikan keterangan
secara tertulis kepada Dirjen Pajak bahwa ia bukan WP terhadap Obyek
Pajak dimaksud.
5) Bila keterangan yang diajukan oleh Wajib Pajak sdd ayat (4) disetujui,
maka Dirjen Pajak membatalkan penetapan sebagai Wajib Pajak sdd ayat
(3) dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangan
dimaksud.
6) Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Dirjen Pajak
mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan
alasannya.
7) Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya
keterangan sdd ayat (4), Dirjen Pajak tidak memberikan keputusan, maka
keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- --
Pasal 17 ayat (1): “WP dapat mengajukan banding kepada badan peradilan pajak terhadap
keputusan yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak sdd Pasal 4 ayat (6) dan Pasal 16 ayat (3) dalam
jangka waktu 3 bulan sejak tanggal diterimanya surat keputusan oleh WP dengan dilampiri
10
salinan surat keputusan tersebut. Pasal 17 dihapus dengan UU No. 12 Tahun 1994
OBJEK PAJAK DIKECUALIKAN
Ps. 3
⚫ Kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan,
pendidikan, dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan;
⚫ Kuburan, peninggalan purbakala,
atau yang sejenis dengan itu;

11
Hutan lindung, hutan suaka alam,
hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh
desa, dan tanah negara yang belum
dibebani suatu hak;
Perwakilan diplomatik, konsulat
berdasarkan asas perlakuan timbal
balik;
Badan atau perwakilan organisasi
internasional yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan
------------------------------------------ 12
KMK No. 1004/KMK.04/1985
SOAL
OP sektor Pertambangan Migas
Eksplorasi onshore 5.000 m2. Harga
pasar tanah Rp 103.000/ m2.
Bangunan 200 m2. Biaya pembuatan
baru Rp 2,2 juta/m2.
Berapa PBB terhutang jika NJOPTKP
12 juta?
13
JAWAB

NJOP Bumi 5.000 x 103 rb 515 jt


NJOP Bng 200 x 2,2 jt 440 jt +
NJOP sbg Dsr Pengenaan PBB 955 jt
NJOPTKP 12 jt -
NJOP u/ Penghitungan Pajak 943 jt
NJKP 40% 377,2 jt
X Tarif 0,5% 1.886.000,-

14
NJOPTKP - Ps. 3 UU PBB

(3) Besarnya NJOPTKP ditetapkan sebesar


Rp8.000.000,00 untuk setiap WP
(4) Penyesuaian besarnya NJOPTKP sdpa (3)
ditetapkan oleh Menkeu

PMK No. 23/PMK.03/2014 : Rp. 12 juta

15
Dasar Penghitungan Pajak
UU PBB Ps.6

(3) Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan
serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tingginya
100% (seratus persen) dari NJOP.

(4) Besarnya persentase NJKP sdda (3) ditetapkan dengan Peraturan


Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

PP No. 25 tahun 2002


1. 20% jika NJOP sbg ds kena < Rp 1 Miliar
2. 40% jika NJOP sbg ds kena ≥ Rp 1 Miliar
3. 40% untuk sektor P3
16
TARIF PAJAK - Ps. 5
Tarif pajak yang dikenakan atas OP
adalah sebesar 0,5%

PAJAK YANG TERHUTANG - Pasal 7


Besarnya pajak yang terhutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif pajak dengan
NJKP.

PAJAK YANG TERHUTANG:


RP. 1.886.000,- 17
SAAT TERHUTANG MATERIIL
Ps. 8 (2)
Saat yang menentukan pajak yang terhutang adalah
menurut keadaan OP pada tanggal ….

1 JANUARI
Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim (Ps. 8 ayat (1)

18
1 JANUARI → GOOD CONDITION

1 PEBRUARI → RUSAK

1 MARET → TERBIT SPPT


SESUAI KONDISI 1 JANUARI

19
SAAT TERHUTANG FORMIL
Ps. 11
(1) Pajak yang terhutang berdasarkan
SPPT sdd Pasal 10 ayat (1) harus
dilunasi selambat-lambatnya enam
bulan sejak tanggal diterimanya
SPPT oleh WP.

(2) Pajak yang terhutang berdasarkan SKP sdd Pasal 10


ayat (3) dan ayat (4) harus dilunasi selambat-lambatnya
1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib
pajak.

