E-learning
PTPD 2021
Pokok Bahasan
• Pengantar • Menghitung PBB Terutang
• Objek dan Subjek PBB • PBB Sektor Perkebunan
• Pendaftaran Objek dan Subjek PBB • PBB Sektor Perhutanan
• Tahun, Saat, dan Tempat PBB Terutang • PBB Sektor Pertambangan Migas
• Pembayaran dan Penagihan PBB • PBB Sektor Pertambangan Pabum
• Keberatan dan Banding • PBB Pertambangan Minerba
• Pengurangan PBB • PBB Sektor Lainnya
• Bagi Hasil Penerimaan PBB
• Ketentuan pidana
Pokok Bahasan
• Pengantar • Menghitung PBB Terutang
• Objek dan Subjek PBB 8 • PBB Sektor Perkebunan
• Pendaftaran Objek dan Subjek PBB 17 • PBB Sektor Perhutanan
• Tahun, Saat, dan Tempat PBB Terutang • PBB Sektor Pertambangan Migas
• Pembayaran dan Penagihan PBB • PBB Sektor Pertambangan Pabum
• Keberatan dan Banding • PBB Pertambangan Minerba
• Pengurangan PBB • PBB Sektor Lainnya
• Bagi Hasil Penerimaan PBB
• Ketentuan pidana
Filisofi Pengenaan PBB
Sesuai prinsip dan filosofi pemajakan pada umumnya,
bahwa mereka yang memiliki, menguasai, dan/atau
memanfaatkan bumi da/atau bangunan akan
mendapatkan keuntungan ekonomis ataupun sosial,
maka wajar mereka membagikan sedikit keuntungan
tersebut kepada masyarakat melalui pembayaran
pajak
Tujuan UU PBB
• Sistem perpajakan atas tanah dan bangunan yang sederhana, mudah,
adil, dan adanya kepastian hukum
• Peningkatan penerimaan negara melalui peningkatan peranserta
masyarakat dalam membiayai pembangunan
• Menghilangkan pengenaan pajak berganda yang dikenakan atas tanah
dan bangunan
UU PBB Mencabut :
• Ordonansi Pajak Rumah Tangga 1908 (Personeele Belasting Ordonantie 1908, Staatsblad
tahun 1908 Nomor 13) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1868) yang dengan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1961 (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2124) telah ditetapkan menjadi Undang-undang;
• Ordonansi Verponding Indonesia 1923 (Inlandsche Verpondings Ordonnantie 1923,
Staatsblad Tahun 1923 Nomor 425) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Algemeene Verordeningen Binnenlandsche Bestuur Java en Madoera (Staatsblad Tahun 1931
Nomor 168);
• Ordonansi Verponding 1928 (Verpondings Ordonnantie 1928, Staatsblad Tahun 1928 Nomor
342) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 29
Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor
1882);
Lanjutan....
• Ordonansi Pajak Kekayaan 1932 (Ordonantie op De Vermogens Belasting 1932, Staatsblad
Tahun 1932 Nomor 405) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1967 (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 18, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2827);
• Ordonansi Pajak Jalan 1942 (Weggeld Ordonnantie 1942, Staatsblad Tahun 1941 Nomor 97)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Algemeene Verordening
Oorlogsmisdrijven (Staatsblad Tahun 1946 Nomor 47);
• Pasal 14 huruf j, k, dan l Undang-undang Nomor 11 Drt Tahun 1957 tentang Peraturan
Umum Pajak Daerah (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 1287) yang dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1961 (Lembaran Negara Tahun
1961 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2124) telah ditetapkan menjadi Undang-
undang.
• Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 11 Tahun 1959 tentang Pajak Hasil
Bumi (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1806)
yang dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1961 (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2124) telah ditetapkan menjadi Undang-undang;
Ketentuan Umum
• Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya
• Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan
• Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi
jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli,
Nilai Jual Obyek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain
yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek Pajak Pengganti
• Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh wajib
pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan undang-undang ini
• Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) adalah surat yang digunakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terhutang
kepada wajib pajak
Objek dan Subjek PBB
Objek PBB
Bangunan sebagai objek PBB adalah konstruksi teknik
Sesuai Pasal 2 ayat (1) UU PBB, yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah
obek PBB terdiri dari Bumi dan/atau perairan
dan/atau Bangunan
Termasuk bangunan sebagai objek PBB meliputi :
Bumi sebagai Objek PBB • jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks
meliputi: bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya
a. Permukaan, dapat berupa dan lain-lain yang satu kesatuan dengan kompleks
bangunan tersebut;
tanah dan perairan • jalan TOL;
pedalaman termasuk laut • kolam renang;
• pagar mewah;
wilayah Indonesia
• tempat olah raga;
b. Tubuh bumi, yang berada di • galangan kapal, dermaga; taman mewah;
bawah permukaan bumi • tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa
termasuk kekayaan yang minyak;
• fasilitas lain yang memberikan manfaat
terkandung didalamnya
contoh
Dalam areal emplasemen perkebunan selain kantor, gudang, dan pabrik juga terdapat jalan yang
diaspal/beton. Misalnya nilai jalan Rp100.000.000
Maka penghitungan nilai dilakukan sbb:
Jenis Bangunan Luas (M2) Nilai (Rp000)
Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa untuk
Kantor 500 1.200.000
bangunan berupa jalan lingkungan, yang dihitung
Gudang 1.000 2.000.000 hanya nilainya saja yang menambah nilai bangunan
Pabrik 2.000 3.000.000 keseluruhan. Sedangkan luas jalannya tidak
menambah luas bangunan. Begitu juga untuk pagar
Jalan Lingkungan - 100.000
mewah, kolam renang, taman mewah
Jumlah 3.500 6.300.000
Subjek pajak bernama A yang memanfaatkan atau Suatu objek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan
menggunakan bumi dan/atau bangunan milik orang lain di pengadilan, maka orang atau badan yang
bernama B bukan karena sesuatu hak berdasarkan memanfaatkan atau menggunakan objek pajak tersebut
undang-undang atau bukan karena perjanjian maka ditetapkan sebagai wajib pajak.
dalam hal demikian A yang memanfaatkan atau
menggunakan bumi dan/atau bangunan tersebut Subjek pajak dalam waktu yang lama berada diluar
ditetapkan sebagai wajib pajak wilayah letak objek pajak, sedang untuk merawat objek
pajak tersebut dikuasakan kepada orang atau badan,
maka orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk
sebagai wajib pajak.
Atas hal ini dijelaskan dalam penjelasan pasal 4 (1) bahwa tanda
pembayaran/pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak
Pendaftaran Objek Dan Subek PBB
Pasal 9 (1) UU PBB mengatur bahwa dalam SPOP dan Lampiran SPOP harus diisi dengan jelas,
rangka pendataan, subyek pajak wajib benar, dan lengkap serta ditandatangani dan
mendaftarkan obyek pajaknya dengan mengisi disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang
Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) wilayah kerjanya meliputi letak obyek pajak (KPP),
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal
Pendaftaran Objek PBB dilakukan Subjek pajak diterimanya SPOP oleh subyek pajak
setelah menerima SPOP beserta Lampiran
SPOP. Subjek Pajak menerima SPOP dari KPP Apabila Subjek pajak tidak mengembalikan SPOP dan
dalam rangka Pendataan atau Pemutakhiran Lampiran SPOP sebagaimana jangka waktu tersebut dan
data objek dan subjek PBB. SPOP disampaikan setelah diberikan teguran secara tertulis, Subjek pajak
secara langsung atau sarana lain tidak juga mengembalikan SPOP sebagai mana jangka
waktu surat teguran, maka KPP dapat menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak (SKP) PBB
Saat Yang Menentukan PBB Terutang
PBB dikenakan satu kali Misalnya:
dalam setahun atau Pada tanggal 1 Januari 2021 objek pajak terdiri dari
disebut pajak tahunan. tanah kosong dan pada tanggal 1 Maret 2021 telah
Saat yang menentukan PBB berdiri sebuah bangunan. Maka PBB yang dikenakan
terutang adalah kondisi untuk tahun 2021 adalah hanya tanah kosong. Atas
objek pajak pada tanggal 1 bangunannya baru dapat dikenakan untuk tahun
Januari tahun pajak 2022.