20
NILAI JUAL OBJEK PAJAK
DASAR PENGENAAN PAJAK adalah NJOP (Ps. 6 ayat (1))

Besarnya NJOP sdd ayat (1) ditetapkan setiap tiga tahun


oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu
ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan
daerahnya (Ps. 6 ayat (2))

21
NJOP
NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi
jual beli yang terjadi secara wajar Atau ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau
nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti (Ps. 1 Angka 3)

1. Harga rata-rata, Transaksi jual beli, Wajar


2. Perbandingan harga objek lain sejenis (MARKET
DATA APPROACH)
3. Nilai perolehan baru (COST APPROACH)
4. NJOP pengganti ( INCOME APPROACH)

22
PENDAFTARAN DAN
PENDATAAN
Dalam rangka pendataan, subyek pajak wajib mendaftarkan obyek
pajaknya dengan mengisi SPOP (Ps. 9 ayat (1))
⚫ SPOP adalah surat yang digunakan oleh WP untuk melaporkan data obyek pajak
menurut ketentuan undang-undang ini (Ps. 1 ayat (4))

SPOP sdd ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta
ditandatangani dan disampaikan kepada DJP yang wilayah kerjanya
meliputi letak obyek pajak, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
setelah tanggal diterimanya SPOP oleh subyek pajak. (Ps. 9 ayat (2))

Pelaksanaan dan tata cara pendaftaran obyek pajak sdd ayat (1) dan
ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan (Ps. 9 ayat (3))
------------------------------------------------------------------------------------------------
PMK No. 48/PMK.03/2021
23
Pendaftaran dan Pendataan
OP dan SP/WP
Indikasi kewajiban Melakukan penilaian
perpajakan dalam tidak untuk menentukan
SPOP pengisian SPOP besarnya NJOP
kembali tidak sesuai dengan
ketentuan
perundang- Pembetulan
undangan SPOP SPP
perpajakan yang T
ada
berlaku 1.Tidak
Penyampai menanggapi
an SPOP 2.tidak melakukan
KPP SP/WP
pembetulan SPOP
melakukan
3.melakukan
Klarifikasi pembetulan
berbeda dengan
laporan
pelaksanaan
SPOP tdk KPP menerbitkan klarifikasi
kembali surat teguran Bahan usulan
Penelitian PBB/
usulan
Pasal 9 dan Pasal 10 (1) UU PBB Pemeriksaan
PMK No. 48/PMK.03/2021
Penelitian dan Pemeriksaan PBB
SP/WP
YA membetulkan
YA Kembali dari
SPPT SPOP hasil SP/WP? SPOP
Klarifikasi?

TIDAK Permohonan
TIDAK
(setelah ditegor) Pengembalian
Data Baru
LB PBB

Ada YA
Indikasi isian YA keterangan
SPOP tidak
lain?
benar?
Dapat
TIDAK diusulkan

PENELITIAN
PEMERIKSAAN
PBB

Pasal 10 (2) UU PBB


PMK No. 48/PMK.03/2021
PENETAPAN PAJAK
Berdasarkan SPOP sdd Pasal 9 ayat (1), Dirjen Pajak
menerbitkan SPPT (Ps. 10 ayat (1))

Dirjen Pajak dapat mengeluarkan SKP dalam hal-hal sebagai


berikut :
a. apabila SPOP tidak disampaikan sdd Pasal 9 ayat (2) dan
setelah ditegor secara tertulis tidak disampaikan
sebagaimana ditentukan dalam Surat Tegoran;
b. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain ternyata jumlah yang terhutang lebih besar dari
jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang
disampaikan oleh wajib pajak.
Ps. 10 ayat (2) 26
Jumlah pajak yang terhutang dalam SKP sdd ayat (2) huruf a,
adalah pokok pajak ditambah dengan denda administrasi
sebesar 25% dihitung dari pokok pajak.
Ps. 10 ayat (3)

Jumlah pajak yang terhutang dalam SKP sdd ayat (2) huruf b
adalah selisih pajak yang terhutang berdasarkan hasil
pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak yang
terhutang yang dihitung berdasarkan SPOP ditambah denda
administrasi sebesar 25% dari selisih pajak yang terhutang
Ps. 10 ayat (4)

27
Penetapan 1 - SPPT
⚫ PER - 34/PJ/2008 Tentang Bentuk Dan Isi
Formulir SPPT PBB
⚫ SE - 25/PJ/2010 Tentang Penandatanganan
SPPT PBB
⚫ SPPT PBB dapat diterbitkan melalui
⚫ Pencetakan massal
⚫ pencetakan dalam rangka
⚫ Pembuatan salinan SPPT PBB
⚫ Tindak lanjut suatu keputusan
⚫ selain tsb.

28
Penetapan 2 - SKP-1/2
SPOP tidak disampaikan, berdasar data yang
ada, diterbitkan SKP:
Pokok = Rp 1.000.000
Sanksi adm
25% x Rp 1.000.000 = Rp 250.000
Pajak terhutang = Rp 1.250.000
Penetapan 2 - SKP-2/2
Pemeriksaan/keterangan lain, pajak terhutang >
SPOP yang disampaikan
SPPT berdasar SPOP = Rp 1.000.000
Pemeriksaan, = Rp 1.500.000
Selisih = Rp 500.000
Denda adm:
25% x Rp500.000 = Rp 125.000
Pajak terhutang SKP = Rp 625.000
PEMBAYARAN
Pajak yang terhutang berdasarkan SPPT sdd Pasal 10 ayat (1) harus
dilunasi selambat-lambatnya enam bulan sejak tanggal diterimanya
SPPT oleh wajib pajak.(Ps. 11 ayat (1))

Pajak yang terhutang berdasarkan SKP sdd Pasal 10 ayat (3) dan ayat
(4) harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterimanya SKP oleh wajib pajak. (Ps. 11 ayat (2))

Pajak yang terhutang dibayar di Bank, Kantor Pos dan Giro, dan tempat
lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan (Ps. 11 ayat (5))

Tata Cara pembayaran dan penagihan sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur oleh Menteri
Keuangan (Ps. 11 ayat (6))
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
31
PMK No. 242/PMK.03/2014
PEMBAGIAN HASIL
PENERIMAAN
Hasil penerimaan pajak merupakan penerimaan negara yang dibagi antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah dengan imbangan pembagian sekurang-kurangnya 90%
untuk Pemerintah Daerah Tingkat II dan Pemerintah Daerah Tingkat I sebagai
pendapatan daerah yang bersangkutan (Ps. 18 ayat (1))

Bagian penerimaan Pemerintah Daerah sdd ayat (1), sebagian besar diberikan kepada
Pemerintah Daerah Tingkat II (Ps. 18 ayat (2))

Imbangan pembagian hasil penerimaan pajak sdd ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah (Ps. 18 ayat (3))
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PP No. 16 Tahun 2000 Tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB Antara Pemerintah Pusat Dan
Daerah32
33
Pengangsuran Penundaan

PMK No. 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara


Pembayaran Dan Penyetoran Pajak

34
Pengangsuran

a. jangka waktu pengangsuran paling lama 12 bulan sejak diterbitkannya SK

dengan pengangsuran paling banyak 1 kali dalam 1 bulan

b. masa pengangsuran dimulai setelah jatuh tempo SPPT, SKP PBB, atau STP

PBB

c. Besarnya angsuran ditentukan dalam jumlah yang sama besar untuk setiap

angsuran

Penundaan

a. dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak diterbitkannya

SK

b. pelunasan atas penundaan pembayaran Utang PBB ditentukan sebesar Utang

PBB yang ditunda pembayarannya


35
SANKSI
Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo
pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar,
dikenakan denda administrasi sebesar 2% sebulan,
yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan
hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24
bulan. (Ps. 11 ayat 3)

Denda administrasi sdd ayat (3) ditambah dengan


hutang pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih
dengan Surat Tagihan Pajak yang harus dilunasi
selambat-lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya
STP oleh WP (Ps. 11 ayat (4))

36
PENAGIHAN
SPPT, SKP, dan STP merupakan dasar penagihan pajak (Ps.
12)

Jumlah pajak yang terhutang berdasarkan STP yang tidak


dibayar pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa
(Ps. 13)