Pembayaran yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo, dikenakan sanksi denda
sebesar 2% sebulan dengan bagian dari bulan dihitung
1 bulan paling lama 24 bulan.
Penerbitan SKP PBB
SKP terdiri dari pokok pajak ditambah sanksi denda sebesar 25%
SKP PBB dapat diterbitkan dalam hal:
1. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPOP dalam jangka waktu 30 hari
sejak diterima dan telah ditegur secara tertulis namun tidak
menyampaikan sampai batas waktu surat teguran
2. Hasil pemeriksaan/penelitian ternyata Wajib Pajak menyampaikan
SPOP tidak benar
SKP PBB
WP tidak mengembalikan SPOP
Apabila WP tidak mengembalikan SPOP sampai
batas waktu surat teguran, sanksi denda
Penghitungan SKP sbb:
dihitung berdasarkan jumlah PBB terutang Nilai
Objek Pajak Luas (M2) NJOP (Rp)
(Rp/M2)
Contoh: Bumi 1.000 4.500.000 4.500.000.000
Sampai batas waktu surat teguran WP tidak Bangunan 500 2.300.000 1.150.000.000
mengembalikan SPOP. Maka DJP menerbit SKP NJOP sebagai dasar pengenaan PBB 5.650.000.000
NJOPTKP 12.000.000
berdasarkan data atas objek tersebut yang
NJOP sebagai dasar penghitungan 5.638.000.000
dimiliki DJP NJKP (40% x5.638.000.000) 2.255.200.000
Misalnya data DJP meliputi luas tanah 1.000M2 PBB Terutang (0,5% x 2.255.200.000) 11.276.000
dan bangunan 500M2. Nilai tanah dan Sanksi denda (25% x 11.276.000) 2.819.000
bangunan hasil penilain masing-masing SKP 14.095.000
Rp4.500.000/M2 dan Rp2.300.000/M2
SKP PBB
WP mengembalikan SPOP tidak benar
Dalam hal WP mengembalikan SPOP dan telah diterbitkan SPPT.
Namun berdasarkan hasil pemeriksaan/penelitian ternyata data yang
disampaikan tidak benar.
Maka sanksi denda akan dihitung berdasarkan selisih PBB seharusnya
dengan yang terutang dalam SPPT
SKP PBB
WP Mengembalikan SPOP tidak benar
Nilai
Sama dengan contoh Objek Pajak Luas (M2) NJOP (Rp)
(Rp/M2)
sebelumnya. Namun Bumi 1.500 4.500.000 6.750.000.000
berdasarkan hasil Bangunan 750 2.300.000 1.725.000.000
penelitian diperoleh NJOP sebagai dasar pengenaan PBB 8.475.000.000
data luas tanah sebesar NJOPTKP 12.000.000
1.500M2 dan luas NJOP sebagai dasar penghitungan 8.463.000.000
bangunan 750M2 NJKP (40% x8.463.000.000) 3.385.200.000
PBB Terutang (0,5% x 3.385.200.000) 16.926.000
Hasil penilaian
PBB Terutang berdasarkan SPOP 11.276.000
diperoleh nilai tanah Selisih 5.650.000
dan bangunan tetap Sanksi denda (25% x 5.650.000) 1.412.500
SKP 7.062.500
Pada tanggal 1 Januari 2021 objek pajak terdiri dari tanah kosong dan pada tanggal 1 Maret
2021 telah berdiri sebuah bangunan.
Tgl 1 Januari 2021 objek pajak terdiri dari tanah dan bangunan. Tgl 12 Januari 2021
bangunan tersebut dibongkar.
SPPT harus dibayar selambat-lambatnya dalam jangka waktu ….. Bulan sejak/setelah
diterima/diterbitkan SPPT? CONTOH!
SPPT diterima tanggal 1 April 2021. SPPT tersebut harus dibayar paling lambat
tanggal………………… pembayaran pada ………….. sudah dihitung keterlambatanya.
Apa alasan diterbitkan SKP PBB? Dikenakan sanksi berupa ……….. sebesar ………….%
SKP harus dibayar selambat-lambatnya dalam jangka waktu ….. Bulan sejak/setelah
diterima/diterbitkan SKP.
SKP diterbitkan sebesar Rp 25 juta pada tanggal 10 Maret 2021. SKP diterima tanggal 19
Maret 2021. SKP tersebut terdiri dari pokok PBB terhutang serta sanksi berupa denda.
Kapan SKP tersebut harus dilunasi?
Apa sanksi yang harus diterbitkan atas keterlambatan SKP tersebut, apa produk hukumnya?
Apabila STP diterbiktan pada tanggal 18 Spetember 2021, berapa pajak yang ditagih
menggunaan STP?
Keberatan PBB
Setelah menerima SPPT atau SKP PBB, WP Keberatan diajukan atas masing-masing SPPT atau SKP
dapat mengajukan keberatan kepada Dirjen dengan ketentuan:
Pajak apabila merasa data SPPT/SKP yang a. Diajukan dengan bahasa Indonesia
diterimanya tidak benar. b. Disertai alasan pengajuan keberatan beserta
Keberatan dapat diajukan atas adanya tidak perhitungan ketetapan menurut WP
benaran materi dari SPPT atau SKP, meliputi c. Jangka waktu pengajuan paling lama 3 bulan sejak
luas tanah/bangunan atau NJOP yang SPPT/SKP diterima WP
ditetapkan d. Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban
membayar pajak
Atas pengajuan keberatan tersebut, Dirjen
e. Dalam rangka mengajukan keberatan WP memiliki
Pajak (Kakanwil an Dirjen Pajak) harus
hak untuk meminta hal-hal yang menjadi dasar
memberikan keputusan paling lama dalam
pengenaan pajak dan atas permintaan tersebut,
jangka waktu 12 bulan sejak pengajuan
Dirjen Pajak (KPP) wajib memberikan jawaban
diterima. Apabila lewat, maka keberatan
secara tertulis
dianggap diterima.
Putusan keberatan dapat menerima
seluruhnya, menerima sebagian, atau
menambah jumlah PBB terutang
Pengajuan Keberatan
Misalnya, WP menerima SPPT PBB
tahun 2021 sbb:
Objek Pajak Luas (M2)
Nilai
NJOP (Rp)
Menurut WP luas bumi seharusnya 280.000M2 dengan
(Rp/M2) nilai Rp 5.000/M2 dan luas bangunan 3.500M2 dengan
Bumi 481.000 9.309 4.477.500.000
nilai Rp1.200.000/M2
Bangunan 9.950 2.629.146 26.160.000.000
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB 30.637.500.000 Perhitungan PBB terutang menurut WP sbb:
NJOPTKP 12.000.000 Nilai
NJOP sebagai dasar penghitungan 30.625.500.000 Objek Pajak Luas (M2) NJOP (Rp)
(Rp/M2)
NJKP 40% x 30.625.500.000 12.250.200.000
PBB Terutang 0,5% x 12.250.200.000 61.251.000
Bumi 280.000 5.000 1.400.000.000
Bangunan 3.500 1.200.000 4.200.000.000
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB 5.600.000.000
NJOPTKP 12.000.000
NJOP sebagai dasar penghitungan 5.588.000.000
NJKP 40% x 30.625.500.000 2.235.200.000
PBB Terutang 0,5% x 12.250.200.000 11.176.000
Keputusan Keberatan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data sbb:
Luas tanah 280.000 dengan NJOP Rp8.000/M2. dan Luas bangunan 3.500
dengan NJOP Rp2.500.000/M2.
Maka diputuskan menerima sebagian keberatan WP
Pembayaran yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo, dikenakan sanksi denda
sebesar 2% sebulan dengan bagian dari bulan dihitung
1 bulan paling lama 24 bulan.