Menteri Keuangan dapat melimpahkan kewenangan


penagihan pajak kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
dan/atau Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.
(Ps. 14)
37
PENAGIHAN PBB
Tdk
SPOP SKP =
KEMBALI
30 hr 1Pokok +
Ya Denda 25%
SPPT 2Selisih +
6 bl KURANG Denda 25%
1 bulan
JATUH TEMPO

STP + Bunga 2% max 24 bl JATUH TEMPO


1 bl Tunggu 7 hr

38
SURAT TAGIHAN PAJAK
⚫ Denda administrasi sdd ayat (3) ditambah dengan
hutang pajak yang belum atau kurang dibayar
ditagih dengan STP yang harus dilunasi selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya
STP oleh WP (Ps. 11 ayat (4))
-------------------------------------------------------------------
⚫ Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar
atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen)
sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari
pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan (Ps.
11 ayat (3))
⚫ Pajak yang terhutang berdasarkan SPPT ... (Ps. 11 ayat (1)
⚫ Pajak yang terhutang berdasarkan SKP ... (Ps. 11 ayat (1)) 39
⚫ PMK No. 80/PMK.03/2023
⚫ Diterbitkan dalam hal terdapat PBB terutang dalam
SPPT atau SKP PBB yang
⚫ tidakatau
⚫ kurang dibayar

setelah tanggal jatuh tempo pembayaran


⚫ STP memuat
⚫ PBB yang tidak atau kurang dibayar ditambah dengan
⚫ Denda adm. 2% per bulan dari PBB yang tidak atau KB

⚫ Denda adm. dihitung dari:


⚫ saat
jatuh tempo sd tgl pembayaran untuk jangka
waktu p.l. 24 bulan dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 bulan.
40
KEBERATAN (1/3)
Pasal 15
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan pada Direktur Jenderal Pajak atas:
a. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang;
b. Surat Ketetapan Pajak.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan menyatakan alasan secara
jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya surat
sdd ayat (1) oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka
waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(4) Tanda penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh pejabat Direktorat Jenderal Pajak yang
ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman Surat Keberatan melalui pos tercatat menjadi tanda
bukti penerimaan Surat Keberatan tersebut bagi kepentingan Wajib Pajak.

(5) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur Jenderal
Pajak wajib memberikan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak. 41


KEBERATAN (2/3)
Pasal 16
(1) Dirjen Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal Surat
Keberatan diterima, memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan
tambahan atau penjelasan tertulis.

(3) Keputusan Dirjen Pajak atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya
atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang
terhutang.

(4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan sdd Pasal 10 ayat
(2) huruf a, Wajib Pajak yang bersangkutan harus dapat membuktikan
ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut.

(5) Apabila jangka waktu sdd ayat (1) telah lewat dan Dirjen Pajak tidak memberi
suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima.
42
KEBERATAN (3/3)

Ps. 10 ayat (2)huruf a:


“ Dirjen Pajak dapat mengeluarkan SKP
dalam hal-hal sebagai berikut ...
... apabila SPOP tidak disampaikan sdd
Pasal 9 ayat (2) dan setelah ditegor
secara tertulis tidak disampaikan
sebagaimana ditentukan dalam Surat
Tegoran”
43
253/PMK.03/2014
Tata Cara Pengajuan Dan Penyelesaian Keberatan PBB
c. ditujukan kepada Dirjen Pajak dan disampaikan melalui KPP;
d. dilampiri dengan SPPT atau SKP PBB asli yang diajukan keberatan;
e. dikemukakan jumlah PBB yang terutang menurut penghitungan Wajib
Pajak dan disertai dengan alasan pengajuan keberatan;
f. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya
SPPT atau SKP PBB, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaannya dengan disertai bukti pendukung; dan
g. ditandatangani oleh Wajib Pajak, atau dalam hal Surat Keberatan
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, Surat Keberatan tersebut
harus dilampiri dengan surat kuasa khusus sdd ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
BANDING
Pasal 17
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada badan peradilan
pajak terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak sdd
Pasal 4 ayat (6) dan Pasal 16 ayat (3) dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan sejak tanggal diterimanya surat keputusan oleh Wajib Pajak
dengan dilampiri salinan surat keputusan tersebut.
(2) Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia.
(3) Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban
membayar pajak.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ps. 4 ayat (6): Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka
Dirjen Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai
alasan alasannya
Ps. 16 ayat (3): Keputusan Dirjen Pajak atas keberatan dapat berupa
menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah
besarnya jumlah pajak yang terhutang 45
PENGURANGAN
Ps. 19
(1) Menkeu dapat memberikan pengurangan pajak yang terhutang:
a. karena kondisi tertentu Obyek Pajak yang ada hubungannya dengan
Subyek Pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya;
b. dalam hal OP terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

(2) Ketentuan mengenai pemberian pengurangan pajak sdd ayat (1) diatur
oleh Menteri Keuangan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
PMK No. 82/PMK.03/2017 Tentang Pemberian Pengurangan PBB
Atas SPPT dan/atau SKP PBB

46
a. Kondisi tertentu OP yang ada hubungannya
dengan subjek pajak dan/atau karena sebab
sebab tertentu lainnya → p.t. 75%
⚫ Kerugian komersial (SPT Tahunan PPh)
⚫ Kesulitan likuiditas (utang jangka pendek)
b. Bencana alam → p.t. 100%
disebabkan oleh alam a.l.: gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor
Sebab lain yang luar biasa → p.t. 100%
A.l.: kebakaran, wabah penyakit, wabah hama,
huru hara, kerusuhan atau tindakan anarkis
PENGURANGAN DENDA ADM &
PENGURANGAN ATAU PEBATALAN - SPPT SKP STP-
YANG TIDAK BENAR – PMK 81/PMK.03/2017
Ps. 20
Atas permintaan Wajib Pajak Dirjen Pajak dapat mengurangkan denda
administrasi karena hal-hal tertentu
⚫ Ketentuan ini memberi kesempatan kepada Wajib Pajak untuk
meminta pengurangan denda administrasi sdd Pasal 10 ayat (3),
Pasal 11 ayat (3), dan ayat (4), kepada Dirjen Pajak.
⚫ Dirjen Pajak dapat mengurangkan sebagian atau seluruh denda
administrasi dimaksud.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pasal 10 ayat (3): “Jumlah pajak yang terhutang dalam SKP sdd ayat (2) huruf a, adalah
pokok pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar 25% dihitung dari
pokok pajak”
Pasal 11 ayat (3):” Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak
dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% sebulan,
yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka
waktu paling lama 24 bulan
Pasal 11 ayat (4): “Denda administrasi sdd ayat (3) ditambah dengan hutang pajak yang
48
belum atau kurang dibayar ditagih dengan STP yang harus dilunasi selambat-
PENGURANGAN DENDA ADM

⚫ Hal-hal ttt:
⚫ Kealpaan WP
⚫ Bukan kesalahan WP
⚫ Kesulitan likuiditas
⚫ Bencana alam/kejadian luar biasa
⚫ Hal-hal lain pertimbangan dirjen
⚫ Syarat: tidak mengajukan
⚫ keberatan dst
⚫ pengurangan ps. 19 dst
⚫ pengurangan denda dst
⚫ Pembatalan dst
49
PMK 81/PMK.03/2017
1. Pengurangan Denda Adm
2. Pengurangan SPPT, SKP Yang Tidak Benar
3. Pembatalan SPPT, SKP, STP Yang tidak Benar

UU KUP Pasal 36 ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c

4. Pengurangan atau Pembatalan Secara Jabatan

50
PASAL 23
⚫ Terhadap hal-hal yang tidak diatur secara
khusus dalam Undang-undang ini, berlaku
ketentuan dalam Undang-undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan serta peraturan
perundang undangan lainnya

51
PERMOHONAN RESTITUSI
PMK. No. 17/PMK.03/2011
Kelebihan pembayaran PBB terjadi dalam
hal:
a. PBB yang dibayar ternyata lebih besar
dari yang seharusnya terutang; atau
b. Dilakukan pembayaran PBB yang tidak
seharusnya terutang.
PEMBETULAN