Penagihan PBB
Dasar penagihan PBB meliputi SPPT, SKP PBB, dan STP PBB
Apabila sampai dengan jatuh tempo pembayaran atas
dasar penagihan PBB tersebut WP tidak melakukan
pebayaran, maka dapat ditagih dengan Surat Paksa
Penagihan PBB dengan Surat Paksa dlakukan berdasarkan
UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU PPSP)
Bagi
Hasil
Penerima
an PBB
PBB sebagai pajak pusat
yang dibagi antara
pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, diatur
dalam PP 16 tahun 2000
sbb:
Dibagi merata
Kab/Kota 65% =
6,5
Pem. Pusat 10%
= 10
Insentif Kab/Kota
Lunas PBB P2
35% = 3,5
Perkebunan =
PP 16 tahun 2000 60% : 40%
Penerimaan PBB
100 Biaya
Pemungutan 10% Perhutanan =
=9 65%: 35%
DJP = Daerah
Pertambangan =
Daerah 90% = 90 70%:30%
Daerah Provinsi
20% = 16,2
90% = 81
Daerah Kab/Kota
80% = 64,8
Dibagi merata
Kab/Kota 65% =
6,5
Pem. Pusat 10% =
10
Insentif Kab/Kota
Lunas PBB P2 35%
= 3,5
Perkebunan =
PP 16 tahun 2000 60% : 40%
Penerimaan PBB
100
Biaya Pemungutan
Perhutanan =
10% = 9
65%: 35%
DJP = Daerah
Pertambangan =
Daerah 90% = 90 70%:30%
Daerah Provinsi
20% = 16,2
90% = 81
Daerah Kab/Kota
80% = 64,8
Ketentuan Pidana Barang siapa dengan sengaja sehingga menimbulkan
kerugian pada negara dipidana dengan pidana kurungan
selama-lamanya 2 tahun atau denda setinggi-tingginya 5x
Pasal 24 dan 25 UU PBB mengatur pajak terutang, dalam hal:
bahwa sanksi pidana dibagi menjadi 2 a. Tidak engembalikan SPOP atau
b. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar, tidak
yaitu karena kealpaan atau dengan lengkap, dan/atau melampirkan keterangan yang tidak
kesengajaan benar
Barang siapa karena kealpaannya sehingga c. Memperlihatkan surat atau dokumen palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar
menimbulkan kerugian pada negara dipidana
d. Tidak memeperlihatkan atau meminjamkan dokumen
dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 lainnya
bulan atau denda setinggi-tingginya 2x pajak e. Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan
terutang, dalam hal: keterangan yang diperlukan
a. Tidak engembalikan SPOP atau Ancaan pidana tersebut dilipatkan dua apabila seseorang
b. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum
benar, tidak lengkap, dan/atau melampirkan lewat 1 tahun terhitung sejak selesainya menjalani sebagian
keterangan yang tidak benar atau seluruhnya pidana yang dijatuhkan atau sejak
dibayarnya denda
Ketentuan Pidana
Terhadap bukan Wajib pajak yang melakukan tindakan pidana
dimaksud dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 2
tahun atau denda setinggi-tingginya Rp2.000.000,00
SKP harus dibayar selambat-lambatnya dalam jangka waktu ….. Bulan sejak/setelah
diterima/diterbitkan SKP? CONTOH!
SKP diterbitkan sebesar Rp 25 juta pada tanggal 10 Maret 2021. SKP diterima tanggal 19
April 2021. Apabila diterbitkan STP pada 25 Nopember 2022, berapa jumlah pajak yang
ditagih menggunakan STP?
SPPT harus dibayar selambat-lambatnya dalam jangka waktu ….. Bulan sejak/setelah
diterima/diterbitkan SPPT?
SPPT sebesar Rp 20 juta diterima pada tanggal 1 Maret 2021. Kapan SPPT tersebut harus
dilunasi?
Apabila diterbitkan STP Pada 14 Desember 2021, berapa jumlah pajak yang ditagih
menggunakan STP?
Terimakasih