PMK 11/PMK.03/2013
⚫ Sesuai Ps. 16 KUP
⚫ Kesalahan tulis, kesalahan hitung,
kekeliruan penerapan peraturan
⚫ Permintaan WP atau secara jabatan
⚫ Dapat dilakukan tanpa batas waktu
sepanjang belum daluwarsa
⚫ Salah Tulis:
⚫ Penulisan nama, alamat, NOP, Nomor SPPT/SKP/STP, tahun pajak,
tanggal jatuh tempo dan lain-lain yang sejenis
⚫ Ketet diterbitkan ganda
⚫ Salah Hitung:
⚫ +, -, x, /, tarif, klasifikasi dll
⚫ Salah/keliru penerapan peraturan perundang-
undangan:
⚫ kekeliruan penerapan ketentuan UU dan peraturan pelaksanaannya
terhadap fakta atau kenyataan objek dan subjek pajak yang sudah
jelas/benar
⚫ Asumsi/anggapan tidak terdapat perbedaan pendapat antara fiskus
dengan wajib pajak
⚫ WP pertambangan berdasar perjanjian kontrak karya, telah diatur mengenai
kewajiban PBB, ternyata keliru ditetapkan berdasar peraturan yang berlaku umum
(lex generalis), seharusnya ditetapkan berdasar ketentuan yang tercantum dalam
perjanjian tersebut
⚫ Kekeliruan dapat dibetulkan secara jabatan (tanpa permintaan WP) maupun atas
permintaan WP
PEMBERIAN IMBALAN BUNGA

PMK No. 121/PMK.06/2005


KETENTUAN BAGI PEJABAT
Pasal 21
(1) Pejabat yang dalam jabatannya atau tugas pekerjaannya berkaitan langsung dengan
obyek-obyek pajak, wajib :
a. menyampaikan laporan bulanan mengenai semua mutasi dan perubahan keadaan OP
secara tertulis kepada Ditjen Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak Obyek Pajak;
b. memberikan keterangan yang diperlukan atas permintaan Direktorat Jenderal Pajak.

(2) Kewajiban memberikan keterangan sdd ayat (1) huruf b, berlaku pula bagi pejabat lain
yang ada hubungannya dengan Obyek Pajak.
(3) Dalam hal pejabat sdd ayat (1) dan ayat (2) terikat oleh kewajiban untuk memegang
rahasia jabatan, kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan sepanjang menyangkut
pelaksanaan Undang-undang ini.

(4) Tata cara penyampaian laporan dan permintaan keterangan sdd ayat (1) dan ayat (2)
diatur oleh Menteri Keuangan.

Pasal 22
Pejabat yang tidak memenuhi kewajiban sdd Pasal 21, dikenakan sanksi menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
TINDAK PIDANA PELANGGARAN

⚫Ps. 24 - UU PBB 1985 “… kerugian Negara…”


Pasal 27 ayat (1): Tindak pidana sdd Pasal 24
dan pasal 25 ayat (2) adalah pelanggaran

57
PELANGGARAN
Pasal 24: “ Barang siapa karena kealpaannya :

a. Tidak mengembalikan/menyampaikan SPOP kepada Ditjen Pajak;

b. Menyampaikan SPOP, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap


dan/atau melampirkan keterangan yang tidak benar; sehingga
menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana
kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-
tingginya sebesar 2 (dua) kali pajak yang terhutang.

Pasal 25 ayat (2): “Terhadap bukan Wajib Pajak yang bersangkutan


yang melakukan tindakan sdd ayat (1) huruf d dan huruf e, dipidana
dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda
setinggi-tingginya Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)”
58
KEJAHATAN
(1) Barang siapa dengan sengaja :
a. tidak mengembalikan/menyampaikan SPOP kepada Ditjen Pajak;
b. menyampaikan SPOP, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap
dan/atau melampirkan keterangan yang tidak benar;
c. memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen lain yang
palsu atau dipalsukan seolah-olah benar;
d. tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau dokumen
lainnya;
e. tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang
diperlukan;
sehingga menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun atau denda setinggi-tingginya
sebesar 5 (lima) kali pajak yang terhutang.
(3)Ancaman pidana sdd ayat (1) dilipatkan dua apabila seseorang
melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu)
tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana
penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarkan denda.
59
DALUWARSA PIDANA
⚫ Pasal 26
⚫ Tindak pidana sdd Pasal 24 dan Pasal 25
tidak dapat dituntut setelah lampau waktu
10 (sepuluh) tahun sejak berakhirnya tahun
pajak yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai